Anda di halaman 1dari 7

UMKM SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI DI MASA PANDEMI

Achmad Alif Syahrial

ABSTRAK

UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang dikelola oleh badan usaha
perorangan atau kelompok yang berskala kecil. Skala kecil UMKM membuat
usahanya mudah dijangkau oleh masyarakat luas sehingga membuat pelaku
UMKM tetap dapat bertahan meski di masa sulit seperti pandemi kala ini. Di
masa pandemi peran UMKM sangat dibutuhkan untuk menggerakkan
perekonomian Indonesia yang sedang terpuruk.

Kata kunci : UMKM, ekonomi, pandemic

PENDAHULUAN

Dunia saat ini tengah menghadapi situasi sulit yang mengakibatkan


keterpurukan dialami banyak negara. Begitu juga di Indonesia yang di hadapkan
dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari pandemi Covid-19.
Coronavirus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan
akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2). Penyakit ini pertama kali ditemukan pada
Desember 2019 di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China, dan sejak itu menyebar
secara global, mengakibatkan pandemi coronavirus. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mendeklarasikan wabah coronavirus sebagai Kesehatan Masyarakat
Darurat Internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret
2020.

Kondisi ekonomi di Indonesia nampak memprihatinkan, ekonomi secara


global diperkirakan bisa jatuh seperti depresi 1930, bukan lagi seperti tahun 2008
atau 1998. Merespon pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),
pemerintah Indonesia mulai menerapkan pembatasan dengan kebijakan social
distancing, lalu physical distancing sejak awal Maret 2020. Kebijakan itu telah
menurunkan secara drastis aktivitas dan pergerakan orang. Kondisi ini juga
memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. Di Indonesia
sendiri berbagai sektor harus terkendala dalam proses operasi, seperti pabrik-
pabrik yang harus menghentikan proses operasi karena kondisi tidak
memungkinkan.

Membangkitkan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat


ini menjadi konsentrasi penuh pemerintah sekarang. Pemerintah berupaya
mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan penguatan daya beli masyarakat
melalui penguatan perlindungan sosial dan dukungan terhadap sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini ditegaskan Presiden RI Joko
Widodo saat menyampaikan arahannya pada Rapat Koordinasi Nasional
(Rakornas) Pengendalian Inflasi Nasional Tahun 2020, di Jakarta, Kamis
(22/10/2020).

UMKM

Pengertian UMKM berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2008 :


“Sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil
yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil
orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu.”

Undang-Undang No.20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil


dan Menengah :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau


badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku


usaha di Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah mampu
membuktikan eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia. Ketika badai krisis
moneter melanda Indonesia di tahun 1998 usaha berskala kecil dan menengah
yang relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Karena mayoritas
usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dari
luar dalam mata uang asing. Sehingga, ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan
berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan mata uang asing adalah
yang paling berpotensi mengalami imbas krisis.

UMKM DI MASA PANDEMI

Pandemi Covid-19 yang terjadi secara global tentu saja berdampak


terhadap berbagai sektor terutama di sektor ekonomi. Dampak perekonomian ini
tidak hanya dirasakan secara domestik, namun juga terjadi secara global. Di
Indonesia, Hal ini tentunya juga memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap
pariwisata, sector perdagangan, industri termasuk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). OECD juga menyebutkan UMKM memiliki dampak yang
cukup signifikan terhadap kondisi covid-19 ini. UMKM sangat rentan terdampak
dalam gangguan bisnis, karena seringnya berhubungan langsung dengan
pariwisata, transportasi dan industri kuliner yang memerlukan supplier yang cepat
yang semuanya terdampak secara signifikan oleh covid-19.(OECD, 2020)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan pilar


perekonomian, yang selama ini mampu bertahan di berbagai krisis ekonomi, dan
memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif stabil. Namun pada tahun 2020 setelah
Dunia mengalami pandemi Covid 19 termasuk Indonesia, hampir sebagian besar
UMKM di ambang kebangkrutan. Kondisi keterpurukan para pelaku usaha
diawali dari anjuran untuk social distance dan derasnya berita tentang korban
Covid 19 dan penyebaran virus melalui media massa yang menciptakan ketakutan
pada masyarakat pelaku usaha, dan sebagian besar konsumen. Kondisi tersebut
semakin terpuruk sejak dikeluarkan aturan bekerja di rumah dan kebijakan yang
melarang masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah, dan menerapkan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan denda dan sanksi pidana.

Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar pada keberlangsungan bisnis


Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Banyak pelaku usaha mengaku
sudah mengalami dampak negatif Covid-19 terhadap proses bisnisnya. Di
antaranya mengalami dampak penurunan penjualan yang signifikan. Penurunan
pendapatan dan bahkan beberapa ratus pelaku usaha UMKM telah menutup
usahanya setelah pemerintah secara resmi mengumumkan kebijakan-kebijakan di
masa pandemi.

UMKM SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI

Di tengah ketatnya suasana persaingan global dan domistik, pada tataran


pemerintah, perusahaan, dan individu, menggalakkan pengembangan aspek
kewirausahaan dan kapasitas daya saing menjadi salah satu faktor kunci dalam
memenangkan persaingan. Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca
krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah UMKM tidak berkurang, justru
meningkat terus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja
sampai tahun 2012.

UMKM di Indonesia telah menjadi bagian penting dari sistem


perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan UMKM merupakan unit-unit
usaha yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan usaha industri berskala besar
dan memiliki keunggulan dalam menyerap tenaga kerja lebih banyak dan juga
mampu mempercepat proses pemerataan sebagai bagian dari pembangunan.
Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
adalah kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu, kelompok
ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi.

Namun demikian UMKM di Indonesia belum dapat berkembang secara


optimal. Hal ini disebabkan oleh faktor internal antara lain kecilnya modal,
rendahnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan usaha, belum berbadan
hukum, dan rendahnya akuntabilitas yang menggambarkan belum mempunyai
sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik. Sedangkan faktor
ekternal yang menghambat perkembangan UMKM adalah iklim usaha,
infrastruktur dan akses bahan baku, akses teknologi, serta akses pasar.

Sehingga untuk membuat UMKM mampu mengangkat perekonomian


Indonesia dan bisa bersaing di kancah Internasional dibutuhkan pengembangan
dan pelatihan. Perlu pemberdayaan kewirausahaan bagi tiap individu supaya
kemampuan berwirausaha sudah dimiliki sebagai modal. Pembelajaran
kewirausahaan akan berdampak pada munculya pengusaha baru yang mempunyai
ketrampilan, pengetahuan, dan soft skill yang tangguh dan mampu bersaing dalam
kondisi global sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas UMKM.
Semakin banyak pengusaha baru, semakin besar dampaknya pada pertumbuhan
ekonomi, yaitu mengurangi pengagguran, kemiskinan, meningkatkan pendapatan
dan pemerataan pendapatan, serta semakin besarnya cadangan devisa dari ekport
produk usaha tersebut.

PENUTUP

Dengan demikian, UMKM adalah Usaha Mikro Kecil Menengah yang


dikelola perorangan dan berskala kecil. Pelaku UMKM memiliki jumlah unit
terbesar di Indonesia dan peluang usaha mereka sangat bermacam-macam
sehingga potensi yang dimiliki sangat beragam. UMKM merupakan badan usaha
ekonomi produktif terdepan yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Maka UMKM adalah opsi tepat untuk dijadikan sebagai garda penggerak
ekonomi di masa pandemi karena mampu menyerap tenaga kerja dan cepat dalam
memutar uang. Namun kebanyakan pelaku usaha UMKM kurang memiliki
kemampuan berwirausaha yang mumpuni sehingga kurang mampu bersaing
dengan pasar internasional. Bersamaan dengan masa pandemi ini UMKM
mengalami nasib yang sangat buruk karena mereka merasakan langsung dampak
dari pandemi. Perlunya peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas UMKM
dengan memberikan pelatihan dan bantuan bagi para pelaku UMKM.
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan
membuat UMKM harus mampu menghadapai tantangan global, seperti
meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan
teknologi, serta perluasan area pemasaran. Dengan adanya bekal kemampuan
berwirausaha akan membuat UMKM dapat bersaing di pasar Internasional. Serta
perlunya pengembangan pemsaran UMKM dengan berbasis teknologi sangat
membangu mereka bertahan dalam pandemi.

DAFTAR RUJUKAN

Kominfo, 2020. Bersatu dan Bangkit Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Masa


Pandemi Covid-19. Diakses pada 14 Desember 2020.
https://kominfo.go.id/content/detail/30428/bersatu-dan-bangkit-tingkatkan-
pertumbuhan-ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19/0/artikel_gpr

Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-


19. BASKARA: Journal of Business & Entrepreneurship, 2(2), 83-92. Diakses
pada 14 Desember 2020.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/baskara/article/view/6207

Sumarni, Y. (2020). Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Al-


Intaj: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 6(2), 46-58. Diakses pada 14
Desember 2020. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/Al-
Intaj/article/view/3358

Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di


Indonesia. Cano Ekonomos, 6(1), 51-58. Diakses pada 14 Desember 2020.
https://www.neliti.com/publications/58432/perkembangan-umkm-usaha-mikro-
kecil-dan-menengah-di-indonesia

Tedjasuksmana, B. (2014). Potret UMKM Indonesia menghadapi masyarakat


ekonomi ASEAN 2015. Diakses pada 14 Desember 2020.
http://repository.wima.ac.id/id/eprint/982

Soetjipto, N. (2020). Ketahanan UMKM Jawa Timur Melintasi Pandemi Covid-


19. Diakses pada 17 Desember 2020. http://repository.stieyapan.ac.id/id/eprint/73/
laura Hardilawati, W. (2020). Strategi Bertahan UMKM di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal Akuntansi dan Ekonomika, 10(1), 89-98. Diakses pada 17
Desember 2020. http://www.ejurnal.umri.ac.id/index.php/jae/article/view/1934

Marlinah, L. (2020). Peluang dan Tantangan UMKM Dalam Upaya Memperkuat


Perekonomian Nasional Tahun 2020 Ditengah Pandemi Covid 19. Jurnal
Ekonomi, 22(2), 118-124. Diakses pada 17 Desember 2020.
https://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/1/article/view/644

Sudaryanto, R., & Wijayanti, R. R. (2013). Strategi pemberdayaan UMKM


menghadapi pasar bebas Asean. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. Badan
Kebijakan Fiskal. Kementerian Keuangan, Jakarta. Diakses pada 17 Desember
2020.
https://www.academia.edu/download/54915212/Strategi_Pemberdayaan_UMKM.
pdf

Anda mungkin juga menyukai