Anda di halaman 1dari 8

Yayasan Lindungi Hutan Sebagai Penggerak Masyarakat untuk Peduli Lingkungan

A. Apa itu Lindungi Hutan ?


Lindungi Hutan adalah sebuah yayasan yang peduli terhadap lingkungan,
khususnya peduli terhadap kelestarian hutan di Indonesia. Yayasan Lindungi Hutan
mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk turut menjaga kelestarian hutan, yang
salah satu caranya adalah dengan menanam pohon dan menghindari penebangan liar.
Yayasan Lindungi Hutan ini bekerja sama dengan petani, pemerintah, aktivis
lingkungan, dan relawan dari berbagai daerah di Indonesia untuk turut bersama-sama
mencintai bumi dengan menjaga kelestarian hutan.

B. Bagaimana Latar Belakang dari Lahirnya Lindungi Hutan ?


Yayasan Lindungi Hutan lahir dari sebuah kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan. Pada bulan September 2016, kepekaan tumbuh ketika melihat seorang
petani lokal di utara Kota Semarang yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan
karena rob yang telah terjadi bertahun-tahun. Melihat ini, munculah keinginan untuk
membuat platform penggalangan dana yang fokus pada penanaman dan membantu
petani untuk menjual bibit dan menanam bibit mereka di sekitar area pesisir dengan
harapan dapat mengurangi rob dan abrasi.
Pada bulan November 2016, Lindungi Hutan mulai melakukan Penggalangan
Daya dengan mengumpulkan orang-orang untuk menanam pohon dan memberi
edukasi kepada mereka tentang pentingnya isu lingkungan. Kampanye Pertama
Lindungi Hutan mulai digemakan pada bulan Desember 2016 dengan tujuan untuk
memberitahu masyarakat tentang Lindungi Hutan, sebuah platform penggalangan
daya dengan mengumpulkan donasi dengan total 2.113 pohon dan melibatkan 34
orang di website https://wwww.lindungihutan.com. Kemudian mencoba melakukan
penggalangan dana dan daya melalui beberapa kampanye alam.
Bulan Mei 2017 mulai melakukan Ekspansi Tahap Kedua, yaitu dengan
menghubungi orang-orang yang memiliki kesamaan ketertarika untuk lebih peduli
dengan hutan dan penghijauan melalui sosial media seperti facebook, instagram dan
twitter. Delapan orang yang memiliki bermacam latar belakang, seperti petani, aktivis
lingkungan dan pelajar dari pelosok Indonesia menjadi bagian dari Lindungi Hutan
dengan membuat kampanye di platform https://wwww.lindungihutan.com.
November 2017, Lindungi Hutan mengadakan Product Bundling Penanaman,
yaitu dengan mengkampanyekan berbagai produk-produk menarik dan mengemasnya
bersama nilai jumlah pohon yang didapat dengan membeli produk tersebut. Hingga
pada bulan Januari 2018, Yayasan Lindungi Hutan Indonesia resmi berbadan hukum
dan disahkan dengan Nomor AHU-0003033.AH.01.04.Tahun 2018.
Pada bulan Januari 2019, Lindungi Hutan menggemakan kalimat "#Jelajahi
lalu Lindungi", menyasar para traveler untuk menjelajahi hutan-hutan mangrove
Semarang dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga dan merawat
hutan Indonesia. Dan sampailah pada bulan Februari 2019, bertepatan dengan hari
bumi pada tanggal 22 April, Lindungi Hutan launch projek “RawatBumi”, sebuah
momentum untuk berterima kasih kepada bumi yang telah menjadi tempat yang
nyaman walau penghuninya tak berlaku baik. Dengan bergerak bersama dengan
seluruh elemen masyarakat dari pemerintah, swasta, komunitas, petani, pelajar, dan
media diharapkan kegiatan ini dapat membawa kebaikan ke masa depan bumi, masa
depan penduduk bumi. Projek RawatBumi dilakukan serentak di 85 titik penanaman
dengan partisipan hampir mencapai 2.000 orang di seluruh Indonesia.

C. Apa Sajakah Kegiatan-Kegiatan dari Lindungi Hutan ?


1. Campaign Penghijauan
Membawa kabar dari hutan lalu mencoba menjadi solusi dengan ajakan ke seluruh
masyarakat agar turut berpartisipasi dalam sebuah campaign di daerah. Tujuannya
adalah saling mendukung dan saling membantu demi lestarinya alam.
2. Penggalangan Dana
Dengan dana yang dimiliki, sahabat alam dapat mendukung sebuah campaign
dengan melakukan donasi yang akan digunakan untuk pengadaan bibit,
penanaman, perawatan bahkan sampai pemantauan kondisi hutan.
3. Penanaman Pohon
Tenaga yang dimiliki juga dapat ikut mendukung proses pelestarian alam, ini
memang bukan tugas mudah untuk semua orang, perjalanan panjang dengan
membawa bibit tentu merupakan tugas yang dapat diselesaikan oleh orang yang
pentang menyerah.
4. Pemantauan Hutan
Proses penghijauan tidak selesai hanya dengan ditanamnya pohon, namun proses
selanjutnya tak kalah penting. Tanaman perlu dirawat oleh mitra petani dan
komunitas. Hasil perkembangan hutan dilaporkan dan dapat diakses melalui situs
dan dengan teknologi Internet Of Things dan GIS.
5. Edukasi dan Sosialisasi
Pengetahuan dan informasi menjadi basis dalam mengambil langkah, Lindungi
Hutan juga menerbitkan informasi melalui sosial media dan situs ini. Juga untuk
tambah mencintai alam, Lindungi Hutan mengadakan seminar dengan relawan
dan sahabat alam.
6. Pemberdayaan Petani
Mitra Lindungi Hutan adalah petani dan komunitas sekitar hutan, mereka
memiliki bibit dan mencari nafkah di sekitar hutan. Mereka memiliki pilihan
antara tetap di hutan dan menjaga ekosistem atau malah meninggalkan hutan atau
yang lebih parah, merusak hutan. Lindungi Hutan membantu mereka tetap
berdaya tanpa menebang.
7. Jelajahi Hutan
Untuk lebih mengetahui kondisi nyata dari hutan, Lindungi Hutan mengajak
sahabat alam untuk turut mengetahui secara langsung keindahan hutan di berbagai
daerah. Dengan konsep cinta lingkungan dan pelestarian ekosistem, peserta akan
mendapat pelajaran mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup dan
lingkungan hutan.
8. Komunitas Relawan
Semangat tak terbendung dari sahabat alam di seluruh daerah, mendorong
Lindungi Hutan membuat wadah bagi mereka untuk dapat bertemu dan menjadi
penggerak pelindung hutan di daerahnya masing-masing. Kita tahu kita tak
sendiri.
9. Relasi Stakeholder
Semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk pelestarian lingkungan,
Lindungi Hutan mencoba kolaborasi dengan seluruh entitas seperti pemerintah,
perusahaan, akademisi, komunitas, dan seluruh masyarakat untuk turut terlibat
dalam visi bersama menghijaukan Indonesia.

D. Teori Sosiologi yang Berkaitan dengan Lindungi Hutan


1. Teori Gerakan Sosial
Berdasarkan teori ini, ketidakpuasan terhadap kondisi tertentu yang ada di dalam
masyarakat adakalanya menimbulkan gerakan sosial, di mana sejumlah besar
orang mengorganisasikan diri untuk memperjuangkan perubahan (Sztompka,
2009). Menurut Sztompka, gerakan sosial ini mempunyai beberapa komponen,
yaitu sebagai berikut :
a. Adanya kolektivitas orang yang bertindak bersama.
b. Kolektivitasnya tersebar, tetapi derajatnya lebih rendah dibanding organisasi
formal.
c. Adanya tujuan bersama yaitu perubahan dalam masyarakat.
d. Tindakannya mempunyai derajat spontanitas yang tinggi, tidak melembaga,
dan bentuknya tidak konvensional.
Kemudian, masih menurut Sztompka, keterkaitan perubahan sosial dan gerakan
sosial dapat dilihat dari tiga komponen berikut :
a. Gerakan sosial memiliki tujuan dalam perubahan. Tujuan positifnya adalah
memperkenalkan sesuatu yang bermanfaat (politik, budaya baru, dan
sebagainya). Sedangkan tujuan negatifnya adalah menghentikan atau mencegah
adanya perubahan dilihat dari pergeseran nilai.
b. Gerakan sosial dalam hubungan yang timbal balik. Perubahan sifat yang
memengaruhi internal sampai eksternal dalam masyarakat ditimbukan oleh
adanya hubungan timbal balik.
c. Gerakan sosial dalam berbagai status. Pertama statusnya sebagai penyebab
gejala yang menyertai proses sosial, kedua sebagai dampak atau gejala yang
menyertai proses, dan ketiga sebagai mediator atau wahana pembawa
perubahan.

Berdasarkan Teori Gerakan Sosial, lahirnya Yayasan Lindungi Hutan berawal


dari ketidakpuasasan atau ketidaknyaman terhadap kondisi alam dan lingkungan
yang mulai kehilangan keseimbangan dari ekosistemnya. Ketidaknyamanan ini
mendorong para penggerak dari Lindungi Hutan untuk mengajak masyarakat
Indonesia, khususnya para petani, aktivis lingkungan, para relawan, serta pemerintah
untuk bersama-sama dalam menjaga kelestarian alam yang salah satu caranya adalah
dengan menjaga hutan melalui penanaman pohon diberbagai daerah di Indonesia.
Tekad ini mendorong sebuah gerakan sosial untuk menggemakan suara #Jelajahi
Lalu Lindungi hutan-hutan di Indonesia.
Relevan dengan Teori Gerakan Sosial, Yayasan Lindungi hutan juga terbentuk
atas komponen-komponen seperti adanya kolektivitas orang yang bertindak
bersama, kolektivitasnya tersebar, dan memiliki tujuan bersama. Dalam hal ini,
Yayasan Lindungi Hutan bertindak bersama para petani, kaum akademisi, aktivis
lingkungan, dan pemerintah dalam menjalankan misinya. Gerakan peduli hutan juga
telah tersebar dibeberapa titik di Indonesia, seperti di Semarang, Solo, Bogor, dan
daerah-daerah lainnya. Adanya gerakan peduli hutan ini juga tentunya memiliki
tujuan bersama yaitu untuk mencintai bumi dengan cara menjaga kelestarian hutan
dan memberikan edukasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya isu lingkungan.
Dengan demikian, lahirnya Yayasan Lindungi Hutan ini diharapkan dapat mengajak
seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan suatu gerakan sosial yang peduli
terhadap lingkungan.
2. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap
yang paling menentukan tatanan ekosistem dan kebijakan yang diambil dalam
kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai
tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai
nilai dan mendapat perhatian. Hal lain di alam semesta ini hanya akan mendapat
nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karena
itu, alam pun hanya dilihat sebagai obyek alat dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan
manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Berdasarkan Teori Antoposentrisme, bahwa manusia sebagai pusat dari sistem
alam semesta karena manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan tatanan ekosistem dan kebijakan yang diambil dalam kaitannya
dengan alam. Berkaitan dengan hal ini, Lindungi Hutan terbentuk atas dasar
kepekaan terhadap ketidak stabilan ekosistem dan kerusakan hutan akibat
keserakahan manusia dalam memenuhi kepentingannya. Manusia terkadang dapat
menjadi ganas untuk mencapai kepentingannya. Begitupun ketika manusia
menginginkan hasil alam atau hasil hutan, terkadang manusia dapat menghalalkan
berbagai cara seperti melakukan penebangan liar, atau bahkan pembakaran hutan
untuk membuka lahan. Manusia tidak memikirkan dampak negatif dari
perbuatannya tersebut. Oleh karena itu, hadirnya Yayasan Lindungi Hutan
diharapkan mampu meniupkan kembali nafas segar terhadap hutan-hutan di
Indonesia melalui penanaman pohon yang dilakukan diberbagai daerah. Ketika
manusia dapat mengelola alam dan lingkungannya dengan bijak, maka alam pun
akan mendatangkan manfaat bagi manusia, begitupun dengan lingkungan yang
akan memberikan tempat ternyaman bagi manusia di bumi ini.

E. Implikasi terhadap Pendidikan Sosiologi


1. Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi yang ditandai adanya keseimbangan
antara peserta didik dengan tenaga pendidik. Peristiwa pembelajaran terjadi
apabila peserta didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang
diatur oleh guru. Tugas utama guru adalah membelajarkan peserta didik, yaitu
mengkondisikan peserta. didik agar belajar aktif, sehingga potensi dirinya
(kognitif, afektif, dan psikomotor) dapat berkembang dengan maksimal.
Sedangkan, konsep belajar aktif didefinisikan sebagai suatu kegiatan
pembelajaran yang melibatkan seluruh pancaindra, dimana berpusat pada
keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
Agar pelaksanaan proses pembelajaran efektif pendidik perlu melakukan
inovasi, maka pendidik dituntut untuk mengetahui beberapa model pembelajaran
supaya kegiatan pembelajaran lebih bervariasi dan tidak monoton. Model
pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif selama proses
pembelajaran. Untuk mendukung pembelajaran Sosiologi Lingkungan, maka salah
satu model pembelajaran yang digunakan adalah Konsep Dasar Belajar Aktif
(Active Learning).
Active learning adalah sebuah usaha dalam kegiatan pembelajaran yang
mencoba membangun keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran, dimana
menekankan keterlibatan seluruh indra. Konsep active learning atau cara belajar
aktif dapat diartikan sebagai aturan pembelajaran yang mengarah pada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses
pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar
memperoleh dan memproses belajarnya tentang pengetahuan keterampilan, sikap
dan nilai.
Dengan berlandaskan Konsep Active Learning, maka implikasi Lindungi
Hutan terhadap Pendidikan Sosiologi adalah dapat memberikan sumbangsih
mengenai model pembelajaran yang tepat bagi cabang Sosiologi, yaitu Sosiologi
Lingkungan, Bahwa dalam proses pembelajarannya siswa akan melibatkan
seluruh inderanya untuk menumbuhkan kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan. Tenaga pendidik dapat membawa peserta didik untuk mengunjungi
hutan dan memberikan tugas untuk mengamati lingkungan, seperti apa yang
mereka lihat, bagaimana pandangan mereka terhadap kondisi hutan, mencari tahu
penyebab kerusakan hutan, serta berusaha untuk memecahkan masalah dengan
mencari solusi bagi permasalahan tersebut. Dengan begitu, peserta didik diberikan
ruang gerak untuk dapat aktif dalam meningkatkan kepekaannya terhadap
lingkungan.
2. Pembentukan Karakter Siswa
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) hadir dengan pertimbangan bahwa dalam rangka
mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab,
pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter. Maka atas dasar
pertimbangan tersebut, pada tanggal 6 September 2017, Presiden Joko Widodo
telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter.
Salah satu bentuk pendidikan karakter adalah peduli lingkungan. Sekolah
memiliki kewajiban untuk menanamkan sikap peduli lingkungan terhadap
siswanya. Guru juga memiliki peran sebagai fasilitator yang mengantarkan siswa
untuk mengenal lingkungan dan membentuk karakter siswa yang peduli
lingkungan. Untuk mengenalkan siswa terhadap lingkungan, maka siswa perlu
diajak untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi lingkungan disekitarnya.
Hutan dapat dapat dijadikan tempat observasi yang tepat bagi siswa dalam
mengenal lingkungannya. Kemudian, untuk membentuk karakter siswa yang
peduli lingkungan, maka diperlukan keterlibatan siswa yang secara aktif
berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi siswa dengan lingkungannya ini akan
mendorong sikap kepekaan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan, khususnya
terhadap kelestarian hutan. Guru juga dapat memperkenalkan Yayasan Lindungi
Hutan kepada peserta didiknya dengan tujuan agar peserta didik dapat melihat dan
memahami bahwa ada orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk menjaga
kelestarian lingkungan, tepatnya kelestarian hutan. Dengan demikian, karakter
siswa yang peduli lingkungan pun akan terbentuk bahkan mereka dapat menjadi
bagian dari para relawan yang turut menjaga kelestarian lingkungan.
F. Rujukan

G. Pertanyaan Peserta

Anda mungkin juga menyukai