Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Inflasi, Ekspor Dan Impor Terhadap PDB Di Indonesia Periode 2015 – 2019

The Effect of Inflation, Exports and Imports on GDP in Indonesia for the 2015 - 2019 Period

Jordan Nata Permana1 , Ari Krisna Suyono2, Muhammad Hunaipi Pratama3, Selsa Amelia4
1
Mahasiswa Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman
2,3,4
Asisten Praktikum Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman
Program Studi Statistika, Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Mulawarman
Email : odanaja@gmail.com

Abstract
Regression analysis is a statistical technique used to model interrelationships dependent variable and
independent variable. In general, there are two types of regression, namely linear regression and non-linear
regression. In this research, using multiple linear regression method. The purpose of this research is to find the
effect of inflation, exports, and imports on Indonesia's GDP. From the analysis results obtained a linear regression
equation is: Based on the partial significance testing can be concluded that all
the independent variables (Inflation (X1), ) GDP effect on the dependent variable (Y).
Keyword : linear regression, inflation,GDP

Pendahuluan produksi untuk menghasilkan output, yang diukur


Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Sir dengan menggunakan indikator PDB.
Francis Galton pada tahun 1877 dalam penelitian Tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
biogenisisnya. Regresi berguna dalam menelaah beberapa efek buruk sebelum terjadinya krisis,
hubungan sepasang variabel atau lebih. Salah satu diantaranya investasi produktif akan berkurang,
cara untuk mencari estimasi koefisien parameter tingkat kegiatan ekonomi menurun, semakin banyak
dengan dengan menggunakan Metode Kuadrat pengangguran tercipta, produk-produk negara
Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) tersebut tidak dapat bersaing di pasar internasional,
(Sembiring, 1995). ekspor menurun sedangkan impor meningkat, dan
Analisis regresi merupakan analisis statistik yang kedudukan neraca pembayaran akan memburuk
bertujuan untuk memodelkan hubungan antara (Sukirno, 2011). Inflasi jika tidak ditangani dengan
variabel terikat dengan variabel bebas. Model regresi benar maka akan berpengaruh pada kemampuan
yang baik memerlukan data yang baik pula. Suatu ekonomi negara tersebut yang kemudian akan
data dikatakan baik apabila data tersebut berada di mempengaruhi pertumbuhan perekonomian dan
sekitar garis regresi. (Draper dan Smith,1992). kesejahteraan masyarakatnya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu Kegiatan ekspor dan impor mempunyai peran
indikator yang sangat penting dalam mengukur penting bagi pertumbuhan ekonomi. Pada saat sebuah
keberhasilan pembangunan ekonomi yang terjadi negara mempunyai keunggulan sebuah produk yang
pada suatu negara. Hal ini selaras dengan apa yang tidak bisa dihasilkan oleh negara lain dan negara
disampaikan Sukirno (2011), bahwa dengan tersebut membutuhkan produk, maka negara tersebut
mengamati tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat mengekspornya. Net export akan mampu
tercapai dari tahun ke tahun dapatlah dinilai prestasi mendatangkan devisa bagi negara untuk menambah
dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan cadangan devisa dalam negeri yang nantinya akan
kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha digunakan sebagai pembayaran utang luar negeri
mengembangkan perekonomiannya dalam jangka yang jumlahnya sangat besar dan juga devisa yang
panjang. didapat dari hasil ekspor akan dimanfaatkan untuk
Pertumbuhan ekonomi menjadi tolak ukur sejauh mengimpor bahan baku dan barang modal yang
mana aktivitas perekonomian negara tersebut akan belum bisa dihasilkan di dalam negeri dan diharapkan
menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat mampu memajukan pertumbuhan industri dalam
pada suatu periode tertentu. (Todaro, 2000). Menurut negeri (Saputra, 2016).
Sukirno (2000) dalam analisis makro, tingkat Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara tertarik memilih judul “Pengaruh Inflasi, Ekspor Dan
diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil Impor Terhadap PDB Di Indonesia Periode 2015 –
yang dicapai suatu negara/daerah. Hal ini terjadi 2019”.
karena pada dasarnya kegiatan perekonomian
merupakan suatu proses penggunaan faktor-faktor
Regresi Linier Berganda menerus dalam rentang waktu tertentu. Apabila
Regresi berganda adalah regresi dengan dua atau terjadi kenaikan harga satu barang yang tidak
lebih variabel X1,X2,X3,…,Xk sebagai variabel bebas mempengaruhi harga barang lain, sehingga harga
dan variabel Y sebagai variabel tak bebas, Nilai-nilai tidak naik secara umum, kejadian seperti itu bukanlah
koefisien atau taksiran parameter regresi berganda inflasi.
dapat diperoleh dengan metode OLS Model regresi Adapun yang menjadi sumber Inflasi antara lain
linier berganda dapat dilihat pada persamaan : yaitu :
1. Inflasi karena permintaan (Demand Pull inflation)
2. Inflasi karena bertambahnya uang yang beredar
Estimasi Parameter Model Regresi Berganda 3. Inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cost push
Pada regresi berganda untuk k variabel bebas inflation)
penaksiran dari  dinyatakan dengan ̂ . Menurut 4. Inflasi campuran (Mixed inflation)
Metode OLS penaksiran tersebut dapat diperoleh 5. Inflasi ekspektasi (Expected inflation)
dengan meminimumkan bentuk kuadrat. Sehingga 6. Kekacauan ekonomi dan politik
estimasi OLS untuk ̂ adalah (Gujarati, 1999) : Inflasi yang terjadi dapat dikelompokkan
̂ ( ) berdasarkan sifat, sebab terjadinya, dan berdasarkan
asalnya.
Pengujian Signifikansi Parameter  Inflasi Berdasarkan Sifatnya
Pengujian signifikansi parameter pada regresi Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi
linier berganda (Sudjana, 2002) empat kategori utama, yaitu
1. Pengujian secara Simultan (Uji-F) 1. Inflasi Rendah (Creeping Inflation), yaitu inflasi
2. Pengujian secara Parsial (Uji-t) yang besarnya kurang dari 10% per tahun.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation), yaitu
Asumsi-asumsi Pada Regresi Linier Berganda inflasi yang besarnya antara 10- 30% per tahun.
Asumsi utama yang mendasari pendugaa 3. Inflasi Berat (High Inflation), yaitu inflasi yang
koefisien regresi dengan menggunakan metode OLS besarnya antara 30-100% per tahun.
adalah (Widarjono, 2007): 4. Inflasi Sangat Tinggi (Hyperinflation), yaitu
1. Normalitas Residual inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara
2. Non multikolineritas drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%).
3. Non Autokorelasi
4. Heteroskedastisitas  Inflasi Berdasarkan Sebabnya
1. Demand Pull Inflation. Inflasi ini terjadi sebagai
Inflasi akibat pengaruh permintaan yang tidak diimbangi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan oleh peningkatan jumlah penawaran produksi.
jumlah uang beredar atau kenaikan likuiditas dalam 2. Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan kerena
suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh
pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi.
kenaikan jumlah uang beredar yang diduga telah karena penurunan jumlah produksi.
menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. 3. Bottle Neck Inflation. Inflasi ini dipicu oleh faktor
Dornbusch dan Fischer (1997), menyebutkan penawaran (supply) atau faktor permintaan
bahwa inflasi merupakan kejadian ekonomi yang (demand).
sering terjadi meskipun kita tidak pernah  Inflasi Berdasarkan Asalnya
menghendaki. Inflasi ada dimana saja dan selalu 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic
merupakan fenomena moneter yang mencerminkan inflation).
adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan dan 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported
tidak stabil. inflation).
Boediono (2001 ), mengemukakan bahwa defenisi
inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk Ekspor
menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan Ekspor merupakan suatu komponen pengeluaran
harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut agregat, oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada pendapatan nasional yang akan dicapai. Apabila
(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah
harga-harga barang lain. tinggi dan selanjutnya akan menaikkan pendapatan
Dari defenisi tersebut ada tiga kriteria yang perlu nasional, akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional
diamati untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu tidak dapat mempengaruhi ekspor, ekspor belum
kenaikan harga, bersifat umum, dan terjadi terus tentu dapat mengalami perubahan walaupun
pendapatan nasional tetap. Dengan demikian fungsi Impor
ekspor memiliki pengaruh yang sama dengan fungsi Impor adalah arus kebalikan dari ekspor yaitu
investasi dan pengeluaran pemerintah (sukirno, barang dan jasa luar negeri yang masuk ke dalam
2011). suatu negara. Ketika ekspor dapat meningkatkan
Menurut Todaro (2000), ekspor adalah pendapatan nasional, impor bertindak sebaliknya.
perdagangan internasional yang memberi rangsangan Impor merupakan pembelian dan pemasukan barang
guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang dari luar negeri ke dalam perekonomian suatu negara.
menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik Aliran barang impor dapat menimbulkan aliran keluar
besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil atau bocoran dari aliran pengeluaran sektor rumah
dan lembaga sosial yang fleksibel. tangga ke sektor perusahaan yang pada akhirnya
Adanya perdagangan luar negeri memberikan menurunkan pendapatan nasional yang mungkin
manfaat langsung dan tidak langsung. Secara dapat dicapai (Sukirno,2011).
langsung adanya perdagangan luar negeri akan Impor ditentukan oleh kesanggupan atau
menimbulkan spesialisasi dan melakukan ekspor. kemampuan dalam menghasilkan barangbarang yang
Komoditi yang diproduksikannya lebih murah untuk bersaing dengan buatan luar negeri. Nilai impor
dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional
dengan harga murah. Negara bersangkutan negara tersebut, makin tinggi pendapatan nasional,
memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional semakin rendah menghasilkan barang-barang dalam
naik yang pada gilirannya menaikkan output dan negeri, maka impor semakin tinggi sebagai akibatnya
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi serta banyak kebocoran dalam pendapatan nasional. Impor
perangkap kemiskinan dapat dihilangkan. Selain itu yang melebihi ekspor akan mendorong neraca
juga memperluas pasar, dimana pasaran domestik pembayaran mengalami penurunan yang signifikan.
pada umumnya adalah kecil dan tidak mampu untuk Pembatasan jumlah diimpor dapat dilakukan untuk
menyerap semua output yang dihasilkan. Pasar yang melindungi kemerosotan neraca pembayaran
kecil tersebut disebabkan tingkat pendapatan pemerintah terhadap barang impor yang masuk.
perkapita dan daya beli masyarakat yang sangat Pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan
terbatas. Adanya perdagangan internasional meningkatkan pungutan pajak impor yang
memperluas pasar dan merangsang investasi, menjadikan harga produk luar di dalam negeri
pendapatan, dan tabungan memalui alokasi dari menjadi mahal dan mengurangi permintaan terhadap
sumber-sumber yang sangat efesien (Jhingan, 2000),. impor. Selain meningkatkan pungutan pajak impor,
Menurut Soediyono (1990), keadaaan dan halangan perdagangan non tarif dan batasan
kejadian yang pada umumnya dapat mengakibatkan penggunaan valuta asing dapat menjadi alat lain
bertambahnya ekspor antara lain: untuk pembatasan impor di Indonesia (Case dan Fair,
1. Meningkatnya nilai kemakmuran masyarakat 2007).
dunia;
2. Tingkat inflasi didalam negeri lebih rendah Produk Domestik Bruto (PDB)
dibandingkan dengan tingkat-tingkat inflasi yang Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
terjadi dinegara-negara banyak pengimpor Domestic Product (GDP) merupakan salah satu
barang-barang ekspor. komponen dalam pendapatan nasional selain Produk
3. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang- Nasional Bruto (PNB), Produk Nasional Neto (PNN),
barang ekspor menguntungkan; Pendapatan Nasional (NI), Pendapatan Personal (PI),
4. Peningkatan efesiensi produksi didalam negeri dan Pendapatan Personal Disposabel. Sukirno (2011)
dalam artian luas, yang dapat mengakibatkan mendeskripsikan pengertian Pendapatan Domestik
produsen-produsen barang ekspor dengan harga Bruto (PDB) sebagai nilai barang dan jasa dalam
“free on board (f.o.b)” yang sama dapat suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi; produksi milik warga negara negara tersebut dan
5. Kegagalan produksi dinegara-negara penghasil negara asing. Barang dan jasa yang diproduksikan
produk yang bersaing dengan produk ekspor kita bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara
dipasar dunia; tersebut tetapi oleh penduduk negara lain selama
6. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang perusahaan tersebut masih beroperasi di negara
serasi disertai dengan kebijakan peningkatan tersebut (Sukirno, 2011). Lebih lengkap Produk
ekspor yang tepat. Domestik Bruto (PDB) dijelaskan oleh Latumaerissa
7. Adanya peingkatan efesiensi produksi secara (2015) sebagai jumlah nilai seluruh barang dan jasa
menyeluruh dalam perekonomian negara yang diproduksi oleh suatu negara dalam periode
pengekspor. tertentu atau satu tahun termasuk barang dan jasa
yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk
negara tersebut dan oleh penduduk negara lain yang dan 12879296344. Standar deviasi untuk PDB
tinggal di negara bersangkutan. Mankiw (2006) sebesar 0.1761459. inflasi memiliki standar deviasi
merumuskan perhitungan Produk Domestik Bruto sebesar 0.3310096, ekspor memiliki standar deviasi
(PDB) sebagai berikut: sebesar 1197942653 dan impor memiliki standar
deviasi sebesar 1505429901. PDB, inflasi, ekspor dan
keterangan: impor memiliki variansi masing-masing sebesar
Y: Produk Domestik Bruto (PDB) 0.03102737, 0.1095674, 1.435067e+18 dan
C: konsumsi 2.266319e+18.
I: investasi
G: belanja negara Model Awal
NX: ekspor neto

Metodologi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Estimasi Parameter
tanggal 27 sampai dengan 30 November 2020 yang
bertempat di Laboratorium Statistika Terapan,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman. Sumber data yang Konstanta sebesar menyatakan bahwa
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. tanpa dipengaruhi inflasi, ekspor, dan impor maka
Data diperoleh dari website Badan Pusat Statistik PDB sebesar . Koefisien sebesar
(BPS) Indonesia. Variabel penelitian yang digunakan menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan
ada 4 yaitu variabel Y merupakan data Produk inflasi dapat meningkatkan PDB sebesar
Domestik Bruto (PDB), sedangkan variabel X1 . Konstanta sebesar menyatakan
(Inflasi), X2 (Ekspor) dan X3 (Impor). Adapun bahwa setiap penambahan 1 satuan ekspor dapat
teknik analisis data dalam penelitian ini adalah: menurunkan PDB sebesar . Konstanta
1. Mengidentifikasi data menggunakan statistika sebesar menyatakan bahwa setiap
deskriptif dengan menampilkan Rataan, standar penambahan 1 satuan impor maka aka meningkatkan
deviasi, dan variansi PDB sebesar .
2. Menentukan model awal analisis regresi linier
berganda Uji Simultan
3. Menentukan estimasi parameter dan Pengujian signifikansi secara simultan (uji-F),
menginterpretasikan model tersebut untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
4. Melakukan pengujian signifikansi dengan uji bebas terhadap variabel terikat.
simultan dan uji parsial Hipotesis:
5. Menentukan koefisien determinasi dan H0:  0  1   2   3  0
menginterpretasikan H1: minimal ada satu  j  0 dimana j =0,1,2,3
6. Melakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri Dari hasil diperoleh nilai p-value = 0.157 > α =
dari Uji Multikolinieritas, uji normalitas, uji non- 0,05, dengan demikian gagal menolak H0, artinya
heteroskedastisitas, dan uji non-autokorelasi Secara simultan inflasi, ekspor, dan impor tidak
berpengaruh terhadap PDB.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil analisis deskriptif Produk Domestik Bruto Uji Parsial
(PDB) pada tahun 2015-2019. Pengujian signifikansi secara parsial (uji-t)
bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh secara
Tabel 1.analisis deskriptif individual variabel bebas
Variabel Rataan Standar Variansi
deviasi Tabel 2. Hasil Pengujian Parameter Secara
PDB 5.052 0.1761459 0.03102737 Parsial
Inflasi 0.329 0.3310096 0.1095674 Parameter Estimate Standard p-value
Ekspor 13566372771 1197942653 1.435067e+18 Error (SE)
Impor 12879296344 1505429901 2.266319e+18 PDB 4.640 5.077e-01 9.48e-08
Inflasi 2.742e-01 1.280e-01 0.0478
Berdasarkan Tabel 1 analisis deskriptif data PDB Ekspor -5.584e-12 6.825e-11 0.9358
didapatkan hasil bahwa rata-rata nilai harga indeks Impor 3.089e-11 5.115e-11 0.5543
untuk IHK sebesar 5.052, rata-rata inflasi,ekspor dan
impor masing-masing sebesar 0.329, 13566372771,
Hipotesis: (X2) dan impor (X3) sebesar adalah 0.1996 > 0,05.
H0 :  0  j untuk j = 0,1,2,3 Dengan demikian, dapat disimpulkan menerima H0
H1 :  j  0 untuk j = 0,1,2,3 atau tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada
Dari Tabel 2 diperoleh bahwa nilai p-value untuk model regresi
masing-masing parameter adalah inflasi sebesar
0.0478 < α = 0,05, ekspor sebesar 0.9358 > α = 0,05, Uji Autokorelasi
dan impor sebesar 0.9358 > α = 0,05 maka dapat Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji periode
diambil keputusan bahwa menolak H0 dan dapat tertentu dengan kesalahan pada periode sebelumnya
disimpulkan bahwa terdapat satu parameter yang dalam model regresi, Pengambilan keputusan tidak
berpengaruh terhadap PDB yaitu inflasi. adanya autokorelasi dengan menggunakan (Durbin
Watson Test ). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
Koefisien Determinasi nilai uji Durbin Watson dimana didapatkan nilai p-
Dari hasil pengujian koefisien determinasi value 0.3734 > 0,05 yang artinya tidak terjadi
diperoleh hasil sebesar 0.2712 yang menyatakan autokorelasi pada model regresi tersebut.
27,12% variasi yang terjadi pada variabel PDB
disebabkan oleh variabel inflasi, ekpor dan impor. Pengaruh Inflasi terhadap PDB
Hal ini menandakan ada sekitar 72,88 % variabel lain Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
yang mempengaruhi Variabel PDB yang masih bahwa Inflasi berpengaruh dan signifikan terhadap
belum diketahui. Produk Domestik Bruto (PDB) di indonesia. Dari
persamaan diketahui variabel kemiskinan
Uji Multikolinieritas menunjukkan koefisien sebesar
Pendeteksian Multikolinieritas dilakukan dengan menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan
melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). inflasi dapat meningkatkan PDB sebesar
.Untuk variabel inflasi diperoleh nilai p-value < α
Tabel 3. Nilai VIF sehingga tolak H0 yang artinya bahwa terdapat
No Variabel VIF pengaruh terhadap variabel PDB.
1 Inflasi 1.269353 Pengaruh Ekspor terhadap PDB
2 Ekspor 4.730120 Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
3 Impor 4.195384 bahwa ekspor tidak berpengaruh dan tidak
signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Berdasarkan Tabel 3 disimpulkan bahwa tidak di indonesia. Untuk variabel ekspor diperoleh nilai
terdapat masalah multikolinieritas antara variabel p-value > α sehingga terima H0 yang artinya bahwa
inflasi, ekspor, dan impor dikarenakan nilai VIF yang tidak terdapat pengaruh terhadap variabel PDB.
diperoleh lebih kecil dari 10.
Pengaruh Impor terhadap PDB
Uji Normalitas Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
Pengujian asumsi pada regresi linier berganda. bahwa Impor tidak berpengaruh dan tidak signifikan
Normalitas residual dengan hipotesis sebagai berikut: terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di
H0 : Residual berdistribusi normal indonesia. Untuk variabel Impor diperoleh nilai p-
H1 : Residual tidak berdistribusi normal value > α sehingga terima H0 yang artinya bahwa
Statistik uji yang digunakan adalah Shapiro-Wilk, tidak terdapat pengaruh terhadap variabel PDB.
diperoleh nilai p-value statistik uji Shapiro-Wilk
adalah sebesar 0.7363. Nilai p-value untuk Shapiro- Kesimpulan
Wilk sebesar 0.7363 > α = 0,05, dengan demikian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
keputusannya H0 gagal ditolak. Dapat disimpulkan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
bahwa data residual berdistribusi normal. 1. Model analisis regresi Linier Berganda pada data
PDB Indonesia tahun 2015-2019 adalah :
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas, adapun prosedurnya
pengujiannya, hipotesis: 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi data PDB
H0 : Tidak terdapat masalah heteroskedastsitas dalam Indonesia tahun 2015-2019 yaitu Inflasi
model regresi
H1 : Terdapat masalah heteroskedastsitas dalam Daftar Pustaka
model regresi Sembiring, R.K., 1995. AnalisisRegresi.
Statistik uji yang digunakan adalah Uji Breusch- Bandung: ITB.
Pagan. Nilai p-value untuk harga Inflasi (X1), ekspor
Saputra, I Gede. Kesumajaya, I Wayan Wita.
2016. Pengaruh Utang Luar Negeri,
Ekspor, dan Impor Terhadap
Pertumbuhan Jurnal Administrasi Bisnis .
Ekonomi Pembangunan Univeristas
Udayana.
Draper, N dan H. Smith. 1992. Analisis Regresi
Terapan, Terjemahan Edisi Kedua.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sukirno, Sadono. (2011). Makroekokonomi :
Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C.
(2000). Pembangunan Ekonomi di dunia
Ketiga, Edisi Keenam Jilid 1, Terjemahan
Haris Munadar. Jakarta: Erlangga.
Gujarati, D. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta:
Erlangga
Sudjana. 2002.Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Widarjono, A. 2007. Ekonometrika Teori dan
Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Ekonisia: Yogyakarta.
Dornbusch, Rudiger dan Fischer, Stanley. 1997.
Makro Ekonomi. Erlangga : Jakarta
Boediono. 2001. Ekonomi Internasional. BPFE
UGM : Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. (2011). Makroekokonomi :
Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C.
(2000). Pembangunan Ekonomi di dunia
Ketiga, Edisi Keenam Jilid 1, Terjemahan
Haris Munadar. Jakarta: Erlangga.
Jhingan, M.L. (2000). Ekonomi Pembangunan
dan Perencanaan, Terjemahan D.
Guritno. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Soediyono. (1990). Ekonomi Makro : Pengantar
Analisis Pendapatan Nasional.
Yogyakarta: Liberty.
Case, Karl E, dan Fair, Ray, C. (2007). Prinsip-
Prinsip Ekonomi Jilid 2, Terjemahan
Andri dkk. Jakarta: Erlangga,
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi
Makro. Jakarta : Salemba Empat.
Latumaerissa, Julius R. 2015. Perekonomian
Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global.
Bogor:Mitra Wacana Media

Anda mungkin juga menyukai