Selain beberapa contoh tersebut kertas kerja audit dapat juga berupa data atau informasi yang
tersimpan di dalam film, pita magnetic, atau media yang lainnya.
Audit terhadap laporan keuangan ini harus berdasarkan pada standar auditing yang sudah
ditetapkan oleh IAI. Untuk lebih memahami tentang standar auditing kami sudah membahasnya
di artikel lain dalam website ini.
Kertas kerja audit adalah sebuah sarana yang dipakai oleh seorang auditor untuk dapat
membuktikan bahwa standar pekerjaan lapangan tersebut sudah dipatuhi.
Isi Kertas Kerja Audit
Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 05, kertas kerja audit harus bisa atau cukup
menunjukan bahwa sebuah catatan akuntansi harus sudah sesuai dengan laporan keuangan atau
informasi lain yang dilaporkan dan standar auditing yang digunakan.
Kertas kerja audit pada umumnya harus berisikan dokumentasi yang menunjukan:
Untuk dapat membuktikan bahwa seorang auditor berkompeten dalam melakukan pekerjaan
lapangan sesuai dengan standar auditing, maka dia harus bisa membuat kertas kerja yang benar –
benar mempunyai manfaat.
Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka terdapat 5 syarat kertas kerja audit yang perlu
untuk diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Lengkap
Sebuah kertas kerja audit harus lah lengkap. Lengkap disini maksudnya adalah:
Berisikan seluruh informasi atau data penting yang harus dicantumkan. Seorang auditor
harus bisa menentukan komposisi seluruh data penting yang harus dimasukkan ke dalam kertas
kerja.
Tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja tersebut akan
diperiksa oleh seorang auditor senior dan kemungkinan akan diperiksa oleh pihak luar, maka
kertas kerja harus berisi informasi lengkap.
Dengan demikian tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Sebuah kertas kerja
audit harus disusun untuk dapat “berbicara” sendiri.
Oleh karena itu harus berisikan informasi yang lengkap, dan tidak berisikan informasi yang
masih belum jelas atau pernyataan yang belum terjawab.
2. Teliti
Dalam melakukan pembuatan kertas kerja seorang auditor dituntut untuk tetap memperhatikan
ketelitian dalam penulisan dan perhitungan.
Dengan demikian kertas kerja yang disusun akan terbebas dari kesalahan tulis dan juga
perhitungan.
3. Ringkas
Terkadang seorang auditor yang belum memiliki banyak pengalaman melakukan kesalahan
dengan melakukan pengauditan yang tidak relevan dengan tujuan audit.
Hal tersebut akan berakibat pada pembuatan atau pengumpulan kertas kerja dalam jumlah yang
banyak dan cenderung tidak memiliki manfaat dalam audit-nya.
Dengan demikian kertas kerja harus dibatasi pada data atau informasi yang penting atau pokok
dan relevan dengan tujuan dilakukannya audit serta disajikan secara ringkas.
Seorang auditor harus bisa menghindari rincian yang tidak perlu untuk disajikan. Analisis yang
dilakukan oleh auditor harus sebagai ringkasan dan juga penafsiran informasi atau data, bukan
hanya sebagai penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam menyusun dan menyajikan informasi kepada berbagai pihak yang akan
memeriksa kertas kerja harus diusahakan oleh auditor. Pemakaian istilah yang memunculkan
makna ganda harus dihindari.
5. Rapi
Kerapian dalam penyajian kertas kerja audit dan keteraturan dalam penyusunan-nya akan sangat
membantu seorang auditor senior dalam melakukan review terhadap hasil kerja dari staf-nya
serta akan memudahkan auditor dalam mendapatkan informasi dari kertas kerja.
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit
Terdapat beberapa tujuan dibuatnya kertas kerja audit, yaitu sebagai berikut.
Standar pekerjaan lapangan yang ketiga mensyaratkan bahwa seorang auditor mendapatkan bukti
kompeten yang cukup sebagai pedoman untuk dapat menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang di-audit-nya.
Kertas kerja audit bisa dipakai oleh auditor untuk mendukung pendapat yang disampaikannya
dan sebagai bukti bahwa auditor sudah melakukan audit yang memadai.
Di kemudian hari, apabila terdapat pihak yang membutuhkan penjelasan tentang kesimpulan atau
pertimbangan yang sudah dibuat oleh auditor dalam proses audit yang dilakukannya, maka
auditor dapat memeriksa kembali kertas kerja audit yang sudah dibuat dalam audit-nya.
Pembuatan seperangkat kertas kerja audit yang lengkap adalah syarat yang sangat penting untuk
membuktikan sudah dilakukannya dengan baik proses audit atas laporan keuangan.
Audit yang dilakukan oleh seorang auditor terdiri dari suatu proses atau tahapan audit yang
dilakukan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana.
Semua proses audit tersebut akan menghasilkan berbagai macam bukti yang akan membentuk
kertas kerja audit.
Pengkoordinasian dan pengorganisasian setiap tahapan atau proses audit tersebut bisa dilakukan
dengan memakai kertas kerja.
Dalam melakukan proses audit yang berulang dengan klien yang sama dan dalam periode
akuntansi yang berbeda, seorang auditor membutuhkan data atau informasi tentang:
Kertas kerja ini terdiri dari berbagai beberapa jenis, yang secara garis besar bisa dikelompokkan
menjadi 5, yaitu sebagai berikut.
Program audit adalah suatu daftar prosedur audit untuk semua audit unsur tertentu.
Sedangkan prosedur audit adalah suatu instruksi yang rinci atau detail untuk mengumpulkan
berbagai jenis bukti audit tertentu yang harus didapatkan pada saat tertentu dalam proses audit.
1. Prosedur audit yang harus diikuti dalam melakukan suatu verifikasi masing – masing
unsur yang terdapat di dalam laporan keuangan.
2. Tanggal dan paraf pelaksanaan prosedur audit tersebut.
3. Penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan.
Sehingga, program audit mempunyai fungsi sebagai suatu alat yang berguna untuk menetapkan
jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit. Program audit bisa dimanfaatkan untuk:
Working trial balance adalah suatu daftar yang berisikan berbagai saldo akun yang berasal dari
buku besar pada akhir tahun yang di-audit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom – kolom
untuk penyesuaian, penggolongan kembali yang diusulkan auditor, dan berbagai saldo setelah
koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan audit-an.
Working trial balance ini adalah suatu daftar awalan yang harus dibuat oleh seorang auditor
untuk memindahkan seluruh saldo akun yang terdapat di dalam daftar saldo (trial balance) klien
nya.
Pada kolom yang terakhir dalam working trial balance tersebut seorang auditor menyajikan draft
final laporan keuangan klien nya setelah dilakukan audit oleh auditor.
Draft final tersebutlah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dapat dilampirkan
pada laporan audit.
Terdapat kolom “Saldo akhir 31 Desember 20×8 (tahun lalu)”, kolom tersebut berisikan dengan
berbagai saldo akun setelah penyesuaian auditor dalam audit tahun sebelumnya.
Penyajian berbagai saldo dari audit tahun sebelumnya untuk tahun sekarang yang diaudit,
mempunyai tujuan untuk dapat memudahkan pembandingan dengan saldo akun yang
berhubungan untuk tahun yang diaudit.
Hal tersebut supaya auditor bisa memusatkan perhatian pada berbagai perubahan yang luar biasa
atau signifikan.
Sebenarnya working trial balance tersebut memiliki fungsi yang sama dengan lembar kerja atau
worksheet atau neraca lajur yang dipakai klien dalam menyusun laporan keuangan.
Berikut ini adalah tahapan yang ditempuh dalam penyusunan laporan keuangan audit-an, yaitu:
Dalam melakukan proses audit-nya, seorang auditor mungkin akan menjumpai kesalahan atau
kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi milik klien nya.
Untuk bisa membetulkan kesalahan tersebut, seorang auditor akan membuat draft jurnal
penyesuaian yang nantinya akan dibicarakan lebih lanjut dengan klien nya.
Selain itu, seorang auditor juga akan membuat jurnal penggolongan kembali atau reclassification
entries untuk berbagai unsur yang tidak terdapat kesalahan pencatatan oleh klien.
Hal tersebut berguna untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar, maka harus di-
golong-kan kembali.
Jurnal penyesuaian yang diusulkan oleh seorang auditor pada umumnya akan diberi nomor urut
dan untuk jurnal penggolongan kembali akan diberi identitas berupa huruf.
Setiap jurnal penyesuaian atau penggolongan kembali harus dilengkapi dengan penjelasan yang
rinci atau lengkap.
Jurnal penyesuan dengan jurnal penggolongan kembali ini berbeda. Jurnal penggolongan
kembali dipakai oleh auditor hanya untuk mendapatkan penggolongan yang benar dalam laporan
keuangan yang dibuat oleh klien-nya.
Jurnal tersebut dipakai untuk mengelompokkan kembali suatu jumlah dalam kertas kerja audit
auditor dan tidak untuk disarankan supaya di-buku-kan ke dalam catatan akuntansi klien.
Contoh dari jurnal penggolongan kembali yaitu jurnal untuk mengelompokkan kembali saldo
kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, oleh karena itu jumlah tersebut akan muncul dalam
neraca sebagai utang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit piutang usaha.
Jurnal penyesuaian dipakai oleh auditor untuk melakukan koreksi atas catatan akuntansi klien
yang salah, dengan demikian jurnal tersebut disarankan oleh auditor kepada klien untuk di-buku-
kan dalam catatan akuntansi yang dibuat oleh klien nya.
Oleh auditor, jurnal penyesuaian dan penggolongan kembali pada awalnya dicatat di dalam
skedul pendukung dan juga dalam ringkasan jurnal penyesuaian.
Selanjutnya jurnal – jurnal tersebut akan diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam
skedul utama yang berhubungan dan ke dalam working trial balance.
4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang dipakai untuk melakukan peringkasan informasi yang
dicatat di dalam skedul pendukung untuk berbagai akun yang berkaitan.
Skedul utama ini dipakai untuk menggabungkan berbagai akun yang ada di buku besar yang
sejenis, yang jumlah saldo nya akan disajikan di dalam laporan keuangan dalam satu jumlah.
Misalnya, skedul utama kas adalah penggabungan berbagai akun yang ada di buku besar:
Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan berbagai kolom yang ada di dalam working
trial balance.
Jumlah dari setiap kolom yang terdapat di dalam skedul utama dipindahkan ke dalam kolom
yang berhubungan dalam working trial balance.
5. Skedul Pendukung
Ketika seorang auditor melakukan verifikasi terhadap berbagai unsur yang terdapat di dalam
laporan keuangan yang dibuat klien, maka dia akan membuat berbagai macam kertas kerja
pendukung yang berguna untuk menguatkan informasi keuangan dan operasional yang
dikumpulkannya.
Dalam masing – masing skedul pendukung harus disajikan pekerjaan yang sudah dilakukan oleh
seorang auditor dalam memverifikasi dan juga menganalisis:
Skedul pendukung ini juga harus menyajikan berbagai kesimpulan yang dibuat oleh auditor.
Pemberian indeks tersebut bertujuan untuk mempermudah pencarian informasi dalam berbagai
daftar yang ada di berbagai jenis kertas kerja audit.
Masing – masing auditor memiliki cara yang berbeda – beda tentang cara pemberian indeks
kertas kerja.
Berbagai factor yang harus diperhatikan dalam memberikan indeks pada kertas kerja adalah
sebagai berikut.
1. Masing – masing kertas kerja harus diberikan indeks baik di sudut atas atau pun di sudut
bawah.
2. Pencantuman indeks silang atau cross index.
3. Jawaban konfirmasi, print out computer, pita mesin hitung dan lain sebagainya tidak
diberi indeks kecuali apabila dilampirkan di belakang kertas kerja yang mempunyai
indeks.
Pencantuman Indeks Silang
Rincian atau penjelasan jumlah yang terdapat dalam suatu skedul pendukung diberi indeks silang
dengan menunjuk indeks skedul utama yang berhubungan, yang memuat jumlah tersebut.
Pada umumnya analisis akun neraca berkaitan dengan analisis akun laba rugi. Sehingga, kertas
kerja audit yang berkaitan dengan akun yang ada di neraca harus diberi indeks silang dengan
kertas kerja yang berkaitan dengan akun laba rugi.
Pada umumnya skedul pendukung tertentu menyajikan informasi yang berhubungan dengan
informasi lain yang terdapat dalam skedul pendukung lain.
Untuk dapat menghubungkan informasi yang saling berhubungan, yang ada di dalam berbagai
skedul pendukung, maka dibutuhkan indeks silang antar skedul pendukung.
Masing – masing jurnal penyesuaian yang dicatat di dalam ringkasan jurnal penyesuaian harus
diberi indeks silang, yaitu dengan cara mencantumkan indeks skedul pendukung di belakang
jurnal penyesuaian yang disajikan ke dalam ringkasan jurnal penyesuaian tersebut.
Indeks skedul utama disajikan pada working trial balance dengan tujuan untuk mempermudah
dalam melakukan pencarian kembali informasi yang lebih lengkap atau rinci dari working trial
balance ke skedul utama.
Indeks kertas kerja yang disajikan di dalam program audit berguna untuk menunjukan di kertas
kerja mana hasil dari pelaksanaan audit yang dilakukan bisa ditemukan.
Metode Indeks Kertas Kerja Audit
Terdapat 3 metode dalam melakukan pemberian indeks terhadap kertas kerja audit, yaitu sebagai
berikut.
1. Indeks Angka
Kertas kerja utama (program audit, working trial balance, dan ringkasan jurnal penyesuaian),
skedul utama, dan skedul pendukung diberi kode berupa angka.
Kertas kerja utama dan juga skedul utama diberi indeks dengan bentuk angka. Sedangkan untuk
skedul pendukung diberi sub indeks dengan menambahkan nomor kode skedul utama yang
berhubungan. . Contohnya adalah sebagai berikut.
Dalam hal ini kertas kerja akan diberi kode yang berupa kombinasi antara angka dan huruf.
Kertas kerja utama dan juga skedul utama diberi kode berupa huruf dan skedul pendukung di
beri kode berupa kombinasi antara huruf dan juga angka. Contohnya adalah sebagai berikut.
A-
Kas di Bank
1
A-
Konfirmasi Bank
2
A-
Kas Kecil
3
Dalam hal ini kertas kerja akan diberi kode berupa angka yang berurutan. Berikut merupakan
contohnya.
3 Konfirmasi Bank
Hal tersebut dengan tujuan untuk mempermudah melakukan review atas kertas kerja audit yang
dibuat oleh berbagai asisten dan staf auditor.
Berbagai jenis kertas kerja tersebut harus disusun secara terstruktur dan sistematis serta dalam
urutan yang logis.
Seorang akuntan senior yang berperan sebagai orang yang meriview kertas kerja biasanya
menghendaki susunan kertas kerja audit dalam urutan sebagai berikut.
Dalam point ke 3 disajikan “ringkasan informasi bagi reviewer” hal tersebut bertujuan untuk
memberikan daftar tentang berbagai hal yang membutuhkan perhatian secara khusus dari
reviewer.
Tapi hak kepemilikan tersebut harus tunduk pada berbagai batasan yang sudah diatur di dalam
Kode Etik Akuntan Indonesia yang berlaku, untuk menghindari pemakaian berbagai hal yang
mempunyai sifat rahasia oleh auditor dalam kaitannya dengan transaksi klien untuk tujuan yang
tidak semestinya.
Hampir semua informasi atau data yang diberikan klien kepada auditor sifatnya adalah rahasia.
Sehingga, klien tidak akan rela memberikan informasi penting tersebut kepada auditor, apabila
klien tidak mendapatkan jaminan dari auditor tentang penjagaan kerahasiaan informasi tersebut.
Dan karena hampir seluruh informasi yang didapatkan auditor disajikan di dalam kertas kerja
audit, maka kertas kerja adalah hal yang bersifat rahasia.
Berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa seorang auditor harus mengaplikasikan
prosedur yang memadai untuk dapat menjaga keamanan dari kertas kerja audit dan harus
menyimpannya minimal 10 tahun. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan prakteknya dan berbagai
ketentuan yang berlaku tentang penyimpanan dokumen.
Karena kertas kerja mempunyai sifat yang rahasia, maka auditor wajib untuk selalu menjaga
kertas kerja audit secara terus menerus dengan cara menghindari terungkapnya informasi yang
terdapat dalam kertas kerja kepada berbagai bihak yang tidak diinginkan.
Berikut ini adalah bunyi dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia berdasarkan pasal 4 yang
mengatur tentang kerahasiaan kertas kerja:
“Setiap anggota harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam tugasnya. Dan tidak
boleh terlibat dalam pengungkapan dan pemanfaatan informasi tersebut, tanpa seizin pihak yang
memberi tugas, kecuali jika itu dikehendaki oleh norma profesi, hukum, dan negara.”
1. Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang sudah selesai dilakukan, yang disebut dengan
“arsip kini (current file)”.
2. Arsip permanen (permanent file), arsip ini dilakukan untuk data yang secara relative tidak
mengalami perubahan.
Arsip kini merupakan arsip yang berisikan kertas kerja yang informasinya hanya memiliki
manfaat untuk periode yang di-audit saja.
Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite yang dibentuk oleh klien.
Pembentukan dari arsi permanen ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menyegarkan ingatan seorang auditor tentang informasi yang akan dipakai dalam
kegiatan audit pada tahun – tahun yang akan datang.
2. Untuk memberikan suatu ringkasan tentang kebijakan dan organisasi klien bagi staf
auditor yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama setiap tahunnya.
Informasi yang terdapat di dalam arsip permanen ini harus selalu diupdate pada setiap kali audit.