Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI RUANG PAV 5


DENGAN DIAGNOSA MEDIS MORBILI
RUMAH SAKIT DR RAMELAN
SURABAYA

OLEH :

RARA AYU ANJANI BUDI S.R


193.0072

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROFESI NERS HANG TUAH


SURABAYA
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI RUANG PAV 5


DENGAN DIAGNOSA MEDIS MORBILI
RUMAH SAKIT DR RAMELAN
SURABAYA

OLEH :

RARA AYU ANJANI BUDI S.R


193.0072

Surabaya, Juni 2020

Mengetahui,

CI Institusi

(Puji Hastuti, S,Kep.,Ns.,M.Kep)

A. PENGERTIAN
Campak Penyakit ini menyebar melalui udara dengan tetesan hasil pernafasan yang

dihasilkan dari batuk atau bersin. (Ovedoff, 2017:451)

Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute

udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,

2018:2443)

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan

3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Penyakit pada

anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam

demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi. (Mansjoer, 2018 : 47).

Menurut Mansjoer (2018) Riwayat Alamia Penyakit Morbili (Rubela atau Campak) di

bagi menjadi 3 tahap yaitu :

a. Tahap Prepathogenesis

Pada tahap Prepathogenesis induvidu dalam keadaan normal atau sehat tetapi pada

dasarnya pekaserangan agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian

pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.

Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada

diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap

menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya

tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ‘lengah’ ataupun memang

bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan

melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis

b. Tahap Patoghenesis
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil dan

jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti menyatu menjadi satu. Ruam

umumnya muncul pertama dari daerah wajah, tengkuk, dan segerah menjalar menuju

dada. Punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam muncul suhu tubuh

pada anak meningkta sampai 40oC, ingus semakin banyak, hidung semakin mampat,

tenggorokan semakin sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah

c. Tahap Akhir atau pasca pathogenesis

Berakhirnya perjalanan penyakit Campak. Dapat berada dalam lima pilihan

keadaan, yaitu:

1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih,

sehat kembali.

2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,

tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang

permanen berupa cacat.

3. Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada

dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.

4. Penyakit tetap berlangsung kronik.

5. Berakhir dengan kematian.

B. ETIOLOGI
Virus Morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa

prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan

droplet dan kontak (Mansjoer, 2018 : 47).

Morbili adalah sejenis penyakit virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus

yaitu genus virus morbili.Virus Morbili sangat sensitif terdapat panas dan dingin dan dapat

dinaktifkan pada suhu tubuh 30oC-20oC sinar matahari, eter, transipsin dan beta

propiolakton. Sedang formalin dapat memusnakan daya infeksiya tetapi tidak mengganggu

aktif komplemen. (Rampengan, 2017 )

Nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul

bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,

2017:351)

Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,

genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip

dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut

ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak

selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam

kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 2018 :

198).

C. PATOFISIOLOGI

Paramyxiviridae morbili Mengendap pada organ Saluran cerna


virus
Epital saluran napas
Kulit Hiperplasi jaringan
Masuk sal nafas limfoid
Penurunan fungsi
Poliferasi sel endotel
Ditangkap oleh makrofag silia Iritasi mukosa
kapiler dalam korium
usus
v Sekret
Menyebar ke kelenjar Eksudasi serum/eritrosit
limfa regional dalam epidermis Sekresi

Reflek Batuk
Mengalami replikasi Ruam
Peristaltik
Ketidakefektifan
Virus dilepas ke dalam Gangguan bersihan jalan
Gangguan Diare
aliran darah (viremia Integritas nafas
citra diri
primer) Kulit
Dehidrasi
Virus sampai RES

Set point meningkat


Replikasi Kembali Histamin

Virus sampai ke multiple Peningkatan


Gatal (nyeri ringan) suhu tubuh
tissue site (viremia
sekunder)
Gangguan rasa nyaman Hipertermi
Reaksi radang Nyeri

Nafsu makan
Pengeluaran
mediator kimia Intake nutrisi

Mempengaruhi termostat Ketidakseimbangan


dalam hipotalamus nutrisi kurang dari
kebtuhan tubuh

D. KLASIFIKASI MORBILI
Menurut Rampengan, (2017) Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini

dibagi menjadi 3 stadium yaitu :

1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala

sebagai berikut:

a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:

a. Koriza dan Batuk bertambah

b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole

c. Kadang terlehat bercak koplik

d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.

e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening

f. Splenomegali

g. Diare dan muntah

Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang

disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)

b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral (prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,
lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah 2 Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu
badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di
belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka
bengkak. 3. Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu
menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rampengan, 2017)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota
badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit
akan tampak seperti bersisik. (Mansjoer, 2018)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan(Rampengan, 2017) :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas
5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 minggu
kemudian.

G. PENATALAKSANAAN
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi
yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan
cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak
tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu
mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit
bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.

H. KOMPLIKASI
1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten,
atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media
5. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah),
menderita komplikasi. (Rampengan, 2017
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data Dasar
1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terusmenerus
berlangsung 2 – 4 hari.
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit. Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi Anamnesa riwayat penyakit yang pernah
diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak Anamnesa riwayat kontak
dengan orang yang terinfeksi campak.).
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau
familial.
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat
bernafas.
b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selamaMRS Kebiasaan: pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah
di rumah sakit.
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah saki.
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS.
e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan
setelah sakit.
f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C),
pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan
pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji
apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan
keluarganya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien.
m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik
yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai
cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan
HE kepada keluarga pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik Kulit :
a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan
pada kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang telinga pada batas
rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas
dan dada bagian atas dalam 24 jam I.
Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh
lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2 – 3, maka rash
pada wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya rash berlangsung dari
atas ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya.
Dalam waktu 4 – 5 hari menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) &
pengelupasan (desquamasi).
b. Kepala
1) Mata
Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis
melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi
kelopak mata (Transverse Marginal Line Injectio) pada palpebrae inferior,
rasa panas di dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung
eksudat pada kantong konjungtiva.
2) Hidung
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen
dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang
bersamaan dengan menghilangnya panas.
3) Mulut
Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak kecil
yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan
bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi
berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak
teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke
– 2 setelah erupsi kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas
pada
morbili.
4) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas
jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus morbili).
5) Dada
a) Paru:
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan
nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot
bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan
oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering.
Intensitas batuk meningkat mencapai puncak pada saat erupsi.
Bertahan lama & menghilang secara bertahap dalam 5 – 10 hari.
b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
6) Abdomen
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat
menurun.
7) Anus & genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak.
terpengaruh. Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat
sesuai waktu timbulnya. 5. Pemeriksaan penunjang Dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukopenia ringan

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi. (D.0129)

2. Nyeri Akut b.d agen cidera fisiologis (Lesi Kulit, Malaise) (D.0077)

3. Hipertermi b.d Proses Penyakit (D.0130)

K. INTERVENSI

1) Diagnosa 1 : Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi. (D.0129)

a. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.

b. Intervensi

- Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

Rasional : mengetahui keadaan integritas kulit.

- Berikan perawatan kulit

Rasional : menghindari gangguan integritas kulit.

2) Diagnosa 2 : Nyeri Akut b.d agen cidera fisiologis (Lesi Kulit, Malaise) (D.0077)

a. Tujuan : tanda vital dalam batas normal

b. Intervensi

- kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan
Rasional :  untuk menurunkan rasa nyeri yang dialami pasien.

- kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Rasional : untuk membantu pemberian intervensi selanjutnya

3) Diagnosa 3 : Hipertermi b.d Proses Penyakit (D.0130)


a. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.

b. Intervensi

- Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang

datang kontak dnegan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.

- Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan

kulit.

Rasional : mencegah masuknya organisme infeksius.

- Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.

Rasional : mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.

- Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.

Rasional : rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

- Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)

Rasional : meningkatkan penyembuhan.

- Awasi tanda vital

Rasional : Indikator terjadinya infeksi.


L. IMPLEMENTASI

 Diagnosa 1 : Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi

a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

b. Memberikan perawatan kulit.

c. Memberikan makanan sedikit tapi sering.

d.Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk

membawa makanan dari rumah yang tepat.

 Diagnosa 2 : Nyeri Akut b.d agen cidera fisiologis (Lesi Kulit, Malaise)

a. Membantu faktor yang dapat mempengaruhi rasa nyeri

 Diagnosa 3 : Hipertermi b.d Proses Penyakit

a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang

datang kontak dengan pasien.

b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan

luka.

c. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.

d. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.

e. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).

f. Mengawasi tanda vital.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer 2018. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses. EGC, Jakarta

Rampengan, 2017 Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 8, Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, Suzanna 2018 Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Ovedoff. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8

Volume 2. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai