Anda di halaman 1dari 14

GERAKAN JAWU-JAWU BE’DO REJECT STUNTING

“Sebagai Solusi Yang Tepat Untuk Mencegah Stunting di Indonesia”

Oleh:
Muhammad Jefry Rivai
Delegasi Asal Sulawesi Barat

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti


Indonesia Culture and Nationalism (ICN) 2019
Tangerang, 10-13 April 2019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES MARENDENG MAJENE
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala karunia dan rahmat-Nya
sehingga proposal proyek sosial ICN CONFERENCE 2019 “Noesantara: Noesa Satu di Antara Kita” telah
disusun dengan baik. Proyek sosial ini berjudul “Gerakan Jawu-Jawu Be’do Reject Stunting” sebagai solusi
yang tepat dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Gagasan dalam proposal ini diharapkan dapat
diimplementasikan dengan segera di Indonesia, sebagai langkah untuk mencegah adanya kasus stunting
khususnya di Sulawesi Barat.
Hadirnya proposal ini semoga menjadi bahan pertimbangan bagi dewan juri untuk memberikan
bantuan dana agar proyek sosial yang direncanakan dapat terlaksana. Hadirnya proposal ini juga tidak lepas
dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan dan memberikan jalan yang terbaik selama ini.
2. Orangtua dan keluarga, yang telah mendukung serta memberi semangat dalam proses penyusunan
proposal proyek sosial ini.
3. Panitia ICN 2019, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk membuat proposal ini dan
memilih penulis sebagai delegasi asal Sulawesi Barat.
4. Dosen Stikes Marendeng Majene yang telah memberikan saran dalam penyusunan proposal ini.
5. Senior dan teman-teman yang telah memberikan saran serta semangat dalam penyusuan proposal ini.
Satu kebahagian tersendiri bagi penyusun jika laporan Proyek Sosial ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para masyarakat Kabupaten Majene.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Atas kritik dan saran yang di
sampaikan penyusun mengucapkan banyak terima kasih.

Majene, 23 Desember 2018

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3

A. Judul Proyek Sosial ................................................................................................................ 4


B. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan Proyek Sosial .............................................................................................................. 5
D. Deskripsi Proyek Sosial .......................................................................................................... 5
E. Hambatan dan Tantangan yang dihadapi ............................................................................... 6

PENUTUP .................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3|Page
A. Judul Proyek Sosial
Gerakan Jawu-Jawu Be’do Reject Stunting.
B. Latar Belakang
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu
yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang di dasarkan
pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Stunting adalah
bentuk dari proses pertumbuhan anak yang terhambat. Sampai saat ini stunting masih menjadi salah satu
masalah gizi yang perlu mendapat perhatian. Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang
terjadi di Indonesia.
Sebanyak 13 provinsi termasuk kategori berat, dan sebanyak 15 provinsi termasuk kategori serius. Ke
15 provinsi tersebut, yaitu : Papua (40,1%), Maluku (40,6%), Sulawesi Selatan (40,3%), Sulawesi
Tengah (41,0%), Maluku Utara (41,1%), Kalimantan Tengah (41,3%), Aceh (41,5%), Sumatera Utara
(42,5%), Sulawesi Tenggara (42,6%), Lampung (42,6%), Kalimantan Selatan (44,2%), Papua Barat
(44,7%), Nusa Tenggara Barat (45,2), Sulawesi Barat (48,0%) dan Nusa Tenggara Timur (51,7%).
(KemenKes RI, 2014). Kejadian stunting terbaru di Provinsi Sulawesi barat sebesar 40,1 %, dan untuk di
kabupaten Majene sebesar 40,37% (ePPGBM Sulawesi Barat, 2018). Sulawesi barat berada di peringkat
ke Dua untuk tingkat nasional dan Majene merupakan penyumbang stunting terbesar untuk Sulawesi
barat.
Faktor yang mempengaruhi kejadian stunting salah satunya adalah kurangnya konsumsi makanan
berprotein tinggi ketika anak berusia dibawah dua tahun. Makanan berprotein tinggi salah satunya adalah
ikan. Hasil dari beberapa penelitian yaitu Mustar (2013), dan Sulthonia, Sulistiyati, & Suprayitno,
(2013), ikan yang banyak mengandung protein tinggi adalah ikan Gabus. Ikan gabus merupakan salah
satu jenis ikan air tawar yang memiliki kandungan protein yang terbilang cukup tinggi. Kandungan
protein pada ikan gabus ini sangat penting bagi tubuh untuk mempercepat proses pembentukan jaringan
termasuk jaringan penyusun tulang yang berpengaruh terhadap tinggi badan anak. Akan tetapi, karena
bentuk dan bau amis dari ikan gabus ini sehingga kurang diminati oleh masyarakat terutama anak-anak
untuk dikonsumsi. Olehnya itu perlu dilakukan suatu cara untuk mengolah ikan gabus ini supaya dapat
diterima oleh masyarakat.
Berdasarkan masalah diatas, penulis merancang sebuah proyek sosial yaitu Gerakan Jawu-Jawu
Be’do Reject Stunting. Cara yang terbaik agar menarik minat anak dalam mengkonsumsi ikan yaitu
4|Page
dengan mengolah ikan gabus menjadi abon (jawu-jawu be’do). Jawu-jawu be’do berasal dari bahasa
Mandar yang terdiri dari 2 kata, yaitu “Jawu-jawu” yang berarti abon dan “Be’do” artinya ikan gabus.
Jawu-jawu be’do merupakan cara yang tepat untuk mencegah stunting salah satunya meningkatkan
ketahanan gizi masyarakat Majene. Proyek ini diambil karena Majene termasuk banyak yang
membudidayakan ikan gabus, serta cara pembuatan abon ikan gabus tergolong mudah oleh masyarakat
Majene.
C. Tujuan Proyek Sosial
a. Tujuan Umum :
Mencegah kejadian stunting di Kabupaten Majene.
b. Tujuan Khusus :
1) Terciptanya kader aktif yang bisa memandu masyarakat untuk mencegah kejadian stunting di
Kabupaten Majene.
2) Terciptanya produk Jawu-jawu be’do (Abon Ikan Gabus) yang dapat menurukan kasus stunting di
Kabupaten Majene.
3) Tersosialisasinya Jawu-Jawu Be’do (Abon Ikan Gabus) sebagai solusi yang tepat dalam
menurunkan angka stunting di masyarakat Kabupaten Majene.
4) Masyarakat mampu memanfaatkan abon ikan gabus dalam kehidupan sehari-harinya.
D. Deskripsi Proyek Sosial

Jawu-jawu be’do berasal dari bahasa Mandar yang terdiri dari 2 kata, “Jawu-jawu” artinya abon dan
“Be’do” artinya ikan gabus. Proyek sosial ini bergerak di bidang kepemudaan dan pemberdayaan
masyarakat. Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang diketahui memiliki manfaat yang
dapat meningkatkan kandungan albumin dan daya tahan tubuh.

Penulis membuat cara yang tepat untuk menangani pencegahan stunting yaitu dengan membentuk kader
yang disebut “Pahlawan Stunting”. Kader ini nantinya mendampingi warga melakukan pembuatan “Jawu-
jawu Be’do” dimana kader tersebut anggotanya dari masyarakat setempat. Pahlawan Stunting (kader
kesehatan dari masyarakat yang bertugas mencegah stunting di Kabupaten Majene) ini berfokus pada
orangtua yang mempunyai balita berusia di bawah 2 tahun. Untuk di Kabupaten Majene daerah lokasi fokus
stunting ada 10 desa yaitu: Pambo’borang, Betteng, Bonde Utara, Banua Adolang, Adolang II, Pesuloang,
Pundau, Bambangan, Salutahongan, Kabira’ang. Penulis rencananya akan memilih desa Pambo’borang untuk
melaksanakan proyek ini dengan alasan daerah tersebut memiliki jumlah anak dengan stunting terbanyak.
Pada kegiatan tersebut penulis merancang sebuah gerakan yang disebut “Gerakan Jawu-jawu Be’do Reject
Stunting”, kegiatan ini adalah sebuah gerakan mencegah stunting dengan cara peningkatan konsumsi ikan
berprotein tinggi yaitu jawu-jawu be’do (abon ikan gabus). Hal yang akan dilakukan yaitu: (1) penentuan
5|Page
lokasi proyek sosial, (2) pencarian volunteer, (3) pembentukan kader dengan koordinasi bersama kepala desa
atau lintas sektor, (4) pengumpulan data dan alat, (5) Pembelian Bahan & Persiapan Pelatihan Pahlawan
Stunting, (6) melakukan pelatihan kader, (7) sosialisasi tentang produk “Jawu-jawu Be’do” ke masyarakat
terkhusus orangtua yang mempunyai balita berusia < 2 tahun, (8) pembelian bahan & persiapan pelatihan di
masyarakat, (9) pendampingan & pelatihan pembuatan jawu-jawu be’do di masyarakat, (10) evaluasi &
perangkuman laporan serta (11) publikasi via offline dan online.

Pada proses pelatihan kader dilakukan selama 1 bulan, Pahlawan Stunting (kader kesehatan dari
masyarakat yang bertugas mencegah stunting di Kabupaten Majene) ini akan diberi materi terkait stunting &
cara mengelola jawu-jawu be’do yang sehat dan bernutrisi. Kader inilah yang nantinya akan membimbing
masyarakat mengenal jawu-jawu be’do sebagai makanan yang dapat mencegah stunting di Indonesia. Setelah
itu, dilakukan proses sosialisasi selama 2 bulan di berbagai wilayah di Kabupaten Majene dengan melakukan
beberapa cara, antara lain: seminar, kunjungan rumah warga, menyebar brosur dalam bentuk pamflet, pasang
baliho, dan share di media sosial. Pada kegiatan seminar, Pahlawan Stunting akan mengajari masyarakat
mengenai bahaya stunting, cara mencegah stunting, faktor yang mempengaruhi kejadian stunting, manfaat
produk jawu-jawu be’do (ikan gabus), khasiat jawu-jawu be’do (ikan gabus), serta cara meningkatkan nafsu
makan dengan produk jawu-jawu be’do. Kegiatan selanjutnya, Pendampingan dan Pelatihan tentang
pembuatan produk “Jawu-jawu Be’do” yang di dampingi langsung oleh kader Pahlawan Stunting yang
terlatih, disana kader akan mendemostrasikan pembuatan jawu-jawu be’do kepada masyarakat setempat
dengan cara: (1) memilih lokasi strategis untuk memudahkan masyarakat melihat proses pembuatan makanan
sehat dan bernutrisi, (2) mempersiapkan fasilitas lengkap berupa kursi, sound system, Mic Wireless, block
note beserta pulpen kepada masyarakat yang ikut serta melihat proses pembuatan jawu-jawu be’do, (3)
menghimbau kepada masyarakat agar menyimak dengan baik proses pembuatan jawu-jawu be’do yang sehat
dan bernutrisi, (4) menginformasikan kepada orangtua agar selalu mengkonsumsi jawu-jawu be’do kepada
anak-anaknya guna menurunkan angka stunting di Sulawesi Barat khususnya di Kabupaten Majene dan
mendukung Pahlawan Stunting dalam menangani pencegahan stunting di Indonesia. Disamping itu Pahlawan
Stunting juga melakukan kunjungan rumah guna meninjau perkembangan nafsu makan anak dan
mendampingi dalam pembuatan jawu-jawu be’do serta melihat tingkat pengetahuan masyarakat terkait
bahaya stunting, cara mencegah stunting, faktor yang mempengaruhi kejadian stunting, manfaat produk
jawu-jawu be’do (ikan gabus), khasiat jawu-jawu be’do (ikan gabus), serta cara meningkatkan nafsu makan
dengan produk jawu-jawu be’do.

Pada kegiatan ini akan di publikasikan di berbagai media sosial seperti: Youtube, Whatsapp, Instagram
dan Facebook, untuk memudahkan masyarakat mengenali program jawu-jawu be’do. Pembuatan abon
meliputi tahap pengasapan, penyangraian, penyuiran, pencampuran bumbu, pengeringan, penggorengan dan
6|Page
pengepresan. Jawu-jawu Be’do mempunyai bentuk dan tekstur yang lembut, rasanya yang enak, baunya yang
khas, dan mempunyai daya awet yang relative lama. Produk inilah yang mampu memikat hati masyarakat
untuk mengkonsumsi jawu-jawu be’do karena mampu membuat nafsu makan anak meningkat. Tahapan
proses pembuatan jawu-jawu be’do berbeda dengan abon ikan gabus pada umunya, ikan gabus pada
umumnya memakai cara pengukusan sedangkan jawu-jawu be’do menggunakan teknik tradisional mandar
dengan cara pengasapan (be’do diasapi terlebih dahulu menggunakan sabuk kelapa) serta pengolahannyapun
menggunakan minyak mandar dan memakai bumbu dari rempah-rempah alami agar menciptakan aroma yang
dapat mengundang selera dan memiliki cita rasa yang khas karena diolah dengan cara tradisional mandar.
Selain itu, jawu-jawu be’do bisa dijadikan sebuah alat untuk mempopulerkan makanan tradisional Indonesia
di berbagai daerah lewat “Gerakan Jawu-Jawu Be’do Reject Stunting” sebagai solusi yang tepat untuk
mencegah stunting. Cara membuat jawu-jawu be’do: (1) Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah
pembersihan ikan gabus. Ini tujuannya untuk menghilangkan kotoran dan menghilangkan sebagian besar
mikroba yang yang terdapat pada tubuh ikan gabusnya, (2) Kemudian be’do (ikan gabus) diasapi dengan bara
api yang dihasilkan dari pembakaran sabuk kelapa, dan tidak diletakkan dekat dengan api agar tidak terbakar.
Sewaktu pengasapan berlangsung, api perlu dijaga dengan baik agar tidak terlalu besar. Bila suhu tempat
pengasapan terlalu panas, asap tidak dapat masuk ke dalam makanan, makanan yang diasapi harus dijaga
agar seluruh bagian terkena asap. Waktu pengasapan kurang lebih 40 menit tergantung ukuran daging, jenis
ikan dan besarnya api. (3) Setelah proses pengasapan selesai, daging ikan gabus dipisahkan dari tulangnya
(difillet) dan dipilih daging yang berwarna putih lalu dicincang, (4) Kita siapkan bumbunya, prosedur
pembuatan bumbu yaitu : 5 kg ikan be’do (ikan gabus), 5 ikat sereh, 2 genggam lengkuas, 5 sendok merica
biji (lada), 10 ikat bawang mandar (1 ikat = 5 biji), garam secukupnya, lombok kecil ½ cangkir (sesuai
selera), 1 gelas minyak mandar, dan 1 gelas asam mangga. Semua bumbu dihaluskan kecuali asam mangga
karena dilakukan proses pemerasan menggunakan air, lalu disaring dan sisa ampasnya dibuang. Kemudian
air hasil perasan asam mangga dicampur dengan bumbu yang telah dihaluskan, bumbu tersebut dicampurkan
bersama ikan gabus (be’do) sampai rata. (5) Masukan semua bahan yang telah dicampur rata diatas wajan
yang dipanasi dengan menggunakan api kecil. Setelah itu disangrai dengan menambahkan sedikit minyak
mandar, kemudian aduk sampi kering. (6) Tunggu hingga matang, (7) angkat, lalu jawu-jawu be’do siap
untuk disajikan.

Pada teknik ini masyarakat terutama pada orangtua yang mempunyai balita di bawah usia 2 tahun
menjadi lebih semangat dan nafsu makan anaknya meningkat karena dapat dimakan tanpa nasi, abon juga
bisa menjadi tambahan lauk yang bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan. Disamping itu yang terpenting
adalah masyarakat dapat mengkonsumsi abon tidak hanya sebagai tambahan lauk nasi saja, namun juga dapat
mengkonsumsi abon berbarengan dengan makanan lainnya selain nasi, seperti: Roti tawar, Biscuit malkist,

7|Page
Bubur ayam, dan banyak bahan makanan lainnya, sesuai kreasi. Hadirnya kader Pahlawan Stunting
mengharap banyak bisa mencegah stunting dengan cara peningkatan konsumsi ikan berprotein tinggi yaitu
jawu-jawu be’do (abon ikan gabus).

E. Hambatan dan Tantangan yang dihadapi


 Hambatan
Membutuhkan dana dalam proses pengelolaan pencegahan stunting dengan cara peningkatan
konsumsi ikan berprotein tinggi yaitu jawu-jawu be’do (abon ikan gabus).
 Tantangan
Mengubah kesadaran masyarakat untuk mengubah pola hidup terhadap pencegahan stunting
dengan cara meningkatkan konsumsi ikan berprotein tinggi.

8|Page
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proyek sosial ini berjudul “Gerakan Jawu-jawu Be’do Reject Stunting” sebagai solusi yang tepat
untuk mencegah stunting di Indonesia. Cara yang tepat untuk menangani pencegahan stunting yaitu dengan
membentuk kader yang disebut “Pahlawan Stunting” dan melakukan sebuah gerakan yang disebut “Jawu-
jawu Be’do Reject Stunting”. Pahlawan Stunting nantinya mendampingi dan mengajari masyarakat tentang
pembuatan “Jawu-jawu Be’do”. Perencanaan proyek berfokus pada orangtua yang mempunyai balita berusia
< 2 tahun. Cara pembuatan jawu-jawu be’do meliputi tahap pengukusan, penyuiran, pencampuran bumbu,
penggorengan dan pengepresan dengan menggunakan bahan alami. Proyek ini akan dilaksanakan dan
diselesaikan selama 1 tahun, dengan rincian anggaran dana sebesar Rp 10.000.000. Hadirnya kader Pahlawan
Stunting mengharap banyak bisa mencegah stunting dengan cara peningkatan konsumsi ikan berprotein
tinggi yaitu jawu-jawu be’do (abon ikan gabus). Olehnya itu, besar harapan penulis, proposal proyek sosial
ini dapat di terima dan di danai oleh pihak Indonesia Cultural and Nasionalism CONFERENCE (ICN) 2019.

9|Page
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar. 2018. Desiminasi Surveilans Gizi Melalui e-PPGBM. Sulawesi Barat.
DinKes Provinsi Sulawesi Barat.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
https://drive.google.com/file/d/0B_8e76vgfxWLcFo1cHB0cUNUYTQ/view. Akses Tanggal 7
Januari 2019. Majene.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Cegah Stunting Dengan Perbaikan Pola Makan Pola Asuh Dan Sanitasi.
http://www.depkes.go.id/article/view/18040700002/. Akses Tanggal 18 Januari 2019. Majene.

Mustar. 2013. Studi Pembuatan Abon Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus) Sebagai Makanan Suplemen
(Food Suplement). http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4663. Akses Tanggal 25
Desember 2018. Majene.

Rivai, J. 2018. Sulbar Masih Urutan Kedua Penderita Stunting Tertinggi Di Indonesia.
http://makassar.tribunnews.com/. Akses Tanggal 26 Desember 2018. Majene.
Tsaniyatul, S., T. D. Sulistiyati, & Suprayitno. 2013. Pengaruh Suhu Pengukusan Terhadap Kandungan Gizi
Dan Organoleptik Abon Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus).
https://media.neliti.com/media/publications/110333-ID-none.pdf. Akses Tanggal 25 Desember
2018. Majene.

10 | P a g e
Lampiran

F. Perencanaan dan Budgeting


Perencanaan proyek berfokus pada orangtua yang mempunyai balita berusia < 2 tahun. Cara
pembuatan meliputi tahap pengukusan, penyuiran, pencampuran bumbu, penggorengan dan pengepresan
dengan menggunakan bahan alami. Maka dari itu penulis membuat Gantt-Chart dan Budgeting mengenai
perencanaan Proyek Sosial yang akan direalisasikan.
 Gantt-Chart
Perencanaan proyek sosial ini dilakukan selama 1 tahun.

BULAN
No Jenis Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Penentuan lokasi
2 Pencarian volunteer
3 Pembentukan kader “Pahlawan
Sunting”
4 Pengumpulan data & alat
5 Pembelian Bahan & Persiapan Pelatihan
6 Pelatihan Kader
7 Sosialisasi Produk Jawu-jawu Be’do ke
masyarakat terkhusus orangtua yang
mempunyai balita berusia < 2 tahun
8 Pembelian Bahan & Persiapan Pelatihan
9 Pendampingan & Pelatihan pembuatan
jawu-jawu be’do
10 Evaluasi & perangkuman laporan
11 Publikasi via offline dan online

11 | P a g e
 Budgeting
Rincian dana terdiri dari :
1. Administrasi

No Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan Total


1 Spidol 3 Buah Rp 15.000 Rp 45.000
2 Tinta spidol 2 Buah Rp 10.000 Rp 20.000
3 Pulpen 2 Pcs Rp 40.000 Rp 80.000
4 Kertas HVS 2 Rim Rp 50.000 Rp 100.000
5 Block note 10 Pcs Rp 5.000 Rp 50.000
6 Amplop 1 Pcs Rp 30.000 Rp 30.000
7 Brosur 50 Lembar Rp 2.000 Rp 100.000
8 Sertifikat Kader & Peserta 100 Lembar Rp 2.000 Rp 200.000
9 Stempel 1 Buah Rp 80.000 Rp 80.000
10 Pembuatan dan Penggandaan
1 Set Rp 150.000 Rp 150.000
laporan
JUMLAH Rp 855.000

2. Bahan Pembuatan Jawu-jawu Be’do

No Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan Total


1 Ikan Gabus 5 Kilogram Rp 25.000 Rp 1.250.000
2 Sereh 5 Ikat Rp 5.000 Rp 50.000
3 Lengkuas 2 Genggam Rp 10.000 Rp 20.000
4 Lombok Kecil 1/2 Cangkir Rp 10.000 Rp 5.000
5 Merica Biji 5 Sendok Rp 5.000 Rp 25.000
6 Garam 1 Pcs Rp 7.000 Rp 7.000
7 Bawang Mandar 10 Ikat Rp 8.000 Rp 80.000
8 Minyak Mandar 1 Botol Rp 23.000 Rp 23.000
9 Asam Mangga 1 Gelas Rp 5.000 Rp 5.000
JUMLAH Rp 1.465.000

12 | P a g e
3. Alat Pembuatan Jawu-jawu Be’do

No Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan Total


1 Pisau 2 Buah Rp 20.000 Rp 40.000
2 Tungku 1 Buah Rp 50.000 Rp 50.000
3 Tangkai Pemanggang Ikan 1 Buah Rp 55.000 Rp 55.000
4 Sabuk Kelapa 17 Ikat Rp 5.000 Rp 85.000
5 Wajan 1 Buah Rp 100.000 Rp 100.000
6 Gas Elpiji 3kg 1 Buah Rp 185.000 Rp 185.000
7 Kompor Gas 1 Buah Rp 150.000 Rp 150.000
8 Panci 1 Buah Rp 75.000 Rp 75.000
9 Talenan 1 Buah Rp 25.000 Rp 25.000
10 Sodet wajan 1 Buah Rp 35.000 Rp 35.000
JUMLAH Rp 800.000

4. Biaya Lain-Lain

No Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan Total


1 Biaya Transportasi 12 Bulan - Rp 600.000
2 Baju Persatuan Pahlawan
20 Lembar Rp 80.000 Rp 1.600.000
Stunting
3 Sewa Gedung Seminar 1x Bulan Rp 200.000 Rp 200.000
4 Sewa Lokasi Pelatihan &
Rp 210.000
Pendampingan Pembuatan 3 hari Per 3 Bulan Rp 630.000
per 1 bulan
Jawu-jawu Be’do
5 Baliho 3x3 meter 2 Lembar Rp 80.000 Rp 160.000
6 Sewa sound system, Mic
8 Kali Rp 80.000 Rp 640.000
Wireless
7 PIN & Id Card 100 Buah Rp 10.000 Rp 1.000.000
8 Sewa Kamera 5 Bulan Rp 300.000 Rp 1.500.000
JUMLAH Rp 6.330.000

13 | P a g e
5. Biaya Tak Terduga

No Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan Total


1 Tak terduga - - Rp 550.000 Rp 550.000

Rekapitulasi Dana :

1. Administrasi : Rp 855.000
2. Bahan Pembuatan Jawu-jawu Be’do : Rp 1.465.000
3. Alat Pembuatan Jawu-jawu Be’do : Rp 800.000
4. Biaya Lain-Lain : Rp 6.330.000
5. Biaya Tak Terduga : Rp 550.000 +¿
Total : Rp 10.000.000

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai