Identifikasi Amilum
Identifikasi Amilum
Oleh
GUSFARENDI
NIM : I21109047
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
UJI AMILUM LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Oleh
GUSFARENDI
NIM : I21109047
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Oleh :
GUSFARENDI
NIM. I21109047
Disetujui,
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
ABSTRAK
Kata kunci : amilum batang kelapa sawit, amprotab, bahan pengikat, tablet
parasetamol
TEST OF STARCH FROM PALM TRUNK WASTE (Elaeis guineensis Jacq.)
AS A BINDER IN PARACETAMOL TABLET WITH
WET GRANULATION METHOD
ABSTRACT
Palm trunk was the waste from rejuvenation of the palm plantation. It has starch
content which can be potential as a tablet binder. This research was aim to test starch
from palm trunk that used as binder in paracetamol tablet. This research used
experimental method, which there was three formulas that used starch from palm trunk as
a binder with variety concentrations of the F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%) and three
comparative formulas that used amprotab as a binder with variety concentrations of the
F4 (5%), F5 (10%), F6 (15%). Wet granulation method was used to make the tablet. The
tablet has evaluated and the result of evaluation tablets was statistical analyzed One Way
Anova. Evaluation of the tablets include weight uniformity test, hardness test, friability
test, disintegration test, assay test and dissolution test. The results of evaluation tablets
was all formula meet the requirements of tablet. Based on the result it can be used as a
binder in paracetamol tablet. It the optimum concentration as a binder was 10%. The
result of statistical analyses show that it was not significant different with amprotab.
400
350
F1
Jumlah Partikel
300
F2
250 F3
200 F4
F5
150
F6
100
50
0
11 – 45 45 – 79 79 – 113 113 – 147 147 – 181 181 – 215 215 – 249 249 – 283 283 – 317 317 – 351
Diameter Partikel
Gambar 2. Grafik Uji Distribusi Ukuran Partikel Granul, F1 (Formula dengan
amilum sawit 5%), F2 (Formula dengan amilum sawit 10%), F3
(Formula dengan amilum sawit 15%), F4 (Formula dengan amprotab
5%), F5 (Formula dengan amprotab 10%), F6 (Formula dengan amprotab
15%)
2. Uji Sifat Alir kelembaban granul. Hasil uji susut
Uji sifat alir yang dilakukan pengeringan granul dari masing-masing
menggunakan metode tidak langsung formula memenuhi persyaratan granul
meliputi sudut diam dan pengetapan. Uji yang baik karena granul berada pada
sudut diam dan uji pengetapan ini rentang kelembaban granul 1%-5%6.
dilakukan untuk mengetahui sifat alir Kelembaban yang dimiliki granul tidak
dari granul. Hasil uji sudut diam boleh terlalu tinggi ataupun terlalu
menunjukkan bahwa granul dari seluruh rendah. Kelembaban granul yang terlalu
formula tablet memenuhi persyaratan tinggi akan menyebabkan bahan melekat
sifat alir karena sudut diam granul pada permukaan die dan punch.
berada pada rentang standar yaitu 25o- Sedangkan kelembaban granul yang
40o. Hasil uji pengetapan granul terlalu rendah akan menyebabkan tablet
menunjukkan bahwa granul dari masing- menjadi rapuh. Selain itu, kelembaban
masing formula memenuhi persyaratan granul yang terlalu tinggi dapat
sifat alir karena granul yang nilai persen menyebabkan granul mudah ditumbuhi
pengetapan < 20 % memiliki sifat alir oleh jamur dan bakteri, karena air
yang baik7. Sifat alir dari granul dapat merupakan media pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran baik untuk jamur dan bakteri12.
partikel, dimana bentuk partikel spheris Evaluasi Tablet
dan ukuran partikel yang seragam Pengujian evaluasi tablet yang
menghasilkan sifat alir yang baik. Selain dilakukan meliputi uji penampilan fisik
itu sifat alir juga dapat dipengaruhi oleh tablet, uji keseragaman bobot tablet, uji
kelembaban, dimana semakin tinggi kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet,
kelembaban maka sifat alirnya semakin uji waktu hancur tablet, uji penetapan
buruk. kadar tablet dan uji disolusi tablet. Hasil
3. Uji Susut Pengeringan penelitian diperoleh data uji evaluasi
Uji susut pengeringan granul tablet seluruh formula yang tersaji pada
dilakukan untuk mengetahui tingkat tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data Hasil Uji Evaluasi Tablet
Parameter Uji Formula
Evaluasi Tablet F1 F2 F3 F4 F5 F6
X 592,406 596,715 598,711 593,718 602,813 605,063
Keseragaman
SD 12,44 5,79 12,0 7,61 4,92 6,31
Bobot (mg)
CV 2,09 0,97 2,00 1,28 0,81 1,04
Kekerasan X 5,36 6,79 7,74 5,91 8,67 9,82
(Kg) SD 1,23 0,35 0,64 1,03 0,28 0,59
Kerapuhan X 0,74 0,55 0,41 0,65 0,56 0,35
(%) SD 0,04 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01
Waktu
X 1,13 2,87 5,67 2,44 6,46 10,55
Hancur
SD 0,70 0,35 0,57 0,47 0,18 0,29
(menit)
Penetapan X 92,44 93,98 94,63 93,13 94,22 95,96
Kadar (%) SD 2,45 1,91 2,25 2,29 1,04 1,49
X 94,55 91,27 83,32 91,38 90,66 81,54
Disolusi (%)
SD 2,25 0,75 1,18 0,92 0,72 0,91
Keterangan :
F1 = Formula dengan amilum sawit 5% F4 = Formula dengan amprotab 5%
F2 = Formula dengan amilum sawit 10% F5 = Formula dengan amprotab 10%
F3 = Formula dengan amilum sawit 15% F6 = Formula dengan amprotab 15%
1. Uji Penampilan Fisik tablet yang mempuyai nilai koefisien
Penampilan fisik tablet sangat variasi (CV) kurang dari 5% sehingga
penting untuk mengontrol keseragaman dapat dikatakan semua formula
antara bahan pada tablet yang satu memenuhi persyaratan keseragaman
dengan tablet yang lainnya2. Uji bobot tablet. Apabila keseragaman bobot
penampilan fisik tablet diamati dengan tablet sudah terpenuhi maka secara tidak
melihat bentuk, warna, bau dan cacat langsung keseragaman kadar juga akan
fisik pada tablet yang dihasilkan. terpenuhi7.
Tampilan fisik tablet parasetamol Berdasarkan hasil uji
seluruh formula dapat dilihat pada keseragaman bobot, tablet yang
gambar 3 dibawah ini. dihasilkan formula dengan amprotab
lebih baik dibandingkan tablet yang
dihasilkan formula dengan amilum
batang kelapa sawit yang dapat dilihat
dari nilai koefisien variasi (CV), dimana
nilai koefisien variasi (CV) formula
amprotab lebih kecil daripada formula
amilum batang kelapa sawit. Hal ini
dapat disebabkan karena sifat alir dari
Gambar 3. Tablet Parasetamol formula amprotab lebih baik daripada
Uji penampilan fisik tablet formula amilum batang kelapa sawit12.
dilakukan secara visual. Seperti yang 3. Uji Kekerasan
terlihat pada gambar 3, tablet yang Kekerasan tablet mencerminkan
dihasilkan memiliki dari semua formula ketahanan tablet agar dapat bertahan
memiliki tampilan fisik yang sama terhadap berbagai tekanan mekanik pada
dengan bentuk bulat, berwarna putih, saat pengemasan, pengangkutan dan
tidak berbau dan tidak terjadi cacat fisik penyimpanan sebelum digunakan2. Hasil
pada tablet. pengujian kekerasan tablet seluruh
2. Uji Keseragaman Bobot formula memenuhi syarat karena
Keseragaman bobot merupakan kekerasan tablet dari seluruh formula
suatu tolak ukur untuk memastikan yang dihasilkan berada pada rentang
bahwa tablet mengandung sejumlah obat 4kg–10kg7. Selain itu dapat juga dilihat
yang tepat. Bobot tablet dapat diatur bahwa semakin meningkat konsentrasi
untuk mengontrol kualitas granul dan bahan pengikat maka kekerasan yang
berkaitan dengan dosis zat aktif. dihasilkan juga akan semakin
Penyimpangan dari bobot tablet akan meningkat, hal ini dikarenakan semakin
mempengaruhi takaran atau dosis dari meningkatnya konsentrasi bahan
zat aktif. pengikat maka granul yang dihasilkan
Hasil evaluasi keseragaman akan memiliki ikatan antar granul yang
bobot tablet menunjukkan bahwa lebih kuat sehingga menghasilkan granul
seluruh formula tablet memenuhi yang lebih kompak.
ketentuan Farmakope Indonesia Edisi III Berdasarkan hasil uji kekerasan
yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang tablet tersebut dapat dilihat bahwa tablet
bobotnya menyimpang dari bobot rata yang dihasilkan formula dengan
lebih besar dari 5% dan tidak ada satu amprotab lebih keras daripada formula
tablet pun yang bobotnya menyimpang dengan amilum batang kelapa sawit, hal
dari bobot rata-rata lebih dari 10%13. ini dapat dipengaruhi oleh tekanan yang
Selain itu keseragaman bobot dapat digunakan pada proses pengempaan
dilihat dari nilai koefisien variasi (CV), tablet sama, tetapi kompresibilitas dari
dimana seluruh formula menghasilkan formula dengan amprotab lebih kecil
dibandingkan formula dengan amilum hancur menjadi granul atau partikel yang
batang kelapa sawit sehingga dengan lebih kecil dan melepaskan obatnya.
tekanan yang sama tersebut maka Syarat waktu hancur tablet tidak bersalut
formula dengan amprotab akan yakni tidak lebih dari 15 menit7. Hasil
menghasilkan tablet yang lebih keras pengukuran waktu hancur seluruh
dibandingkan formula dengan amilum formula tablet yakni kurang dari 15
batang kelapa sawit. Perbedaan menit, sehingga seluruh formula tablet
kompresibilitas ini dapat dipengaruhi memenuhi syarat waktu hancur yang
oleh bentuk dan ukuran granul yang telah ditetapkan.
dihasilkan, dimana formula dengan Berdasarkan hasil uji waktu
amprotab memiliki bentuk spheris dan hancur tersebut dapat dilihat bahwa
ukuran yang lebih besar dibandingkan waktu hancur dari formula dengan
formula dengan amilum batang kelapa amprotab lebih lama dibandingkan
sawit, sehingga kompresibilitas dari formula dengan amilum batang kelapa
formula dengan amprotab lebih baik sawit, hal ini dapat disebabkan karena
daripada formula dengan amilum batang tingkat kekerasan yang berbeda, dimana
kelapa sawit14. tablet yang dihasilkan dari formula
4. Uji Kerapuhan dengan amprotab lebih keras
Uji kerapuhan tablet akan dibandingkan formula dengan amilum
menggambarkan kekuatan permukaan batang kelapa sawit. Pada umumnya
tablet dalam melawan berbagai tablet yang lebih keras memiliki
perlakuan yang menyebabkan porositas yang lebih kecil sehingga daya
pengikisan pada permukaan tablet. Uji penetrasi dan absorpsi air kedalam pori-
kerapuhan tablet ini berhubungan pori tablet lebih sulit, yang
dengan kehilangan bobot akibat menyebabkan ikatan antar partikel
pengikisan yang terjadi pada permukaan granul sulit terlepas sehingga waktu
tablet. Kerapuhan tablet sebaiknya tidak hancur tablet semakin lama12.
melebihi 1%7. Dari hasil uji kerapuhan, 6. Uji Penetapan Kadar
seluruh formula tablet mempuyai nilai Uji penetapan kadar dilakukan
persen kerapuhan dibawah 1%, sehingga untuk mengetahui kandungan zat aktif
dapat dikatakan bahwa tablet telah tiap tablet. Kadar zat aktif yang diterima
memenuhi syarat uji kerapuhan tablet. dalam tablet parasetamol terletak pada
Berdasarkan hasil uji kerapuhan rentang nilai 90% - 110%5. Dari hasil uji
tablet, dimana tablet yang dihasilkan seluruh fomula tablet yang telah
formula dengan amprotab memiliki dilakukan diketahui bahwa kadar zat
persen kerapuhan yang lebih kecil aktif seluruh formula berada pada
dibandingkan formula dengan amilum rentang nilai 92,44% - 95,96%, sehingga
batang kelapa sawit. Perbedaan persen hasil uji penetapan kadar parasetamol
kerapuhan tersebut dipengaruhi oleh dalam tablet masing-masing formula
kekerasan tablet, dimana formula masih memenuhi syarat yang telah
dengan amprotab menghasilkan tablet ditetapkan.
yang lebih keras dibandingkan formula Berdasarkan data hasil uji
dengan amilum batang kelapa sawit. penetapan kadar parasetamol dapat
Tablet yang lebih keras tersebut dilihat bahwa kadar yang dihasilkan oleh
memiliki daya ikat antar granul dan formula dengan amprotab lebih tinggi
kekompakkan yang lebih baik sehingga dibandingkan kadar formula dengan
kerapuhan tablet akan semakin menurun. amilum batang kelapa sawit, hal ini
5. Uji Waktu Hancur dapat disebabkan karena sifat alir dari
Waktu hancur merupakan waktu formula dengan amprotab lebih baik
yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk daripada formula dengan amilum batang
kelapa sawit, dimana sifat alir tersebut konsentrasi bahan pengikat lebih besar,
dapat mempengaruhi kandungan dari zat sehingga dapat mempengaruhi pelepasan
aktif tiap formula7. zat aktif parasetamol, dimana perlepasan
7. Uji Disolusi zat aktif semakin lambat.
Disolusi merupakan jumlah obat Grafik persen kumulatif disolusi
yang terlarut per satuan waktu tertentu tablet parasetamol dapat dilihat pada
dibawah kondisi, temperatur dan gambar 4 dibawah ini. Berdasarkan
komposisi medium yang telah grafik tersebut dapat dilihat bahwa
terstandarisasi. Disolusi tablet ini persen disolusi yang dihasilkan oleh
berhubungan dengan waktu hancur, tablet formula dengan amprotab lebih
dimana semakin cepat tablet hancur rendah dibandingkan formula dengan
maka akan semakin cepat pula tablet amilum batang kelapa sawit, hal ini
terdisolusi melepaskan zat aktif dan disebabkan karena waktu hancur yang
memberikan efek. dimiliki oleh formula dengan amprotab
Berdasarkan hasil pengujian lebih lama dibandingkan formula
dapat dilihat ternyata semua formula dengan amilum batang kelapa sawit.
tablet memenuhi persyaratan uji Perbedaan waktu hancur tersebut dapat
disolusi, dimana pada waktu 30 menit mempengaruhi tingkat pelepasan zat
kadar parasetamol yang terlarut tidak aktif tiap formula, dimana semakin lama
kurang dari 80%5. Selain itu dapat waktu hancur yang dimiliki maka
dilihat bahwa semakin besar konsentrasi jumlah zat aktif yang terlepas akan
bahan pengikat yang digunakan dalam semakin sedikit.
formula tablet persentase kadar Berdasarkan keseluruhan hasil
parasetamol yang terlepas (%) semakin uji evaluasi tablet yang telah dilakukan,
kecil. Hal ini dikarenakan jumlah bahan maka dapat disimpulkan bahwa
pengikat yang digunakan semakin tablet yang dihasilkan dari keseluruhan
banyak, jadi jumlah amilopektin yang formula memenuhi syarat uji evaluasi
terkandung dalam tiap kenaikan tablet yang baik.
100
90
80
Kumulatif Disolusi (%)
70
F1
60
F2
50 F3
40 F4
F5
30
F6
20
10
0
5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)
Gambar 4. Grafik Persen Kumulatif Disolusi Tablet Parasetamol, F1 (Formula dengan
amilum sawit 5%), F2 (Formula dengan amilum sawit 10%), F3 (Formula
dengan amilum sawit 15%), F4 (Formula dengan amprotab 5%), F5
(Formula dengan amprotab 10%), F6 (Formula dengan amprotab 15%)
Analisis Data dihasilkan dengan bahan pengikat
Keseluruhan data hasil uji amilum batang kelapa sawit tidak
evaluasi tablet yang telah dilakukan berbeda signifikan dengan tablet
selanjutnya dianalisis statistik dengan uji parasetamol yang dihasilkan dengan
One Way Anova. Uji One Way Anova bahan pengikat amprotab.
ini dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi amilum batang kelapa sawit DAFTAR PUSTAKA
yang memberikan daya ikat paling baik 1. Simbolon, B. 2008. Uji Disolusi
dan mengetahui perbedaan hasil Chlorpheniramine Maleat Secara
penggunaan amilum batang kelapa sawit Spektrofotometri Ultra Violet. Tugas
dengan amprotab sebagai bahan Akhir. Medan : USU.
pengikat tablet. Dari hasil uji One Way 2. Lachman, L., H.A. Lieberman dan
Anova sulit untuk menentukan J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek
konsentrasi amilum batang kelapa sawit Farmasi Industri. Penerjemah Siti
yang memberikan daya ikat yang paling Suyatmi. Jakarta : UI Press.
baik. Oleh sebab itu, maka untuk 3. Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk
menentukan konsentrasi amilum batang Sediaan Farmasi, edisi IV.
kelapa sawit yang memberikan daya ikat Penerjemah F. Ibrahim. Jakarta : UI
paling baik dilihat dari nilai standar Press.
deviasi (SD) hasil uji evaluasi tablet. 4. Soekemi, R.A., Yuanita T., Fat
Berdasarkan nilai standar deviasi (SD) Aminah dan Salim Usman. 1987.
hasil uji evaluasi tablet tersebut maka Tablet. Medan : PT Mayang
dapat diketahui bahwa konsentrasi Kencana.
amilum batang kelapa sawit yang 5. Depkes RI. 1995. Farmakope
memberikan daya ikat paling baik pada Indonesia, Edisi IV. Jakarta :
tablet parasetamol adalah 10%, hal ini Departemen Kesehatan Republik
dikarenakan nilai standar deviasi yang Indonesia.
dihasilkan oleh bahan pengikat amilum 6. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran
batang kelapa sawit konsentrasi 10% Teknologi Farmasi, Edisi V.
mempuyai nilai standar deviasi (SD) Penerjemah Dr. Soendani Noerono.
yang paling kecil. Selain itu berdasarkan Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
hasil uji yang sama dapat juga diketahui Press.
bahwa tablet yang dihasilkan dengan 7. Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan
bahan pengikat amilum batang kelapa Formulasi Sediaan Tablet.
sawit tidak berbeda signifikan dengan Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
tablet yang dihasilkan dengan bahan Press.
pengikat amprotab. 8. Ariansyah, Fitra., Amran Laga dan
Meta Mahendradatta. 2011. Studi
KESIMPULAN Ekstraksi Pati Berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian Ketinggian Batang Pohon Kelapa
yang dilakukan dan analisa data secara Sawit (Elaeis guineensis). Jurnal.
teoritis maupun statistik dapat Makasar : Universitas Hassanudin.
disimpulkan bahwa tablet parasetamol 9. Ridwansyah. 2006. Pemanfaatan Pati
yang dihasilkan dengan bahan pengikat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku
amilum batang kelapa sawit memenuhi Dekstrin. Tesis. Bogor : IPB.
syarat evaluasi tablet yang baik. 10.Guritno, P dan Darnoko D. 2003.
Konsentrasi amilum batang kelapa sawit Teknologi Pemanfaatan Limbah Dari
yang memberikan daya ikat paling baik Peremajaan Perkebunan Kelapa
pada tablet parasetamol adalah 10%. Sawit. Bali : Max Havelaar Indonesia
Analisis statistik tablet parasetamol yang Foundation.
11. Fudholi, A. 1983. Metodologi 13. Depkes RI. 1979. Farmakope
Formulasi dalam Kompresi Direk. Indonesia, Edisi III. Jakarta :
Jakarta : Kongres XI ISFI. Departemen Kesehatan RI.
12. Lieberman, H. A. Lachman, L. 14. Hadisoewignyo, L. dan A. Fuhdoli.
Schwartz, J. B. 1989. 2007. Studi Pelepasan In Vitro
Pharmaceutical Dosage Form : Ibuprofen dari Matriks Xanthan
Tablets. The United States of Gum. Yogyakarta: Fakultas
American: Marcel Dekker, Inc. Farmasi UGM.