Anda di halaman 1dari 16

UJI AMILUM LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.

SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA TABLET PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) pada Program Studi armasi Fakultas Kedokteran

Oleh

GUSFARENDI

NIM : I21109047

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
UJI AMILUM LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA TABLET PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
Pontianak

Oleh

GUSFARENDI

NIM : I21109047

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

UJI AMILUM LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)


SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA TABLET PARASETAMOL
DENGAN METODE GRANULASI BASAH

Oleh :

GUSFARENDI
NIM. I21109047

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
Tanggal : 1 Agustus 2013

Disetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Siti Nani Nurbaeti, M.Si., Apt. Wintari Taurina, M.Sc., Apt.


NIP. 198411302008122004 NIP. 198304212008012007

Penguji I, Penguji II,

Liza Pratiwi, M.Sc., Apt. Iswahyudi, S.Si., Apt., Sp.FRS.


NIP. 198410082009122007 NIP. 196912151997031011

Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura

dr. Sugito Wonodirekso, M.S.


NIP. 194810121975011001
UJI AMILUM LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA TABLET PARASETAMOL
DENGAN METODE GRANULASI BASAH

ABSTRAK

Batang kelapa sawit merupakan limbah dari peremajaan perkebunan kelapa


sawit. Limbah batang kelapa sawit mengandung amilum yang diduga berpotensi sebagai
bahan pengikat tablet. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan menguji amilum batang
kelapa sawit sebagai bahan pengikat tablet parasetamol. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental, dimana dibuat tiga formula tablet dengan menggunakan amilum
batang kelapa sawit sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu F1
(5%), F2 (10%), F3 (15%) dan tiga formula tablet pembanding menggunakan amprotab
sebagai pengikat dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu F4 (5%), F5 (10%), F6 (15%).
Metode pembuatan tablet yang digunakan adalah metode granulasi basah. Tablet yang
dihasilkan dievaluasi, kemudian hasil evaluasi tablet dianalisis statistik One Way Anova.
Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji waktu
hancur, uji penetapan kadar dan uji disolusi. Hasil evaluasi tablet semua formula yang
diperoleh memenuhi persyaratan tablet yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa amilum batang kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pengikat
tablet parasetamol. Konsentrasi amilum batang kelapa sawit yang memberikan daya ikat
yang paling baik adalah 10%. Hasil analisis statistik tablet parasetamol yang dihasilkan
dengan bahan pengikat amilum batang kelapa sawit tidak berbeda signifikan dengan
tablet parasetamol yang dihasilkan dengan bahan pengikat amprotab.

Kata kunci : amilum batang kelapa sawit, amprotab, bahan pengikat, tablet
parasetamol
TEST OF STARCH FROM PALM TRUNK WASTE (Elaeis guineensis Jacq.)
AS A BINDER IN PARACETAMOL TABLET WITH
WET GRANULATION METHOD

ABSTRACT

Palm trunk was the waste from rejuvenation of the palm plantation. It has starch
content which can be potential as a tablet binder. This research was aim to test starch
from palm trunk that used as binder in paracetamol tablet. This research used
experimental method, which there was three formulas that used starch from palm trunk as
a binder with variety concentrations of the F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%) and three
comparative formulas that used amprotab as a binder with variety concentrations of the
F4 (5%), F5 (10%), F6 (15%). Wet granulation method was used to make the tablet. The
tablet has evaluated and the result of evaluation tablets was statistical analyzed One Way
Anova. Evaluation of the tablets include weight uniformity test, hardness test, friability
test, disintegration test, assay test and dissolution test. The results of evaluation tablets
was all formula meet the requirements of tablet. Based on the result it can be used as a
binder in paracetamol tablet. It the optimum concentration as a binder was 10%. The
result of statistical analyses show that it was not significant different with amprotab.

Keywords : starch from palm trunk, amprotab, binder, paracetamol tablet


PENDAHULUAN tanaman seperti akar, batang dan biji-
Obat adalah suatu zat yang bijian. Amilum dapat diperoleh dari
dimaksudkan untuk dipakai dalam tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
mengobati, mengurangi rasa sakit dan Jacq.)8.
mencegah penyakit baik pada manusia Sampai saat ini pemanfaatan
maupun hewan. Obat mempunyai limbah kelapa sawit untuk keperluan
beberapa bentuk sediaan seperti tablet, industri masih terbatas. Pada penelitian
kapsul, suspensi, dan berbagai larutan yang telah dilakukan mengenai studi
sediaan farmasi1. Dewasa ini sediaan ekstraksi amilum berdasarkan ketinggian
yang banyak digunakan oleh masyarakat batang kelapa sawit, menyebutkan
adalah tablet, hal ini disebabkan karena bahwa batang kelapa sawit mengandung
tablet memiliki kelebihan yang tidak amilum, dimana hasil terbaik adalah
dimiliki oleh sediaan farmasi yang lain, amilum pada ketinggian 1 meter dari
baik dari segi produksi, penyimpanan, pucuk batang dengan randemen amilum
distribusi maupun cara pemakaiannya2. tertinggi 3,32%8. Berdasarkan penelitian
Tablet merupakan bahan obat lainnya mengenai karakteristik sifat
dalam bentuk sediaan padat yang fisika kimia amilum kelapa sawit
biasanya dibuat dengan penambahan memiliki viskositas akhir yang lebih
bahan tambahan farmasetika yang tinggi dari pati komersial yang
sesuai3. Bentuk sediaan tablet selain mengindikasikan amilum kelapa sawit
mengandung bahan aktif juga lebih mudah mengalami retrogradasi dan
mengandung bahan tambahan yang sangat baik diaplikasikan sebagai bahan
mempunyai fungsi tertentu. Salah satu perekat (adhesive)9. Oleh sebab itu,
bahan tambahan yang penting digunakan fungsi amilum sebagai perekat dapat
dalam formulasi tablet adalah bahan diaplikasikan sebagai bahan pengikat
pengikat4. pada sediaan tablet.
Bahan pengikat adalah bahan Tujuan dari penelitian ini adalah
yang dapat menyatukan serbuk untuk mengetahui potensi amilum batang
membentuk granul dan dapat berfungsi kelapa sawit dengan berbagai
untuk meningkatkan kekompakan dan konsentrasi sebagai bahan pengikat
kekerasan tablet sehingga dapat tablet parasetamol memenuhi
membentuk tablet yang solid5. Salah persyaratan evaluasi tablet yang baik,
satu zat aktif yang memiliki memiliki menentukan konsentrasi amilum batang
kompaktibilitas dan sifat alir yang buruk kelapa sawit yang paling baik sebagai
adalah parasetamol6. Pemilihan metode bahan pengikat tablet parasetamol dan
pembuatan tablet yang sesuai dapat mengetahui perbedaan antara hasil
memperbaiki sifat kompaktibilitas dan evaluasi tablet parasetamol yang
sifat alir parasetamol adalah dengan dihasilkan dengan bahan pengikat
menggunakan metode granulasi basah. amilum batang kelapa sawit dengan
Selain itu, kompaktibilitas dan sifat alir tablet parasetamol yang dihasilkan
dari tablet parasetamol dapat diperbaiki dengan bahan pengikat amprotab.
melalui pemilihan bahan pengikat yang
tepat. Bahan pengikat yang umum BAHAN DAN METODE
digunakan adalah amilum7. Bahan
Amilum merupakan karbohidrat Bahan baku yang digunakan
dari hasil fotosintesis tumbuhan yang pada penelitian ini adalah batang kelapa
disimpan dalam bagian tertentu sawit yang berasal dari peremajaan
tumbuhan sebagai cadangan makanan. perkebunan kelapa sawit di daerah
Amilum dapat diperoleh dengan cara Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat
mengisolasi dari bagian beberapa yang telah berumur lebih dari 25 tahun
dan tidak lagi produktif. Bahan kimia oven pada suhu 50oC dalam waktu
yang digunakan pada penelitian ini sekitar 30 jam hingga diperoleh amilum
adalah parasetamol derajat farmasi, kering8.
amprotab derajat farmasi, laktosa derajat Uji Amilum
farmasi, magnesium stearat derajat Amilum batang kelapa sawit
farmasi, talkum derajat farmasi, larutan yang telah diisolasi, kemudian diuji
iodium 0,005 M, NaOH, KH2PO4 dan meliputi uji kualitatif (uji iodium dan uji
aquades. mikroskopik) dan uji kuantitatif (uji
Alat susut pengeringan dan uji sisa
Alat yang digunakan dalam pemijaran).
penelitian ini adalah timbangan elektrik Pembuatan Granul dan Tablet
(Precisa), oven listrik (Memmert), mesin Berbagai formula tablet
tablet single punch (EKO 01 Korsch parasetamol dibuat dengan metode
Germany), hardness tester (Electrolab granulasi basah dengan bahan pengikat
EHO1P), friability tester (Electrolab amilum batang kelapa sawit
EF2), disintegration tester (Electrolab (eksperimen) dan bahan pengikat
ED2L), volumeter (Erweka SVM 102), amprotab (kontrol) untuk meningkatkan
dissolution tester (Erweka), mikroskop sifat alir dan kompresibilitas
(Zeiss Primostar), kursibel, desikator, parasetamol. Formula tablet parasetamol
spektrofotometer ultra violet (Shimadzu- dengan bahan pengikat amilum batang
2450) serta alat–alat listrik dan gelas kelapa sawit (eksperimen) dan bahan
lainnya. pengikat amprotab (kontrol) dapat
METODE dilihat pada tabel 1.
Determinasi Tanaman Evaluasi Granul
Batang kelapa sawit (Elaeis Evaluasi granul yang dilakukan
guineensis Jacq.) yang digunakan dalam pada masing-masing formula tablet
penelitian ini dideterminasi di parasetamol antara lain uji distribusi
Laboratorium Biologi Fakultas ukuran granul secara mikroskopi, uji
Matematika dan Ilmu Pengetahuan sifat alir (uji sudut diam dan uji
Alam Universitas Tanjungpura, pengetapan) dan uji susut pengeringan
Pontianak. granul.
Pengambilan dan Pengolahan Sampel Evaluasi Tablet
Batang kelapa sawit dipotong 1 Evaluasi tablet parasetamol
meter mulai dari pucuk batang kelapa masing-masing formula yang dilakukan
sawit. Kemudian pisahkan kulit keras yakni uji penampilan tablet, uji
dan empulurnya. Empulur diserut keseragaman bobot tablet, uji kekerasan
menjadi serbuk kayu. Serbuk kayu yang tablet, uji kerapuhan tablet, uji waktu
didapat dimasukan dalam wadah dan hancur tablet, uji penetapan kadar tablet
ditambahkan air bersih dengan dan uji disolusi tablet.
perbandingan 1 : 2, selanjutnya disaring Analisis Data
dan diperas. Ampasnya dibuang Data yang diperoleh dari hasil
sedangkan air yang mengandung pengujian evaluasi tablet dibandingkan
amilum diendapkan selama 12 jam, dengan kepustakaan. Selanjutnya data
kemudian dihasilkan amilum basah. hasil uji evaluasi tablet antar formula
Amilum basah tersebut dicuci dengan dianalisis secara statistik menggunakan
aquadest, kemudian diendapkan kembali One Way Anova yang dilanjutkan
selama 12 jam. Amilum basah yang dengan uji Tuckey dengan taraf
didapat kemudian dikeringkan dalam kepercayaan 95%.
Tabel 1. Formula Tablet Parasetamol
Formula
No Nama Bahan
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Fase Dalam
Parasetamol 500 500 500 500 500 500
1.
(Zat Aktif) mg mg mg mg mg mg
Laktosa ad 600 ad 600 ad 600 ad 600 ad 600 ad 600
2.
(Pengisi) mg mg mg mg mg mg
Musilago Amilum
Batang Kelapa Sawit q.s q.s q.s - - -
3. (Pengikat)
Musilago Amprotab
- - - q.s q.s q.s
(Pengikat)
Amprotab
4. 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
(Penghancur)
Fase Luar
Amprotab
5. 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
(Penghancur)
Talkum dan Mg
6. Stearat (9:1) 2% 2% 2% 2% 2% 2%
(Pelicin)
Keterangan : yang digunakan pada penelitian ini dapat
F1 = Formula dengan amilum sawit 5% dikatakan sebagai limbah dari
F2 = Formula dengan amilum sawit 10% perkebunan kelapa sawit.
F3 = Formula dengan amilum sawit 15% Isolasi amilum dilakukan
F4 = Formula dengan amprotab 5% dengan cara memotong 1 meter batang
F5 = Formula dengan amprotab 10% kelapa sawit dari pucuk batang. Hal ini
F6 = Formula dengan amprotab 15% disebabkan karena batang kelapa sawit
bagian atas mempunyai struktur serat
HASIL DAN PEMBAHASAN kurang padat dibandingkan dengan
Determinasi Tanaman bagian bawah batang kelapa sawit.
Determinasi terhadap tanaman Semakin ke atas arah meninggi batang
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) kelapa sawit dan semakin ke dalam arah
dilakukan dengan tujuan untuk diameter lingkar batang kelapa sawit
menghindari kesalahan terhadap kadar air dan kadar parenkim semakin
tanaman yang digunakan dan tinggi, sedangkan kerapatannya
menegaskan bahwa amilum yang menurun. Jadi proses isolasi semakin
digunakan dalam penelitian ini benar mudah dilakukan dan kandungan
berasal dari batang kelapa sawit (Elaeis amilumnya juga semakin tinggi10.
guineensis Jacq.). Batang kelapa sawit 1 meter dari
Pengambilan dan Pengolahan Sampel pucuk batang ini dipotong, kemudian
Sampel yang digunakan pada dipisahkan kulit kayu dan empelurnya.
penelitian ini merupakan tanaman Empelur yang didapat kemudian diserut.
kelapa sawit yang telah berumur Serbuk kayu dari hasil penyerutan
lebih dari 25 tahun yang tidak lagi ditambahkan air selanjut diremas-remas
produktif sehingga perlu dilakukannya untuk mengisolasi amilumnya. Amilum
peremajaan, dengan kata lain sampel yang dihasilkan dari proses isolasi
batang kelapa sawit sebanyak 233,81 yang terjadi ketika amilum ditetesi
gram dari 7,5 kg berat serbuk batang dengan pereaksi iodium 0,005 M. Hasil
kelapa sawit, jadi randemen amilum uji iodium terjadi reaksi perubahan
batang kelapa sawit sebesar 3,11%. warna yang membentuk warna ungu, hal
Uji Amilum ini disebabkan karena jumlah kandungan
1. Uji Organoleptis amilopektin yang terkandung dalam
Uji organoleptis bertujuan untuk amilum lebih besar daripada jumlah
memastikan bahwa benar bahan yang kandungan amilosa5.
digunakan adalah amilum dilihat dari 4. Uji Susut Pengeringan
ciri-ciri fisiknya. Uji organoleptis yang Uji susut pengeringan dilakukan
dilakukan meliputi bentuk, warna, bau, untuk mengetahui kadar bagian zat yang
rasa dan kelarutannya. Hasil uji masih dapat menguap. Hasil uji susut
organoleptis amilum batang kelapa sawit pengeringan amilum yang telah
berupa serbuk halus berwarna putih dilakukan adalah 10,24%. Menurut
hingga putih kecoklatan, tidak berbau, Farmakope Indonesia IV (1995) susut
tidak berasa dan tidak larut dalam air pengeringan untuk amilum tidak lebih
dingin5. dari 15%, sehingga berdasarkan
2. Uji Mikroskopik persyaratan tersebut dapat dikatakan
Uji mikroskopik dilakukan bahwa amilum batang kelapa sawit
untuk mengetahui bentuk hilus dan memenuhi syarat.
lamela amilum dibawah mikroskop. 5. Uji Sisa Pemijaran
Hasil dari uji mikroskopik amilum Uji sisa pemijaran dilakukan
batang kelapa sawit berbentuk bulat, untuk mengetahui kadar zat pengotor
memiliki hilus yang terletak dibagian yang terkandung dalam amilum yang
tengah dan lamela yang mengelilingi didapat. Hasil uji sisa pemijaran amilum
hilus5. yang telah dilakukan adalah 0,08%.
Menurut Farmakope Indonesia IV
(1995) sisa pemijaran untuk amilum
tidak lebih dari 0,6%. Berdasarkan
persyaratan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa amilum batang kelapa
sawit memenuhi syarat.
Evaluasi Granul
Granul yang dihasilkan dari
tiap-tiap formula tablet selanjutnya
dievaluasi. Evaluasi granul ini dilakukan
untuk mengetahui kualitas granul yang
dihasilkan sehingga diharapkan akan
menghasilkan tablet dengan kualitas
Gambar 1. Mikroskopik amilum batang yang baik. Evaluasi granul meliputi uji
kelapa sawit perbesaran 10x. distribusi ukuran partikel granul, uji sifat
Hilus dan Lamela alir granul (uji sudut diam dan uji
3. Uji Iodium pengetapan) dan uji susut pengeringan
Uji iodium dilakukan untuk granul. Data hasil uji evaluasi granul
mengetahui reaksi perubahan warna dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data Hasil Uji Evaluasi Granul
Evaluasi Granul
Formula Distribusi Sudut Diam Pengetapan Susut Pengeringan
Ukuran (Sig) (o) ± SD (%) ± SD (%) ± SD
F1 0,240 32,90 ± 0,24 7,66 ± 1,52 1,10 ± 0,11
F2 0,073 31,76 ± 0,67 6,66 ± 1,52 1,04 ± 0,15
F3 0,215 31,31 ± 0,96 5,66 ± 2,08 2,04 ± 0,01
F4 0,189 32,73 ± 1,10 6,33 ± 1,52 1,11 ± 0,06
F5 0,051 32,54 ± 0,66 5,33 ± 1,52 1,27 ± 0,14
F6 0,083 31,25 ± 1,26 7,33 ± 2,08 2,41 ± 0,08
Keterangan : Hasil uji distribusi ukuran
F1 = Formula dengan amilum sawit 5% granul semua formula tablet dapat
F1 = Formula dengan amilum sawit 10% diketahui bahwa ukuran granul memiliki
F1 = Formula dengan amilum sawit 15% distribusi normal, hal ini berdasarkan
F4 = Formula dengan amprotab 5% hasil uji normalitas shapiro-wilk dimana
F4 = Formula dengan amprotab 10% nilai signifikansi dari seluruh formula
F4 = Formula dengan amprotab 15% sig. > 0,05. Granul yang memiliki
1. Uji Distribusi Ukuran Partikel distribusi normal ini memiliki distribusi
Distribusi ukuran partikel ukuran yang sempit, dimana akan
mempengaruhi kemampuan alir dari menghasilkan aliran granul yang
granul. Distribusi ukuran yang tidak seragam kedalam ruang kompresi
normal mengakibatkan aliran yang tidak sehingga keseragaman bobot tablet
seragam kedalam ruang kompresi dapat terpenuhi. Grafik distribusi ukuran
sehingga dapat mempengaruhi partikel granul secara mikroskopi dapat
keseragaman bobot tablet11. dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
450

400

350
F1
Jumlah Partikel

300
F2
250 F3

200 F4
F5
150
F6
100

50

0
11 – 45 45 – 79 79 – 113 113 – 147 147 – 181 181 – 215 215 – 249 249 – 283 283 – 317 317 – 351

Diameter Partikel
Gambar 2. Grafik Uji Distribusi Ukuran Partikel Granul, F1 (Formula dengan
amilum sawit 5%), F2 (Formula dengan amilum sawit 10%), F3
(Formula dengan amilum sawit 15%), F4 (Formula dengan amprotab
5%), F5 (Formula dengan amprotab 10%), F6 (Formula dengan amprotab
15%)
2. Uji Sifat Alir kelembaban granul. Hasil uji susut
Uji sifat alir yang dilakukan pengeringan granul dari masing-masing
menggunakan metode tidak langsung formula memenuhi persyaratan granul
meliputi sudut diam dan pengetapan. Uji yang baik karena granul berada pada
sudut diam dan uji pengetapan ini rentang kelembaban granul 1%-5%6.
dilakukan untuk mengetahui sifat alir Kelembaban yang dimiliki granul tidak
dari granul. Hasil uji sudut diam boleh terlalu tinggi ataupun terlalu
menunjukkan bahwa granul dari seluruh rendah. Kelembaban granul yang terlalu
formula tablet memenuhi persyaratan tinggi akan menyebabkan bahan melekat
sifat alir karena sudut diam granul pada permukaan die dan punch.
berada pada rentang standar yaitu 25o- Sedangkan kelembaban granul yang
40o. Hasil uji pengetapan granul terlalu rendah akan menyebabkan tablet
menunjukkan bahwa granul dari masing- menjadi rapuh. Selain itu, kelembaban
masing formula memenuhi persyaratan granul yang terlalu tinggi dapat
sifat alir karena granul yang nilai persen menyebabkan granul mudah ditumbuhi
pengetapan < 20 % memiliki sifat alir oleh jamur dan bakteri, karena air
yang baik7. Sifat alir dari granul dapat merupakan media pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran baik untuk jamur dan bakteri12.
partikel, dimana bentuk partikel spheris Evaluasi Tablet
dan ukuran partikel yang seragam Pengujian evaluasi tablet yang
menghasilkan sifat alir yang baik. Selain dilakukan meliputi uji penampilan fisik
itu sifat alir juga dapat dipengaruhi oleh tablet, uji keseragaman bobot tablet, uji
kelembaban, dimana semakin tinggi kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet,
kelembaban maka sifat alirnya semakin uji waktu hancur tablet, uji penetapan
buruk. kadar tablet dan uji disolusi tablet. Hasil
3. Uji Susut Pengeringan penelitian diperoleh data uji evaluasi
Uji susut pengeringan granul tablet seluruh formula yang tersaji pada
dilakukan untuk mengetahui tingkat tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data Hasil Uji Evaluasi Tablet
Parameter Uji Formula
Evaluasi Tablet F1 F2 F3 F4 F5 F6
X 592,406 596,715 598,711 593,718 602,813 605,063
Keseragaman
SD 12,44 5,79 12,0 7,61 4,92 6,31
Bobot (mg)
CV 2,09 0,97 2,00 1,28 0,81 1,04
Kekerasan X 5,36 6,79 7,74 5,91 8,67 9,82
(Kg) SD 1,23 0,35 0,64 1,03 0,28 0,59
Kerapuhan X 0,74 0,55 0,41 0,65 0,56 0,35
(%) SD 0,04 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01
Waktu
X 1,13 2,87 5,67 2,44 6,46 10,55
Hancur
SD 0,70 0,35 0,57 0,47 0,18 0,29
(menit)
Penetapan X 92,44 93,98 94,63 93,13 94,22 95,96
Kadar (%) SD 2,45 1,91 2,25 2,29 1,04 1,49
X 94,55 91,27 83,32 91,38 90,66 81,54
Disolusi (%)
SD 2,25 0,75 1,18 0,92 0,72 0,91
Keterangan :
F1 = Formula dengan amilum sawit 5% F4 = Formula dengan amprotab 5%
F2 = Formula dengan amilum sawit 10% F5 = Formula dengan amprotab 10%
F3 = Formula dengan amilum sawit 15% F6 = Formula dengan amprotab 15%
1. Uji Penampilan Fisik tablet yang mempuyai nilai koefisien
Penampilan fisik tablet sangat variasi (CV) kurang dari 5% sehingga
penting untuk mengontrol keseragaman dapat dikatakan semua formula
antara bahan pada tablet yang satu memenuhi persyaratan keseragaman
dengan tablet yang lainnya2. Uji bobot tablet. Apabila keseragaman bobot
penampilan fisik tablet diamati dengan tablet sudah terpenuhi maka secara tidak
melihat bentuk, warna, bau dan cacat langsung keseragaman kadar juga akan
fisik pada tablet yang dihasilkan. terpenuhi7.
Tampilan fisik tablet parasetamol Berdasarkan hasil uji
seluruh formula dapat dilihat pada keseragaman bobot, tablet yang
gambar 3 dibawah ini. dihasilkan formula dengan amprotab
lebih baik dibandingkan tablet yang
dihasilkan formula dengan amilum
batang kelapa sawit yang dapat dilihat
dari nilai koefisien variasi (CV), dimana
nilai koefisien variasi (CV) formula
amprotab lebih kecil daripada formula
amilum batang kelapa sawit. Hal ini
dapat disebabkan karena sifat alir dari
Gambar 3. Tablet Parasetamol formula amprotab lebih baik daripada
Uji penampilan fisik tablet formula amilum batang kelapa sawit12.
dilakukan secara visual. Seperti yang 3. Uji Kekerasan
terlihat pada gambar 3, tablet yang Kekerasan tablet mencerminkan
dihasilkan memiliki dari semua formula ketahanan tablet agar dapat bertahan
memiliki tampilan fisik yang sama terhadap berbagai tekanan mekanik pada
dengan bentuk bulat, berwarna putih, saat pengemasan, pengangkutan dan
tidak berbau dan tidak terjadi cacat fisik penyimpanan sebelum digunakan2. Hasil
pada tablet. pengujian kekerasan tablet seluruh
2. Uji Keseragaman Bobot formula memenuhi syarat karena
Keseragaman bobot merupakan kekerasan tablet dari seluruh formula
suatu tolak ukur untuk memastikan yang dihasilkan berada pada rentang
bahwa tablet mengandung sejumlah obat 4kg–10kg7. Selain itu dapat juga dilihat
yang tepat. Bobot tablet dapat diatur bahwa semakin meningkat konsentrasi
untuk mengontrol kualitas granul dan bahan pengikat maka kekerasan yang
berkaitan dengan dosis zat aktif. dihasilkan juga akan semakin
Penyimpangan dari bobot tablet akan meningkat, hal ini dikarenakan semakin
mempengaruhi takaran atau dosis dari meningkatnya konsentrasi bahan
zat aktif. pengikat maka granul yang dihasilkan
Hasil evaluasi keseragaman akan memiliki ikatan antar granul yang
bobot tablet menunjukkan bahwa lebih kuat sehingga menghasilkan granul
seluruh formula tablet memenuhi yang lebih kompak.
ketentuan Farmakope Indonesia Edisi III Berdasarkan hasil uji kekerasan
yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang tablet tersebut dapat dilihat bahwa tablet
bobotnya menyimpang dari bobot rata yang dihasilkan formula dengan
lebih besar dari 5% dan tidak ada satu amprotab lebih keras daripada formula
tablet pun yang bobotnya menyimpang dengan amilum batang kelapa sawit, hal
dari bobot rata-rata lebih dari 10%13. ini dapat dipengaruhi oleh tekanan yang
Selain itu keseragaman bobot dapat digunakan pada proses pengempaan
dilihat dari nilai koefisien variasi (CV), tablet sama, tetapi kompresibilitas dari
dimana seluruh formula menghasilkan formula dengan amprotab lebih kecil
dibandingkan formula dengan amilum hancur menjadi granul atau partikel yang
batang kelapa sawit sehingga dengan lebih kecil dan melepaskan obatnya.
tekanan yang sama tersebut maka Syarat waktu hancur tablet tidak bersalut
formula dengan amprotab akan yakni tidak lebih dari 15 menit7. Hasil
menghasilkan tablet yang lebih keras pengukuran waktu hancur seluruh
dibandingkan formula dengan amilum formula tablet yakni kurang dari 15
batang kelapa sawit. Perbedaan menit, sehingga seluruh formula tablet
kompresibilitas ini dapat dipengaruhi memenuhi syarat waktu hancur yang
oleh bentuk dan ukuran granul yang telah ditetapkan.
dihasilkan, dimana formula dengan Berdasarkan hasil uji waktu
amprotab memiliki bentuk spheris dan hancur tersebut dapat dilihat bahwa
ukuran yang lebih besar dibandingkan waktu hancur dari formula dengan
formula dengan amilum batang kelapa amprotab lebih lama dibandingkan
sawit, sehingga kompresibilitas dari formula dengan amilum batang kelapa
formula dengan amprotab lebih baik sawit, hal ini dapat disebabkan karena
daripada formula dengan amilum batang tingkat kekerasan yang berbeda, dimana
kelapa sawit14. tablet yang dihasilkan dari formula
4. Uji Kerapuhan dengan amprotab lebih keras
Uji kerapuhan tablet akan dibandingkan formula dengan amilum
menggambarkan kekuatan permukaan batang kelapa sawit. Pada umumnya
tablet dalam melawan berbagai tablet yang lebih keras memiliki
perlakuan yang menyebabkan porositas yang lebih kecil sehingga daya
pengikisan pada permukaan tablet. Uji penetrasi dan absorpsi air kedalam pori-
kerapuhan tablet ini berhubungan pori tablet lebih sulit, yang
dengan kehilangan bobot akibat menyebabkan ikatan antar partikel
pengikisan yang terjadi pada permukaan granul sulit terlepas sehingga waktu
tablet. Kerapuhan tablet sebaiknya tidak hancur tablet semakin lama12.
melebihi 1%7. Dari hasil uji kerapuhan, 6. Uji Penetapan Kadar
seluruh formula tablet mempuyai nilai Uji penetapan kadar dilakukan
persen kerapuhan dibawah 1%, sehingga untuk mengetahui kandungan zat aktif
dapat dikatakan bahwa tablet telah tiap tablet. Kadar zat aktif yang diterima
memenuhi syarat uji kerapuhan tablet. dalam tablet parasetamol terletak pada
Berdasarkan hasil uji kerapuhan rentang nilai 90% - 110%5. Dari hasil uji
tablet, dimana tablet yang dihasilkan seluruh fomula tablet yang telah
formula dengan amprotab memiliki dilakukan diketahui bahwa kadar zat
persen kerapuhan yang lebih kecil aktif seluruh formula berada pada
dibandingkan formula dengan amilum rentang nilai 92,44% - 95,96%, sehingga
batang kelapa sawit. Perbedaan persen hasil uji penetapan kadar parasetamol
kerapuhan tersebut dipengaruhi oleh dalam tablet masing-masing formula
kekerasan tablet, dimana formula masih memenuhi syarat yang telah
dengan amprotab menghasilkan tablet ditetapkan.
yang lebih keras dibandingkan formula Berdasarkan data hasil uji
dengan amilum batang kelapa sawit. penetapan kadar parasetamol dapat
Tablet yang lebih keras tersebut dilihat bahwa kadar yang dihasilkan oleh
memiliki daya ikat antar granul dan formula dengan amprotab lebih tinggi
kekompakkan yang lebih baik sehingga dibandingkan kadar formula dengan
kerapuhan tablet akan semakin menurun. amilum batang kelapa sawit, hal ini
5. Uji Waktu Hancur dapat disebabkan karena sifat alir dari
Waktu hancur merupakan waktu formula dengan amprotab lebih baik
yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk daripada formula dengan amilum batang
kelapa sawit, dimana sifat alir tersebut konsentrasi bahan pengikat lebih besar,
dapat mempengaruhi kandungan dari zat sehingga dapat mempengaruhi pelepasan
aktif tiap formula7. zat aktif parasetamol, dimana perlepasan
7. Uji Disolusi zat aktif semakin lambat.
Disolusi merupakan jumlah obat Grafik persen kumulatif disolusi
yang terlarut per satuan waktu tertentu tablet parasetamol dapat dilihat pada
dibawah kondisi, temperatur dan gambar 4 dibawah ini. Berdasarkan
komposisi medium yang telah grafik tersebut dapat dilihat bahwa
terstandarisasi. Disolusi tablet ini persen disolusi yang dihasilkan oleh
berhubungan dengan waktu hancur, tablet formula dengan amprotab lebih
dimana semakin cepat tablet hancur rendah dibandingkan formula dengan
maka akan semakin cepat pula tablet amilum batang kelapa sawit, hal ini
terdisolusi melepaskan zat aktif dan disebabkan karena waktu hancur yang
memberikan efek. dimiliki oleh formula dengan amprotab
Berdasarkan hasil pengujian lebih lama dibandingkan formula
dapat dilihat ternyata semua formula dengan amilum batang kelapa sawit.
tablet memenuhi persyaratan uji Perbedaan waktu hancur tersebut dapat
disolusi, dimana pada waktu 30 menit mempengaruhi tingkat pelepasan zat
kadar parasetamol yang terlarut tidak aktif tiap formula, dimana semakin lama
kurang dari 80%5. Selain itu dapat waktu hancur yang dimiliki maka
dilihat bahwa semakin besar konsentrasi jumlah zat aktif yang terlepas akan
bahan pengikat yang digunakan dalam semakin sedikit.
formula tablet persentase kadar Berdasarkan keseluruhan hasil
parasetamol yang terlepas (%) semakin uji evaluasi tablet yang telah dilakukan,
kecil. Hal ini dikarenakan jumlah bahan maka dapat disimpulkan bahwa
pengikat yang digunakan semakin tablet yang dihasilkan dari keseluruhan
banyak, jadi jumlah amilopektin yang formula memenuhi syarat uji evaluasi
terkandung dalam tiap kenaikan tablet yang baik.

100

90

80
Kumulatif Disolusi (%)

70
F1
60
F2
50 F3
40 F4
F5
30
F6
20

10

0
5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)
Gambar 4. Grafik Persen Kumulatif Disolusi Tablet Parasetamol, F1 (Formula dengan
amilum sawit 5%), F2 (Formula dengan amilum sawit 10%), F3 (Formula
dengan amilum sawit 15%), F4 (Formula dengan amprotab 5%), F5
(Formula dengan amprotab 10%), F6 (Formula dengan amprotab 15%)
Analisis Data dihasilkan dengan bahan pengikat
Keseluruhan data hasil uji amilum batang kelapa sawit tidak
evaluasi tablet yang telah dilakukan berbeda signifikan dengan tablet
selanjutnya dianalisis statistik dengan uji parasetamol yang dihasilkan dengan
One Way Anova. Uji One Way Anova bahan pengikat amprotab.
ini dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi amilum batang kelapa sawit DAFTAR PUSTAKA
yang memberikan daya ikat paling baik 1. Simbolon, B. 2008. Uji Disolusi
dan mengetahui perbedaan hasil Chlorpheniramine Maleat Secara
penggunaan amilum batang kelapa sawit Spektrofotometri Ultra Violet. Tugas
dengan amprotab sebagai bahan Akhir. Medan : USU.
pengikat tablet. Dari hasil uji One Way 2. Lachman, L., H.A. Lieberman dan
Anova sulit untuk menentukan J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek
konsentrasi amilum batang kelapa sawit Farmasi Industri. Penerjemah Siti
yang memberikan daya ikat yang paling Suyatmi. Jakarta : UI Press.
baik. Oleh sebab itu, maka untuk 3. Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk
menentukan konsentrasi amilum batang Sediaan Farmasi, edisi IV.
kelapa sawit yang memberikan daya ikat Penerjemah F. Ibrahim. Jakarta : UI
paling baik dilihat dari nilai standar Press.
deviasi (SD) hasil uji evaluasi tablet. 4. Soekemi, R.A., Yuanita T., Fat
Berdasarkan nilai standar deviasi (SD) Aminah dan Salim Usman. 1987.
hasil uji evaluasi tablet tersebut maka Tablet. Medan : PT Mayang
dapat diketahui bahwa konsentrasi Kencana.
amilum batang kelapa sawit yang 5. Depkes RI. 1995. Farmakope
memberikan daya ikat paling baik pada Indonesia, Edisi IV. Jakarta :
tablet parasetamol adalah 10%, hal ini Departemen Kesehatan Republik
dikarenakan nilai standar deviasi yang Indonesia.
dihasilkan oleh bahan pengikat amilum 6. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran
batang kelapa sawit konsentrasi 10% Teknologi Farmasi, Edisi V.
mempuyai nilai standar deviasi (SD) Penerjemah Dr. Soendani Noerono.
yang paling kecil. Selain itu berdasarkan Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
hasil uji yang sama dapat juga diketahui Press.
bahwa tablet yang dihasilkan dengan 7. Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan
bahan pengikat amilum batang kelapa Formulasi Sediaan Tablet.
sawit tidak berbeda signifikan dengan Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
tablet yang dihasilkan dengan bahan Press.
pengikat amprotab. 8. Ariansyah, Fitra., Amran Laga dan
Meta Mahendradatta. 2011. Studi
KESIMPULAN Ekstraksi Pati Berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian Ketinggian Batang Pohon Kelapa
yang dilakukan dan analisa data secara Sawit (Elaeis guineensis). Jurnal.
teoritis maupun statistik dapat Makasar : Universitas Hassanudin.
disimpulkan bahwa tablet parasetamol 9. Ridwansyah. 2006. Pemanfaatan Pati
yang dihasilkan dengan bahan pengikat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku
amilum batang kelapa sawit memenuhi Dekstrin. Tesis. Bogor : IPB.
syarat evaluasi tablet yang baik. 10.Guritno, P dan Darnoko D. 2003.
Konsentrasi amilum batang kelapa sawit Teknologi Pemanfaatan Limbah Dari
yang memberikan daya ikat paling baik Peremajaan Perkebunan Kelapa
pada tablet parasetamol adalah 10%. Sawit. Bali : Max Havelaar Indonesia
Analisis statistik tablet parasetamol yang Foundation.
11. Fudholi, A. 1983. Metodologi 13. Depkes RI. 1979. Farmakope
Formulasi dalam Kompresi Direk. Indonesia, Edisi III. Jakarta :
Jakarta : Kongres XI ISFI. Departemen Kesehatan RI.
12. Lieberman, H. A. Lachman, L. 14. Hadisoewignyo, L. dan A. Fuhdoli.
Schwartz, J. B. 1989. 2007. Studi Pelepasan In Vitro
Pharmaceutical Dosage Form : Ibuprofen dari Matriks Xanthan
Tablets. The United States of Gum. Yogyakarta: Fakultas
American: Marcel Dekker, Inc. Farmasi UGM.

Anda mungkin juga menyukai