Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TELAAH KURIKULUM
“PERBEDAAN KBK, KTSP, & KURIKULUM 2013”
Disusun oleh :
Eva Fasihah (18842031002)
M. Fikri (18842031004)
Elok Soraya (18842031005)
Dosen Pengampu:
Nurul Hidayah Al Mubarokah, S.Pd., M.Pd.
2
desentralistik. Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pendidikan ini merupakan
upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan secara
berkelanjutan, terarah dan menyeluruh.
3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas : di nyatakan bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Sementara itu, agak berbeda dengan landasan-landasan di atas E. Mulyana
menegaskan ada tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
yaitu:
1. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual.
2. Pengembangan konsep belajar tuntas/belajar sebagai penguasaan.
3. Pendefinisian kembali terhadap bakat (2003 : 40-41)
C. TUJUAN DARI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
Kurikulum berbasis kompetensi bertujuan untuk mempersiapkan generasi menjadi
anggota masyarakat dunia yang memiliki kompetensi yang memadai untuk mengembangkan
dirinya ke arah tenaga kerja yang profesional, sesuai dengan bidang-bidang lapangan kerja
yang dikehendaki. Selain tujuan tersebut KBK juga bertujuan untuk memberdayakan sekolah
dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai
dengan kondisi lingkungan. Selain itu adapun tujuan penyusunan KBK adalah sebagai:
1. acuan penyusunan silabus dan satuan pembelajaran;
2. acuan penyusunan bahan ajar seperti: modul dan buku pelajaran kursus dan pelatihan. serta
buku pelajaran bagi yang belajar mandiri;
3. sarana pembinaan dan pengembangan kursus.
D. ISI KBK
Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini terdapat 9 mata pelajaran yang diajarkan
yaitu, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial, bahasa
Indonesia, matematika, IPA, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani, dan
ditambahi kegiatan yang mendukung kebiasaan, dan muatan lokal.
Dalam Kurikulum berbasis kompetensi juga terdapat 4 kompetensi dasar yang harus
dimiliki sesuai dengan tuntutan KBK:
3
1. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independent.
2. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu
beradaptasi terhadap dunia kerja.
3. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya
dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik.
4. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta
mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan
perkembangan zaman. (Sanjaya 2005 : 8).
E. KARAKTERISTIK KBK
Secara umum, karakteristik kurikulum berbasis kompetensi meliputi enam hal, yaitu:
1. Sistem belajar dengan modul. Tujuan dari sistem modul ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah. Keunggulan pembelajaran dengan sistem
modul adalah adanya kontrol terhadap hasil belajar, berfokus pada kemampuan individu, dan
relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya.
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar. Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang
dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh informasi, pengetahuan,
pegalaman, dan keterampilan dalam proses bealajar. Sumber belajar dapat berrupa manusia,
bahan, lungkungan, alat dan peralatan, serta aktivitas.
3. Pengalaman lapangan. Pengalamamn lapangan ini untuk menumbuhkan komunikasi antara
guru dengan murid. Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat
dalam pengembangan program, aktivitas, dan evaluasi pembelajaran.
4. Strategi belajar individual personal. Tujuannya adalah agar siswa mampu belajar mandiri.
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar
personal adalah interaksi educatif berdasarkan keunikaan peserta didik seperti minat, bakat,
dan kemampuan.
5. Kemudahan belajar. Kemudahan ini diberikan melalui perpaduan antara pembelajaran
individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim.
6. Belajar tuntas. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, maka
pembelajaran harus dilakukan dengan sistematis, yang akan tercermin dari strategis yang
4
dilakukan terutama dalam mengorganisasi tujuan dan baha ajar, melaksanakan evaluasi dan
memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan.
F. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KBK
1. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
2. Penguatan identitas nasional
3. Keseimbangan etika
4. Adaptasi terhadap abad pengetahuan dan teknologi
5. Mengembangkan keterampilan hidup
6. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif
7. Kesamaan memperoleh kesempatan
8. Belajar sepanjang hayat
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
G. KOMPONEN KBK
1. Kurikulum dan hasil belajar yang berisi tentang perencanaan pengembangan kompetensi yang
perlu dicapai secara keseluruhan
2. Penilaian berbasis kelas yang di dalamnya berisi prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian
yang konsisten
3. Kegiatan belajar mengajar
4. Pengelolaan Kurikulum berbasis sekolah yang berisi tentang berbagai bentuk pola
pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
H. KELEBIHAN KBK
1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata pelajaran dan
bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
2. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-
masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung
secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu,
bukan transfer pengetahuan.
3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
5
4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/siswa (student oriented).
Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra
seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar.
Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan
berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar
dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh
melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan
menguraikan sesuatu.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
memudahkan evaluasi & perbaikan pada kekurangan peserta didik dalam pembelajaran.
7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih
tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.
I. KELEMAHAN KBK
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya
disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan
lingkungan
2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
3. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya
yang lebih pada teacher oriented
4. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal kompetensi
merupakan ”a complex combination of knowledge,attitudes, skills and values displayed in
the context of task performance“. (Gonczi,1997) Sistem pengukuran perilaku yang
menggunakan paradigma behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku
yang dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan Pace,1997),
dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK adalah waktu,biaya dan tenaga
yang banyak.
J. IMPLEMENTASI KBK
Menurut garis besarnya impelementasi KBK mencakup tiga kegiatan pokok yaitu:
6
1. Pengembangan program
Pengembangan KBK menyangkut pengembangan program tahunan, program semester,
program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan
remidial serta program bimbingan dan konseling
2. Pelaksanaan pembelajaran
Dalam pembelajaran tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan Aperilaku peserta didik. Umumnya palaksanaan
pembelajaran mencakup 3 hal yaitu pretes, proses dan postes
3. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi KBK dilakukan dengan penilaian kelas tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertivikasi, bench-marking dan
penilaian program.
7
19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Sedangkan landasan teoritis adalah
munculnya penolakan terhadap paham behaviorisme dalam pembelajaran.
Selain itu, penyelenggaraan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang saat
ini diterapkan di Indonesia dilandasi oleh kebijakan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35
ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7
ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3);
Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal
16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar isi ini mencakup lingkup
materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Termasuk dalam standar isi adalah: kerangka dasar dan struktur
kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada
setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar
Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
C. TUJUAN KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga penddikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipasif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP untuk:
8
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang ada.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang
akan dicapai.
D. ISI KTSP
Struktur KTSP memuat: mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri,
pengaturan beban, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup,
serta endidikan berbasis keunggulan lokal dan global (Mulyasa, 2006:180). Struktur dan
muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam standar isi
meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI.
E. KARATERISTIK KTSP
1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah Dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi
setempat & kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran serta
menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2. Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua Yang Tinggi
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya medukung sekolah melalu bantuan
keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta
mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang yang
memiliki kemampuan dan integritas profesional. Dalam pengambilan keputusan, kepala
sekolah mengimplementasikan proses “bottom up” secara demokratis, sehingga semua pihak
bertanggung jawab pada keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
9
4. Tim Kerja Yang Kompak Dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh
kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
F. PRINSIP PENGEMBANGAN KTSP
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan serta kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Prinsip ini mengandung makna bahwa peserta didik memiliki posisi central
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2. Beragam dan terpadu. Pengembangan KTSP harus memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, perbedaan agama, suku, budaya,
sosial, ekonomi, bahkan perbedaan gender.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni selalu berkembang secara dinamis. Oleh karena itu KTSP harus dapat
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik untuk mengikuti & memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan hidup. Kurikulum dikembangkan untuk menjamin relevansi
pendidikan dan kebutuhan kehidupan baik di masyarakat ataupun di dunia kerja.
Pengembangan keterampilan pribadi, berpikir, sosial, dan akademik, serta vokasional
merupakan suatu hal yang harus disiapkan oleh KTSP.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkelanjutan dan berkesinambungan antar semua pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. KTSP mengarah pada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. KTSP dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
G. KOMPONEN KTSP
1. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
2. Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
3. Kalender pendidikan
4. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
H. KELEBIHAN KTSP
10
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat
diungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di
lapangan, dan kurang menghargai atau meninjau potensi keunggulan local yang ada bias
dimunculkan sekolah didaerah atau provinsi.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan dan dapat
tercapainya pendidikan karakter.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu
bagi kebutuhan siswa
4. Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan ,namun secara umum,KTSP bias diandalkan
menjadi patokan mengadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan peserta
didik.
5. Peserta didik juga diajak bicara,diskusi,wawancara dan membahas masalah-masalah yang
kontekstual yang dalam kenyataanya memang diperlukan sehingga peserta didik menjadi
lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik
dalam kehidupan sehari- hari.
6. Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun yang lebih penting sudah adalah belajar
proses sehingga mendorong peserta didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
7. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20
persen.
8. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
9. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
10. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan peserta
didik dan kondisi daerahnya masing-masing.
11. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan, kecakapan
belajar, maupun konteks social budaya.
12. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi
bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
11
13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar peserta didik
14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang
akan membentuk kompetensi individual.
15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan
dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
17. Menggunakan berbagai sumber belajar.
18. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
19. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar siswa.
I. KELEMAHAN KTSP
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai
syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi.
5. Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
6. Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif juga merupakan
kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak satuan pendidikan yang minim alat
peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan
KTSP.
7. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina perkembangan peserta
didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan dibawah rata-rata. Kenyataan
membuktikan, kondisi sosial, ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru.
8. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana
melakukan evaluasi dengan prtofolio. Karena ketidakpemahaman ini mereka kembali kepada
pola assessment lama dengan tes dan ulangan yang cognitive based semata.
J. IMPLEMENTASI KTSP
12
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut kreatifitas dan kearifan
pendidik dalam menciptakan dan menambahkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana
yang diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Sehingga dalam implementasinya
seorang pendidik harus mampu:
1. Menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
2. Memiliki pendekatan yang tepat
3. Membentuk kompetensi peserta didik, meliputi:
a) Kegiatan awal/pembukaan seperti pembinaan keakraban dan pre-test
b) Kegiatan inti
c) Kegiatan akhir/penutup, dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan pos-test.
4. Kriteria keberhasilan
5. Pengembangan organisasi dan manajemen pembelajaran
KURIKULUM 2013
A. PENGERTIAN KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 merupakan implementasi dari UU no. 32 tahun 2013. Kurikulum
2013 ini merupakan kelanjutan dan penyempurna dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dan KTSP. Akan tetapi lebih mengacu pada kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang terdapat pada pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati.
B. LANDASAN KURIKULUM 2013
1. Landasan yuridis yaitu dari PP 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP nomor 19 tahun
2005 tentang SNP
2. Landasan psikologis, terdapat dua cabang ilmu psikologis yang berkaitan erat dalam proses
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan
dengan perkembangannya. Sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu dalam konteks belajar.
3. Landasan konseptual, kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami
terlebih dahulu, seperti manusia sejak lahir telah mempunyai potensi dasar, usaha agar
mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, potensi tersebut agar dapat
dikembangkan sehingga mampu bertanggung jawab dalam potensi yang di miliki dengan
13
berpedoman kepada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai beberapa
karakter yang tertanam dalam dirinya selain kompetensi.
4. Landasan filosofis, dapat membantu segala hal yang berhubungan dengan kurikulum yang
didasarkan kepada bagaimana sekolah dan kelas diorganisir.pentingnya filsafat dapat
menentukan keputusan-keputusan dalam sebuah kurikulum seperti: merumuskan tujuan
pendidikan, menyeleksi dan mengorganisasikan pengetahuan
Selain itu dalam penyusunan Pengembangan Kurikulum 2013 ini mengacu pada
peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
Tentang Standar Proses
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
Tentang Penilaian
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013
Tentang KD dan Kurikulum SD
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor71 Tahun 2013
Tentang Buku Teks Pelajaran
C. TUJUAN KURIKULUM 2013
Penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk memberikan acuan
kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di sekolah dalam
mengembangkan program-program yang akan dilaksanakan. Selain itu, Kurikulum 2013
disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk,
a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b) belajar untuk memahami dan menghayati,
c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan
D. ISI KURIKULUM 2013
14
Kurikulum 2013 berbasis pada sains. Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik
integratif. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan
menyenangkan. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
1. Mata pelajaran (MAPEL) SD diantaranya:
a) Pendidikan Agama e) IPA
b) PPKn f) Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)
c) IPS g) Matematika
d) Bahasa Indonesia h) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan
Lokal;Mulok)
Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas
IV, V,VI=36 jam
2. Mata Pelajaran SMP – MTs (Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah)
a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti f) Bahasa Inggris
b) PPKn g) IPS
c) Bahasa Indonesia h) Seni Budaya (Muatan Lokal)
d) Matematika i) Prakarya (Muatan Lokal)
e) IPA j) Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit
Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam
3. Mata pelajaran SMA – MA (Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah)
a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti f) Bahasa Inggris
b) PPKn g) Sejarah Indonesia
c) Bahasa Indonesia h) Seni Budaya (Muatan Lokal)
d) Matematika i) Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan
Lokal)
e) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMA = 45 menit
Banyak jam pelajaran per minggu SMA = 39 jam
E. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
15
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat.
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar mata pelajaran.
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced), dan memperkaya (enriched), antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
F. PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM 2013
1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 menjadi komponen sistem terpadu
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan
mental (softskill)
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai
pembelajar sepanjang hayat
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas
siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)
16
11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat
12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan
dimana saja adalah kelas
13. Pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran
14. Pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya bangsa.
G. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seniKurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berkembang secara dinamis. Isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
17
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
H. KELEBIHAN KURIKULUM 2013
1. Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter
juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur
dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
2. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi
mereka.
3. Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini.
4. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara
terus menerus.
I. KEKURANGAN KURIKULUM 2013
1. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013.
2. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum
2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
3. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut
berbeda.
18
J. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK
Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK
disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015
ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.
Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri
atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti nasional, pengawas
dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri
dari guru inti, pengawas dan kepala sekolah.
2. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang
disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar
dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan
pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta didik. Ketersediaan buku
adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli buku baru.
3. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan
masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada
satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
19
c. Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk pengetahuan (kognitif), pembentuk sikap
(afektif), dan pembentuk keterampilan (psikomotorik).
d. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
e. Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
2. Kurikulum 2013
a. Standar kompetensi lulusan (SKL) diturunkan dari kebutuhan
b. Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas
mata pelajaran
c. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan pengetahuan (kognitif),
pembentuk sikap (afektif), dan pembentuk keterampilan (psikomotorik).
d. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
e. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat Guru membuat kurikulum sendiri
Depdiknas
Sekolah kurang diberi kewenangan untuk Sekolah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan kurikulum mengembangkan kurikulum
Kurang relevan dengan otonomi daerah Lebih relevan
20
integratif)
TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan
7 TIK mata pelajaran sendiri
sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
8
pengetahuan carrier of knowledge
Tidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran
Untuk SMA ada penjurusan sejak
9 wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman
kelas XI
minat
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang
SMA dan SMK tanpa kesamaan
10 sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan
kompetensi
dan sikap.
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai
11 Penjurusan di SMK sangat detil bidang studi, didalamnya terdapat pengelompokkan
peminatan
DAFTAR PUSTAKA
http://sekolahdasar03.blogspot.com/2012/05/pengertian-kbk-dan-landasan-kbk-serta.html
http://umirazanah.blogspot.com/2012/01/perbedaan-kbk-dan-ktsp.html
Sanjaya Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Group: Jakarta.
Gurupembaharu.com/home/empat-belas-prinsip-pembelajaran-kurikulum-2013/
https://sites.google.com/site/webipssmpdkijakarta/in-the-news/karasteristikdantujuankuriku-
lum2013
Yandrikpg.wordpress.com/2013/04/09/perbandingan-kbk-2004-dan-ktsp-2006-dengan-
kurikulum-2013/
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-ktsp.html
Yamin, Martinis, 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung Persada: Jakarta.
Mulyasa, Enco. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Rosada: Bandung.
E. Mulyasa.2009.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah. Cetakan III.Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/gebc1404715667.pdf
21
https://www.scribd.com/doc/163766849/766-1-Taksonomi-Bloom-Retno-Ok-Mima
22