KELAS I MEDAN
Disusun oleh :
HERNISAH NAINGGOLAN
(1705062041)
MEDAN
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Pembimbing PKL
Mengetahui:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapangan di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Kelas I Medan
tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi salah
satu persyaratan menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro Program
Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Medan yang telah dijalani
selama genap tiga tahun.
Dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis
menyadari, bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Abdul Rahman Dalimunthe,S.E.,M.Si., selaku Direktur Politeknik Negeri
Medan.
2. Nobert Sitorus,S.T.,M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Medan.
3. Muhammad Rusdi,S.T.,M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Telekomunikasi Politeknik Negeri Medan.
4. Junaidi,S.T.,M.T., selaku Dosen Pembimbing.
5. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Program Studi Teknik
Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Medan, yang
telah membimbing dan membantu penulis selama proses perkuliahan
berlangsung.
6. Ir. Muhamad Saleh, selaku Kepala Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio Kelas I Medan.
7. Franciscus Sitorus,S.T, selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
i
8. Purwanto Simamora, S.T., M.M. dan Imelda Siburian, Amd.T., yang
membimbing penulis selama berada di Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio Kelas I Medan.
9. Teristimewa untuk Orang Tua dan seluruh saudara penulis, yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil serta doa untuk penyelesaian
laporan ini.
10. Teman-teman seperjuangan PKL Ammaya Hutauruk, Andre Tamba,
Fitriani Bancin, Mentari Aritonang, dan Ronauli Sitanggang yang
memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun demi menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan
memerlukannya.
Hernisah Nainggolan
1705062041
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktik Kerja
1.3 Manfaat Kerja Praktek
1.4 Rumusan masalah
1.5 Batasan masalah
1.6 Metedologi
1.7 Sistematika penulisan laopran
1.8 Waktu dan tempat pelaksanaan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah perusahaan
2.2 Visi dan misi perusahaan
2.2.1 visi
2.2.2 misi
2.3 Logo balmon Medan
2.4 Struktur organisasi
2.4.1 Struktur organisasi kementrian komunikasi dan informatika
2.4.2 Struktur organisasi direktorat jenderal sumber daya dan
perangkat pos
2.4.3 Struktur organisasi balai monitor spektrum frekuensi kelas I
medan
3
2.5 Tugas dan tanggung jawab balai balai monitor spektrum frekuensi
kelas I medan
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Spektrum frekuensi radio
3.1.1 spektrum
3.1.2 gelombang elektromagnetik
3.1.3 sinyal telekomunikasi
3.1.4 international communication union (ITU)
3.2 Spektrum frekuensi VHF/UHF
3.2.1 sistem transmisi radio
3.2.3 penggunaan spektrum frekuensi radio
3.2.3 gangguan pada spektrum frekuensi radio
3.3 Televisi UHF
3.3.1 Pengertian UHF dan televisi
3.3.2 jenis siaran televisi indonesia
3.3.2.1 teristrial
3.3.2.2 satelit
3.3.2.3 kabel
3.3.2.4 Mobile
3.4 Monitoring spektrum frekuensi radio
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.2 Analisis Data
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan pada kesempatan ini adalah :
1. Pemahaman terhadap ilmu di bidang telekomunikasi yang telah dimiliki
selama masa perkuliahan.
2. Mengenal ruang lingkup Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
3. Mengenal, mengamati, dan mempelajari cara kerja sistem
monitoring spektrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum
Frekuensi Radio Kelas I Medan.
4. Menambah wawasan mengenai manajemen frekuensi, pengukuran
emisi, Bandwith, Radio Regulation, dan sistem monitoring
otomatis.
5. Memahami penggunaan perangkat elektronik yang mendukung
proses monitoring, serta pengenalan sistem penanganan kasus atau
penertiban di bidang pemancar dan sinyal frekuensi.
6. Mengetahui pengalokasian spektrum frekuensi radio.
2
b. Mendapat masukan dari laporan kerja praktek yang dilakukan
mahasiswa tentang penerapan konsep-konsep teknologi
telekomunikasi yang ada di perusahaan.
c. Mampu menerapkan dan membandingkan teori yang didapat di
bangku kuliah dan praktik pada dunia kerja nyata.
1.6 Metodologi
Dalam rangka melaksanakan kerja praktek, dilakukan kegiatan yang meliputi:
1. Tahap persiapan, yaitu mempersiapkan hal-hal yang perlu seperti
pengenalan perusahaan dan membuat permohonan kerja praktek.
3
2. Studi literatur, yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi di lapangan.
3. Survei, yaitu mengadakan peninjauan langsung ke lapangan yang
berhubungan dengan tugas atau kegiatan kerja praktek dan menyusunnya
dalam bentuk laporan.
4. Analisa dan evaluasi, yaitu berupa penulisan laporan kerja praktek
4
Berisi tentang simpulan dan saran bagi penulis dan Balai Monitor
Kelas I Medan.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
6
dipimpin oleh Soesilo Soedarman. Dan pada masa Pemerintahan Presiden
Soeharto
7
dan Wakil Presiden Try Sutrisno dibentuk Kabinet Pembangunan VI dimana
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dijabat oleh Joop Ave yang dibentuk
pada tanggal 17 Maret 1993 dan diselesaikan pada tanggal 14 Mei 1998. Pada
tanggal 16 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 kabinet pemerintahan Indonesia
membentuk Kabinet Pembangunan VII di masa Pemerintahan Presiden Soeharto
dan Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling
singkat. Masa bakti kabinet ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun
karena terjadi demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal 1998 akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung pada pengunduran diri Soeharto
dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya B.J. Habibie sebagai
pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini menjadi
demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan
oleh Kabinet Reformasi Pembangunan. Pada tahun 1998, Departemen Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi dibubarkan dimana Pariwisata menjadi dibawah Menteri
Pariwisata, Seni, dan Budaya dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
kembali ke Departemen Perhubungan. Pada tahun 1998, Era Reformasi Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi membentuk Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melakukan tugas Pengawasan
dan Pengendalian Penggunaan Spekrum Frekuensi Radio sebagai reinkarnasi dari
Bidang Pengendalian Frekuensi Radio pada masa Kantor Wilayah Pariwisata, Pos
dan Telekomunikasi.
Pada tanggal 23 Mei 1998 hingga tanggal 20 Oktober 1999, kabinet
pemerintahan Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie membentuk Kabinet
Reformasi Pembangunan. Kabinet ini terdiri dari sejumlah Menteri Koordinator,
sejumlah Menteri Pimpinan Departemen, sejumlah Menteri Negara, Sekretaris
Negara, dan Jaksa Agung. Pada tanggal 26 Oktober 1999 hingga 09 Agustus
2001, kabinet pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Abdurrahman
Wahid dan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri membentuk Kabinet Persatuan
Indonesia. Ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI pada tahun 1999,
Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan. Dalam penjelasan
yang diberikan secara terbuka pada sidang paripurna DPR, pada pertengahan
November 1999, Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa pembubaran itu
8
dilakukan semata-mata untuk efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan,
sekaligus dalam rangka implementasi sepenuhnya UU No. 22/1999 tentang
otonomi daerah. Selain itu juga pada tahun tersebut, Lembaga Sensor Film yang
tadinya dikelola oleh Departemen Penerangan dialihkan ke lingkungan
Departemen Pendidikan, yang nantinya setahun kemudian dialihkan kembali ke
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Abdurrahman Wahid pun membentuk Badan Informasi Komunikasi Nasional
(BIKN) sebagai lembaga pengganti Departemen Penerangan (Keppres 153 tahun
1999), dengan Keapal BIKN setara Eseleon 1a. Dengan ditetapkannya Keputusan
Presiden tersebut, seluruh aset dan personil eks Dep. Penerangan Tingkat Pusat
dialihkan kepada Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, kecuali aset dan
personil Direktorat Televisi, TVRI Stasiun Pusat Jakarta, Balai Pendidikan dan
Pelatihan Televisi Jakarta, Direktorat Radio, Stasiun Raido Republik Indonesia
Nasional Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Radio Jakarta, Balai Elekronika
dan Laboratorium Radio Jakarta, dan Maintenance Center Jakarta. Dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
eks instansi vertikal Dep. Penerangan termasuk seluruh aset dan personilnya
dialihkan menjadi Perangkat/Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecuali
TVRI Stasiun Daerah, TVRI Stasiun Produksi, TVRI Sektro dan Satuan
Transmisi, Stasiun Radio RI Regional I dan II, Multimedia Training Center
Yogyakarta, serta Maintenance Center Medan dan Ujung Pandang.
Pada tanggal 10 Agustus 2001 hingga 20 Oktober 2004, kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah
Haz membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini diumumkan pada 9
Agustus 2001. Pada masa kepemimpinan Presiden Magawati, dibentuk
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi pada tahun 2001. Saat itu yang
ditunjuk sebagai Menteri Negara adalah Syamsul Mu’arif. Selain itu juga
dibentukalah Lembaga Informasi Nasional (LIN). LIN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pelayanan informasi nasional. Selain
itu, saat itu wewenang Kominfo dalam hal konten penyiaran dialihkan ke lembaga
independen baru bernama Komisi Penyiaran Indonesia yang didirikan melalui UU
No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Berdasarkan UU tersebut juga, status TVRI
9
serta RRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen,
netral, tidak komersial dan melayani masyarakat. Kantor Berita Antara diubah
juga menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Pada tanggal 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009, kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad
Jusuf Kalla membentuk Kabinet Indonesia Bersatu I. Ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menjabat pertama kali sebagia Presiden, ia menggabungkan
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, Lembaga Informasi Nasional,
dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang berasal dari Departemen
Perhubungan dan ditambahkannya Direktorat Jenderal baru yaitu Direktorat
Jenderal Aplikasi Telematika. Lembaga Informasi Nasional dipecahnya menjadi
dua yaitu Dijen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dan Badan
Informasi Publik. Hasil seluruh penggabungan ini bernama Departemen
Komunikasi dan Informatika (Depkominfo). Pada tahun 2008 juga dibentuk mitra
baru Kominfo yaitu Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan UU No. 14
tahun 2008 mengenai Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang baru untuk
Internet yaitu UU No. 11 tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi
Elektronik dan amanah untuk penyehatan PT. Pos Indonesia melalui UU No. 38
tahun 2009 tentang Pos juga mewarnai Depkominfo tahun-tahun ini.
Pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin
kabinet Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah menjadi Kementerian
Komunikasi dan Infomartika, dengan dipecahnya Ditjen Pos dan Telekomunikasi
menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika serta Ditjen Sumber Daya
Perangkat Pos dan Informatika. Ditjen Aplikasi Telematika berubah nama
menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana Komunikasi dan
Diseminasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi Direktorat
Jenderal Informasi Komunikasi Publik. Struktur ini masih berlaku sampai saat ini.
Pada awal tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Medan berubah menjadi Balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan sebagai perpanjangan tangan Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi telah berubah menjadi Direkorat Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sampai sekarang.
10
2.2 Visi dan Misi Balmon Medan
2.2.1 Visi
Tercapainya penyelenggaraan yang dinamis serta terbinanya peran serta
seluruh potensi untuk mendukung kegiataan pemerintahan dan pembangunan
serta pelayanan kepada masyarakat secara handal, mudah, cepat , dan
terjangkau di bidang telekomunikasi.
2.2.2 Misi
1. Meningkatkan pemerataan pelayanan penggunaan frekuensi radio
keseluruh pelosok pedesaan.
2. Meningkatkan iklim usaha dan peran serta masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat.
4. Mendorong optimalisasi kemajuan Iptek yang tepat guna.
11
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kementrian Komunikasi dan Informatika
12
2.4.2 Struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos
13
2.3.3 Struktur organisasi Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas I
Medan
14
pengguna frekuensi, pendamping penyelesaian piutang biaya hak
pengguna frekuensi radio, pelayanan pengaduan masyarakat terhadap
gangguan spektrum, pelaksanaan, perbaikan, dan pemeliharaan perangkat
monitor frekuensi radio, serta pelaksaan ujian amatir radio.
15
2. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio.
3. Rencana kegiatan koordiasi yang bersifat nasional dan internasional.
16
BAB III
LANDASAN TEORI
17
membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Adapun contoh
gambar gelombang seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.
c
λ=
f
Dimana:
λ : panjang gelombang
c : cepat rambat gelombang (300.000km/s atau 3x108 m/s)
f : frekuensi gelombang
18
1. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang dalam proses perambatannya
memerlukan medium (zat perantara) . Artinya jika tidak ada medium, maka
gelombang tidak akan terjadi. Contohnya adalah gelombang bunyi yang zat
perantaranya udara, jadi jika tidak ada udara bunyi tidak akan terdengar.
2. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya
gelombang ini bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa
memerlukan medium. Contohnya adalah gelombang cahaya yang terus ada
dan tidak memerlukan zat perantara.
19
Berdasarkan gambar di atas dapat saya jelaskan bahwa arah rambat
gelombang di atas adalah ke kiri dan ke kanan, sedangkan arah getarnya
adalah ke atas dan ke bawah. Jadi itulah yang dimaksud arah rambat tegak
lurus dengan arah getarnya. Contohnya adalah gelombang pada tali yang
digerakkan.
a. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar
dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan renggangan
(Dapat dilihat pada gambar di bawah).
20
3.1.3 Sinyal Telekomunikasi
21
3.1.4 International Communication Union (ITU)
22
7. mempromosikan pada tingkat internasional penggunaan pendekatan
yang lebih luas terhadap masalah telekomunikasi dalam ekonomi dan
masyarakat informasi global dengan bekerja sama antarpemerintah
internasional dan regional dan organisasi nonpemerintah yang berkaitan
dengan telekomunikasi.
23
7. melaksanakan pengkajian, membuat preaturan-peraturan, menyetujui
resolusi-resolusi, merumuskan rekomendasi dan pendapat, dan
menghimpun serta menerbitkan informasi mengenai masalah-masalah
telekomunikasi;
8. meempromosikan, kepada organisasi-organisasi finansial dan
pembangunan internasional, pengadaan kredit yang prefenrensial dan
menguntungkan untuk dipergunakan bagi pembangunan proyek-proyek
sosial yanng bertujuan antara lain, memperluas penydiaan jasa
telekomunikasi ke daerah-daerah paling terpencil di negara-negara.
24
stasiun induk ditempatkan di puncak suatu bukit atau gedung yang tinggi
untuk mendapatkan tinggi tambahan.
25
Tabel okupansi pita frekuensi radio
Okupansi pita frekuensi radio dilakukan pada 21 subservis/pita frekuensi
ditunjukkan pada Tabel 3.2sebagai berikut :
No. Subservis Pita Frekuensi
Pita
1. Maritim, Marabahaya 479 – 526.5 kHz
2. Radio AM 535 - 1606 kHz
3. Marabahaya 2173.5 – 2190.5 kHz
4. Penerbangan HF, Amatir 6265 – 2190.5 kHz
5. Radio FM 87.5 – 108 MHz
6. Penerbangan VHF 108 – 137 MHz
7. Konsesi, Maritim VHF 150 – 174 MHz
8. Televisi VHF, DAB 174 – 230 MHz
9. Tetap, Bergerak, Marabahaya 300 – 430 MHz
10. Komrad 430 – 460 MHz
11. Downlink Selular 450 460 – 470 MHz
12. Televisi UHF 478 – 806 MHz
13. Komrad, Downlink Selular 800 851 – 880 MHz
14. Downlink Selular 900 925 – 960 MHz
15. Downlink Selular 1800 1805 – 1880 MHz
16. Downlink Selular 2100 2110 – 2170 MHz
17. Selular, Broadband 2.3 GHz 2300 – 2400 MHz
18. Broadband, Siaran Satelit 2500 – 2690 MHz
19. Bwa 3.3 GHz 3300 – 3400 MHz
20. Tetep, Satelit Tetap 3400 – 3700 MHz
21. Radar Cuaca, Broadband 5 GHz 5140 - 5925 MHz
26
1. Pengguna pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MNO)
2. Pengguna bukan pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MVNO)
3. Pengguna frekuensi bebas
27
2. Interferensi Kanal Sama (Co-Channel Interference)
Interferensi kanal sama sering terjadi pada sistem seluler yaitu karena
adanya refuse frekuensi (pengulangan penggunaan frekuensi). Sinyal yang
diterima oleh penerima bukan hanya berasal dan pemancar di pusat seluler,
dimana penerima tersebut berada tetapi juga dari pemancar yang berasal dari
sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama. Selain teriadi pada
sistem seluler, interferensi kanal sama juga dapat terjadi karena penggunaan
frekuensi yang sama oleh pemancar/stasiun yang sah lainnya dari dalam
atau pun luar negeri.
3. Interferensi Kanal Bayangan (Image Channel Interference)
Setiap penyetelan frekuensi pada receiver super heterodyne akan selalu
menimbuikan frekuensi lain yang juga menghasilkan frekuensi menengah
(intermediate frequency). Frekuensi lain ini disebut dengan frekuensi
bayangan (image frequency).
4. Emisi Tersebar (Spurious Emission)
Spurious emission adalah emisi pada suatu frekuensi atau frekuensi
yang muncul diluar pita yang diperlukan yang levelnya dapat dikurangi
tanpa mempengaruhi penyaluran informasi.
5. Intermodulasi
Intermodulasi adalah hasil dari dua frekuensi atau lebih pada perangkat
yang tidak linier yang berupa gelombang-gelombang baru yang
frekuensinya berbeda termasuk harmonisa gelombang masukan tersebut.
6. Harmonisa
Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan adanya kenaikan
frekuensi secara tiba-tiba. Kenaikan frekuensi ini biasanya sebesar
kelipatannya. Harmonisa disebabkan oleh karena filter yang dipakai pada
pemancar kurang bagus. Untuk menghindari hal itu maka nilai kelipatan 29
dari frekuensi yang dioperasikan sengaja dikosongkan dengan maksud
memberi ruang bila terjadi harmonisa.
7. Noise Buatan Manusia (man-made noise)
Noise merupakan gangguan yang berasal dari pemakaian peralatan :
perangkat dan instalasi listrik secara luas. Pemakaian perangkat radio
28
frekuensi untuk tujuan komunikasi Juga dapat menimbulkan noise yang
cukup besar.
29
gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki
perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya
televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan
teknologi seperti analog dan digital. Sistem televisi kini juga digunakan
untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan
pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu
berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
30
menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital,
kebalikan dari analog. Siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati
sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi.
- Pada sistem transmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia masih
menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung
pada Frekwensi Carrier, Sedangkan pada sistim digital, data gambar
atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan.
3.3.3.1 Terestrial
3.3.3.2 Satelit
31
Televisi satelit di Indonesia menggunakan format DVB-S. Hingga saat
ini, ada lebih dari lima operator televisi satelit berbayar seperti
Indovision, Transvision, TOP TV, YesTV, Aora TV. BiG TV dan
OkeVision. Televisi satelit gratis tersedia secara nasional melalui
berbagai satelit, seperti satelit Palapa-D dan Telkom-4.
3.3.3.3 Kabel
3.3.3.4 Mobile
32
Stasiun tetap atau Fixed Monitoring Stastion merupakan stasiun yang
melakukan monitoring dan pengukuran dengan tidak berpindah-pindah atau diam.
Stasiun tetap biasanya ditempatkan di Balai Monitoring Frekuensi Radio. Slave
merupakan suatu alat yang digunakan untuk memonitoring penggunaan frekuensi.
Stasiun tetap (slave) yang ada di Medan berada di empat titik stasiun yaitu di
Kantor Balai Monitor Kelas I Medan yang merupakan Stasiun Master Slave Phase
III Radio Monitoring System (RMS), di Stasiun Monitoring Tetap L-HF dan
Slave V-UHF Tanjung Morawa, di Stasiun Slave V-UHF Binjai, dan di Stasiun
SlaveV-UHF Percut.
Penempatan keempat titik slave ini bertujuan untuk memantau pengunaan
frekuensi di Provinsi Sumatera Utara dan mencari gangguan frekuensi dengan
lebih mudah. Adapun pencarian gangguan frekuensi tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat Direction Finder, yang ada di masing-masing slave. Ketika
keempat Direction Finder di masing-masing slave diaktifkan, maka titik
keberadaan gangguan frekuensi akan lebih mudah diketahui. Metode ini disebut
Metode Biring/ Triangulasi.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Tower Stasiun Tetap dan (b) Software Pengendali Stasiun
Tetap
33
b. Stasiun tetap memiliki perangkat yang lebih lengkap dibandingkan jenis
Stasiun Monitoring lainnya. Stasiun ini dilengkapi dengan RMP,
RME,ARFSR dan DF.
c. Jangkauan penerimaan frekuensi lebih luas.
34
Tugas unit monitoring dan pengukuran dan stasiun bergerak adalah :
a. Mengamati pancaran-pancaran frekuensi radio didaerah masingmasing sesuai
dengan kemampuan pengamatan terhadap daerah spektrum frekuensi dari
stasiun mobil yang bersangkutan.
b. Mendeteksi pancaran-pancaran radio tertentu.
c. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang diamati.
d. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
36
Adapun langkah – langkah melakukan monitoring adalah sebgai berikut.
1. Pada menu utama, pilih opsi ‘network setup’ (lihat Gambar 4.2)
2. Pilih stasiun yang tersedia yang ditandai dengan warna hijau. Klik ‘Morawa
V/UHF’ karena yang akan dimonitoring adalah frekuensi UHF (lihat Gambar
4.3)
37
3. Masukkan range frekuensi yang akan dimonitoring (lihat Gambar 4.4)
38
Gambar 4.4 Tampilan spektrum frekuensi televisi
39
11. 631,250000- 636,750000 Trans7 Medan Palembang, PT.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil monitoring spektrum frekuensi televisi di kota Medan dengan
range frekuensi 478 – 806 MHz didapatkan 18 pengguna frekuensi dan seluruh
40
pengguna frekuensi tersebut telah terdaftar pada database dari Balai Monitoring
Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan. Itu menunjukkan bahwa seluruh
pengguna frekuensi radio televisi di kota Medan telah memiliki ISR (Izin Stasiun
Radio). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada range frekuensi radio 478 – 806
MHz tidak ditemukan frekuensi yang tidak memiliki izin (ilegal).
5.2 Saran
Adapun beberapa saran selama kegiatan praktek kerja lapangan yaitu :
1. Menghubungkan antara database dengan daftar kanal-kanal berizin,
agar saat melakukan monitoring frekuensi radio tidak perlu
mencocokannya secara manual.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih memperdalam pengenalan komponen atau
perangkat yang digunakan dalam pengukuran frekuensi sehingga tidak
bingung saat pengukuran spektrum frekuensi berlangsung.
3. Sebaiknya pihak Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
Medan lebih banyak mengajak mahasiwa ke lapangan untuk
melakukan pengukuran spektrum frekuensi radio.
Daftar Pustaka
41
Manajemen Spektrum Frekuensi Radio Nasional, Jakarta, 2009 Persyaratan
Teknis Perangkat Penyiaran (PTPP). Lampiran Peraturan Mentri
Komunikasi dan Informatika., Jakarta, Desember 2009
Petunjuk Pelaksanaan Monitoring Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio,
Peraturan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi, Nomor :
068/DIRJEN/2007
Penyempurnaan Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia.,
Keputusan Menteri Perhubungan, Nomor : KM.5 Tahun 2001
Izin spektrum frekuensi radio. Web Kemenkominfo. 29 juni 2016
Pengertian Spektrum Frekuensi Radio dan Pengalokasiannya. Google
Monitoring Spektrum Frekuensi Radio.Media Sosial Direktorat Jendral
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
42
43