Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO

KELAS I MEDAN

Jl. Williem Iskandar No.10 Medan – 20371

“ Analisis Okupansi Frekuensi Televisi UHF 478MHz – 806 MHz”

Disusun oleh :
HERNISAH NAINGGOLAN
(1705062041)

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

MEDAN

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO


KELAS I MEDAN
Jl. Williem Iskandar No.10 Medan – 20371

“Analisis Okupansi Frekuensi Televisi UHF (478 – 806 MHz)”

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal : medan, 13 maret 2020

Medan, ...Maret 2019

Menyetujui :
Dosen Pembimbing Pembimbing PKL

Ir.Elferida Hutajulu Franciscus Sitorus, S.T.


NIP.19670311 199003 2002 NIP.

Mengetahui:

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Nobert Sitorus, S.T., M.T. Muhammad Rusdi, S.T., M.T


NIP. 19620825 198803 1 002 NIP. 19780923 200312 1 002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapangan di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Kelas I Medan
tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi salah
satu persyaratan menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro Program
Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Medan yang telah dijalani
selama genap tiga tahun.
Dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis
menyadari, bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Abdul Rahman Dalimunthe,S.E.,M.Si., selaku Direktur Politeknik Negeri
Medan.
2. Nobert Sitorus,S.T.,M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Medan.
3. Muhammad Rusdi,S.T.,M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Telekomunikasi Politeknik Negeri Medan.
4. Junaidi,S.T.,M.T., selaku Dosen Pembimbing.
5. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Program Studi Teknik
Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Medan, yang
telah membimbing dan membantu penulis selama proses perkuliahan
berlangsung.
6. Ir. Muhamad Saleh, selaku Kepala Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio Kelas I Medan.
7. Franciscus Sitorus,S.T, selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I

i
8. Purwanto Simamora, S.T., M.M. dan Imelda Siburian, Amd.T., yang
membimbing penulis selama berada di Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio Kelas I Medan.
9. Teristimewa untuk Orang Tua dan seluruh saudara penulis, yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil serta doa untuk penyelesaian
laporan ini.
10. Teman-teman seperjuangan PKL Ammaya Hutauruk, Andre Tamba,
Fitriani Bancin, Mentari Aritonang, dan Ronauli Sitanggang yang
memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun demi menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan
memerlukannya.

Medan, Maret 2020


Penulis

Hernisah Nainggolan
1705062041

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktik Kerja
1.3 Manfaat Kerja Praktek
1.4 Rumusan masalah
1.5 Batasan masalah
1.6 Metedologi
1.7 Sistematika penulisan laopran
1.8 Waktu dan tempat pelaksanaan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah perusahaan
2.2 Visi dan misi perusahaan
2.2.1 visi
2.2.2 misi
2.3 Logo balmon Medan
2.4 Struktur organisasi
2.4.1 Struktur organisasi kementrian komunikasi dan informatika
2.4.2 Struktur organisasi direktorat jenderal sumber daya dan
perangkat pos
2.4.3 Struktur organisasi balai monitor spektrum frekuensi kelas I
medan

3
2.5 Tugas dan tanggung jawab balai balai monitor spektrum frekuensi
kelas I medan
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Spektrum frekuensi radio
3.1.1 spektrum
3.1.2 gelombang elektromagnetik
3.1.3 sinyal telekomunikasi
3.1.4 international communication union (ITU)
3.2 Spektrum frekuensi VHF/UHF
3.2.1 sistem transmisi radio
3.2.3 penggunaan spektrum frekuensi radio
3.2.3 gangguan pada spektrum frekuensi radio
3.3 Televisi UHF
3.3.1 Pengertian UHF dan televisi
3.3.2 jenis siaran televisi indonesia
3.3.2.1 teristrial
3.3.2.2 satelit
3.3.2.3 kabel
3.3.2.4 Mobile
3.4 Monitoring spektrum frekuensi radio
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.2 Analisis Data
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN

4
DAFTAR GAMBAR

5
DAFTAR TABEL

6
DAFTAR LAMPIRAN

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja praktek adalah suatu kewajiban yang harus ditempuh dalam mengikuti
suatu program pendidikan dan bagian dari kurikulum pada jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Medan.
Pengetahuan yang bersifat praktis menjadi sesuatu hal penting dan
bermaanfaat bagi seorang mahasiswa, terutama pada saat terjun kedalam dunia
kerja yang sesungguhnya. Berbeda dengan pengetahuan teoritis yang dapat
diperoleh mahasiswa melalui bangku kuliah, pengetahuan yang bersifat praktis
serta sesuai dengan perkembangan zaman tentunya hanya dapat diperoleh dari
luar lingkungan kampus, yaitu melalui suatu kegiatan kerja praktek lapangan pada
suatu instansi atau perusahaan. Dengan harapan mahasiswa dapat mengetahui
kondisi lapangan sesungguhnya dan mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan
sehingga tidak hanya berbekal pengetahuan yang bersumber dari buku pegangan
dalam kegiatan perkuliahan semata.
Melalui kerja praktek ini juga, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan
konsep dan teori-teori yang diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan di suatu
perusahaan yang dipilih untuk melaksanakan kerja praktek. Selain itu juga
mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas
yang akan menjadi bekal sebelum memasuki dunia pekerjaan yang sesungguhnya.
Dalam melaksanakan kerja praktek ini, penulis memilih Balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan atau biasa disebut dengan Balmon
Medan sebagai tempat kerja praktek. Balmon merupakan sebuah UPT (Unit
Pelaksana Teknis) yang ditugaskan untuk melaksanakan pengawasan dan
pengendalian di bidang penggunaan spektrum frekuensi radio yang meliputi
kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi
dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi radio,
penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan
perbaikan perangkat, serta urusan ketatausahaan dan kerumahtang

1
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan pada kesempatan ini adalah :
1. Pemahaman terhadap ilmu di bidang telekomunikasi yang telah dimiliki
selama masa perkuliahan.
2. Mengenal ruang lingkup Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
3. Mengenal, mengamati, dan mempelajari cara kerja sistem
monitoring spektrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum
Frekuensi Radio Kelas I Medan.
4. Menambah wawasan mengenai manajemen frekuensi, pengukuran
emisi, Bandwith, Radio Regulation, dan sistem monitoring
otomatis.
5. Memahami penggunaan perangkat elektronik yang mendukung
proses monitoring, serta pengenalan sistem penanganan kasus atau
penertiban di bidang pemancar dan sinyal frekuensi.
6. Mengetahui pengalokasian spektrum frekuensi radio.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Manfaat yang didapatkan dari kegiatan kerja praktek adalah sebagai berikut :
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah wawasan mengenai dunia kerja dan memahami
berbagai aspek yang ada diperusahaan dalam kaitannya dengan
teknologi dan informasi.
b. Dapat membandingkan serta menerapkan konsep dan teori-teori
yang di peroleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
c. Memperoleh kesempatan untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan dan melakukan pekerjaan sebagai bekal dalam
memasuki dunia kerja.

1.3.2 Bagi Politeknik Negeri Medan


a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara perusahaan dengan
perguruan tinggi khususnya Politeknik Negeri Medan.

2
b. Mendapat masukan dari laporan kerja praktek yang dilakukan
mahasiswa tentang penerapan konsep-konsep teknologi
telekomunikasi yang ada di perusahaan.
c. Mampu menerapkan dan membandingkan teori yang didapat di
bangku kuliah dan praktik pada dunia kerja nyata.

1.3.3 Bagi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio


a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang
pendidikan.
b. Merupakan sumber masukan untuk perbaikan sistem kerja dan
metode yang ada di perusahaan.
c. Sebagai usaha sosial perusahaan untuk membantu mengenalkan
dunia kerja kepada lembaga pendidikan khususnya mahasiswa.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktek kerja lapangan ini adalah :
1. Apa saja perangkat yang digunakan untuk memonitoring frekuensi
televisi?
2. Bagamanakah cara mengidentifikasi status pengguna spektrum frekuensi
resmi atau ilegal?

1.5 Batasan Masalah


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, dibatasi hanya pada masalah
pengenalan perangkat yang digunakan untuk memonitoring frekuensi televisi dan
pengidentifikasian status pengguna frekuensi resmi atau ilegal.

1.6 Metodologi
Dalam rangka melaksanakan kerja praktek, dilakukan kegiatan yang meliputi:
1. Tahap persiapan, yaitu mempersiapkan hal-hal yang perlu seperti
pengenalan perusahaan dan membuat permohonan kerja praktek.

3
2. Studi literatur, yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi di lapangan.
3. Survei, yaitu mengadakan peninjauan langsung ke lapangan yang
berhubungan dengan tugas atau kegiatan kerja praktek dan menyusunnya
dalam bentuk laporan.
4. Analisa dan evaluasi, yaitu berupa penulisan laporan kerja praktek

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kerja
praktek kali ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dilakukannya kerja praktek, tujuan dan
manfaat kerja praktek baik bagi mahasiswa, universitas dan
perusahaan, waktu dan tempat dilaksanakannya kerja praktek, batasan
masalah, rumusan masalah, dan metode penulisan dan sistematika
penulisan laporan kerja praktek.
BAB II : BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I
MEDAN
Berisi tentang sejarah singkat Balai Monitor, wilayah kerja Balai
Monitor, kegiatan operasi di Balai Monitor, struktur organisasi Balai
Monitor, Visi dan Misi Balai Monitor, dan kebijakan mutu Balai
Monitor.
BAB III : MONITORING SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
Berisi tentang landasan teori dan penjelasan secara umum tentang
proses monitoring spektrum frekuensi radio terutama stasiun televisi.
BAB IV : KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK DI BALAI
MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI KELAS I MEDAN
Berisi tentang daftar kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek di
Balai Monitor Medan dan berisi penjelasan bagaimana memonitoring
frekuensi radio.
BAB V : PENUTUP

4
Berisi tentang simpulan dan saran bagi penulis dan Balai Monitor
Kelas I Medan.

1.8 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung sejak tanggal 3 Februari sampai
dengan 13 Maret 2020 di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
Medan.

Gambar 1.1 Kantor Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kelas I


Medan

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Pada tanggal 29 Maret 1978 hingga 15 Maret 1983, kabinet pemerintahan
Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono membentuk
Kabinet Pembangunan III. Kabinet ini diumumkan secara langsung pada 29
Maret 1978 dan kemudian dilantik secara langsung pada 31 Maret 1978. Pada
periode ini Menteri Perhubungan membawahi 5 Direktorat Jenderal yaitu
Direktorat Jenderal Hubungan Darat, Direktorat Jenderal Hubungan Laut,
Direktorat Jenderal Hubungan Udara, Direktorat Jenderal Pariwisata, dan
Diretorat Jenderal Pos Telekomunikasi. Pada tanggal 19 Maret 1983 hingga 22
Maret 1988, kabinet Pemerintahan Presiden Soeharto dan Umar
Wirahadikusumah membentuk Kabinet Pembangunan IV. Pada periode ini
Menteri Perhubungan dibagi menjadi 2 (dua) Departemen dimana pada saat itu
Departemen Perhubungan mempunyai Direktorat Perhubungan Darat, Direktorat
Perhubunga Laut, Direktorat Perhubungan Udara dan mempunyai Kaperwahub
dan Kanwil-Kanwil dan Direktorat Jenderal Pariwisata dan Direktorat Jenderal
Pos Telekomunikasi digabung menjadi satu menjadi Departemen Pariwisata, Pos,
dan Telekomunikasi (Depparpostel) dimana Menterinya dipimpin oleh Letjen
Achmad Tahir, dan Perwakilan di daerah di pimpin oleh Kepala Kantor Wilayah
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Sumatera Utara dan Aceh yang membawahi
Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Bidang Pos dan
Telekomunikasi dan Kepala Bidang Pengendalian Frekuensi. Kepala Bidang
Frekuensi Radio merupakan perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Pariwisata,
Pos, dan Telekomunikasi di daerah untuk melakukan tugas Pengawasan dan
Pengendalian Frekuensi Radio di daerah.
Pada tanggal 23 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993, kabinet Pemerintahan
Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sudharmono membentuk Kabinet
Pembangunan V, pada periode ini Menteri Pawisata, Pos dan Telekomunikasi

6
dipimpin oleh Soesilo Soedarman. Dan pada masa Pemerintahan Presiden
Soeharto

7
dan Wakil Presiden Try Sutrisno dibentuk Kabinet Pembangunan VI dimana
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dijabat oleh Joop Ave yang dibentuk
pada tanggal 17 Maret 1993 dan diselesaikan pada tanggal 14 Mei 1998. Pada
tanggal 16 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 kabinet pemerintahan Indonesia
membentuk Kabinet Pembangunan VII di masa Pemerintahan Presiden Soeharto
dan Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling
singkat. Masa bakti kabinet ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun
karena terjadi demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal 1998 akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung pada pengunduran diri Soeharto
dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya B.J. Habibie sebagai
pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini menjadi
demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan
oleh Kabinet Reformasi Pembangunan. Pada tahun 1998, Departemen Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi dibubarkan dimana Pariwisata menjadi dibawah Menteri
Pariwisata, Seni, dan Budaya dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
kembali ke Departemen Perhubungan. Pada tahun 1998, Era Reformasi Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi membentuk Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melakukan tugas Pengawasan
dan Pengendalian Penggunaan Spekrum Frekuensi Radio sebagai reinkarnasi dari
Bidang Pengendalian Frekuensi Radio pada masa Kantor Wilayah Pariwisata, Pos
dan Telekomunikasi.
Pada tanggal 23 Mei 1998 hingga tanggal 20 Oktober 1999, kabinet
pemerintahan Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie membentuk Kabinet
Reformasi Pembangunan. Kabinet ini terdiri dari sejumlah Menteri Koordinator,
sejumlah Menteri Pimpinan Departemen, sejumlah Menteri Negara, Sekretaris
Negara, dan Jaksa Agung. Pada tanggal 26 Oktober 1999 hingga 09 Agustus
2001, kabinet pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Abdurrahman
Wahid dan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri membentuk Kabinet Persatuan
Indonesia. Ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI pada tahun 1999,
Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan. Dalam penjelasan
yang diberikan secara terbuka pada sidang paripurna DPR, pada pertengahan
November 1999, Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa pembubaran itu

8
dilakukan semata-mata untuk efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan,
sekaligus dalam rangka implementasi sepenuhnya UU No. 22/1999 tentang
otonomi daerah. Selain itu juga pada tahun tersebut, Lembaga Sensor Film yang
tadinya dikelola oleh Departemen Penerangan dialihkan ke lingkungan
Departemen Pendidikan, yang nantinya setahun kemudian dialihkan kembali ke
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Abdurrahman Wahid pun membentuk Badan Informasi Komunikasi Nasional
(BIKN) sebagai lembaga pengganti Departemen Penerangan (Keppres 153 tahun
1999), dengan Keapal BIKN setara Eseleon 1a. Dengan ditetapkannya Keputusan
Presiden tersebut, seluruh aset dan personil eks Dep. Penerangan Tingkat Pusat
dialihkan kepada Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, kecuali aset dan
personil Direktorat Televisi, TVRI Stasiun Pusat Jakarta, Balai Pendidikan dan
Pelatihan Televisi Jakarta, Direktorat Radio, Stasiun Raido Republik Indonesia
Nasional Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Radio Jakarta, Balai Elekronika
dan Laboratorium Radio Jakarta, dan Maintenance Center Jakarta. Dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
eks instansi vertikal Dep. Penerangan termasuk seluruh aset dan personilnya
dialihkan menjadi Perangkat/Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecuali
TVRI Stasiun Daerah, TVRI Stasiun Produksi, TVRI Sektro dan Satuan
Transmisi, Stasiun Radio RI Regional I dan II, Multimedia Training Center
Yogyakarta, serta Maintenance Center Medan dan Ujung Pandang.
Pada tanggal 10 Agustus 2001 hingga 20 Oktober 2004, kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah
Haz membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini diumumkan pada 9
Agustus 2001. Pada masa kepemimpinan Presiden Magawati, dibentuk
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi pada tahun 2001. Saat itu yang
ditunjuk sebagai Menteri Negara adalah Syamsul Mu’arif. Selain itu juga
dibentukalah Lembaga Informasi Nasional (LIN). LIN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pelayanan informasi nasional. Selain
itu, saat itu wewenang Kominfo dalam hal konten penyiaran dialihkan ke lembaga
independen baru bernama Komisi Penyiaran Indonesia yang didirikan melalui UU
No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Berdasarkan UU tersebut juga, status TVRI

9
serta RRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen,
netral, tidak komersial dan melayani masyarakat. Kantor Berita Antara diubah
juga menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Pada tanggal 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009, kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad
Jusuf Kalla membentuk Kabinet Indonesia Bersatu I. Ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menjabat pertama kali sebagia Presiden, ia menggabungkan
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, Lembaga Informasi Nasional,
dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang berasal dari Departemen
Perhubungan dan ditambahkannya Direktorat Jenderal baru yaitu Direktorat
Jenderal Aplikasi Telematika. Lembaga Informasi Nasional dipecahnya menjadi
dua yaitu Dijen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dan Badan
Informasi Publik. Hasil seluruh penggabungan ini bernama Departemen
Komunikasi dan Informatika (Depkominfo). Pada tahun 2008 juga dibentuk mitra
baru Kominfo yaitu Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan UU No. 14
tahun 2008 mengenai Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang baru untuk
Internet yaitu UU No. 11 tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi
Elektronik dan amanah untuk penyehatan PT. Pos Indonesia melalui UU No. 38
tahun 2009 tentang Pos juga mewarnai Depkominfo tahun-tahun ini.
Pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin
kabinet Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah menjadi Kementerian
Komunikasi dan Infomartika, dengan dipecahnya Ditjen Pos dan Telekomunikasi
menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika serta Ditjen Sumber Daya
Perangkat Pos dan Informatika. Ditjen Aplikasi Telematika berubah nama
menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana Komunikasi dan
Diseminasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi Direktorat
Jenderal Informasi Komunikasi Publik. Struktur ini masih berlaku sampai saat ini.
Pada awal tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Medan berubah menjadi Balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan sebagai perpanjangan tangan Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi telah berubah menjadi Direkorat Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sampai sekarang.

10
2.2 Visi dan Misi Balmon Medan
2.2.1 Visi
Tercapainya penyelenggaraan yang dinamis serta terbinanya peran serta
seluruh potensi untuk mendukung kegiataan pemerintahan dan pembangunan
serta pelayanan kepada masyarakat secara handal, mudah, cepat , dan
terjangkau di bidang telekomunikasi.

2.2.2 Misi
1. Meningkatkan pemerataan pelayanan penggunaan frekuensi radio
keseluruh pelosok pedesaan.
2. Meningkatkan iklim usaha dan peran serta masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat.
4. Mendorong optimalisasi kemajuan Iptek yang tepat guna.

2.3 Logo Balmon Medan

Gambar 2.1 Logo Balai Monitor Spektrum Frekuensi RadiO

2.4 Struktur Organisasi


2.4.1 Struktur Organisasi Kementrian Komunikasi dan Informatika

11
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kementrian Komunikasi dan Informatika

12
2.4.2 Struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos

Gambar 2.3 Struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan


Perangkat Pos dan Informatika

13
2.3.3 Struktur organisasi Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas I
Medan

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Balai Monitoring Spektrum


Frekuensi Kelas I Medan

Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut :


1. Subbagian tata usaha dan rumah tangga mempunyai tugas melakukan
perencanaan dan program, urusan keuangan, kepegawaian,
ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan hubungan masyarakat.
2. Seksi pemantauan dan penertiban mempunyai tugas melakukan
pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran, pemantauan, penertiban,
penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio
dan standar perangkat pos dan informatika, pengukuran serta validasi
data penggunaan spektrum frekuensi radio.
3. Seksi sarana da pelayanan mempunyai tugas melakukan penyampaian
izin stasiun radio dan surat pemberitahuan pembayaran biaya hak

14
pengguna frekuensi, pendamping penyelesaian piutang biaya hak
pengguna frekuensi radio, pelayanan pengaduan masyarakat terhadap
gangguan spektrum, pelaksanaan, perbaikan, dan pemeliharaan perangkat
monitor frekuensi radio, serta pelaksaan ujian amatir radio.

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring


Mengacu kepada keputusan dirjen postel no. 131/dirjen/1999, tugas balai
monitoring adalah memonitor dan mengamati spektrum frekuensi radio serta
mengidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk dibuat sebua catatan atas kegiatan
penyiaran tersebut.

2.5.1 Tugas Stasiun Monitoring


Stasiun monitoring radio bertugas untuk melakukan monitoring dan
pengukuran frekuensi yang meliputi:
1. Memonitor emisi-emisi nasional
2. Memonitor pendudukan spektrum frekuensi
3. Penyelidikan da penghilangan interferensi
4. Mencari dan menghentikan aktifitas radio yang tidak terdaftar
5. Melindungi frekuensi-frekuensi tertentu yang digunakan secara khusus
dalam suatu peristiwa-peristiwa penting.
6. Memonitor kuat medan atau level dari suatu dinas pelayanan, apakah telah
memenuhi level minimum ketentuan yang berlaku.
7. Melakukan observasi suatu band frekuensi tertentu dalam rangka
penyelidikan-penyelidikan masalah teknik maupun yang bersifat ilmiah.
8. Melakukan monitoring atas permintaan dari negara lain.

2.5.2 Teknis Operasional Balai Monitoring


Teknis operasional bertugas menyusun dan menyusulkan ke direktorat
jenderal pos dan telekomunikasi sebagai berikut:
1. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan monitoring ,
observasi dan penertiban.

15
2. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio.
3. Rencana kegiatan koordiasi yang bersifat nasional dan internasional.

Pelaksaan kegiatan di balai, loka, stasiun kerja, terdiri dari :


1. Operator, yang bertugas mengamati spektrum frekuensi radio,
mengidentifikasi stasiun radio dan mencari sumber pancaran serta
membuat catatan-catatan atas kegiatan tersebut.
2. Teknisi, yang bertugas menyiapkan sarana dan prasarana stasiun
monitoring frekuensi radio agar berfungsi optimal.
3. Penyidik pegawai negeri sipil (ppns), yang bertugas melakukan
penegakan hukum terhadap pelanggaran penggunaan frekuensi radio
sesuai dengan perundang-undangan.
4. Administrator,yang bertugas melakukan pencatatan surat masuk dan
keluar di lingkungan operator, menyusun dan menyiapkan arsip serta
pengetikan dan tugas administratif lainnya bagi kepentingan kelancaran
operator.
Pengemudi, yang bertugas mengemudikan stasiun bergerak, pemeliharaan
kebersihan dan menjaga keamanan stasiun monitoring bergerak

16
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Spektrum Frekuensi Radio


3.1.1 Spektrum
Spektrum adalah susunan pita frekuensi radio yang mempunyai
frekuensi lebih kecil dari 300 GHz sebagai satuan getaran gelombang
elektromagnetik yang merambat dan terdapat dalam dirgantara (ruang udara
dan antariksa). Pengalokasian Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia
mengacu kepada alokasi frekuensi radio internasional untuk region 3
(wilayah 3). Penepatan Jalur atau Spektrum Frekuensi Radio yang
menentukan kegunaannya ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
gangguan (Interference) dan untuk menetapkan protokol demi keserasian
antara pemancar dan penerima.
Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas dan
strategis serta mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga harus dikelola
secara efektif dan efisien guna memperoleh manfaat yang optimal dengan
memperhatikan kaidah hukum nasional maupun international.
Penggunaan spektrum frekuensi radio harus sesuai dengan
peruntukannya serta tidak saling menganggu mengingat sifat spektrum
frekuensi radio dapat merambat ke segala arah tanpa mengenal batas
wilayah negara. Penggunaan spektrum frekuensi radio antara lain untuk
keperluan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggaraan
telekomunikasi khusus, penyelenggaraan penyiaran, navigasi dan
keselamatan, amatir radio dan KRAP, serta sistem peringatan dini bencana
alam yang sangat dirasakan manfaatnya.

3.1.2 Gelombang Elektromagnetik


Gelombang adalah gejala rambatan dari suatu getaran. Gelombang
akan terus terjadi apabila sumber getaran ini bergetar terus menerus.
Gelombang

17
membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Adapun contoh
gambar gelombang seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Contoh Gelombang


Setiap gelombang tentulah memiliki panjang yang berbeda-beda.
Panjang gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah
pola gelombang. Dalam sebuah gelombang sinus, panjang gelombang
adalah jarak antara puncak:

Panjang gelombang ( λ)  memiliki hubungan inverse


terhadap frekuensi (f), jumlah puncak untuk melewati sebuah titik dalam
sebuah waktu yang diberikan. Panjang gelombang sama dengan kecepatan
jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan
dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini
adalah kecepatan cahaya c, untuk sinyal (gelombang) di udara, ini
merupakan kecepatan suara di udara. Hubungannya adalah:

c
λ=
f

Dimana:
λ : panjang gelombang
c : cepat rambat gelombang (300.000km/s atau 3x108 m/s)
f : frekuensi gelombang

Gelombang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


Berdasarkan Mediumnya Gelombang dibagi dua, yaitu :

18
1. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang dalam proses perambatannya
memerlukan medium (zat perantara) . Artinya jika tidak ada medium, maka
gelombang tidak akan terjadi. Contohnya adalah gelombang bunyi yang zat
perantaranya udara, jadi jika tidak ada udara bunyi tidak akan terdengar.

2. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya
gelombang ini bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa
memerlukan medium. Contohnya adalah gelombang cahaya yang terus ada
dan tidak memerlukan zat perantara.

Berdasarkan Arah Getar dan Arah Rambatnya, Gelombang dibagi


menjadi dua, yaitu :
1. Gelombang Transversal
Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus
dengan arah rambatannya. Bentuk Getarannya berupa lembah dan bukit
(dapat dilihat pada gambar di bawah). Adapun bentuk gelombang transversal
seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.2 di bawah ini.

Gambar 3.2 Gelombang Tranversal

19
Berdasarkan gambar di atas dapat saya jelaskan bahwa arah rambat
gelombang di atas adalah ke kiri dan ke kanan, sedangkan arah getarnya
adalah ke atas dan ke bawah. Jadi itulah yang dimaksud arah rambat tegak
lurus dengan arah getarnya. Contohnya adalah gelombang pada tali yang
digerakkan.

a. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar
dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan renggangan
(Dapat dilihat pada gambar di bawah).

Gambar 3.3 Gelombang Longitudinal


Berdasarkan gambar kita ketahui bahwa arah rambat gelombangnya
ke kiri dan ke kanan, dan arah getarnya ke kiri dan ke kanan pula. Oleh
karena itu gelombang ini adalah gelombang longitudinal yang arah getar
dan arah rambatnya sejajar. Contoh gelombang ini adalah Gelombang
bunyi, di udara yang dirambati gelombang ini akan terjadi rapatan dan
renggangan pada molekul-molekulnya, dan saat ada rambatan molekul-
molekul ini juga bergetar. Akan tetapi getaranya hanya sebatas gerak maju
mundur dan tetap di titik keseimbang, sehingga tidak membentuk bukit dan
lembah.

20
3.1.3 Sinyal Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian


informasi, dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam mengubah informasi
menjadi sinyal listrik yang siap dikirim, ada dua cara pengiriman yang
dipakai:Pertama adalah sinyal analog, mengubah bentuk informasi ke sinyal
analog dimana sinyal berbentuk gelombang listrik yang kontinyu (terus
menerus) kemudian dikirim oleh media transmisi. Kedua adalah sinyal
digital, dimana setelah informasi diubah menjadi sinyal analog kemudian
diubah lagi menjadi sinyal yang terputus-putus (discrete). Sinyal yang
terputus-putus dikodekan dalam sinyal digital yaitu sinyal "0" dan "1".
(Dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah).

Gambar 3.4 Bentuk sinyal analog dan sinyal digital

Dalam pengiriman sinyal melalui media transmisi, sinyal analog


mudah terkena gangguan terutama gangguan induksi dan cuaca, sehingga di
sisi penerima sinyal tersebut terdegradasi. Sementara untuk sinyal digital
tahan terhadap gangguan induksi dan cuaca, selama gangguan tidak melebih
batasan yang diterima, sinyal masih diterima dalam kualitas yang sama
dengan pengiriman.

21
3.1.4 International Communication Union (ITU)

International Communication Union (ITU )atau himpunan


Telekomunikasi Internasional adalah specialized agency Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang berwenang mengatur seluruh permasalahan
telekomunikasi internasional. Dengan mengakui hak kedaulatan setiap
negara untuk mengatur telekomunikasi masing-masing dan dengan
memerhatikan semakin pentingnya telekomunikasi bagi pemeliharaan
perdamaian dan pembangunan ekoniomi dan sosial semua negara, ITU
dibentuk dengan tujuan memudahkan hubungan-hubungan damai, kerja
sama internasional antara bangsa-bangsa dan pembangunan ekonomi dan
sosial dengan pemanfaatan jasa-jasa telekomunikasi.Dalam Konvensi dan
Konstitusi ITU 1992 diterangkan bahwa ITU memiliki fungsi, antara lain:

1. memelihara dan memperluas kerja sama internasional anatara semua


anggota ITU untuk perbaikan dan pemanfaatan segala jenis
telekomunikasi secara rasional;
2. mempromosikan dan menyediakan bantuan teknis kepada negara
berkembang dlam bidang telekomunikasi, dan juga mmempromosikan
pengerahan sumber-sumber marterial dan finansial yang diperlukan
untuk pelaksanaannya;
3. mempromosikan pengembangan fasilitas-fasilitas teknis dan
pengoprasiannya seefisien mungkin dengan maksud meningkatkan
efisiensi pelayanan telekomunikasi , menambah kegunaannya dan
sejauh mungkin menyediakannya secara umum kpada masyarakat;
4. mempromosikan perluasan manfaat teknologi telekomunikasi baru bagi
semua penduduk dunia;
5. mempromosikan pemakaian jasa-jasa telekomunikasi dengan tujuan
memudahkna hubungan-hubungan damai;
6. menyelaraskan tindakan para anggota dalam mencapai tujuan-tujuan
ini;

22
7. mempromosikan pada tingkat internasional penggunaan pendekatan
yang lebih luas terhadap masalah telekomunikasi dalam ekonomi dan
masyarakat informasi global dengan bekerja sama antarpemerintah
internasional dan regional dan organisasi nonpemerintah yang berkaitan
dengan telekomunikasi.

Adapun yang menjadi kewenangan ITU adalah:

1. melaksanakan alokasi pita spektrum frekuensi radio, penjatahan


frekuensi radio dan registrasi pemberian frekuensi radio dan posisi orbit
yangt terkait dalam orbit satelit Geostasioner untuk menghindari
interferensi yang merugikan (harmful interference) antara stasiun-
stasiun radio diberbagai negara;
2. memberikemudahan bagi standarisasi telekomuniaksi di seluruh dunia,
dengan mutu pelayanan yang memuaskan;
3. memupuk kerja sama internasional internasional dalam pemberian
bantuan teknis pada negara-negara berkembang dan pembuatan,
pengembangan dan peningkatan peralatan serta jaringan telekomunikasi
di negara-negara berkembang dengan segala cara yang dipunyai,
termasuk keikutsertaan dalm program-program Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang relevan dan pemanfaatan sumber-sumber sendiri yang
dianggap cocok;
4. mengoordinasikan usaha-usaha untuk menyelaraskan penngembangan
fasilitas-fasilitas telekomunikasi, terutama yang menafaatkan teknik
ruang angkasa, dengan maksud memanfaatkan sebanyak mungkin
kemungkinan-kemungkinannya;
5. memupuk kerja sama antara para anggota dengan maksud menetapkan
tarif-tarif serendah mungkin sejalan dengan pelayanan yang efisien dan
dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk mengadakan administrasi
finansial yang berdiri sendiri utnuk telekomunikasi atas dasar yang
sehat;
6. mempromosikan disetujuinya tindakan-tindakan untuk menjamin
keselamtan jiwa melalui kerja sama pelayanan telekomunikasi;

23
7. melaksanakan pengkajian, membuat preaturan-peraturan, menyetujui
resolusi-resolusi, merumuskan rekomendasi dan pendapat, dan
menghimpun serta menerbitkan informasi mengenai masalah-masalah
telekomunikasi;
8. meempromosikan, kepada organisasi-organisasi finansial dan
pembangunan internasional, pengadaan kredit yang prefenrensial dan
menguntungkan untuk dipergunakan bagi pembangunan proyek-proyek
sosial yanng bertujuan antara lain, memperluas penydiaan jasa
telekomunikasi ke daerah-daerah paling terpencil di negara-negara.

3.2 Spektrum Frekuensi VHF/UHF


3.2.1 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF
Rambatan pada jalur-jalur VHF dan UHF diantara 30 MHz dan
3GHz terjadi dalam ragam troposferik. Penggunaan utama dari komunikasi
dua arah pada jalur-jalur VHF dan UHF adalah komunikasi antara sebuah
stasiun induk (base stasion) dan beberapa unit mobil yang ditempatkan pada
kendaraankendaraan, kapal-kapal atau pesawat terbang pada jalur frekuensi
30-470 kHz.

Penerapan-penerapan khas adalah komunikasi antara menara


pengawas dengan pesawat udara (Control-Tower-to-Aircraft) pada bandar-
bandar udara,pemadam kebakaran, pengawasan kapal di pelabuhan-
pelabuhan, kepolisian, operasi medan bagi angkatan bersenjata, dan lain-
lain. Oleh karena sistem ini bekerja pada frekuensi di atas 30 MHz,
jangkauan kerjanya terbatas 20 pada garis pandang dan stasiun induk atau
ditambah lagi sejauh itu jika digunakan sebuah stasiun pengulang.

Halangan-halangan yang besar seperti misalnya bukit-bukit atau


gedunggedung yang tinggi didaerah perkotaan akan menimbulkan
bayangan-bayangan dan pola-pola pemantauan yang aneh, sehingga
membuat lingkupan menyeluruh untuk daerah itu dan kemudian akan
menyulitkan stasiun induk. Untuk memperluas horizon secara teknis, antena

24
stasiun induk ditempatkan di puncak suatu bukit atau gedung yang tinggi
untuk mendapatkan tinggi tambahan.

Di dalam spektrum tersedia sejumlah saluran-saluran terbatas yang


ditetapkan, umumnya terletak pada jalur 148 MHz, 174 MHz, 450 MHz
sampai 470 MHz. Pengoperasian FM biasanya lebih disukai dan jarak antara
saluran maksimum yang diizinkan untuk fasilitas ini secara berangsur-
angsur telah dikurangi dari 120 kHz sampai yang 150 kHz, sehingga lebih
banyak saluran yang dapat ditempatkan. Untuk mengatasi sempitnya jalur
yang digunakan, maka pemancar-pemancar dan penerima-penerima harus
sangat stabil dan menjaga frekuensi kerjanya dalam batas ± 5 bagian
persejuta.

Tabel spektrum frekuensi radio


Tabel lengkap spektrum frekuensi radio internasional yang ditetapkan
berdasarkan penentuan penggunaannya ditunjukkan pada Tabel 3.1 dibawah
ini.
No. Simbol Batas Panjang Sifat
Frekuensi Gelombang Propagasi

1 VLF 3-30 kHz 100-10 km Gelombang


merambat dan
2 LF 30 – 300 kHz 10-1 km Ionosphere
3 MF 0,3 – 3 MHz 1000-100 m
4 HF 3 – 30 MHz 100-10 m
5 VHF 30 – 300 MHz 10-l m Gelombang
darat dan
6 UHF 0,3 -3 GHz 100-10 cm
Troposphere
7 SHF 3-30 GHZ 10 – 1 cm
8 EHF 30-300 GHz 10-1 mm Gelombang
langsung
9 EHF 0,3 – 3 THz 1 -0,1 mm

Tabel 3.1 tabel spektrum frekuensi radio

25
Tabel okupansi pita frekuensi radio
Okupansi pita frekuensi radio dilakukan pada 21 subservis/pita frekuensi
ditunjukkan pada Tabel 3.2sebagai berikut :
No. Subservis Pita Frekuensi
Pita
1. Maritim, Marabahaya 479 – 526.5 kHz
2. Radio AM 535 - 1606 kHz
3. Marabahaya 2173.5 – 2190.5 kHz
4. Penerbangan HF, Amatir 6265 – 2190.5 kHz
5. Radio FM 87.5 – 108 MHz
6. Penerbangan VHF 108 – 137 MHz
7. Konsesi, Maritim VHF 150 – 174 MHz
8. Televisi VHF, DAB 174 – 230 MHz
9. Tetap, Bergerak, Marabahaya 300 – 430 MHz
10. Komrad 430 – 460 MHz
11. Downlink Selular 450 460 – 470 MHz
12. Televisi UHF 478 – 806 MHz
13. Komrad, Downlink Selular 800 851 – 880 MHz
14. Downlink Selular 900 925 – 960 MHz
15. Downlink Selular 1800 1805 – 1880 MHz
16. Downlink Selular 2100 2110 – 2170 MHz
17. Selular, Broadband 2.3 GHz 2300 – 2400 MHz
18. Broadband, Siaran Satelit 2500 – 2690 MHz
19. Bwa 3.3 GHz 3300 – 3400 MHz
20. Tetep, Satelit Tetap 3400 – 3700 MHz
21. Radar Cuaca, Broadband 5 GHz 5140 - 5925 MHz

Tabel 3.2 Tabel okupansi pita frekuensi radio

3.2.2 Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio


Dalam penyelenggaraan telekomunikasi terdapat beberapa jenis
pengguna spektrum frekuensi radio, yaitu:

26
1. Pengguna pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MNO)
2. Pengguna bukan pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MVNO)
3. Pengguna frekuensi bebas

3.2.3 Gangguan Pada Spektrum Frekuensi Radio

Gangguan disebut juga dengan interferensi. Interferensi disebabkan oleh


energi yang tidak dikehendaki karena suatu emisi, radiasi atau indikasi
terhadap penerimaan suatu sistem komunikasi radio. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya suatu penurunan mutu, salah pengertian, atau hilangnya
informasi yang dapat peroleh kembali jika energi yang tidak dikehendaki
tersebut dihilangkan.

Ada bermacam-macam sumber gangguan dalam komunikasi radio,


antara lain:

1. Interferensi Kanal Berdekatan (Adjacent Channel Interference)


Sejumlah besar komunikasi radio masih menggunakan perangkat lama
yang tidak sesuai dengan standar baru. Frekuensi-frekuensi perangkat lama
ini tidak stabil dan mengakibatkan penyimpangan yang cukup besar dan
frekuensi yang ditentukan. Hal ini menimbulkan gangguan pada stasiun
yang bersebelahan yang menggunakan spektrum frekuensi yang berdekatan.
Sinyal dari salah satu kanal jatuh dalam kanal yang berdekatan. Interferensi
kanal berdekatan ada dua macam, yaitu:
a. In Band Adjacent Channel Interference Terjadi jika frekuensi tengah
dari spektrum sinyal peng-interfernsi jatuh dalam spektrum sinyal yang
diinginkan. Untuk mengatasinya dengan membuat bandwidth kanal
yang cukup lebar dengan spasi antar kanal berdekatan jadi lebih lebar.
b. Out Band Adjacent Channel Interference Terjadi jika frekuensi tengah
dari spektrum sinyal peng-interferensi jatuh diluar spektrum sinyal yang
diinginkan. Untuk mengatasinya dengan strategi alokasi kanal frekuensi
pada setiap stasiun yaitu dengan membuat jarak pemisahan kanal
bersebelahan dalam satu stasiun menjadi lebih dekat.

27
2. Interferensi Kanal Sama (Co-Channel Interference)
Interferensi kanal sama sering terjadi pada sistem seluler yaitu karena
adanya refuse frekuensi (pengulangan penggunaan frekuensi). Sinyal yang
diterima oleh penerima bukan hanya berasal dan pemancar di pusat seluler,
dimana penerima tersebut berada tetapi juga dari pemancar yang berasal dari
sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama. Selain teriadi pada
sistem seluler, interferensi kanal sama juga dapat terjadi karena penggunaan
frekuensi yang sama oleh pemancar/stasiun yang sah lainnya dari dalam
atau pun luar negeri.
3. Interferensi Kanal Bayangan (Image Channel Interference)
Setiap penyetelan frekuensi pada receiver super heterodyne akan selalu
menimbuikan frekuensi lain yang juga menghasilkan frekuensi menengah
(intermediate frequency). Frekuensi lain ini disebut dengan frekuensi
bayangan (image frequency).
4. Emisi Tersebar (Spurious Emission)
Spurious emission adalah emisi pada suatu frekuensi atau frekuensi
yang muncul diluar pita yang diperlukan yang levelnya dapat dikurangi
tanpa mempengaruhi penyaluran informasi.
5. Intermodulasi
Intermodulasi adalah hasil dari dua frekuensi atau lebih pada perangkat
yang tidak linier yang berupa gelombang-gelombang baru yang
frekuensinya berbeda termasuk harmonisa gelombang masukan tersebut.
6. Harmonisa
Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan adanya kenaikan
frekuensi secara tiba-tiba. Kenaikan frekuensi ini biasanya sebesar
kelipatannya. Harmonisa disebabkan oleh karena filter yang dipakai pada
pemancar kurang bagus. Untuk menghindari hal itu maka nilai kelipatan 29
dari frekuensi yang dioperasikan sengaja dikosongkan dengan maksud
memberi ruang bila terjadi harmonisa.
7. Noise Buatan Manusia (man-made noise)
Noise merupakan gangguan yang berasal dari pemakaian peralatan :
perangkat dan instalasi listrik secara luas. Pemakaian perangkat radio

28
frekuensi untuk tujuan komunikasi Juga dapat menimbulkan noise yang
cukup besar.

3.3 Televisi VHF

3.3.1 Pengertian UHF dan Televisi

Frekuensi ultra tinggi dalam bahasa inggris disebut Ultra High


Frequency (UHF) merupakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi
antara 300 MHz sampai dengan 3 GHz (3.000 MHz). Panjang gelombang
berkisar dari satu sampai 10 desimeter atau sekitar 10 cm sampai 1 meter,
sehingga UHF juga dikenal sebagai gelombang desimeter. Pada umumnya
yang menggunakan UHF adalah siaran televisi, pemancar telepon genggam
darat (darurat, bisnis, dan militer), komunikasi data jarak jauh dengan
modem radio, Radio Amatir, komunikasi laut, komunikasi kendali lalu
lintas udara dan sistem navigasi udara.

Televisi (TV) adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang


berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu
yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan
gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan)
dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi
jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”

Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan


UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 MegaHertz. Kini
gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi
keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam
bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik
maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.

Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik


didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap

29
gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki
perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya
televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan
teknologi seperti analog dan digital. Sistem televisi kini juga digunakan
untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan
pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu
berbahaya untuk diobservasi secara langsung.

3.3.2 Perbedaan TV Digital dan TV Analog

Televisi digital (Digital Television) atau penyiaran digital adalah


jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi
untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV
Digital bukan berarti pesawat televisinya yang digital, namun lebih kepada
sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat
adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau
high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital
internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan
surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang jauh
lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas,
dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada
biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL
yang digunakan.

TV AnalogTelevisi analog mengkodekan informasi gambar dengan


memvariasikan voltase dan frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem
sebelum Televisi digital  dapat dimasukan ke analog. Dari pengertian
keduanya antara TV Digital dan TV Analog, disisi lain terdapat perbedaan
mendasar dikeduanya, yaitu :

- Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog


dan digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada
sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal yang
akan ditimbulkan akan melemah dan penerimaan gambar dari stasiun

30
menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital,
kebalikan dari analog. Siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati
sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi.
- Pada sistem transmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia masih
menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung
pada Frekwensi Carrier, Sedangkan pada sistim digital, data gambar
atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan.

3.3.3 Jenis Siaran Televisi Indonesia

3.3.3.1 Terestrial

Televisi terestrial dimulai dengan pendirian stasiun televisi


pertama di Indonesia. Indonesia hanya memiliki satu saluran televisi
sampai pembentukan RCTI yang merupakan televisi swasta pertama
di Indonesia. Saat ini, stasiun televisi utama nasional free-to-air
terrestrial di Indonesia adalah TVRI, RCTI, SCTV, MNCTV, antv,
Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans7, tvOne, GTV, Kompas TV,
NET., RTV, dan iNews, MYTV Televisi terestrial analog di Indonesia
saat ini disiarkan menggunakan sistem PAL-B/G dengan suara
NICAM stereo. Sejak triwulan pertama 2011 aturan memungkinkan
penayangan televisi digital bersamaan dengan dengan televisi analog
di beberapa daerah. Indonesia mengadopsi format DVB-T tapi
memutuskan untuk mengubah ke DVB-T2 pada tanggal 1 Januari
2012.

3.3.3.2 Satelit

Televisi satelit telah tersedia di Indonesia sejak Indovision


yang didirikan pada 8 Agustus 1988 dan secara resmi diluncurkan
pada 16 Januari 1994. Pada tanggal 12 Desember 2017 nama
perusahaan Indovision berubah nama menjadi MNC Vision.[15] Sejak
teknologi untuk televisi satelit telah berubah dari analog ke digital.

31
Televisi satelit di Indonesia menggunakan format DVB-S. Hingga saat
ini, ada lebih dari lima operator televisi satelit berbayar seperti
Indovision, Transvision, TOP TV, YesTV, Aora TV. BiG TV dan
OkeVision. Televisi satelit gratis tersedia secara nasional melalui
berbagai satelit, seperti satelit Palapa-D dan Telkom-4.

3.3.3.3 Kabel

PT Broadband Multimedia Tbk adalah operator pertama untuk


televisi kabel di Indonesia di bawah nama merek "Kabelvision" pada
16 Januari 1994. Pada tahun 2006, perusahaan ini meluncurkan
Digital 1 bersama dengan teknologi berubah dari analog ke digital.
Perusahaan kemudian mengubah nama perusahaan menjadi PT First
Media Tbk pada tanggal 8 September 2007 dan juga meluncurkan
merek baru, nama First Media. Kabel sekarang ini hanya tersedia di
daerah Jabodetabek, Surabaya, Malang dan Bandung. TV kabel di
Indonesia menggunakan format DVB-C.

3.3.3.4 Mobile

Mobile TV telah dua kategori, free-to-air dan Pay TV. Free-


to-air TV tersedia selama bertahun-tahun di Indonesia. Free-to-air
adalah dengan menggunakan teknologi seperti analog UHF/VHF.
Sekarang free-to-air TV telah mengadopsi teknologi digital. Di
Indonesia, free-to-air TV ini menggunakan format DVB-H. Hanya
ada satu operator Mobile Pay TV di Indonesia. Mobile TV saat ini
hanya tersedia di Jakarta.

3.4 Monitoring Spektrum Frekuensi Radio


Monitoring sprektrum frekuensi radio di Balai Monitor Spektrum Frekuensi
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Menggunakan Stasiun Tetap

32
Stasiun tetap atau Fixed Monitoring Stastion merupakan stasiun yang
melakukan monitoring dan pengukuran dengan tidak berpindah-pindah atau diam.
Stasiun tetap biasanya ditempatkan di Balai Monitoring Frekuensi Radio. Slave
merupakan suatu alat yang digunakan untuk memonitoring penggunaan frekuensi.
Stasiun tetap (slave) yang ada di Medan berada di empat titik stasiun yaitu di
Kantor Balai Monitor Kelas I Medan yang merupakan Stasiun Master Slave Phase
III Radio Monitoring System (RMS), di Stasiun Monitoring Tetap L-HF dan
Slave V-UHF Tanjung Morawa, di Stasiun Slave V-UHF Binjai, dan di Stasiun
SlaveV-UHF Percut.
Penempatan keempat titik slave ini bertujuan untuk memantau pengunaan
frekuensi di Provinsi Sumatera Utara dan mencari gangguan frekuensi dengan
lebih mudah. Adapun pencarian gangguan frekuensi tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat Direction Finder, yang ada di masing-masing slave. Ketika
keempat Direction Finder di masing-masing slave diaktifkan, maka titik
keberadaan gangguan frekuensi akan lebih mudah diketahui. Metode ini disebut
Metode Biring/ Triangulasi.

(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Tower Stasiun Tetap dan (b) Software Pengendali Stasiun
Tetap

Cara monitoring dan pengukuran dengan menggunakan stasiun tetap adalah


sebagai berikut:
a. Pengoperasian alat bisa diatur secara komputerisasi dan otomatis.

33
b. Stasiun tetap memiliki perangkat yang lebih lengkap dibandingkan jenis
Stasiun Monitoring lainnya. Stasiun ini dilengkapi dengan RMP,
RME,ARFSR dan DF.
c. Jangkauan penerimaan frekuensi lebih luas.

Kelemahan cara monitoring dan pengukuran dengan mengunakan stasiun


tetap :
a. Daerah jangkauannya luas tetapi tidak dapat menentukan letak dari
lokasi pemancar baik yang terganggu maupun tidak terganggu.
b. Tidak dapat menentukan secara pasti penyebab dari gangguan yang
terjadi pada pemakaian frekuensi.

2 Menggunakan Stasiun Bergerak


Stasiun bergerak merupakan stasiun monitoring dan pengukuran yang dapat
dipindahkan dengan mengunakan unit mobil. Sehingga pengukuran dapat
dilakukan pada tempat yang berbeda-beda. Fungsi utama dari Stasiun Monitoring
Bergerak terutama untuk monitoring karakteristik-karakteristik pancaran yang
tidak dapat dikerjakan dengan mudah oleh stasiun tetap, baik jumlah parameter
yang akan diukur atau kepadatan spektrum. Ini dipakai terutama untuk monitor
frekuensi diatas 30 Mhz, dimana pemancar dengan power rendah, antena
diarahkan dan karakteristik propagasi tertentu yang tidak mungkin diukur secara
efektif oleh stasiun tetap. Stasiun bergerak dibagi menjadi dua unit , yaitu unit
monitoring pengukuran dan unit Direct Finder (pencari lokasi).

Gambar 3.5 Stasiun Bergerak

34
Tugas unit monitoring dan pengukuran dan stasiun bergerak adalah :
a. Mengamati pancaran-pancaran frekuensi radio didaerah masingmasing sesuai
dengan kemampuan pengamatan terhadap daerah spektrum frekuensi dari
stasiun mobil yang bersangkutan.
b. Mendeteksi pancaran-pancaran radio tertentu.
c. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang diamati.
d. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio.

Kekurangan stasiun Monitor Bergerak terutama untuk pengukuran sebagai


berikut:
a. Pengukuran Kuat Medan (Field Stength)
Stasiun bergerak tidak dapat digunakan untuk mengukur keadaan
elektromagnetik dikarenakan keterbatasan pada alat ukur.
b. Menentukan Lokasi Pemancar Tak Dikenal
Stasiun bergerak mengalami kesulitan pada daerah yang jarak spektrumnya
berdekatan dan pemancar ilegal tidak beroperasi secara terus menerus.
c. Monitor Dinas Bergerak
Dinas stasiun bergerak yang menggunakan power rendah dan selalu berpindah
tempat dan kondisi operasinya, maka sangat sulit untuk dimonitor emisinya
oleh stasiun tetap

35
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Untuk melakukan monitoring frekuensi televisi di kota Medan penulis
menggunakan perangkat Slave TCI dengan software Scorpio Client versi 5.0 V
(Build 640).

Gambar 4.1 Software Scorpio Client

Software Scorpio Client berfungsi untuk memonitor seluruh frekuensi yang


ada di wilayah Medan dengan maksimal frekuensi monitoring 3000 MHz.
Software tersebut terhubung langsung dengan 3 antena stasiun tetap yang
berfungsi menerima sinyal yang menggunakan jaringan interkoneksi. Antena
penerima stasiun tetap tersebut terletak pada 3 titik yaitu Tanjung Morawa, Percut,
dan Binjai. Selain frekuensi, software tersebut juga dapat mengatur level daya,
modulasi dan bandwidth. Parameter yang dihasilkan adalah gambar spectrum
frekuensi, audio dan koordinat/lokasi pemancar.
Cara menggunakan software tersebut yaitu :
1. Memilih/mengaktifkan titik pemancar yang diinginkan.
2. Menginput frekuensi yang akan dimonitor atau observasi.
3. Mencocokkan dengan data yang dimiliki Balai Monitoring
Spektrum Frekuensi Kelas I Medan.

36
Adapun langkah – langkah melakukan monitoring adalah sebgai berikut.
1. Pada menu utama, pilih opsi ‘network setup’ (lihat Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Tampilan awal Scorpio Client

2. Pilih stasiun yang tersedia yang ditandai dengan warna hijau. Klik ‘Morawa
V/UHF’ karena yang akan dimonitoring adalah frekuensi UHF (lihat Gambar
4.3)

Gambar 4.3 Tampilan stasiun yang tersedia Scorpio Client

37
3. Masukkan range frekuensi yang akan dimonitoring (lihat Gambar 4.4)

Gambar 4.3 Tampilan pemilihan range frekuensi pada Scorpio Client

Adapun beberapa hasil spektrum frekuensi radio televisi di kota Medan


ditunjukkan pada Gambar 4.4 berikut.

38
Gambar 4.4 Tampilan spektrum frekuensi televisi

Tabel hasil monitoring pengguna frekuensi radio televisi di kota Medan

No. Frekuensi Nama pengguna


1. 487,250000- 492,750000 Indosiar Medan Televisi, PT.

2. 503,250000– 508,750000 Tpi Empat, PT.

3. 519,250000- 524,750000 Trans Tv Medan Palembang, PT.

4. 527,250000 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik


Indonesia
5. 535,260000- 540,750000 Cakrawala Andalas Televisi Medan Dan Batam, PT.

6. 551,250000- 556,750000 Gtv Empat – Medan, PT.

7. 567,250000- 572,750000 Rcti Emapat, PT.

8. 583,250000- 588,750000 Surya Citra Visi Media, PT.

9. 599,250000- 604,750000 Lativi Media Karya, PT.

10. 615,250000- 620,750000 Media Televisi Medan, PT.

39
11. 631,250000- 636,750000 Trans7 Medan Palembang, PT.

12. 647,250000- 652,750000 Televisi Anak Medan, PT.

13. 663,250000- 668,750000 Deli Media Televisi, PT.

14. 679,250000- 684,750000 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik


Indonesia
15. 695,250000- 700,750000 Daya Angkasa Andalas Indah, PT.

16. 727,250000- 732,720000 Cahaya Nusantara Perkasa Televisi, PT.

17. 743,250000- 748,750000 Waktu Mekar Sari Alam, PT.

18. 775,250000- 780,750000 Kompas Tv Media Informasi, PT.

4.2 Analisis Data


Berdasarkan monitoring yang telah dilakukan pada tanggal 10 Maret 2020
menggunakan software Scorpio Client versi 5.0 V (Build 640) pada slave TCI
ditemukan spektrum frekuensi stasiun televisi di kota Medan sebanyak 18
pengguna frekuensi pada range frekuensi 478 – 806 MHz. Setelah disesuaikan
dengan database dari Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan
seluruh 18 pengguna frekuensi televisi tersebut telah terdaftar pada database.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil monitoring spektrum frekuensi televisi di kota Medan dengan
range frekuensi 478 – 806 MHz didapatkan 18 pengguna frekuensi dan seluruh

40
pengguna frekuensi tersebut telah terdaftar pada database dari Balai Monitoring
Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan. Itu menunjukkan bahwa seluruh
pengguna frekuensi radio televisi di kota Medan telah memiliki ISR (Izin Stasiun
Radio). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada range frekuensi radio 478 – 806
MHz tidak ditemukan frekuensi yang tidak memiliki izin (ilegal).

5.2 Saran
Adapun beberapa saran selama kegiatan praktek kerja lapangan yaitu :
1. Menghubungkan antara database dengan daftar kanal-kanal berizin,
agar saat melakukan monitoring frekuensi radio tidak perlu
mencocokannya secara manual.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih memperdalam pengenalan komponen atau
perangkat yang digunakan dalam pengukuran frekuensi sehingga tidak
bingung saat pengukuran spektrum frekuensi berlangsung.
3. Sebaiknya pihak Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
Medan lebih banyak mengajak mahasiwa ke lapangan untuk
melakukan pengukuran spektrum frekuensi radio.

Daftar Pustaka

Rencana Dasar Teknik Penyiaran Nasional (RDTP).,Lampiran Peraturan


Mentri Komunikasi dan Informatika., Jakarta, Desember 2009.
Pengertian Spektrum Frekuensi Radio dan Pengalokasiannya. Google.
Medan Maret.

41
Manajemen Spektrum Frekuensi Radio Nasional, Jakarta, 2009 Persyaratan
Teknis Perangkat Penyiaran (PTPP). Lampiran Peraturan Mentri
Komunikasi dan Informatika., Jakarta, Desember 2009
Petunjuk Pelaksanaan Monitoring Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio,
Peraturan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi, Nomor :
068/DIRJEN/2007
Penyempurnaan Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia.,
Keputusan Menteri Perhubungan, Nomor : KM.5 Tahun 2001
Izin spektrum frekuensi radio. Web Kemenkominfo. 29 juni 2016
Pengertian Spektrum Frekuensi Radio dan Pengalokasiannya. Google
Monitoring Spektrum Frekuensi Radio.Media Sosial Direktorat Jendral
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika

42
43

Anda mungkin juga menyukai