Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

METODE ILMIAH

OLEH
Kelompok VII:
Alfonsius Nomleni 1813010022
Miftahul Jenah 1813010003
Palmira ximenes 1813010006

PROGRAM STUDI BUDIDAYA


PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN
PERIKANAN UNIVERSITAS NUSA
CENDANA
KUPAN
G 2021
PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA
NIRWANA (Oreochromis sp.) PADA TAMBAK PAYAU

RUMUSAN MASALAH
● Apakah ada pengaruh kualitas air terhadap pertumban ikan Nila
Nirwana ?

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana
Nila nirwana salah satu strain ikan yang termasuk baru, jenis ikan nila
(Orecrhomis niloticus) ini memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan nila
nirwana terletak pada kecepatan pertumbuhannya dibandingkan populasi awalnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan panjang dan berat ikan nila tidak
terlalu mengalami peningkatan yang signifikan, hal tersebut menunjukkan
pertumbuhan ikan kurang baik. Dilihat dari pertumbuhan relatif panjang dan berat
ikan nila pada ketiga karamba tersebut yaitu 7.32% dan 55.35 % dan pertmbuhan
panjang dan berat mutlak yaitu 0.649 cm dan 7.7 gram. Hal ini karena pada saat
pemeliharaan pakan yang diberikan memenuhi kebutuhan nutrisi ikan yang
dipelihara namun pakan yang diberikan digunakan untuk mempertahankan
hidupnya dan ikan kadang tidak mau makan akibat dari kondisi kualitas air yang
kurang baik sehingga secara tidak langsung mengganggu pertumbuhan ikan yang
dibudidayakan.
LANDASAN TEORI
Menurut Saparinto dan Rini (2011) bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya
adalah genetika, seks, umur, penyakit dan pengaruh hormon, sedangkan pengaruh
dari faktor luar bila habitatnya tidak sesuai dengan kemampuan toleransi tubuh
ikan yang dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan adalah suhu, kadar
oksigen air, kadar garam, kesuburan perairan, dan pencemaran.
Untuk menunjang pertumbuhan ikan nila nirwana nutrisi pakan dan
kualitas air yang baik. Pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang baik
seperti protein , lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Pakan merupakan salah
satu peran penting produksi dalam kegiatan budidaya ikan. Pakan buatan
merupakan pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan (Isnawati et al., 2015). Pakan yang diberikan
pada ikan dinilai baik atau tidaknya dilihat dari komponen penyusun pakan
tersebut tetapi juga dilihat dari seberapa besar komponen yang terkandung
didalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan (Megawati et al.,
2012). Kandungan nutrisi dalam pakan yang dibutuhkan oleh ikan pada umumnya
diformulasikan dari bahan mentah nabati dan hewani secara bersama-sama untuk
mencapai kandungan nutrisi yang seimbang (Yanti et al., 2013). Secara fisiologis
pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, sumber energi, gerak dan
reproduksi (Novriadi, 2019). Sebaliknya apabila komposisi pakan tidak seimbang
maka akan berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan menyababkan
pertumbuhan ikan terhambat dan akan berpengaruh pada kualitas air. Pengelolaan
kualitas air sangat penting untuk mengimbangi sisa metabolisme yang meningkat
akibat padat tebar yang tinggi. Padat tebar tinggi dan dosis pakan yang tinggi akan
berdampak pada menurunan kualitas air budidaya akibat tingginya sisa pakan
yang terbuangan dalam wadah budidaya.

Kualitas air yang mempengaruhi pertumnbuhan ikan nirwana


Air sebagai media budidaya dan sebagai habitat kehidupan ikan. Kondisi
kualita air yang baik memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan
budidaya ikan. Air sebagai habitat kehidupan ikan harus dalam kondisi optimal
baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun aaspek mutu (kualitas). Oleh karena
itu, pemantauan dan pengelolaan kualitas air sangat diperhatikan dalam budidaya
ikan untuk menjaga agar kualitas air senantiasa memenuhi syarat bagi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan budidaya. Kualitas air meliputi pH,
amoniak, suhu, salinitas, kecerahan.
a. Ph
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH didalam tambak ikan nila
nirwana berkisar antara 6.7-8.2. nilai pH tersebut masih dalam batas toleransi
hidup ikan nila atau berada pada kondisi yang baik.
LANDASAN TEORI
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Nilai pH mempunyai
range skala 0 hingga 14. Nilai pH 7 – 8,5 merupakan kisaran nilai yang ideal
untuk produktifitas biologi, sedangkan nilai pH dibawah 4 akan merugikan bagi
kehidupan akuatik. Menurut Boyd (1998), pengaruh langsung pH terhadap ikan
dan udang yaitu nilai pH 4 berdampak titik mati asam, nilai pH 4-5 berdampak
tidak adanya reproduksi, nilai pH 6-9 pertumbuhan terbaik, nilai pH 9-11 dapat
menyebabkan pertumbuhan lambat dan untuk nilai pH 11 berdampak titik mati
basa. Nilai pH untuk kebanyakan tambak air tawar antara 6-9 dengan kisaran
fluktuasi harian 1 atau 2 unit. Air payau biasanya mempunyai nilai pH 8-9 dan
fluktuasi pH harian biasanya lebih rendah dibandingkan tambak air tawar.
Fluktuasi harian pH dihasilkan dari perubahan tingkat fotosintesis oleh
fitoplankton dan tanaman akuatik lainnya dalam merespon fotoperiod harian.
Menurut Judantari, dkk.,(2008) dan berdasarkan (KepMen KP No.45 Tahun
2006), menjelaskan bahwa ikan Nila Nirwana dapat mentolerir keasaman
perairan untuk hidup optimal antara 5-8.5. Menurut Dahril dkk., (2017) bahwa
Keasaman (pH) yang tidak optimal dapat menyebabkan ikan stress, mudah
terserang penyakit, serta produktivitas dan pertumbuhan rendah.

b. Amonia
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Amonia didalam tambak ikan nila
nirwana berkisar antara 1.14 dan 1.73 mengalami kenaikan sedangkan batas
pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentrasi NH3 pada perairan tidak lebih
dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap
oksigen dan ikan akan mati.
LANDASAN TEORI
Amoniak merupakan hasil akhir dari proses penguraian protein terhadap
hasil metabolisme dan sisa-sisa pakan yang mengendap didalam air, dan
merupakan racun bagi ikan yang dipelihara. Unsur amonia dalam perairan terjadi
karena hasil ekresi ikan dan juga terjadi pembusukan sisa makanan dalam kolam.
Pada budidaya ikan di abak amoniak dapat berasal darilumpur yang terdapat di
dasar tambak. Peningkatan amoniak didalam tambak juga di pengaruhi oleh
peningkatan suhu, oksigen terlarut dan pH didalam tambak budidaya Asmawi
(1983), menyatakan bahwa amoniak yang baik untuk kelangsungan hidup ikan
kurang dari 1 ppm. Menurut SNI 7550 : 2009 (21 Maret2013). Amonia < 0.1
mg/L. Sesuai dengan pendapat Handajani dan Samsundari (2005), keracunan
yang banyak dikenal adalah disebabkan oleh ion NO2- dan NH3. Tetapi ini hanya
pada kondisi lingkungan tertentu misalnya penimbunan lumpur dan sisa pakan
yang banyak dikolam atau tambak. Menurut Sucipto dan Prihartono, (2005).
Amoniak merupakan hasil akhir dari proses metabolisme. Pada sistem budidaya
ikan, sisa pakan yang berlebih merupakan sumber penyebab naiknya kadar
amoniak. Amoniak dalam bentuk tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan,
walaupun biasanya ikan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi amoniak akan
tetapi perubahan mendadak akan menyebabkan kerusakan jaringan insang.
Menurut Andrianto, (2005). Keberadaan amoniak dalam air dapat menyebabkan
berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan
nafsu makan ikan menurun.
c. Kecerahan
Berdasarkan hasil pengukuran kecerahan dapat kita ketahui bahwa tingkat
kecerahan berbeda pada tiap minggunya berkisar antara 7-17.5 cm. Ini
dikarenakan kondisi cuaca yang kadang hujan ,kadang panas dan juga tidak
dilakukan pemasukan air pada tambak jadi sumber air berasal dari air hujan. Pada
minggu pertama hingga minggu ketiga perbedaannya tidak terlalu jauh. Hasil
Pengamatan menunjukkan bahwa kecerahan dalam tambak tidak sesuaiuntuk
hidup ikan nila, karena lumpur yang terlalu tinggi menyebabkan kekeruhan pada
air. Penyebab kematian ikan ditambak karena ketinggian air yang tidak optimum.
LANDASAN TEORI
Kecerahan yang baik bagi usaha budi daya ikan dati udang berkisar 30 -40 cm
yang diukur menggunakan pinggan secchi. Bila kecerahan sudah mencapai
kedalaman kurang dari 25 cm, pergantian air sebaiknya segera dilakukan sebelum
fitoplankton mati berurutan yang diikuti penurunan oksigen terlarut secara drastis
Menurut Handajani dan Samsundari (2005), kuantitas air budidaya yang tidak
memenuhi syarat misalnya tinggi kolam terlalu rendah dapat menyebabkan ikan
shok (stres) terutama ketika suhu air meningkat pada siang hari. Ikan yang syok
atau stres karena tekanan peningkatan suhu yang tinggi akan muda terserang
penyakit.

d. Suhu
Suhu air kolam sangat mempengaruhi aktifitas dan nafsu makan ikan
budidaya suhu didalam tambak selama penelitian berkisar antara 20.7-35.2°C.
LANDASAN TEORI
Menurut Judantari; Khairuman dan Amri, (2008). Daya tahan ikan nila
nirwana terhadap suhu berkisar antara 22-32°C. Suhu optimum untuk ikan
budidaya adalah 28-32°C. Dibawah suhu 25°C, aktifitas gerak dan nafsu makan
ikan mulai menurun. Dibawah suhu 12°C, ikan akan mati kedinginan. Diatas
35°C, ikan budidaya akan mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi
oksigen ikan meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun. Suhu
memperlihatkan kecenderungan aktivitas kimiawi dan biologis di dalam air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat jumlah oksigen terlarut di
dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan
air lainnya terganggu dan peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Suhu yang berubah-ubah juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan organisme yang ada diperairan
tersebut (Irianto, 2003). Semakin tinggi suhu kolam, akan mempercepat reaksi
ammonium menjadi ammonia. Amonia lebih beracun dibanding dengan
ammonium. Hal lain yang dapat membuat perubahan suhu disuatu perairan
dikarenakan adanya pengaruh penyerapan dan pelepasan panas dari teriknya
matahari. Menurut Hutabarat (2000), suhu merupakan faktor pembatas bagi
proses produksi, suhu yang terlalu tinggi akan merusak jaringan tubuh
fitoplankton sehingga akan menghambat proses fotosintesis, produktivitas primer
dan selanjutnya produksi perikanan. Suhu juga mempengaruhi kelarutan oksigen
dalam air, semakin tinggi suhu perairan mengakibatkan kelarutan oksigen (DO)
menurun. Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling kritis
dalam kegiatan akuakultur (Boyd, 1998). Jumlah oksigen terlarut di air sangat
penting bagi organisme akuatik. Hal ini karena oksigen terlarut mempengaruhi
pertumbuhan, kelangsungan hidup, distribusi, tingkah laku dan fisiologi
organisme akuatik. Ditribusi oksigen juga secara kuat mempengaruhi kelarutan
nutrien anorganik. Keberadaan oksigen juga digunakan untuk menentukan apakah
lingkungan dalam kondisi aerobik atau anaerobik (Ekubo dan Abowei, 2011).
Sedangkan kebutuhan oksigen terlarut oleh organisme perairan semakin
meningkat. Hal ini tentu mengganggu proses pernapasan organisme dalam
tambak. Sedangkan suhu yang terlalu rendah akan berpengaruh pada lambat
lajunya metabolisme dan fotosintesis. Suhu juga mempengaruhi salinitas, jika
suhu perairan terus menerus tinggi dalam waktu yang lama maka penguapan akan
meningkat dan salinitas akan meningkat pula.

e. Salinitas
Berdasarkan hasil pengamatan salinitas didalam tambak berkisar antara1-1,4
ppt masih dapat ditolerir oleh ikan nila.
LANDASAN TEORI
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme
antara lain yaitu mempengaruhi lajupertumbuhan, jumlah makanan yang
dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya sintasan (Andrianto, 2005).
Perubahan salinitas yang besar dapat mempengaruhi organisme didalamnya
(Davis, 1955). Nilai salinitas dalam suatu perairan terutama pada perairan tawar
(nilai salinitas 0-5 ppt), harus memiliki batas optimum untuk pemeliharaan ikan,
menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk., (2007), salinitas ditentukan
berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air. Parameter kimia
tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi
suatu daerah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas didalam
tambak tidak terlalu tinggi dikarenakan cuaca yang tidak menentu dan tidak
dilakukan pergantian atau pemasukan air kedalam tambak selama penelitian.
Menurut Kurniawan, (2010). Salinitas yang sesuai untuk ikan nila berkisar antara
< 25 ppm. Aliyas dkk., (2016) menyatakan bahwa spesies ikan nila mampu
beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya
cukup baik. Nilai laju pertumbuhan harian rata-rata ikan nila semakin meningkat
dengan meningginya kadar salinitas mulai dari 10 ppt. Selanjutnya dinyatakan
bahwa diduga pada media 10 ppt-20 ppt, kondisi tekanan osmotic media
mendekati tekanan osmotic tubuh ikan nila atau disebut isoosmotik. Salinitas
didalam tambak tidak terlalu tinggi dikarenakan cuaca yang tidak menentu dan
tidak dilakukan pergantian atau pemasukan air kedalam tambak selama penelitian.
Untuk menjaga salinitas dalam tambak tetap optimala dapat dilakukan pergantian
air selama masa pemeliharaan ikan.
Pemberian pakan
Faktor pakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
ikan. Untuk merangsang pertumbuhan ikan yang optimal, diperlukan jumlah dan
mutu makanan yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi
perairan. Di harapkan dengan pemberian makanan tambahan tersebut akan dapat
meningkatkan produksi ikan peliharaan sampai 3 (tiga) kali lipat di bandingkan
dengan ikan yang tidak diberikan makanan tambahan. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa jumlah konversi pakan yang dibutuhkan selama penelitian
adalah 389.7 g, pemberian pakan pagi dan sore masing-masing 6.495 g. Handajani
(2010) menyatakan bahwa, tingkat efisiensi penggunaan pakan nila ditentukan
oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Dilihat dari pertumbuhan
ikan nila nirwana menunjukkan bahwa pakan yang diberikan sudah sesuai untuk
kebutuhan ikan namun faktor lain yang menyebabkan ikan tidak mau makan
adalah kondisi lingkungan yaitu kualitas dan tinggi tambak yang tidak optimum
sehingga mengganggu pertumbuhan ikan.

Kelangsungan hidup
Nilai kelangsungan hidup pada ikan nila nirwana selama penelitian yaitu
70%, ini menunjukkan bahwa ikan nila nirwana kelulusan hidupnya relatif tinggi.
LANDASAN TEORI
Menurut Khairuman (2005), tingkat kelangsungan hidup dikolam, sawah
ataupun tambak selama pemeliharaan pada tahap pendederanukuran 8-12 cm
mencapai 80-90%.Tingkat kelangsungan hidup pada tahap pendederan II di KJA
relatif tinggi yaitu sekitar 70%. Kematian benih terjadi akibat ketinggian air
tambak yang tidak optimal. Selain itu, menurut Chotiba (2013) dalam Rahim dkk.,
(2015) bahwa kematian ikan yang terjadi pada tiap perlakuan dipengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya ialah salinitas. Semakin tinggi salinitas maka
semakin tinggi pula tingkat kematian benih ikan nila, karena jika tingkat
osmoregulasi tinggi sedangkan kemampuan ikan nila rendah maka akan berakibat
pada kematian ikan nila. Kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh
kemampuan osmoregulasiikan nila bersifat eurihaline walaupun habitat aslinya di
lingkungan air tawar. Oleh karena itu, pengelolaan kualitas air angat penting
dalam budidaya ikan . misalnya pada salinitas sangat mempengaruhi keangsungan
hidup ikan

Daftar pustaka
Boyd, C.E., L. Massaut, and L.J.Weddig, 1998. Towards reducing environmental
impacts of pond aquaculture. INFOFISH Internasional 2/98, p : 27 – 33.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit KANISIUS. Yogyakarta
Ekubo, A. A., & J. F. N. Abowei., (2011). Review of Some Water Quality
Management Principles in Culture Fisheries. Research Journal of Applied
Sciences, Engineering Technology, 3(12), 1342–1357. Retrieved from
http://maxwellsci.com/
Prajayati, F.T.V., Otie D.S.H., & Mugi M. (2020). Kinerja Tepung Magot dalam
Meningkatkan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Formula dan Pertumbuhan
Nila Ras Nirwana (Oreochromis sp). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah
Mada. 22(1): 27-36.
Mas’ud F. 2014. Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis sp.) Di Kolam Beton Dan Terpal. Grouper Faperik.
Putra I., Setiyanto D. D., Wahyjuningrum D. 2011. Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Sistem
Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn Universiy. Birmingham Publishing Co.
Alabama, 359 p.
Ghufran, H.M., Kardi, K., dan Andi, B.T., 2007, Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan, Rineka Cipta, Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH), 2004, Baku Mutu
Air Laut Untuk Biota Laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai