1, (2014) 1-6 1
Gambar Dimensi Penampang Box Girder Gambar detail penempatan tendon pada join 13
Lebar : B1 = 4.40 m Tinggi : T1 = 0.25 m
B2 = 0.40 m T2 = 0.22 m
B3 = 2.10 m T3 = 1.00 m
B4 = 0.36 m T4 = 0.28 m
B5 = 0.85 m T5 = 0.25 m
B6 = 0.26 m
Gambar detail penempatan tendon pada join 14
C. Perhitungan Momen dan Perencanaan Tendon
Prategang
Perencanaan Tendon Kantilefer (Tahap 1)
Tendon kantilefer dihitung berdasarkan momen yang
didapat akibat berat sendiri box girder. Pada perencanaan
jalan layang ini sistem kantilefer direncanakan untuk dua
tumpuan tengan sedangkan untuk tupuan ujung Gambar detail penempatan tendon pada join 15
menggunakan sistem falsework.
Gambar detail penempatan tendon pada join 11 Gambar Grafik Momen Envlope 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 4
Gambar Grafik Momen Envlope 4 Tabel Persentasi Kehilangan Total Pada Tahap Kantilefer
Joint Loss (%)
15/16 15.067
29/30 13.236
A. Analisa Gempa
Nilai Spektra Percepatan Ss dan S1
B. Saran
1. Penggunaan metode pelaksanaan dengan alat launching
gantry sebaiknya dicek pengaruhnya terhadap struktur
jembatan. Besarnya pengaruh tersebut dalam
memberikan tambahan beban pada struktur jembatan
perlu diketahui secara pasti.
2. Kontrol tegangan dan analisa yang didapatkan sebaiknya
dicek terhadap berbagai jenis kombinasi pembebanan
yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Gambar Konfigurasi Pemasangan Tiang Pancang
Adapun spesidikasi bahan dan dimensi poer yang digunakan DAFTAR PUSTAKA
adalah sebagai berikut [1] Badan Standardisasi Nasional. SNI 03-2847-2002. Tata
Dimensi Poer = 3300 x 3300 mm2 Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Dimensi kolom = 1000 x 800 mm2 Gedung.
Mutu beton (f’c) = 40 Mpa [2] Badan Standardisasi Nasional. SNI T-12-2004.
Mutu baja (fy) = 390 Mpa Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan.
Diameter tulangan = 29 mm [3] Badan Standardisasi Nasional. RSNI 2833-201X.
Selimut beton = 75 mm Perencanaan Jembatan terhadap Beban Gempa.
Tinggi efektif (d) : [4] Departemen Perhubungan Direktorat Jendral
d’ = 1250 – 75 – 28 - ½ x 28 = 1133 mm Perkeretaapian. 2006. Standar Teknis Kereta Api
Tulangan Lentur pakai = D28-250 Indonesia untuk Stuktur Beton dan Pondasi.
Jarak antar tiang pancang = 150 cm [5] Lin, T.Y., dan Ned H.Burns. 1988. Desain Struktur
Jarak tiang pancang ke tepi = 90 cm Beton Prategang. Edisi ke 3. Jilid 1. Diterjemahkan oleh:
Daniel Indrawan M.C.E. Jakarta: Erlangga.
D. Penulangan Poer
[6] Podolny JR, Walter, dan Muller, Jean.M. 1982.
Kebutuhan tulangan Poer dapat dilihat pada table berikut ini Construction and Design of Prestressed Concrete
Tabel Kebutuhan Tulangan Poer Segmental Bridges. United States: John Wiley and Sons,
Tul.Lentur Poer 7D29 - 125 Inc.
Tul.Geser Poer D10 - 550 [7] Raju, N. Krishna. 1989. Beton Prategang. Edisi ke 2.
Diterjemahkan oleh: Ir. Suryadi. Jakarta: Erlangga.
[8] Robert Benaim. 2008. The Design of Prestessed
VI. PENUTUP Concrete Bridge Concepts and Principles. London:
Taylor & Francis Group
A. Kesimpulan [9] Rombach, Prof. Dr.-Ing. G. 2002. ”Precast segmental
1. Tegangan yang terjadi dikontrol sesuai urutan erection box girder bridges with external prestressing: Design
yaitu kontrol tegangan akibat tahap kantilefer yang and Construction”. Technical University, Hamburg -
semuanya telah sesuai dengan syarat tegangan saat Harburg, Germany (Feb)
transfer yaitu tekan 23,4 MPa dan tarik 0 MPa.
Kemudian dilakukan kontrol tegangan akibat beban
mati tambahan dan beban lalu lintas pada semua
kombinasi pembebanan, serta akibat kehilangan
pratekan, yang semuanya sesuai dengan syarat tegangan
saat service yaitu tekan 27 MPa dan tarik 0 MPa.
2. Perhitungan kekuatan dan stabilitas yaitu kontrol momen
retak dan kontrol lendutan telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Untuk kontrol torsi tidak diperlukan
tulangan torsi.
3. Lendutan yang terjadi dikontrol pada dua kondisi yaitu
saat transfer pada saat beban yang berpengaruh adalah
beban mati dan gaya pratekan tendon kantilefer, serta
pada saat service yaitu saat beban yang berpengaruh
adalah beban mati tambahan, beban hidup, dan gaya
pratekan tendon kantilefer dan tendon menerus, serta
kehilangan pratekan telah terjadi pada struktur
jembatan.
4. Perhitungan geser didasarkan pada retak geser badan (Vcw)
dan retak geser miring (Vci). Hasil perhitungan Vcw dan
Vci dibandingkan yang paling menentukan untuk
perencanaan tulangan geser.