1. Jelaskan syarat-syarat memperoleh NPWP dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
a. Wajib pajak Orang Pribadi (OP) non usahawan : Photocopy KTP atau Kartu Keluarga atau SIM atau Paspor b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi usahawan : Photocopy KTP/KK/SIM/Paspor Photocopy surat ijin usaha atau surat keterangan tempat usaha dari instansi berwenang c. Untuk Wajib Pajak Badan : Photocopy akte pendirian Photocopy KTP salah seorang pengurus Photocopy surat ijin usaha atau surat keterangan tempat usaha dari instansi yang berwenang d. Untuk bendaharawan sebagai pemungut/pemotong : Photocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan Photocopy tanda bukti dari KTP/KK/SIM/Paspor e. Jika pemohon berstatus perusahaan anak/cabang, maka harus melampirkan bukti pendaftaran perusahaan induk/pusatnya 2. Alasan dilakukan penghapusan NPWP oleh DirJen Pajak a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh wajib pajak/ahli waris jika wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subyektif atau obyektif sesuai ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian/penggabungan usaha c. Wajib pajak BUT (Badan Usaha Tetap) menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia d. Dianggap perlu oleh DirJen Pajak 3. Proses pengajuan keberatan dan banding oleh wajib pajak a. Proses pengajuan keberatan 1. Dalam proses penyelesaian keberatan, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk: meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy kepada Wajib Pajak terkait dengan materi yang disengketakan melalui penyampaian surat permintaan peminjaman buku, catatan, data dan informasi; meminta Wajib Pajak untuk memberikan keterangan terkait dengan materi yang disengketakan melalui penyampaian surat permintaan keterangan; meminta keterangan atau bukti terkait dengan materi yang disengketakan kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak melalui penyampaian surat permintaan data dan keterangan kepada pihak ketiga; meninjau tempat Wajib Pajak, termasuk tempat lain yang diperlukan; melakukan pembahasan dan klarifikasi atas hal-hal yang diperlukan dengan memanggil Wajib Pajak melalui penyampaian surat panggilan;
i. Surat panggilan dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
sebelum tanggal pembahasan dan klarifikasi atas sengketa perpajakan. ii. Pembahasan dan klarifikasi dituangkan dalam berita acara pembahasan dan klarifikasi sengketa perpajakan.
melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk
mendapatkan data dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keputusan keberatan.
2. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan paling lama
15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim. 3. Apabila sampai dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim berakhir, Wajib Pajak tidak meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan informasi dan/atau tidak memberikan keterangan yang diminta, Direktur Jenderal Pajak menyampaikan: a. surat permintaan peminjaman yang kedua; dan/atau b. surat permintaan keterangan yang kedua. 4. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal surat peminjaman dan/atau permintaan yang kedua dikirim.
b. Proses pengajuan banding
1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan. 2. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut. 3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.