Makalah Evaluasi Hasil Belajar - Riza Al Akbar
Makalah Evaluasi Hasil Belajar - Riza Al Akbar
PTIK A-2019
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunianya kami
dapat menyelesaiakan makalah Evaluasi Hasil Belajar dengan pembahasan Taksonomi bloom
.Bagimanapun penyusun telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun
tidak ada kesempurnaan dalam sebuah karya manusia. Penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu pula segala masukan, kritik dan saran dari
pembaca dapat menjadikan acuan bagi penyusun dalam penyempurnaan dan pembuatan makalah
berikutnya.
Tiada untaian kata yang dapat penyusun sampaikan selain panjatkan doa, semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu membuka hati kita dengan cahaya-NYA dan mengajarkan ilmu-NYA kepada
kita, serta menghindarkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Riza Al Akbar
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Taksonomi Bloom........................................................................ 3
2.2 Konsep Dasar Taksonomi Bloom............................................................ 4
2.3. Revisi Taksonomi Bloom........................................................................ 4
2.4 Alasan Taksonomi bloom Diubah............................................................ 7
2.5 Dimensi Pengetahuan Taksonomi Bloom................................................. 8
2.6 Dimensi Proses Kognitif dalam Revisi Taksonomi Bloom...................... 14
2.7 Penggunaan Tabel Taksonomi Pendidikan............................................... 23
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan................................................................................................... 31
3.2. Saran........................................................................................................ 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomotr 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagaamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena
pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi
nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan
dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan
kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun
1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Taksonomi bloom merujuk
pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik
dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif,
afektif atau psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana sejarah taksonomi bloom?
2) Bagaimana konsep dasar taksonomi bloom?
1
3) Bagaimana revisi taksonomi bloom?
4) Apa Alasan taksonomi bloom dirubah?
5) Bagaimana dimensi pengetahuan taksonomi bloom?
6) Bagaimana proses kognitif dalam revisi taksonomi bloom?
7) Bagaimana penggunaan tabel taksonomi pendidikan?
1.3 Tujuan
1) Memahami sejarah taksonomi bloom.
2) Memahami konsep dasar taksonomi bloom.
3) Memahami revisi taksonomi bloom.
4) Mengetahui taksonomi bloom dirubah.
5) Mengetahui dimensi pengetahuan taksonomi bloom.
6) Mengetahui proses kognitif dalam revisi taksonomi bloom.
7) Mengetahui penggunaan tabel taksonomi pendidikan.
1.4 Manfaat
Dengan memahami taksonomi bloom pendidik dimudahkan dalam merancang, melaksanakan,
dan menilai pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Juhrodin dalam artikel Revisi Taksonomi Bloom konsep Taksonomi Bloom
dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan.
3
Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
1) Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.
2) Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu
memahami isinya.
Dalam bidang pendidikan tujuan-tujuan yang dirumuskan mengindikasikan apa yang
guru inginkan pada siswa mempelajarinya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dimaksudkan
mencapai tujuan pembelajaran. Saat ini rumusan tujuan pendidikan oleh Badan Nasional Standar
Pendidikan (BNSP) tertuang dalam Standar Isi dan diperinci dalam Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan mata pelajaran dan tingkat satuan pendidikan. Guru
diberikan tugas menyusun indikator-indikator ataupun tujuan pembelajarannya yang lebih mudah
dipahami dan diukur berdasarkan dari SK dan KD.
Jika dalam taksonomi Bloom hanya memiliki satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi
ini memiliki dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan., Dalam revisi taksonomi Bloom
ada beberapa hal yang mennjadi fokus utama diantaranya bagaimana memilih dan merancang
instrumen-instrumen asesmen yang menghasilkan informasi yang akurat tentang seberapa bagus
4
hasil belajar siswa sehingga guru dapat yakin bahwa tujuan, aktivitas pembelajaran dan
asesmennya saling bersesuaian.
SK dan KD yang dirumuskan oleh BNSP masih bersifat umum dan belum terukur,
sehingga guru perlu merumuskan indikator/tujuan pencapaian hasil belajar siswa yang lebih
rinci. Tabel taksanomi dapat dipakai untuk mengkategorikan tujuan-tujuan, supaya guru-
guru menarik kesimpulan yang tepat tentang tujuan-tujuan pendidikan. Jika guru menggunakan
tabel taksonomi, maka mereka dapat secara jelas melihat tujuan-tujuan pembelajaran dan
hubungan-hubungan diantara tujuan-tujuan itu.
1) Kategorisasi dalam kerangka berpikir ini memungkinkan para pendidik mengkaji tujuan-tujuan
pendidikan dari kaca mata siswa.
2) Kategorisasi dengan kerangka berpikir ini membantu para pendidik memikirkan berbagai
kemungkinan dalam pendidikan.
3) Kategorisasi dengan kerangka pikir ini membantu para pendidik melihat hubungan integral
antara proses kognitif yang inheren dalam tujuan pendidikan.
4) Mampu menjawab pertanyaan tentang asesmen.
Terdapat perbedaan antara aktivitas dan tujuan pembelajaran. Aktivitas merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Tujuan menentukan hasil-akibat-akibat dan perubahan-perubahan yang
diharapkan. Aktivitas-aktivitas pembelajaran seperti membaca buku, mendengarkan, melakukan
eksperimen, berkaryawisata-semua ini merupakan cara untuk mencapai tujuan.Untuk
merumuskan tujuan pembelajaran, harus diketahui terlebih dahulu pengetahuan danproses
kognitif yang mesti di pelajaridandimiliki.
Revisi Taksonomi Bloom diajukan secara umum untuk lebih melihat ke depan (ahead of
time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada
bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru menyiapkan bahan
ajar,seluruhnya mengalami perkembangan yang signifikan bila dibandingkan denganempat puluh
tahun yang lalu. (Anderson et al., 2001 dalam Widodo (2006:2)). Fokus utama revisi taksonomi
Bloom dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum,
desain instruksional, penilaian dan gabungan ketiganya. Dalam buku A Taxonomy for Learning,
5
Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives (Anderson
et.al., 2001 dalam Widodo (2006:2)), penyusun melengkapi fokus utama ini dengan bab-bab
terkait tiga kepentingan tersebut.
Dua buah perubahan mendasar dalam Revisi Taksonomi Bloom menurut Anderson adalah:
2) Perubahan Terminologi
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih diberikan pada keenam kategori
kognisi. Revisi Taksonomi Bloom lebih menekankan sub-kategori sehingga lebih spesifik dan
mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan instruksi pengajaran. Pembahasan
mengenai sub-kategori ini diungkapkan dalam bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini
dipengaruhi oleh riset progresif di bidang pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam
Taksonomi Bloom yang lama, kategori “knowledge” menjadi kategori utama tingkat pertama.
Revisi taksonomi Bloom “mengeluarkan” kategori “knowledge” ini dari Taksonomi dan
menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya, “knowledge” adalah pencapaian kognisi itu
sendiri.
Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata
kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang
lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena
Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
6
Widodo (2006:2) menyatakan ada beberapa alasan mengapa buku teks Taksonomi Bloom
perlu harus direvisi, yaitu :
1) Terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada buku teks, bukan
sekedar sebagai dokumen sejarah melainkan juga sebagai karya yang dalam banyak hal telaph
mendahului zamannya. Hal tersebut mempunyai arti banyak gagasan dalam buku teks
Taksonomi Bloom yang dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait
dengan masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat, kurikulum standar
dan asesmen autentik.
2) Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru
dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Masyarakat dunia telah banyak berubah
sejak tahun 1956 perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara berpikir dari praktik pendidikan.
Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ini mendukung keharusan untuk merevisi teks book
Taksonomi Bloom.
3) Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk
mengklarifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah rumusan tujuan pendidikan seharusnya
berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja umumnya mendeskripsikan proses
kognitif yang diharapkan dan kata bendanya mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan
dikuasai oleh siswa. Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya kata benda.
Menurut Tyler rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang menunujukkan
jenis perilaku yang akan diajarkan kepada siswa dan isi pembelajaran yang membuat siswa
menunjukkan perilaku tersebut. Berdasarkan hal tersebut rumusan tujuan pendidikan harus
memuat dua dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis perilaku siswa dengan
menggunakan kata kerja dan dimensi kedua unuk menunjukkan isi pembelajaran dengan
mengggunakan kata benda.
4) Proporsi yang tidak seimbang dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan
kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan taksonomi pendidikan untuk asassmen. Pada
taksonomi Bloom lebih memfokuskan penggunaan taksonomi pada asesmen.
5) Pada kerangka berpikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam kategorinya
(pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan eveluasi) daripada sub-kategirinya.
Taksonomi Bloom menjelaskan keenam kategori tersebut secara mendetail, namun kurang
menjabarkan pada sub kategorinya sehingga sebagian orang akan lupa dengan sub kategori
Taksonomi Bloom.
6) Ketidakseimbangan proporsi subkategori dari Taksonomi Bloom. Kategori pengetahuan dan
komprehensi memiliki banyak subkategori namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit
subkategori.
2.5 Dimensi Pengetahuan
7
Siahaan dan Rangkuti (2017:6) Ada empat macam pengetahuan, yaitu: pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-
jenis pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkret
(faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang lama, pengetahuan
metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga harus dipelajari siswa.
Jenis dan Subjenis Contoh
8
3. Pengetahuan tentang kritria untuk Kriteria yang digunakan untuk menentukan
menentukan kapan harus menggunakan kapan harus menerapkan prosedur hukum
prosedur yang tepat. Newton, kriteria yang digunakan untuk
menilai fisibilitas suatu metode
9
disiplin ilmu tersebut. Beberapa contoh pengetahuan tentang terminologi: pengetahuan tentang
alfabet, pengetahuan tentang istilah ilmiah, dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam
struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual
mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga
macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori,
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.
2) Pengetahuan Tentang Prinsip dan Generalisasi
Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi mencakup abstraksi hasil observasi ke level
yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip dan generalisasi merupakan abstraksi
dari sejumlah fakta, kejadian, dan saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Prinsip dan
generalisasi biasanya cenderung sulit untuk dipahami siswa apabila siswa belum sepenuhnya
10
menguasai fenomenafenomena yang merupakan bentuk yang “teramati” dari suatu prinsip atau
generalisasi. Beberapa contoh pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: pengetahuan tentang
hukum Mendel, pengetahuan tentang seleksi alamiah, dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip
belajar.
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun
yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus
diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
2) Pengetahuan Tentang Teknik dan Metode yang Berhubungan dengan Suatu Bidang
Tertentu
Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu
mencakup pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konsensus, perjanjian, atau aturan
yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang teknik dan metode lebih
mencerminkan bagaimana ilmuwan dalam bidang tersebut berpikir dan memecahkan masalah
yang dihadapi. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya, pengetahuan tentang metode
penelitian yang sesuai untuk suatu permasalahan sosial dan pengetahuan tentang metode ilmiah.
11
3) Pengetahuan Tentang Kriteria Untuk Menentukan Kapan Suatu Prosedur Tepat Untuk
Digunakan
Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan
mencakup pengetahuan tentang kapan suatu teknik, strategi, atau metode harus digunakan. Siswa
dituntut bukan hanya tahu sejumlah teknik atau metode tetapi juga dapat mempertimbangkan
teknik atau metode tertentu yang sebaiknya digunakan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi yang dihadapi saat itu. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan
tentang kriteria untuk menentukan jenis-jenis tulisan, pengetahuan tentang kriteria pemilihan
rumus yang sesuai untuk memecahkan masalah, dan pengetahuan memilih metode statistika yang
sesuai untuk mengolah data.
d. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran serta pengetahuan
tentang kognisi diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa
seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin
banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih
baik lagi dalam belajar.
1) Pengetahuan Strategis
Mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir, dan memecahkan
masalah. Pengetahuan jenis ini dapat digunakan bukan hanya dalam suatu bidang tertentu tetapi
juga dalam bidangbidang yang lain. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya:
pengetahuan bahwa mengulang-ulang informasi merupakan salah satu cara untuk mengingat, dan
pengetahuan tentang strategi perencanaan untuk mencapai tujuan.
2) Pengetahuan Tentang Tugas-Tugas Kognitif
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang
konteks dan kondisi yang sesuai mencakup pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang
diperlukan untuk mengerjakan tugas tertentu serta pemilihan strategi kognitif yang sesuai dalam
situasi dan kondisi tertentu. Beberapa contoh pengetahaun jenis ini misalnya: pengetahuan
bahwa buku pengetahuan lebih sulit dipahami dari pada buku populer dan pengetahuan bahwa
meringkas dbisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman.
13
a. Mengingat (Remember)
Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses
kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa
menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek
pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
1) Mengenali (Recognizing)
Mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori
jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi yang baru. Bentuk tes yang meminta
siswa menentukan betul atau salah, menjodohkan, dan pilihan berganda merupakan tes yang
sesuai untuk mengukur kemampuan mengenali. Istilah lain untuk mengenali adalah
mengidentifikasi (identifying). Contohnya, mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa
penting dalam sejarah Indonesia.
2) Mengingat kembali (Recalling)
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang apabila ada
petunjuk (tanda) untuk melakukan hal tersebut. Tanda di sini seringkali berupa pertanyaan.
Istilah lain untuk mengingat adalah menarik (retrieving). Contohnya, mengingat kembali
peristiwa-peristiwa penting yang bersejarah.
Contoh soal:
Siapakah penemu bola lampu listrik?
A. James Watt
B. Alexander G. Bell
C. Thomas A. Edison
D. George T. Phillips
b. Memahami (Understand)
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,
mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan
pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena
penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman.
Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan
contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarising), menarik
inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
14
1) Menafsirkan (interpreting)
Mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari dari
kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau sebaliknya,
maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. Informasi yang
disajikan dalam tes haruslah “baru” sehingga dengan mengingat saja siswa tidak akan bisa
menjawab soal yang diberikan. Istilah lain untuk menafsirkan adalah mengklarifikasi
(clarifying), memparafrase (paraphrasing), menerjemahkan (translating), dan menyajikan
kembali (representing).
Contoh soal: Seorang ibu rumah tangga mengelola pengeluaran bulanannya yang berjumlah Rp
1.200.000 sebagai berikut:
No Jenis pengeluaran Jumlah
3 Ongkos Rp 150.000
15
E. Ranting pohon
3) Mengkelasifikasikan (classifying)
Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk
dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda
atau fenomena. Istilah lain untuk mengkelasifikasikan adalah mengkategorisasikan
(categorising).
Contoh soal:
Binatang manakah diantara binatang berikut yang tidak termasuk serangga?
A. Jengkerik
B. Nyamuk
C. Kecoa
D. Laba-laba
E. Kupu-kupu
4) Meringkas (summarising)
Membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak
dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan
meringkasnya. Istilah lain untuk meringkas adalah membuat generalisasi (generalising) dan
mengabstraksi (abstracting).
Contoh soal:
Istilah asing yang digunakan dalam pelajaran biologi bukanlah sekedar kata-kata yang berfungsi
sebagai alat komunikasi yang fungsinya dapat digantikan dengan kata-kata lain. Istilah-istilah
dalam pelajaran biologi merupakan label untuk suatu konsep sehingga sulit untuk langsung
diindonesiakan atau diganti dengan kata lain. Sebagai contoh, pengindonesiaan kata
“chlorophyll” menjadi “klorofil” secara konsep sesungguhnya tidak akurat. Kata “chlorophyll”
(chloro = pigmen warna hijau; phyll = daun) secara konsep menjadi hilang maknanya apabila
diganti menjadi klorofil sebab dalam bahasa Indonesia tidak dikenal akar kata “kloro” maupun
“fil”.
Pernyataan manakah yang merupakan inti paragraf di atas?
A. Dalam pelajaran biologi banyak istilah-istilah asing
B. Istilah asing dalam pelajaran biologi banyak yang diindonsiakan
C. Istilah asing dalam pelajaran biologi merupakan penunjuk konsep
D. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal istilah asing
E. Kata klorofil tidak berasal dari bahasa Indonesia
16
5) Menarik inferensi (inferring)
Menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Untuk dapat melakukan inferensi
siswa harus terlebih dapat menarik abstraksi suatu konsep/prinsip berdasarkan sejumlah contoh
yang ada. Istilah lain untuk menarik inferensi adalah mengekstrapolasi (extrapolating),
menginterpolasi (interpolating), memprediksi (predicting), dan menarik kesimpulan
(concluding).
Contoh soal:
No Tanggal Matahari Terbit Bulan Terbit
6) Membandingkan (comparing)
Mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi.
Membandingkan mencakup juga menemukan kaitan antara unsur-unsur satu objek atau keadaan
dengan unsur yang dimiliki objek atau keadaan lain. Istilah lain untuk membandingkan adalah
mengkontraskan (contrasting), mencocokkan (matching), dan memetakan (mapping).
Contoh soal:
Manakah dari pernyataan berikut yang bisa menggambarkan kejadian gerhana bulan?
17
A. Ditelannya bulan oleh raksasa
B. Habisnya batu baterai pada senter
C. Tertutupinya batu oleh bayangan pohon besar
D. Terhalangnya bintang oleh awan
E. Teduhnya bumi karena awan
7) Menjelaskan (explaining)
Mengkonstruksi dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu system. Termasuk
dalam menjelaskan adalah menggunakan model tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi
apabila salah satu bagian sistem tersebut diubah. Istilah lain untuk menjelaskan adalah
mengkonstruksi model (constructing a model).
Contoh soal:
Mengapa batu baterai yang digunakan untuk menyalakan 2 buah lampu dengan rangkaian paralel
lebih cepat “habis” dibandingkan apabila digunakan rangkaian seri?
A. Rangkaian paralel lebih boros daripada rangkaian seri
B. Energi yang dipakai pada rangkaian paralel lebih banyak
C. Rangkaian paralel tidak cocok untuk batu baterai
D. Hambatan pada rangkaian seri lebih kecil
E. Rangkaian seri memerlukan kabl yang lebih pendek
c. Mengaplikasikan (Applying)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan
tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun
tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
1) Menjalankan (executing)
Menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang
diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila langkah-langkah tersebut
benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Istilah lain untuk menjalankan adalah melakukan
(carrying out).
Contoh soal:
a) Berapa macamkah gamet yang dihasilkan dari hasil persilangan dengan 8 sifat beda?
18
b) Berapa literkah isi sebuah drum dengan tinggi 1 m dan diameter 25 cm?
2) Mengimplementasikan (implementing)
Memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
Karena diperlukan kemampuan memilih, siswa dituntut untuk memiliki pemahaman tentang
permasalahan yang akan dipecahkannya dan juga prosedur-prosedur yang mungkin
digunakannya. Apabila prosedur yang tersedia ternyata tidak tepat benar, siswa dituntut untuk
bisa memodifikasinya sesuai keadaan yang dihadapi. Istilah lain untuk mengimplementasikan
adalah menggunakan (using).
Contoh soal:
Seorang petani mempunyai sebidang tanah dengan bentuk kurang lebih sebagai berikut:
d. Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam
proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir
(organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
1) Membedakan (differentiating)
Membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi
dan penting tidaknya. Oleh karena itu membedakan (differentiating) berbeda dari
membandingkan (comparing). Membedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan
mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar.
Misalnya, apabila seseorang diminta membedakan antara apel dan jeruk, faktor warna, bentuk
dan ukuran bukanlah ciri yang esensial. Namun apabila yang diminta adalah membandingkan
19
hal-hal tersebut bisa dijadikan pembeda. Istilah lain untuk membedakan adalah memilih
(selecting), membedakan (distinguishing) dan memfokuskan (focusing).
Contoh soal:
Beberapa kali di televisi diberitakan ada tumbuhan aneh, misalnya pisang yang tandannya
muncul langsung dari tanah, nanas berbuah 15, ataupun kelapa bercabang tiga. Masyarakat
menanggapi kejadian ini dengan berbagai pendapat, ada yang menyebutnya sebagai tumbuhan
“keramat” namun ada juga yang menganggapnya sebagai keanehan yang “biasa”.
2) Mengorganisir (organizing)
Menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
Contoh: menganalisis mengapa seseorang menulis di surat kabar bahwa hutan di Jawa Barat
masih cukup luas
e. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam
proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik
(critiquing).
1) Memeriksa (Checking)
Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang
melekat dengan sifat produk tersebut).
2) Mengritik (Critiquing)
Menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.
f. Mencipta (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses
kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing).
1) Membuat (generating)
20
Menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis
yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut.
2) Merencanakan (planning)
Merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah..
3) Memproduksi (producing)
Membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah.
21
dari mengimplementasikan yang termasuk dalam kategori mengaplikasikan. Adapun frasa
bendanya, “rumus-rumus tentang listrik dan magnet” adalah prinsip atau generalisasi, dan
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi merupakan Pengetahuan Konseptual. Jadi, apabila
analisis ini tepat, tujuan pembelajaran tersebut berada di kotak tabal taksonomi yang merupakan
perpotongan antara mengaplikasiskan dan pengetahuan konseptual. Dalam menganalisis tujuan
pembelajaran tersebut, kita langsung merujuk pada subjenis pengetahuan (yaitu pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi) dan proses kognitif yang spesifik
(yakni mengimplementasikan), bukan pada 4 jenis pengetahuan pokok dan 6 kategori proses
kognitif. Subjenis pengetahaun dan proses-proses kognitif yang spesifik menjadi petunjuk
terbaik untuk menempatkan tujuan pembelajaran secara tepat dalam tabel taksonomi.
Meskipun tujuan pembelajaran diatas dimasukkan dalam satu kotak, jika menimbang
aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berbeda yang dilakukan guru, kita akan melihat gambar
lain yang lebih kompleks. Misalnya, pada umumnya yang manakala siswa mengimplementasikan
rumus-rumus ilmiah, mereka pertama-tama akan mengidentifikasi jenis masalah yang mereka
hadapi, kemudian memilih rumus yang dapat menyelesaikan masalahnya, dan menggunakan
prosedur yang menyertakan rumus tersebut utntuk menyelesaikan
masalahnya. Mengimplentasikan melibatkan pengetahuan konseptual yakni pengetahuan tentang
jenis atau kategori masalahnya dan pengetahuan prosedural yakni, pengetahuan tentang
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya.
Dimensi Dimensi Proses Kognitif
Pengetahuan
1. Mengingat2. Memahami 3. Mengaplikasikan4. Menganalisis5. Mengevaluasi6. Mencipta
A. Pengetahuan
B. Faktual
B. Pengetahuan
Konseptual
C. Pengetahuan
Proseural
C. Pengetahuan
Metakognitif
22
Tabel 2.2 Penempatan Tujuan dalam Taksonomi Pendidikan (Sumber: Anderson dan
Krathwohl, 2010:149)
Aktivitas-aktivitas pembeljarannya akan membantu siswa mengkontruksi dan menguasai
kedua jenis pengetahuan tersebut. Oleh karena siswa dapat melakukan kesalahan dalam
mengklasifikasikan, membedakan, dan mengimplemenasikan, cukup beralasan bagi guru untuk
menekankan pengetahuan metakognitif dalam proses pembelajaran. Misalnya, kepada siswa
diajarkan strategei-strategi untuk memonitor apakah keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan
mereka masuk akal. Selain diajari untuk dapat mengingat strategi-strategi tersebut, siswa juga
diajari untuk mengimplementasikannya.
Sebagian aktivitas pembelajaran juga sebaiknya terfokus pada apa yang dinamakan
proses-proses kognitif tingkat tinggi. Karena mengimplementasikan kerap kali melibatkan proses
penentuan pilihan, siswa perlu diajari untuk memeriksa dan mengkritik hasil atau solusi
akhirnya. Memeriksan dan mengkrtik berada dalam kategori mengevaluasi. Aktivitas-aktivitas
pembelajaran member kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi minimal 3 jenis
pengetahaun (konseptual, prosedural, dan metakogntif) dan mengalami sekurang-kurangnya 6
proses kognitif (mengingat kembali, mengklasifikasikan, membedakan, mengimplementasikan,
memeriksa, dan mengkritik) yang termasuk dalam 5 kategori proses (mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi).
Dimensi Dimensi Proses Kognitif
Pengetahuan
1. Mengingat
2. Memahami
3. Mengaplikasikan4. Menganalisis
5. Mengevaluasi6. Mencipta
A. Pengetahuan
Faktual
23
Tujuan pembelajarannya adalah “Siswa belajar menggunakan rumus-rumus tentang listrik dan
magnet (seperti rumus Lenz, dan rumus Ohm) untuk menyelesaikan masalah”.
Aktivitas 1 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa mengklasifikasikan
jenis-jenis masalah.
Aktivitas 2 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa memilih rumus-rumus
yang tepat.
Aktivitas 3 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa
mengimplementasikan prosedur prosedur yang tepat
Aktivitas 4 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa mengingat kembali
strategi-strategi metakognitif
Aktivitas 5 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa
mengimplementasikan strategi strategi metakognitif
Aktivitas 6 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa memeriksa
implementasi prosedurnya.
Aktivitas 7 : Aktivitas -aktivitas untuk membantu siswa mengkritik ketepatan
solusinya.
Sangat menarik untuk mengamati hubungan antar satu kotak yang berisikan tuuan
pembelajaran (B3) dengan tujuh kotak yang berisikan aktivitas-aktivitas pembelajaran (B1, B4,
B5, C3, C5, D1, dan D3): ternyata tk satu pun aktivitas pembelajaran yang berkaitan langsung
dengan tujuan pembelajarannya. Alasannya jelas, yakni sesuai dengan definisi kami tentang
Mengaplikasikan. Mengapliksikan berarti menerapkan atau menggunkaan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu. Dengan perkataan lain, Mengaplikasikan membutuhkan Pengetahuan
Prosedural. Karenanya, jika rumus-rumus tentang listrik tersebut harus melekat pada suatu
prosedur (Pengetahuan Prosedur). Prosedurnya akan “membuka” rumus-rumusnya untuk
mempermudah penerapannya (misalnya, pertama, menghitung daya elektromotifnya; kedua,
menghitung arusnya; ketiga, membagi daya elektromotifnya dngan arusnya untuk mengetahui
tahannya). Analisis awal terhadap hubungan antara Mengaplikasikan dan Pengetahuan
Prosedural menunjukkan bahwa kita mulanya mengklasifikasikan tujuan pembelajaran di atas
sebagai mengaplikasikan pengetahaun prosedural (C3), bukan mengaplikasikan pengetahuan
konseptual (B3).
2) Jenis Asesmen
A. Pengetahuan
Faktual
Tes 1C
26
yang tepat.
Aktivitas 3 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa
mengimplementasikan prosedur prosedur yang tepat
Aktivitas 4 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa mengingat kembali
strategi-strategi metakognitif
Aktivitas 5 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa
mengimplementasikan strategi strategi metakognitif
Aktivitas 6 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa memeriksa
implementasi prosedurnya.
Aktivitas 7 : Aktivitas - aktivitas untuk membantu siswa mengkritik ketepatan
solusinya.
Tes 1A, Tes 1B, Tes 1C = kotak-kotak yang diasosiasikan dengan aspek prosedural pada setiap
soal, Tes 2= kotak yang diasosiasikan dengan “jawaban” yang tepat.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar
yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom,
Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan
berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi
yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
2. Untuk lebih mudah memahami Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua
pernyataan yaitu memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu
mengenai konsep itu dan seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika
tanpa terlebih dahulu memahami isinya.
3. Ada dua buah perubahan mendasar dalam Revisi Taksonomi Bloom menurut Anderson adalah
revisi taksonomi bloom memfokuskan pada aplikasin dan perubahan terminologi.
4. Siahaan dan Rangkuti (2017:5) menyatakan ada beberapa alasan mengapa buku teks Taksonomi
Bloom perlu harus direvisi, yaitu :
(1) Terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada buku teks, bukan
sekedar sebagai dokumen sejarah melainkan juga sebagai karya yang dalam banyak hal telaph
mendahului zamannya.
(2) Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru
dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan.
(3) Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk
mengklarifikasikan tujuan-tujuan pendidikan.
28
(4) Proporsi yang tidak seimbang dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan
kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan taksonomi pendidikan untuk asassmen.
(5) Pada kerangka berpikir taksonommi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam
kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan eveluasi) daripada sub-
kategirinya. Ketidakseimbangan proporsi subkategori dari Taksonomi Bloom.
5. Siahaan dan Rangkuti (2017:6) Ada empat macam dimensi pengetahuan, yaitu: pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-
jenis pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkret
(faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang lama, pengetahuan
metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga harus dipelajari siswa.
6. Siahaan dan Rangkuti (2017:13) Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam
taksonomi yang lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori
sintesis kini dinamai membuat (create).Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang
baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke
proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru
lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak
mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Berikut ini merupakan
perbedaan piramida Taksonomi Bloom sebelum revisi dan sesudah revisi.
7. Tabel taksonomi digunakan untuk membantu guru-guru dan pendidik lainnya setidaknya dengan
3 cara. Pertama, tabel taksonomi dapat membantu guru-guru dapat memahami tuhuan-tujuan
pembelajaran mereka (tujuan-tujuan yang mereka buat sendiri dan tujuan-tujuan yang telah
disediakan oleh pihak lain). Kedua, dengan pemahaman yang lebih utuh perihal tujuan-tujuan
pembelajaran, guru-guru dapat menggunakan tabel taksonomi untuk membuat keputusan-
keputusan yang lebih bagus mengenai bagaimana mengajar dan mengakses siswa dalam
kerangka tujuan-tujuan pembelajaran itu. Ketiga, tabel taksonomi dapat membantu mereka
menentukan seberapa sesuai antara tujuan, asesmen, dan pembelajarannya dengan cara yang
tepat.
3.2 Saran
Taksonomi Bloom penting untuk dipelajari bagi para calon pendidik untuk memudahkan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
29
Daftar Pustaka
Prastowo, Andi. 2015. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadui. Jakarta:
Prenamedia Group.
Siahaan, Mika Febriani dan Mika Rahmi Rangkuti. 2017. “Taksonomi Bloom Revisi dan
Kaitannya dengan Versi Konvensional. Medan: Universitas Pendidikan Medan.
Widodo, Ari. 2006. “Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”. Buletin
Puspedik. Volume 3, (halaman 2-14).
30