Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai dan masih
menduduki tempat teratas. Di negara maju kanker leher rahim menepati urutan setelah
kanker payudara (30% kematian ibu disebabkan oleh kanker leher rahim). Hal ini
disebabkan belum berkembang nya program skrining untuk mendeteksi kanker secara
dini. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi kanker tersebut adalah pap
smear test. Alat ini mampu menekan angka kematian akibat kanker leher rahim turun
menjadi 70%. Kanker leher rahim terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim ( terletak antara rahim atau
uterus dengan liang senggama atau vagina). Biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan kanker ini dapat juga menyerang wanita
berumur 20 sampai 30 tahun.

B. Insiden Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi
penyebab lebih dari Rp250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. tempat pelaksanaan Yang adekuat, diperkirakan
kematian akibat kanker serviks akan meningkat 25% dalam 10 tahun mendatang.
Diperkirakan terdapat 10370 kasus baru kanker serviks invasif yang didiagnosis di
Amerika Serikat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama 3170 pasien diperkirakan
meninggal akibat kanker serviks. Jumlah ini mendekati 1,3% dari kematian akibat kanker
pada wanita dan 13% dari kematian akibat kanker ginekologi. Bagaimanapun wanita
berusia 20 sampai 39 tahun, kanker serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker
tertinggi kedua setelah kanker payudara, terhitung sekitar 10% dari kematian akibat
kanker.

Kematian yang berhubungan dengan kanker serviks menurun drastis dalam 80 tahun
terakhir, dari 30 per 100000 pada tahun 1930 menjadi 3,8 per Rp100.000 di tahun 2000.
Sejak 1982 angka kematian yang berkaitan dengan kanker serviks menurun 1,5%
pertahun.
Total jumlah wanita yang di diagnosis kanker serviks di Amerika Serikat pada tahun
1999 adalah rp12.900 dengan kematian yang berkaitan dengan kanker sejumlah 4.400,
Sedangkan jumlah wanita yang mengidap kanker serviks di seluruh dunia sekitar 471000,
dengan angka kematian 215000. Di banyak negara berkembang, kanker serviks
merupakan penyebab kematian paling umum di usia reproduktif.

Kanker serviks dikenal sebagai kanker pada usia reproduktif. Namun, juga terjadi pada
usia dekade 5 6 dan 7. Umumnya pada wanita usia tua tidak dilakukan skrining untuk
kanker serviks. Akibatnya, insiden pada populasi ini lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Ada konsensus kanker serviks NIH yang terakhir, insiden kanker serviks yang lebih
tinggi di usia lebih dari 65 tahun di diskusikan dan diputuskan menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang perlu perhatian. Rata-rata umur penderita kanker serviks di negara ini 52
tahun.

Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai dan masih
menduduki tempat teratas. Di negara maju kanker leher rahim menepati urutan setelah
kanker payudara (30% kematian ibu disebabkan oleh kanker leher rahim). Hal ini
disebabkan belum berkembang nya program skrining untuk mendeteksi kanker secara
dini. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi kanker tersebut adalah pap
smear test. Alat ini mampu menekan angka kematian akibat kanker leher rahim turun
menjadi 70%. Kanker leher rahim terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim ( terletak antara rahim atau
uterus dengan liang senggama atau vagina). Biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan kanker ini dapat juga menyerang wanita
berumur 20 sampai 30 tahun.

C. Faktor resiko penyebab terjadinya kanker rahim yaitu :

1. HPV( human papilloma virus). HIV adalah virus penyebab kutil genitalis( Kondiloma
akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16 ,18, 45 ,dan 56.

2. Merokok. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan


tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Suami atau pasangan melakukan
hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan
pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.

4. Pemakaian DES (dietilstilbestrol). Pada wanita hamil untuk mencegah


keguguran( banyak digunakan pada tahun 1940 sampai 1970)

5. Gangguan sistem kekebalan

6. Pemakaian pil KB

7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

8. Tidak melakukan pap smear secara rutin

D. Gejala Kanker Serviks

Perubahan pra kanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan
ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap
smear. Gejala baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi ganas dan
menyusup ke jaringan di sekitarnya.

Pada saat ini akan timbul gejala berikut :

1. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama di antara dua menstruasi, setelah


melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.

2. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)

3. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah, atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :

1. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.

2. Nyeri panggul, punggung atau tungkai

3. Dari vagina keluar air kemih atau tinja


4. Patah tulang (fraktur)

Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa virus human papilloma virus merupakan


virus DNA yang paling banyak ditemukan pada wanita muda yang diduga sebagai salah
satu agen penyebab timbulnya kanker rahim( biasanya disertai infeksi genitalia). Asam
nukleat dari virus tersebut bersatu ke dalam gen dan DNA tuan rumah, sehingga terjadi
mutasi sel. Kanker rahim juga dapat mengalami penyebaran ( metastasis) ke jaringan atau
organ di sekitarnya. Cara penyebarannya bisa secara langsung ( perkontinuitatum)
misalnya ke vagina, rektum, kandung kencing dan Rahim, bisa juga melalui pembuluh
limfa, misalnya ke kelenjar para cervical, kelenjar hipogastrika dan kelenjar pada sakral.
Apa bisa melalui pembuluh darah ke paru-paru, hati, ginjal, tulang ataupun otak (secara
hematogen).

Tinjauan kepustakaan yang lain menunjukkan bahwa penyebab kanker( karsinogen)


ditularkan melalui hubungan seksual. Data epidemiologi ini menyingkap adanya
hubungan antara kanker leher rahim dengan agen yang dapat menimbulkan infeksi.
Karsinogen tersebut bekerja pada lapisan permukaan leher rahim, menghasilkan suatu
gradasi kelainan keganasan dan sangat berbahaya bila terpapar dalam waktu 10 tahun
setelah menarke. Namun perubahan menjadi kanker tidak terjadi secara eksplosif, tetapi
bertahap. Mula-mula terjadi perubahan tahap pra kanker yang terdiri dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat dan kanker stadium 0. Setelah itu meningkat menjadi
kanker invasif, yang terdiri dari stadium 1 ,2, 3 ,dan 4. Tahap pra kanker ini disebut
kanker leher rahim stadium dini. Perubahan dari displasia ringan sampai tapai kanker
stadium 0 memerlukan waktu 5 tahun. Displasia sedang 3 tahun dan displasia berat 1
tahun. Untuk menjadi kanker invasif memerlukan waktu yang cukup lama yaitu antara 3
sampai 20 tahun. Sebagai contoh, dari stadium 1 sampai meninggal hanya memerlukan
waktu kurang dari 5 tahun. Penemuan dan pengobatan pada tahap pra kanker akan
memberikan kesembuhan 100%.

E. Pencegahan Kanker Serviks

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks :

1. Mencegah terjadinya infeksi HPV

2. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur


Pap smear (test papanicolaou) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel
yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel-sel diperoleh
dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan pada
bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servical).
Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke
laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani papsmear, sebaiknya tidak
melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak
berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi
perubahan pre kanker pada serviks. Jika hasilnya menunjukkan dysplasia atau serviks
tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi atau biopsi.

Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :

a. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun

b. Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HPV atau kutil kelamin

c. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB

d. Setiap 2 -3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun, telah tiga kali berturut-
turut melakukan pap smear dengan menunjukkan hasil negatif atau bagi wanita yang telah
menjalani histerektomi bukan karena kanker

e. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

f. Sesering mungkin setelah pengobatan kanker atau kanker serviks

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :

a. Anak perempuan di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual.

b. Tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau


menggunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin

c. Jangan berganti-ganti pasangan seksual

d. Berhenti merokok
Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk pap smear) harus dimulai ketika seorang
wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang
abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. Beberapa peneliti
telah menunjukkan bahwa vitamin A berperan dalam menghentikan atau mencegah
perubahan keganasan pada sel-sel,seperti yang terjadi pada permukaan serviks.

F. Pengobatan lesi prakanker

Pengobatan Lesi prakanker pada serviks tergantung kepada :

1. Tingkat lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)

2. Rencana penderita untuk hamil lagi

3. Usia dan keadaan umum penderita.

Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika
daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi
penderita harus menjalani pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.

Pengobatan pada Lesi prakanker bisa berupa :

1. Kriosurgeri ( pembekuan)

2. Kauterisasi ( pembakaran, juga disebut diatermi)

3. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai


jaringan yang sehat di sekitarnya

4. LEEP ( Loop electrosurgical excision prosedur) atau konisasi.

Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lain,
perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina. Pada beberapa kasus,
kemungkinan perlu dilakukan histerektomi( pengangkatan rahim) terutama jika sel-sel
abnormal ditemukan di lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi.

G. Pengobatan untuk kanker serviks


Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana pemerintah untuk hamil
lagi atau tidak.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh
kanker sering dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa
kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan pap smear setiap 3
bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerectomi. Pada
kanker invasif, dilakukan histerektomi dengan pengangkatan struktur di sekitarnya
( prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita
muda, ovarium ( indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.

2. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul . Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada dua macam radioterapi :

a. Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar. Penderita tidak perlu dirawat
di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5 - 6
minggu.

b. Radiasi internal : zat radioaktif yang terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 - 3 hari selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah :

a. Iritasi rektum dan vagina

b. Kerusakan kandung kemih dan rectum

c. Ovarium berhenti berfungsi

3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar keluar panggul, dianjurkan untuk menjalani kemoterapi.
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel sel kanker. Obat antikanker
diberikan melalui penyuntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam
satu siklus, artinya suatu periode pengobatan yang diselingi dengan periode pemulihan,
lalu dilakukan pengobatan yang diselingi dengan pemulihan.

4. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian
tubuh lain. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang dikombinasikan dengan
kemoterapi.

H. Efek samping pengobatan

1. Selain membunuh sel-sel kanker, tindakan pengobatan juga menyebabkan kerusakan


pada sel-sel sehat yang sering menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan.
Efek samping dari pengobatan kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya
pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda. Metode untuk
membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan
metode yang digunakan untuk mengobati lesi prakanker. Efek samping yang timbul
berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina.

2. Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita mengalami nyeri di perut


bagian bawah. Untuk mengatasinya, diberikan obat pereda nyeri. Selain itu, penderita
tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi tidak mempengaruhi Gairah dan
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Namun banyak penderita yang
mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pantangan penderita terhadap
seksualitas nya bisa berubah karena penderita merasa kehilangan sesuatu (tidak dapat
hamil lagi).

3. Penderita mungkin juga mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar.
Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter.

4. Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar


penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal ( termasuk hubungan seksual) biasanya
bisa kembali dilakukan setelah waktu 4 -8 Minggu.
5. Selama menjalani radioterapi, penderita mudah lelah (sesudah seminggu), timbul
diare dan sering berkemih. Biasanya, penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual.

6. Ada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang di sinari, kulit
menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Kulit yang di sinari sebaiknya mendapat udara
cukup, dan terlindung dari sinar matahari.

7. Setelah radiasi internal, vagina menjadi lebih sempit dan kurang lentur, sehingga
terasa nyeri saat berhubungan seksual. Untuk mengatasi, penderita dianjurkan untuk
menggunakan dilator atau pelumas bahan dasar air.

8. Efek samping kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang
digunakan. Efek samping pada setiap penderita juga berlainan. Biasanya obat antikanker
mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah yang berfungsi
melawan infeksi, membantu pembekuan darah dan mengangkut oksigen keseluruh tubuh.
Jika sel darah terkena pengaruh obat anti kanker, penderita mudah mengalami infeksi,
mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga. Masalah pada akar
rambut dan yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat. jika sel-sel
tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita mengalami kerontokan rambut, nafsu
makan berkurang, mual muntah atau luka di mulut.

9. Terapi biologis bisa menyebabkan gejala flu, yaitu menggigil, demam, nyeri otot
,lemah ,nafsu makan berkurang ,mual muntah,dan diare. Kadang timbul ruam, selain itu
penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai