Anda di halaman 1dari 16

BIDANG KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

PROGRAM KEAHLIAN : KEHUTANAN

MODUL 7
PEMBINAAN HABITAT DAN POPULASI
PAKET I : MENERAPKAN PENANGANAN KONFLIK
SATWA LIAR

Penyusun :
Dian Iswandaru, S.Hut.,M.Sc.
Qurrotu Ayunin, S.Hut.,M.Sc.
……………………………

EDITOR
Ir. Suprayitno

KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN
PUSAT DIKLAT KEHUTANAN
BOGOR
2015
DAFTAR ISI

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 1


HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii

BAB I. CEK PENGUASAAN MATERI ...................................................... 4


BAB II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................ 4
BAB III. MATERI PEMBELAJARAN ....................................................... 5
A. Konflik Satwa liar-manusia dan penyebabnya ........................................... 5
1. Uraian Materi .......................................................................................... 5
a. Pengertian Konflik Satwa Liar-Manusia ............................................ 5
b. Penyebab Konflik Satwa Liar-Manusia dan Dampaknya ................. 5
2. Tes Formatif ........................................................................................... 6
B. Penanganan Konflik Satwa Liar-Manusia .................................................. 8
1. Uraian Materi .......................................................................................... 8
a. Tujuan Penanganan Konflik Satwa Liar-Manusia ............................. 8
b. Teknik penanganan konflik Satwa Liar-Manusia............................... 8
c. Contoh penanganan Konflik Satwa Liar-Manusia.............................. 8
2. Tes Formatif ........................................................................................... 14
BAB IV. RANGKUMAN .............................................................................. 15
BAB V. TUGAS ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

DAFTAR GAMBAR
Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 2
Gambar 1. Proses Penyebab Terjadina Konflik Satwa Liar-Manusia.............. 6
Gambar 2. Pagar Kawat Sebagai Upaya Pencegahan Konflik ........................ 11

BAB I
CEK PENGUASAAN MATERI

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 3


Dalam rangka mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi pembelajaran,
berikut ini tersedia daftar pertanyaan yang harus dijawab:
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan yang Anda ketahui.
1. Coba Anda pengertian konflik satwaliar dan manusia?
2. Jelaskan sebab-sebab terjadinya konflik antara satwaliar dan manusia?
3. Coba berikan contoh konflik antara satwaliar dan manusia yang pernah terjadi di
Indonesia dan bagaimana upaya pencegahannya?

BAB II
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan dari pembelajaran ini adalah: Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat:
(1) Menjelaskan pengertian konflik satwalir-manusia dan penyebabnya, (2) Menjelaskan
dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya konflik satwa liar-manusia (3) Menjelaskan
upaya pencegahan dan penanganan konflik satwaliar dan manusia

BAB III
MATERI PEMBELAJARAN

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 4


A. Konflik Satwaliar-Manusia dan Penyebabnya
1. Uraian Materi
a. Pengertian Konflik Satwa Liar - Manusia
Konflik antara manusia dan satwa liar yang secara luas dapat didefinisikan sebagai
segala interaksi antara manusia dan satwa liar yang mengakibatkan pengaruh negatif pada
kondisi sosial, ekonomi atau budaya manusia, serta kondisi sosial, ekologi atau konservasi
satwa liar dan lingkungannya (IUCN, 2010). Menurut PERMENHUT No. 48/Menhut-II/2008
konflik manusia dan satwaliar adalah segala interaksi antara manusia dan satwaliar yang
mengakibatkan efek negatif kepada kehidupan sosial manusia, ekonomi, kebudayaan, dan
pada konservasi satwaliar dan atau pada lingkungannya.

Konflik manusia-satwaliar didefinisikan dalam dua konteks/ sudut pandang, pertama,


sudut pandang manusia. Pada sudut pandang ini, terjadinya konflik karena perilaku/ tindakan
satwaliar yang bertentangan dengan tujuan manusia, misalnya dalam kehidupan, mata
pencaharian dan gaya hidup. Sudut pandang kedua, dilihat dari sisi satwaliar. Di mana
aktivitas manusia mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup satwaliar. Namun, dari
dua sudut pandang ini, solusi yang ada ditentukan dari respon manusia pada interaksi tersebut
(Cline, et al., 2007).

b. Penyebab Terjadinya Konflik Satwaliar-Manusia dan Dampaknya


Secara umum, munculnya konflik antara manusia dan satwa liar disebabkan oleh faktor
pemanfaatan sumberdaya alam (makanan) dan ruang (tempat hidup dan ruang gerak).
Idealnya secara alamiah makhluk hidup mempunyai teknik tersendiri untuk menghindari
konflik atau mengurangi terjadinya konflik, misalnya pemilihan jenis makanan yang
melimpah atau yang sangat spesifik dalam hal persaingan sumberdaya alam yang terbatas.
Menandai daerah aktivitas atau daerah jelajah dan teritori sehingga individu atau spesies lain
tidak datang, serta dapat juga mencari daerah aktivitas lainnya dalam hal pemanfaatan ruang.
Secara khusus, konflik antara manusia dan satwa liar terjadi karena adanya kerusakan dan
fragmentasi habitat, sehingga meningkatkan populasi satwa liar yang terdesak mendekati
pemukiman manusia. Terjadinya kerusakan hutan dan fragmentasi habitat dipicu oleh
bermacam hal seperti pertanian dan perkebunan skala besar untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Menurut Cowlishaw dan Dunbar 2000, faktor kemiskinan juga turut berkontribusi
terhadap meluasnya konversi habitat satwa liar. Secara tidak langsung, fragmentasi habitat
juga memicu tingginya (kemudahan akses) perburuan satwa liar untuk diambil dagingnya
maupun diperdagangkan sebagai hewan peliharaan atau dibunuh hanya untuk diambil bagian

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 5


tertentu dari anggota tubuhnya untuk diperjualbelikan. Secara ringkas, sebab terjadinya
konflik antara satwa liar dan manusia dapat dilihat pada gambar berikut :

Populasi manusia meluas Pengurangan sumber


ke habitat satwaliar pakan Satwaliar mencari
makan di wilayah
Daerah teritori manusia
Populasi satwa meningkat
satwaliar tertekan

Terjadi konflik
fisik

Gambar 1. Proses penyebab terjadi konflik satwaliar-manusia

Konflik manusia-satwaliar yang terjadi, menimbulkan banyak banyak dampak negatif.


Beberapa dampak akibat konflik manusia-satwaliar antara lain:

      Cedera atau hilangnya nyawa manusia dan satwaliar

      Kerusakan panen, gangguan pada ternak dan pemangsaan pada ternak

      Kerusakan pada properti manusia

      Kekacauan rantai makanan

      Kerusakan habitat

      Penurunan populasi satwaliar dan pengurangan range geografis

2. Tes Formatif

Petunjuk pengerjaan
 Kerjakan soal ini secara mandiri
 Jika kesulitan dalam mengerjakan soal, pelajari kembali lembar informasi
 Jika masih mengalamai kesulitan, konsultasikan pada guru pengampu

1) Perhatikan hal berikut !


1. Ular Phyton Burma di taman nasional
2. Gajah di perkebunan
3. Orangutan di HTI

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 6


4. Ikan piranha di waduk
5. Cane toad di Australia
6. Macan tutul ke perkampungan
Yang merupakan bentuk konflik satwa adalah....
a. 1-2-3
b. 2-3-6
c. 2-3-4
d. 2-3-5
e. 3-4-6

2) Di berbagai media, sering diberitakan mengenai korban jiwa masyarakat sekitar hutan
yang diakibatkan oleh harimau sumatera. Dalam hal ini, konflik antara harimau dan
manusia disebabkan oleh...
a. Perburuan liar
b. Meluasnya kawasan hutan
c. Pemukiman masyarakat
d. Berkurangnya habitat harimau
e. Gunung meletus
3) Perhatikan jenis-jenis satwa berikut ini.
Harimau sumatera; Gajah; Orangutan; Banteng; Serigala
Dari satwa di atas, yang saat ini tidak terlibat konflik dengan manusia adalah ….
a. Harimau sumatera
b. Gajah
c. Orangutan
d. Banteng
e. Srigala

B. Penanganan Konflik Satwa liar-Manusia

1. Uraian Materi

a. Tujuan Penanganan Konflik

Tujuan manajemen konflik adalah sebagai berikut:

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 7


1. Mengurangi potensi konflik pada manusia-satwaliar untuk melindungi kehidupan
maupun anggota badan.
2. Keselamatan dan keamanan populasi satwa, habitat dan biodiversitas
3. Meminimalkan kerusakan properti manusia.

b. Teknik penanganan Konflik satwaliar

Teknik dalam menangani konflik satwa liar dan manusia terdiri dari 2 tipe, yaitu :

1) Teknik Tradisional
Teknik tradisional bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi konflik dengan
mengontrol populasi satwa dengan cara yang berbeda. Contoh teknik ini adalah
pengontrolan mematikan (lethal control). Pengendalian ini memiliki kelemahan besar,
yaitu biasanya mahal dalam pembiayaan. Contoh lainnya yang dianggap lebih murah
adalah translokasi satwa, penerapan peraturan dan perlindungan satwa. Contoh
pengendalian lainnya adalah pembayaran kompensasi pada masyarakat yang terkena
dampak konflik, pembayaran jasa lingkungan dan lain sebagainya.
2) Teknik Modern
Teknik modern tergantung pada pemahaman ekologi dan ethology(perilaku) satwaliar
dan lingkungannya untuk mencegah atau meminimalisir konflik. Contohnya adalah
dengan modifikasi perilaku dan mengurangi interaksi antara manusia dan satwaliar,
membangun kawasan penyangga.

c. Contoh penanganan konflik satwa yang sudah dilakukan oleh WWF di berbagai


belahan dunia.
1) Gajah
Di Afrika dan Asia, gajah tertekan oleh pertanian (skala kecil atau besar) hingga
bisnis raksasa seperti perkebunan kelapa sawit. Habitat satwa ini semakin kecil,
sehingga dampaknya, mereka sering merusak dan menyerang daerah pertanian dan
perkebunan.
Kelompok masyarakat yang mengalami kerugian akibat serangan gajah adalah
masyarakat miskin yang terpaksa membuka lahan pertanian di daerah gajah, maupun
perkebunan besar. Seperti yang terjadi di Riau, di mana kerugian akibat gajah di HPH
atau HTI atau perkebunan sawit diperkirakan sekitar US$ 105 juta per tahun. Korban
nyawa juga banyak dilaporkan terjadi pada kedua belah pihak. Di Kenya, 200 orang
Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 8
mati akibat serangan gajah (7 tahun terakhir), sedangkan gajah yang ditembak mati
berkisar antara 50-120 ekor per tahun.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik gajah dengan manusia adalah:
a) Penanaman tanaman cabai dan tembakau sebagai penghalang bagi gajah (gajah
tidak suka cabai dan tembakau).
b) Penerapan sistem peringatan dini (ada menara pengawas, dengan bunyi peringatan
jika ada serangan gajah)
c) Membangun pertanian dengan jenis tanaman yang tidak disukai gajah
d) Merubah mata pencaharian yang tidak memacu konflik dengan gajah,
misalnya ecotourism
e) Memperbaiki manajemen perkebunan kelapa sawit dan HPH/ HTI untuk mencegah
keluarnya gajah
f) Menciptakan area dilindungi yang baru dan memperbaiki manajemen di area
dilindungi
g) Merestorasi koridor biologi untuk memfasilitasi perpindahan musiman gajah dan
mencegah/ membatasi gajah ke pemukiman manusia.

2) Kera besar
Kera besar seperti simpanse, gorilla, maupun orangutan, telah banyak kehilangan
habitatnya akibat logging dan pertanian. Mereka banyak dibunuh oleh manusia.
Sebaliknya, satwa ini juga sering menyerang lahan pertanian yang ditanami pisang,
jagung, dan tebu, maupun daun muda pohon kelapa sawit. Akibatnya, satwa ini
banyak diperangkap, dijerat atau diracun untuk membunuh satwa ini.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik kera besar dengan manusia
adalah:

a) Menciptakan zona penyangga antara taman nasional dan lahan pertanian dan
meneliti jenis tanaman yang tidak disukai satwa yang bersangkutan
b) Menerapkan sistem monitoring untuk mengukur efektifitas berbagai pendekatan
yang paling baik untuk mengurangi konflik manusia-satwa.
c) Menanam pohon untuk merestorasi hutan yang terdegradasi dalam suaka alam dan
di antara perkebunan sawit untuk menciptakan ruang dan makanan tambahan bagi
satwa.

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 9


3) Kucing besar
Banyak jenis kucing besar yang kehilangan habitat alaminya hingga akhir abad ini.
Jumlah satwa ini menurun secara drastis, dan mereka terisolasi pada zona inti.
Harimau misalnya, populasinya menurun dari 100.000 hingga menjadi 7000 ekor di
seluruh dunia. Habitat leopard juga berkurang, mulai dari jutaan hektar, menyusut
menjadi 800.000 ha. Habitat dan ketersediaan mangsa alami yang semakin berkurang,
serta meningkatnya jumlah ternak domestik di dekat habitat satwa ini, telah memicu
terjadinya konflik, dimana satwa memangsa ternak.
Pemangsaan terhadap hewan domestik, membuat masyarakat yang mata
pencahariannya tergantung pada ternak, melakukan berbagai cara, seperti menangkap
satwa tersebut dan dikirim ke kebun binatang, membunuh, atau menganiaya satwa
untuk mencegah hal serupa terjadi di masa mendatang.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik kucing besar dengan manusia
adalah:
a) Menyediakan kompensasi finansial dan atau asuransi ternak yang hilang/ mati
karena dimangsa kucing besar (harimau, leopard, jaguar, dll).
b) Memperbaiki manajemen ternak dan atau pertanian, sehingga predasi dapat
berkurang
c) Menerapkan mata pencaharian lain yang tidak menggantungkan pada lokasi yang
berdekatan dengan habitat kucing besar
d) Membangun zona penyangga antara kawasan dilindungi dan pemukiman manusia.
e) Membentuk komite konservasi leopard
f) Memonitor jumlah lynx dan memindahkan satwa, jika jumlahnya sudah mencapai
batas maksimal.

Gambar 2. Pagar kawat berduri sebagai upaya pencegahan pemangsaan ternak

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 10


4) Badak bercula satu
Di Nepal dan India, terjadi peningkatan jumlah badak dari 600 (tahun 1975) hingga
2.400 ekor (saat ini). Namun hal ini ternyata menimbulkan konflik. Satwa ini telah
merusak ladang dan memicu masyarakat untuk membalas tindakan badak.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik badak dengan manusia adalah:
a) Memindahkan badak ke suaka lainnya untuk mengurangi tekanan yang disebabkan
oleh populasi badak.
b) Membuat zona penyangga di sekitar kawasan dilindungi dan antara hutan dan
lahan pertanian
c) Pendidikan lingkungan untuk meningkatkan penerimaan masyarakat pada
keberadaan badak
d) Mencari mata pencaharian lain yang tidak mengganggu habitat badak

5) Beruang
Di daerah Amerika Latin, terdapat populasi beruang. Menyusutnya habitat beruang
untuk pertanian (ladang jagung) telah menimbulkan konflik (beruang juga menyukai
jagung). Beruang juga menyerang hewan ternak. Akibatnya, sekitar 200 beruang
dibunuh setiap tahun. Konflik ini semakin meningkat dengan meningkatnya
deforestasi menjadi lahan pertanian ilegal. Selain menyerang lahan pertanian dan
ternak, satwa ini juga ditengarai mulai mendekati pemukiman manusia. Satwa ini
dapat menyerang kebun, tempat sampah dan gudang makanan. Mereka juga dapat
menyerang manusia.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik beruang dengan manusia adalah:
a) Pendidikan lingkungan tentang pentingnya melestarikan beruang, dan hal apa yang
harus dilakukan jika bertemu dengan beruang.
b) Penelitian mengenai distribusi beruang untuk mengidentifikasi area yang paling
rentan terkena konflik dan mengonsentrasikan upaya mitigasi konflik di lokasi
yang diperlukan.
c) Penelitian mengenai predasi terhadap ternak dan perilaku makan beruang
d) Penelitian mengenai jenis tanaman pertanian yang tidak disukai beruang
e) Memindahkan beruang ke lokasi yang berbeda dan membangun kawasan
dilindungi serta membangun koridor untuk menghubungkan kawasan-kawasan
alami yang terfragmentasi.
Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 11
f) Mendesain strategi nasional dan internasional yang merespon kebutuhan biologi
dan ekologi beruang
g) Melatih beruang untuk menjauhi pemukiman manusia dengan menggunakan
kembang api
h) Memasang kawat listrik bagi para petani.
i) Bekerjasama dengan organisasi perburuan untuk membuat skema kompensasi
kerusakan/ kematian ternak yang disebabkan oleh beruang
j) Membangun “WWF bear advocate” sebagai organisasi yang bisa dihubungi oleh
masyarakat lokal untuk memonitor dan mengidentifikasi kerusakan yang
disebabkan oleh beruang.
k) Membangun rencana manajemen bersama dengan stakeholder, yang termasuk
menyusun panduan dalam menangani beruang yang menyebabkan permasalahan
bagi manusia, isu kompensasi, manajemen area dilindungi, manajemen perburuan
dan atau pengumpulan data

6) Serigala
Serigala berkonflik dengan manusia lebih karena kurangnya pemahaman manusia
dalam hidup berdampingan dengan karnivora besar. Hal ini didukung dengan fakta
bahwa, meskipun pemangsaan terhadap ternak lebih banyak diakibatkan oleh anjing,
namun masyarakat cenderung menyalahkan serigala, dan lebih sering menembaki
mereka. Sebagai tambahan, pemburu menganggap serigala sebagai predator yang
tidak diharapkan, karena terdapat dugaan bahwa populasi rusa dan mangsa lainnya
akan berkurang dengan kehadiran serigala.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik serigala dengan manusia adalah
a) Melatih anjing penjaga, untuk melindungi hewan ternak dari serangan serigala
b) Menggunakan pagar listrik untuk mencegah serigala menyerang ternak
c) Mengadakan pendidikan lingkungan bagi petani/ peternak dalam rangka
mengurangi konflik dengan serigala
d) Menginisiasi dilakukannya game management
e) Mendukung kesadaran publik untuk mendapatkan dukungan terhadap keberadaan
karnivora besar.
7) Harimau Sumatera
Ada berbagai langkah dan metoda yang dapat dilakukan terkait dengan
penanggulangan konflik. Tentunya, baik penggunaan langkah, metoda maupun alat
Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 12
tertentu harus disesuaikan dengan kondisi konflik yang terjadi, serta situasi aktual di
lokasi terjadinya konflik.
a) Informasi awal

Informasi awal terjadinya konflik biasanya sangat beragam dan tidak jelas.
Informasi bisa berupa seseorang melihat harimau di pinggir kampung, harimau
masuk ke ladang, hewan ternak hilang, hewan ternak diterkam, atau seseorang
diterkam harimau. Informasi ini tentunya perlu diverifikasi kebenarannya; apakah
informasinya benar, apakah kasusnya sesuai dengan berita yang diterima, apakah
benar harimau atau satwa lain (kucing emas, beruang, macan dahan, dll) yang
terlibat konflik.
b) Pemantauan
Jika informasi yang diterima telah terbukti kebenarannya, maka perlu dilakukan
pemantauan terhadap konflik yang berlangsung dengan melibatkan tim yang lebih
lengkap, misalnya gabungan antara Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan LSM
mitra.
c) Mengubah pola aktivitas di dalam atau sekitar hutan

Jika setelah informasi diterima serta setelah dilakukan pemantauan, menunjukkan


bahwa lokasi terjadinya konflik berada jauh di bagian dalam hutan, maka bentuk
solusi yang ditawarkan dapat berupa ajakan kepada masyarakat untuk tidak
melakukan penebangan kayu, berburu, atau bentuk aktivitas lainnya yang terlalu
jauh ke dalam hutan. Jika memang harus melakukan kegiatan jauh ke dalam hutan,
maka sebaiknya melengkapi diri dengan kemampuan membaca tanda-tanda
kehadiran harimau, menghindari waktu dan daerah aktivitas harimau, serta
melengkapi diri dengan alat pengusir harimau, berjalan secara berombongan, dan
tidak beraktivitas di dalam dan pinggir hutan setelah lewat senja.
d) Pengusiran

Sebelum melakukan pengusiran sesuai keputusan tim pemantau, maka perlu


disiapkan sarana, prasarana dan logistik serta melibatkan tim ahli. Jika ada, perlu
juga melibatkan pengetahuan tradisional atau pemimpin spiritual seperti pawang
yang telah diakui masyarakat setempat. Tim harus mempunyai keahlian terkait tata
cara pengusiran, mengajak dan mengerahkan peran serta masyarakat, serta mampu
memahami apabila harimau yang terlibat konflik menunjukkan perubahan perilaku.
Kegiatan pengusiran dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap harimau,
Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 13
apakah pengusiran sudah cukup atau perlu dilakukan penangkapan terhadap
harimau yang terlibat konflik. Keputusan apakah tindakan pengusiran yang
dilakukan sudah cukup atau belum, semuanya ditentukan oleh kondisi di lapangan
dan hasil observasi.
e) Penangkapan
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan prosedur yang telah ditempuh,
apakah seekor harimau yang berkonflik perlu ditangkap atau tidak, serta apa yang
harus dilakikanjika harimau tersebut telah tertangkap.

2. Tes Formatif
Petunjuk pengerjaan
 Kerjakan soal ini secara mandiri
 Jika kesulitan dalam mengerjakan soal, pelajari kembali lembar informasi
Jika masih mengalamai kesulitan, konsultasikan pada guru pengampu
1) Jelaskan tujuan dari penanganan konflik satwa liar-manusia?
2) Jelaskan teknik penanganan konflik harimau sumatera dan manusia?
3) Jelaskan teknik penanganan konflik orangutan?

BAB IV
RANGKUMAN

1. Konflik antara manusia dan satwa liar yang secara luas dapat didefinisikan sebagai segala
interaksi antara manusia dan satwa liar yang mengakibatkan pengaruh negatif pada kondisi
sosial, ekonomi atau budaya manusia, serta kondisi sosial, ekologi atau konservasi satwa
liar dan lingkungannya (IUCN, 2010).
2. Penyebab terjadinya konflik satwa liar-manusia yaitu secara umum, munculnya konflik
antara manusia dan satwa liar disebabkan oleh faktor pemanfaatan sumberdaya alam
(makanan) dan ruang (tempat hidup dan ruang gerak). Secara khusus, konflik antara
manusia dan satwa liar terjadi karena adanya kerusakan dan fragmentasi habitat, sehingga
meningkatkan populasi satwa liar yang terdesak mendekati pemukiman manusia.

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 14


3. Teknik penanganan konflik satwa liar-manusia bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu cara
tradisional dan cara modern

BAB V
TUGAS

Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap elompok terdiri dari 4-5 orang.
Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap konflik satwa liar-manusia.
Laksanakan proses pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut :
1) Mengamati
- Mengamati cara mencegah dan menangani konflik satwa liar-manusia
2) Menanya
- Melakukan tanya jawab untuk menggali informasi mengenai mencegah dan
menangani konflik satwa liar-manusia
3) Mengumpulkan informasi/Mencoba
- Mendiskusikan tentang mencegah dan menangani konflik satwa liar-manusia
Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 15
4) Mangasosiasi
- Menyimpulkan hasil diskusi mengenai mencegah dan menangani konflik satwa
liar-manusia
5) Mengkomunikasikan
- Mempresentasikan hasil diskusi dan kesimpulan tentang cara mencegah dan
menangani konflik satwa liar-manusia
- Membuat laporan

DAFTAR PUSTAKA

Hockings, K., dan Humle, T., 2010. Panduan Pencegahan dan Mitigasi Konflik Antara
Manusia dan Kera Besar. IUCN Species Survival Commission.

PERMENHUT No. 48/Menhut-II/2008. 2008. Pedoman Penanggulangan Konflik antara


Manusia dan Satwa Liar. kementerian Kehutanan R.I.

Priatna, D., et al, 2012. Pedoman Praktis Pencegahan dan Penanggulangan Konflik antara
Manusia dan Harimau. Dirjen. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Kementerian Kehuatanan R.I.

Modul 7 : Penanganan Konflik Satwa Liar | 16

Anda mungkin juga menyukai