Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN FISIK, SOSIAL,

EMOSIONAL DAN MORAL


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan yang diampu oleh
Armita Sari, S.Pd, M.P.d

Oleh:
Jaka Sejati
3203122053
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, Taufik dan Ilhamnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk dan pedoman bagi
pembaca.Makalah ini disusun dalam rangka penyelesaian tugas dari dosen
kami ibu armitasari Sariselaku dosen pengampu mata kuliah psikologi
pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini sayang aku masih banyak kekurangankarena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang.oleh karena itu saya harapkan kepada
pembacauntuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini

Medan,15 Maret

Jaka Sejati
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan fisik (motor)...................................................................
B. Perkembangan kognitif..........................................................................
C. Perkembangan sosial..............................................................................

BAB III KESIMPULAN


A. Penutup................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang guru memiliki peran yang kompleks dalam pendidikan,tidak hanya sebagai
mediator dalam proses belajar akan tetapi juga turut andil dalam pengembangan potensi
anak didik. Oleh karena itu guru merupakan tenaga profesional yang memiliki proficiensi
(berpengetahuan dan berkemampuan tinggi). Tidak hanya memiliki penguasaan yang
mumpuni di bidang mata pelajarannya tetapi juga memiliki pengaplikasian proses belajar
mengajar yang baik, sehingga pengajar dapat mengembangkan kepribadian anak didik
menjadi lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
Dalam proses belajar diperlukan adanya kesiapan. Menurut Thorndike
(Slameto,2003:133) kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Selain itu dengan
adanya kesiapan belajar seorang peserta didik akan lebih termotivasi sehingga untuk
mengembangkan potensinya secara maksimal peserta didik harus memiliki kesiapan. Oleh
karena itu seorang guru harus memahami betul bagaimana perkembangan psiko-fisik serta
didik pada proses proses perkembangan dan hubungannya sebagai bentuk kesiapan dalam
kegiatan belajar siswa. Perkembangan-perkembangan yang dimaksudkan yaitu
perkembangan fisik, kognitif dan sosial peserta didik. Sehingga diharapkan seorang guru
akan mampu memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat
sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik dapat
melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya berdasarkan tahap perkembangan
yang dimilikinya.
Dalam tugas rutin 2 ini membahas mengenai penerapan belajar dalam konteks
perkembangan fisik, kognitif dan sosial peserta didik dan bagaimana keterpaduan ketiga
konteks tersebut dalam belajar peserta didik serta bagaimana hubungan konsep
perkembangan dengan kesiapan dan proses belajar peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkembangan?
2. Apa itu perkembangan fisik?
3. Apa itu perkembangan kognitif?
4. Apa itu perkembangan sosial?
5. Bagaimanakah penerapan belajar dalam konteks ketiga perkembangan tersebut?
6. Bagaimana keterpaduan proses fisik, kognitif dan sosial dalam belajar?

C. Tujuan
Dalam penyusunan tugas rutin 2 dengan materi penerapan belajar dalam konteks fisik,
kognitif dan sosial ini penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri
maupun pembaca dan masyarakat luas.
Adapun tujuan penyusunan tugas rutin ini bagi penulis makalah ini adalah agar penulis
lebih memahami materi penerapan belajar dalam konteks fisik, kognitif dan sosial. Bagi
pembaca dan masyarakat luas, makalah ini dimaksudkan sebagai salah satu referensi untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai materi ini.
BAB II
PEMBAHASAN

Hurlock (1980:2) menyatakan perkembangan adalah rangkaian perubahan progresif


yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Sedangkan menurut Hasan (2006:13), perkembangan berarti segala perubahan kualitatif dan
kuantitatif yang menyertai pertumbuhan dan proses kematangan manusia.
Perkembangan adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam
rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang
terdapat dalam diri organisme tersebut. ( Dictionary of Psychology: 1972 ). Selanjutnya
Dictionary of Psychology secara lebih luas merinci pengertian perkembangan manusia, yaitu:
1) Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan terus menerus dalam diri
organisme sejak lahir hingga mati.
2) Perkembangan itu berarti pertumbuhan
3) Perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang
bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian yang fungsional
4) Perkembangan adalah kematangan atau kemunculan pola pola dasar tingkah laku
yang bukan hasil belajar.

Sehingga dapat disimpulkan perkembangan adalah suatu perubahan yang diperoleh


dari kematangan psikologis dan psikis dalam rentang waktu tertentu yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan proses belajar anak didik.
Perkembangan memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi berdasarkan aliran aliran,
yaitu:
a. Aliran Nativisme ( Arthur Schopenhauer : 1788-1860 )
Aliran ini memiliki pandangan pesimisme pendagogis di mana
perkembangan manusia ditentukan pembawaannya, sedangkan pendidikan
dan pengalaman tidak berpengaruh apa-apa.
b. Aliran Empirisme ( Jhon Locke : 1632-1704 )
Aliran ini memiliki doktrin Tabula rasa di mana pendidikan dan pengalaman
memiliki arti yang penting, sedangkan bakat dan pembawaan tidak ada
pengaruhnya.
c. Aliran konvergensi ( Louis William Stern : 1871-1938 )
merupakan gabungan dari aliran nativisme dan aliran empirisme, di mana
hereditas dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan manusia.

Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi dua


hal, yaitu pembawaan atau hereditas dan lingkungan berupa pengalaman
pendidikannya dan didikan orang tua, keluarga serta masyarakat. oleh
karena itu manusia tidak pernah dalam keadaan statis atau diam. Sejak
terjadi proses pembuahan hingga ajal tiba, manusia selalu berubah,
mengalami perubahan dan perkembangan. Seorang anak akan melalui
beberapa perkembangan, di antaranya perkembangan fisik, kognitif, dan
sosial.

A. PERKEMBANGAN FISIK ( MOTOR )


Pada perkembangan fisik menurut gleitman (1987), seorang anak yang
baru lahir memiliki bekal sebagai dasar perkembangan kehidupan anak,
yaitu: bekal kapasitas motor (jasmani) dan bekal kapasitas panca indra
(sensori). Sebab semua kapasitas tersebut menjadi modal dasar dalam
perkembangan peserta didik.
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi pendidikan
mengelompokkan 4 macam faktor yang mendorong kelanjutan motor skills
(kecakapan-kecakapan jasmani) anak yang memungkinkan adanya campur
tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu:
1. Pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf
2. Pertumbuhan otot-otot
3. Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin
4. Perubahan struktur jasmani

Untuk belajar keterampilan fisik ( motor learning ) tidak hanya dengan


latihan dan praktek, tetapi diperlukan juga kegiatan perceptual learning
( belajar keterampilan indrawi-jasmani ). Dalam ini seorang guru
dituntut kepiawaiannya dalam menjelaskan alasan atau cara
keterampilan tersebut dilakukan.
Maka dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan terutama di
sekolah merupakan pendukung yang sangat berarti dalam
perkembangan fisik dan motorik anak.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Ada 2 teori sebagai pendekatan dasar untuk memahami perkembangan
kognitif. Pendekatan pertama adalah Piagetian approach dan pendekatan
kedua adalah teori Vygotsky.
Jean Piaget ( 1896-1980 ) mengklasifikasikan perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahapan:
a. Tahap sensory – motor, terjadi pada usia 0 -2 tahun
b. Tahap pre-operational, terjadi pada usia 2-7 tahun
c. Tahap concrete-operational, terjadi pada usia 7-11 tahun
d. Tahap formal-operational, terjadi pada usia 11-15 tahun

a) Tahap sensori motor


intelegensi sensori motor dipandang sebagai intelegensi
praktis di mana anak usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat
terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir
mengenai hal yang sedang ia perbuat. Maka disimpulkan
anak mengalami perkembangan melalui Indra motoriknya.
b) Tahap pre-operational
perkembangan ini dimulai saat anak sudah menyadari
adanya eksistensi suatu benda yang harus ada atau biasa
ada. Kemampuan ini muncul akibat kapasitas kognitif baru
yang disebut mental representation (gambaran mental) yang
memungkinkan anak mengembangkan deffered-imitation
(peniruan yang tertunda). Perilaku yang ditiru adalah orang
lain yang sebelumnya pernah ia lihat ( terutama orang tua
dan guru ) maka dalam tahap ini anak berfikir hanya dengan
sudut pandangnya sendiri atau egosentrik.
c) Tahap konkret-operasional
tahap ini anak mendapatkan tambahan kemampuan yang
disebut sistem of operations atau satuan langkah berpikir di
mana anak dapat mengkoordinasikan pemikiran dan idenya
dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya
sendiri, akan tetapi masih memiliki keterbatasan kapasitas.
Maka dalam tahap ini anak masih berpikir secara konkret.
d) Tahap formal-operasional
Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang
remaja telahmemiliki kemampuan mengoordinasikan baik
secara serentak maupun berurutan. Maka dalam tahap ini
anak sudah mampu berpikir secara abstrak.

Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi oleh empat,


yaitu:

1. Kematangan ( maturation ) otak dan sistem saraf nya.


2. Pengalaman ( experience ) yang terdiri atas :
 Pengalaman fisik ( pshycal experience ), interaksi
manusia dengan lingkungannya.
 Pengalaman logika matematis ( logico-mathematic
experience ) yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang
dilakukan manusia.
3. Transmisi sosial ( social transmission )
4. Penyeimbangan ( equilibration )

maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif menurut teori Piaget adalah hasil
gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan kita. Tahap
perkembangan kognitif menguraikan ciri khas perkembangan kognitif tiap tahap dan merupakan
suatu perkembangan yang saling berkaitan dan berkesinambungan.

Salah satu konsep penting dari teori vygotsky adalah Zone of Proximal Development ( ZPD).
Vygotsky mendefinisikannya untuk tugas-tugas yang sulit dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat
dikuasai dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau siswa yang lebih terampil ( Santrock ,
1995 ). Vygotsky telah mengubah cara pendidik berpikir tentang interaksi anak-anak dengan orang
lain. Iya yakin bahwa seorang siswa pada sisi pembelajaran konsep baru dapat memperoleh
manfaat dari interaksi dengan seorang pendidik atau teman kelas. Bantuan yang pendidik atau
teman sebaya berikan sebagai scaffolding. Scaffolding diartikan sebagai kerangka pengetahuan yang
disiapkan saat masa kematangan tiba. Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya
dapat membantu seorang anak mencapai konsep atau kecakapan baru dengan memberikan
informasi yang mendukung.

Maka dengan memahami teori perkembangan kognitif seorang pendidik akan mampu
memahami kecakapan kognitif yang dimiliki siswa dan sebagai petunjuk bahwa siswa berada dalam
perkembangan tertentu, misalnya seperti tahap konkret operasional atau formal operasional pada
teori pendekatan Piaget dan hubungan kognitif peserta didik dengan lingkungannya seperti teori
pendekatan vygotsky.

C. PERKEMBANGAN SOSIAL

Menurut Bruno (1987), perkembangan sosial adalah proses pembentukan social-self ( pribadi
dalam masyarakat ), yakni pribadi dalam keluarga, bangsa, dan seterusnya.

Kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar
siswa, baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas.

Vygotsky ( Berk L.E & Winslet, A., 1995 ) menekankan pentingnya konteks sosial untuk proses
belajar anak, dan pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget, interaksi dengan teman-teman sebaya lebih bermanfaat
dibandingkan dengan orang dewasa, karena ada negosiasi sosial.

Hal ini didukung oleh seorang tokoh bernama Albert bandura yang mengemukakan teori belajar
sosial, di mana secara umum Teori ini mengatakan bahwa manusia bukanlah seperti robot yang tidak
mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai dengan kehendak membuatnya. Namun, manusia
mempunyai otak yang dapat berpikir, menalar, menilai, ataupun membandingkan sesuatu sehingga
dapat memilih arah bagi dirinya. Lebih lanjut bandura memperjelas teorinya lebih mendalam dengan
menambahkan teori belajar sosial kognitif. Bandura sangat yakin bahwa perilaku seseorang itu
merupakan hasil dari mengamati perilaku orang lain, dengan kata lain secara kognitif, perilaku
individu itu mengadopsi dan perilaku orang lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Melalui belajar peserta didik akan berkembang dan mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan
adalah tahapan perubahan psikofisik manusia yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat.
Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman
baru dan menimbulkan perilaku yang baru juga. Ada beberapa konteks perkembangan, yaitu:
perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan sosial.

Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Peserta didik lah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi belajar.maka menjadi tugas seorang guru untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangan peserta
didik.Sedangkan bagi peserta didik dapat melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya
berdasarkan tahapan perkembangan yang dimilikinya. Sehingga kesemuanya itu dapat menjadi
wujud realisasi atau penerapan proses belajar dalam konteks perkembangan fisik, kognitif dan sosial.

B. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca,
agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat yang bersifat membangun demi
kemajuan penulis makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya
memiliki kesalahan. Oleh karena itu dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa
mengkoreksi diri dan menjadikan makalah kedepannya menjadi makalah yang lebih baik lagi dan
dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Perdana Publishing.

Milfayetty, Sri. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press.

Syamsussabri, Muhammad. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Volume 1 : Halaman 3,4,5,6.

Sugiyanto. 2010. Psikologi Pendidikan : Bab IV Belajar dan Pembelajaran. (diakses dari
http://sugiyanto@uny.ac.id pada hari Sabtu, 18 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai