Makalah Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Kelmpk 1-1
Makalah Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Kelmpk 1-1
M.AKBAR 14220200047
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas limpah dan rahmatnya sehingga makalah
KONSEP PEMENUHAN KEBTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah KEPERAWATAN DASAR I
Makalah ini di susun dengan beberapa literatur yang kami ambil dan saya susun agar dapat
memberikan manfaat para pembaca.
Dan saya harapkan kritik dan saran yang membangun pembaca untuk perbaikan kedepannya dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar,01,Maret 2021
penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.............................................................................................................................4
RUANG LINGKUP MASALAH............................................................................................................4
TUJUAN.................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit...........................................................................................6
B. Sistem Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.................................................6
C. Cara Perpindahan Cairan Tubuh.........................................................................................................8
D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia.............................................................................................9
E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh....................................................................................................10
F. Jenis Cairan.......................................................................................................................................11
G. Pengaturan Elektrolit........................................................................................................................11
H. Jenis Cairan Elektrolit.......................................................................................................................13
I. Keseimbangan Asam dan Basa...........................................................................................................13
J. Masalah Keseimbangan Asam-Basa..................................................................................................14
L. Masalah-Masalah pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit..................................................................15
M. Proses Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit..............................................17
BAB III......................................................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................................................23
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................23
B. Saran.................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat
badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak
dalam tubuh.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk
ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini
diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus,
10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir
melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah
urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata
1ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh
yang panas
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang
dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
a. ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis
posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
c. Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur
pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.
d. Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang
pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga
merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
1. Difusi
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane
kapiler yang permeable. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor
ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang
besar akan
bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari
larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi
berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi
lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan
solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan
didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang
sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic
karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system
vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan
larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding
larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan
kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang,
sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3. Transport aktif
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
4. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam
proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam
pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan
plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam
intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang
pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga
membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan
hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup.
Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
5. Membran semipermeable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh
tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan
tubuh.Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori
persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat
badan, pria dewasa 57%dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan
dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi,
bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa
mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa
jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak disbanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan
umur dan berat badan:
NO Umur Berat Badan (Kg) Kebutuhan Cairan
(mL/24 jam
1 3 hari 3,0 kg 250-300 ml
2 1 tahun 9,5 kg 1150-1300 ml
3 2 tahun 11,8 kg 1350-1500 ml
4 6 tahun 20,0 kg 1600-1800
5 10 tahun 28,7 kg 2000-2500
6 14 tahun 45,0 kg 2200-2700
7 18 tahun 54,0 kg 2200-2700
8 Dewasa 60,0 kg 2400-2600
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui
proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proseS
metabolisme.
1. Asupan cairan.
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500
cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus.
Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang
atau adanya pendarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
2. Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar
1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada
orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai
upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-
400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
F. Jenis Cairan
Cairan nutrien. Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori
setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini
dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam
cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
1. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose)
2. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin
3. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn
Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh
darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah
besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan
untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum
albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai
tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
G. Pengaturan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap
dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik
dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
Contoh cairan elektrolit:
a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
1. Asidosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernapasan,
peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat
disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.
2. Asidosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang
ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22
mEq/lt.
3. Alkalosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat menimbulkan terjadinya
pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli
paru dan lain-lain.
4. Alkalosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45
atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat dari :
a. HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa
b. Meningkat Menurun Meningkat Asidosis Respiratorik
c. Menurun Menurun Menurun Asidosis Metabolik
d. Menurun Meningkat Menurun Alkalosis Respiratorik
e. Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis Metabolik
K. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
diantaranya
adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan
dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh.
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel
yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti
ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi
jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral,
parenteral atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi
urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan
perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
b. Faktor yang Berhubungan
Meliputi faktor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan seperti
sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
c. Pengkajian Fisik
Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti
system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya
distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi
dan cairan mata), system neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan
adanya refleksi) dan system gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising
usus).
d. Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya
Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis
urine, analisis gas darah dan lain-lain).
2. Diganosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau
lainnya; peingkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka
bakar atau meningkatnya kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara
berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah
jantung akibat penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular
perifer atau thrombus; retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta
tekanan osmotic koloid yang rendah.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1) Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status
keseimbangan cairan.
2) Pertahankan keseimbangan cairan.
Bila kekurangan volume cairan lakukan:
a. Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
b. Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum,
osmolaritas, kreatinin, hematokrit dan Hb.
c. Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan
cara memberikan minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan
memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan :
a. Pengurangan asupan garam
b. Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat
kondidi penyakit pasien terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran
pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk istirahat dengan posisi telentang,
posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
c. Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang
ketat.
d. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
e. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
4. Implementasi Keperawatan
1) Pemberian cairan melalui infuse
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan
keseterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian
cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien)
diantaranya vena lengan (vena sefalika basilica dan mediana kubiti), pada tungkai
(vena safena), atau vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus
untuk anak-anak). Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran
cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga
dapat dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, pra- dan pascabedah, sebelum
transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hbungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses
slang ke botol infus
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian
dan buka klem slang sehingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar
5. Letakka pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12 cm diatas
tempat penusukan dan anjurkan pasien menggenggam dengan gerakan sirkular
(bila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
9. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena
dan posisi jarum (abocath) mengarah keatas
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo). Apabila saat
penusukkan terjadi pengeluaran darah melalui jarum maka tarik keluar bagian
dalam (jarum) sambil meneruskan tusukkan kedalam vena.
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/keluarkan, tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian
bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan slang infus
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran, dan tipe jarum infus.
2) Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui
vena dengan menggunakan set transfuse. Pemberian transfusi darah digunakan untuk
memenuhi volume sirkulasi darah memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum.
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, seperti pada operasi
besar, perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan
Hb atau kelainan darah. Tindakan transfusi darah juga dapat dilakukan pada pasien
yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus diperhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan
darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah
(terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).
Tujuan
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau
hemoragi)
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada pasien anemia berat
3. Memberikan komponen selular tetentu sebagai terapi sulih (misalnya, factor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemophilia).
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfuse
darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang Y atau tunggal)
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (lihat prosedur pemasangan infus) terlebih
dahulu sebelum pemberian transfuse darah
6. Lakukan lebih dahulu transfuse darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran
produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian
dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan.
7. Buka set pemberian darah
Untuk slang Y, atur ketiga klem
Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami kebutuhan cairan dan elektrolit terutama cara
memasangkan infuse, menghitung tetesan infuse dan tranfusi darah, serta mampu
melakukan
tindakan yang benar kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA