Anda di halaman 1dari 16

1.

Pengertian Pariwisata dan Wisatawan

Indonesia sebagai Negara yang mempunyai keindahan alam dan atraksi budaya
menawan mempunyai kesempatan untuk menjadi salah satu tujuan wisata. Pariwisata di
Indonesia diharapkan menjadi sumber devisa yang mendukung penerimaan negara dari
sektor lainya.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik
wisata (UU No. 9 tahun 1990 pasal 1). Sehingga lingkup pengertian wisata adalah:

1) Kegiatan perjalanan
2) Dilakukan secara sukarela.
3) Bersitat sementara
4) Perjalanan itu seluruhnva atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata.

Obyek dan daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata yang meliputi:

a) Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna,
seperti pemandangan alam, panorarna indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan
tropis, serta hinatang-binatang langka.
b) Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), Wisata tirta (air), wisata petualangan,
taman rekreasi dan tempat hiburan.

Wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan.
tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan
lain-lain, secara tidak langsung memberikan peluang atau sebagai salah satu wujud
strategi dalam mencintai dan melestarikan nilai-nilai tempat-tempat wisata yang
dimaksud.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia "kepariwisataan" merupakan kata nontina,


yaitu kata benda berarti perihal atau yang berhubungan dengan pariwisata. Sedangkan
"pariwisata" juga merupakan kata nontina yang berarti berhubungan dengan perjalanan
untuk relaeasi, pelancongan, dan turisme. Kalau pariwisata dikaitkan dengan kata bahari
(pariwisata bahari) artinya pariwisata yang obyeknya adalah laut dan isinya (berperahu,
berselancar, menyelam dan sebagainya).
Kata "Pariwisata" berasal dari bahasa Jawa Kuna, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia:

 kata "pari" berarti semua, segala, sekitar, sekeliling.


 kata "wisata" berarti bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang dan sebagainya.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk


pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut (UU No. 9 tahun 1990 pasal 1). Sehingga lingkup pariwisata meliputi:

1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.


2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi,
kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni
budaya, tata kehidupan masyarakat yang bersifat alamiah, seperti keindahan alam,
gunung berapi, danau, pantai dan lain-lain.
3) Pengusaha jasa dan sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata, pramuwisata,
angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain.

Mc. intosil dan Goeidner (1984:4) mengatakan pariwisata sekumpulan fenomena


dan hubungan yang tumbuh dari interaksi antara wisatawan (para pelancong), para
pengusaha dengan pemerintah dan masyarakat tuan rumah. Interaksi itu terjadi dalam
suatu proses di mana pemerintah dan masyarakat tuan rumah berusaha untuk
mempengaruhi para wisatawan dan pengunjung lainnya tersebut untuk singgah di
tempat/daerah atau negara yang mereka kunjungi. Mereka juga mendefinisikan
kepariwisataan sebagai sekumpulan kegiatan, pelayanan, dan industry yang dapat
memberikan pengalaman-pengalamn perjalanan. Murphy (1985:9) mengatakan
pariwisata adalah gejala ekonomi karena adanya permintaan dari pihak wisatawan dan
penawaran dari pemberi jasa pariwisata (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas
produk dan berbagai fasilitas terkait.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pariwisata (UU


No. 9 tahun 1990 Bab I pasal 1). Kepariwisataan meliputi perencanaan, pengaturan,
pelaksanaan, pengawasan periwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta
maupun oleh masyarakat.
Wisatawan menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata nomina yang
berarti orang berwisata, pelancong, atau turis artinya orang yang memasuki wilayah atau
Negara lain dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan
usaha teratur, dan mengeluarkan uangnya dinegara yang dikunjungi serta tidak
memperoleh uang dari Negara tersebut. Inpres No.9/1969 mendefinisikan wisatawan
adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke temat
lain dengan menikmati kunjungan tersebut.

Pendit (1991:10) mengatakan wisatawan adalah orang yang memasuki wilayah


negara asing dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan
usaha yang teratur, dan mengeluarkan uangnya di negara yang dikunjungi serta tidak
memperoleh uang dari negara tersebut. Wisatawan dibedakan menjadi wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestik.

The Comittee of Statistical Experts of the League of Nations (1937) memberikan


beberapa definisi terkait dengan wisatawan sebagai berikut:

1) Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara di mana
ia biasanya tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya selama 24 jam.
2) Yang biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a) Orang-orang yang bepergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan keluarga,
untuk tujuan kesehatan dan Iain sebagainya.
b) Orang-orang vang bepergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili
kedudukan sebagi diplomat, misi keagamaan, orang-orang yang berpergian
dengan alasan dagang.
c) Orang-orang vang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka
tinggal kurang dari 24 jam.
3) Yang tidak biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a) Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk
mencari kerja atau bekerja pada suatu aktivitas usaha di negara tersebut.
b) Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di negara
tersebut.
c) Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumah pemondokan atau
asrama.
Sedangkan Komisi Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (1967) memberikan
definisi, pengunjung (visitors) adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain
negara tempat tinggalnya yang biasa, untuk berbagai tujuan selain mencari dan
melakukan suatu pekerjaan yang menguntungkan di negara yang dikunjungi.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang bisa disebut sebagai
wisatawan adalah yang memiliki ciri-ciri berikut:

1. Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam.


2. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu.
3. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat di negara yang
dikunjungi.

2. Jenis – jenis Pariwisata


Definisi pariwisata dan wisatawan yang telah dijelaskan sebelumnya memberi
gambaran tujuan seseorang melakukan perjalanan wisata. Defnisi tersebut akan
mempengaruhi dan rnenank wisatawan untuk mengunj menentukan jenis-jenis pariwisata
yang dapat dikembangkan didaerah tujuan wisata sehingga unginya. Menurut Spillane
Pariwisata: (1989) terdapat beberapa jenis pariwisata:
a. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan berlibur, mencari
udara segar Yang tempat tinggalnya untuk keindahan baru, mengendorkan
ketegangan sarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati hikayat suatu daerah,
menikmati hiburan, dan sebagainya. Jenis pariwisata ini menyangkut begitu banyak
unsur yang sifatnya berbeda karena pengertian utilitas pleasure yang berbeda sesuai
dengan karakter, citarasa, latar belakang kehidupan, tempramen individu.
b. Recreation tourism (pariwisata rekreasi)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari – hari
libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani yang akan
menyegarkan keletihan dan kelelahan
c. Cultural tourism (pariwisata budaya)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk
belajar dipusat – pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat istiadat, cara hidup
masyarakat suatu negara, mengunjungi peninggalan bersejarah, mengunjungi
peninggalan masa kini, pusat – pusat kesenian dan keagamaan, mengikuti festival
seni music, film, teater, tari, dan sebagainya.
d. Sport tourism (pariwisata olah raga)
Jenis pariwisata indi dinbagi dalam dua kategori:
1) big sport event seperti: Olympiade games, tenis Wimbledon, balap motor grand
prix-GP, Formula 1 dan sebagainya
2) Sporting tourism of practionaer. Yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang
ingin berlatih dan mempraktikan sendiri seperti pendakian gunung, berburu,
memancing dan sebagainya yang tentunya menarik wisatawan untuk
mengunjunginya.
e. Business shoping tourism (Pariwisata dagang besar-belanja)
Jenis perjalanan ini menurut banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan pariwisata
karena unsur voluntary tidak terlihat didalamnya. Dalam jenis pariwisata ini, unsur
yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata
menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai wisatawan
dengan mengunjungi dan menikmati obyek wisata dan berbelanja
f. Convention tourism (pariwisatan konvensi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi penting
dalam sumbangan terhadap devisa negara. Fasilitan konvensi ini digunakan untuk
melakukan pertemuan-pertemuan kepala negara ataupun organisasi-organisasi dunia
yang melibatkan banyak negara dan banyak peserta.

3. Usaha Pariwisata
Industri pariwisata merupakan jenis industri yang mempunyai matarantai kegiatan
yang sangat panjang. Banyak kegiatan yang terkait dengan indutri pariwisata, hal ini
berarti banyak industri lain yang dapat digerakan oleh industry pariwisata seperti
kegiatan biro perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian, dan budaya daerah,
kerajinan rakyat, guider, pameran dan olah raga internasional yang diselenggarakan
didaerah-daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 memberikan definisi
tentang Usaha wisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata
atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. United Nations Conference on
Trade and Development (1971) dalam Guidelines Tourism Statistics mengatakan bahwa
industri pariwisata atau sektor pariwisata bukan merupakan suatu sektor ekonomi
tertentu atau bukan merupakan cabang produksi tertentu. Adapun barang-barang dan
jasa-jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari beberapa sektor dan ini
memenuhi permintaan wisatawan asing maupun dalam negeri. Selama tidak ada konsep
yang formal tentang sektor pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut, maka
istilah tersebut digunakan untuk menyatakan secara luas terhadap kelompok industri dan
aktivitas komersial yang memprodusir barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau
seluruhnya dikonsurnsi oleh wisatawan asing maupun dalam negeri. Berdasarkan hal
tersebut sektor-sektor yang dianggap termasuk sektor pariwisata adalah:
1) Akomodasi termasuk di dalamnya hotel, villa, penginapan, dan pemondokan.
2) jasa boga termasuk di dalamnya restoran, cafetaria, dan rumah makan.
3) Usaha wisata termasuk di dalamnya pengusahaan obyek wisata, usaha souvenir,
dan usaha hiburan.
4) Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya travel agent.
5) Perusahaan angkutan atau transportasi termasuk di dalamnya perusahaan angkutan
darat, angkutan laut, angkutan udara yang menunjang perjalanan wisman dan
wisdom.
6) Covention organizer.
7) Pelatihan dan pendidikan.

Lastara (1997) mengemu kakan bahwa usaha jasa pariwisata adalah usaha yang
menyediakan jasa perencanaan, jasa pelayanan dan jasa penyelenggaraan pariwisata, yang
dapat terdiri dari beberapa jenis usaha. Yang termasuk sebagai usaha jasa pariwisata
adalah:

1) Usaha biro perjalanan wisata, merupakan usaha penyediaan jasa perencanaan


dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata (UU no. 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan).
2) Usaha agen perjalanan wisata, adalah usaha jasa perantara untuk menjual dan/atau
mengurus jasa untuk perjalanan wisata.
3) Usaha jasa pramuwisata, adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan,
penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata, serta membantu segala sesuatu
yang diperlukan oleh wisatawan di dalam perjalanan.
4) Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran, merupakan usaha dengan
kegiatan pokok memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan kelompok orang
(negarawan, cendikiawan, usahawan) untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan kepentingan bersama.
5) Usaha jasa impresariat, adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik
yang berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya serta
menentukan tcmpat, waktu dan jenis hiburan.
6) Usaha jasa konsultan pariwisata adalah jasa berupa saran dan nasehat yang
diberikan untuk menyelesaikan masalah - masalah yang timbul mulai dari
penciptaan gagasan, pelaksanaan dan operasinya disusun secara sistematis
nberdasarkan disiplin ilmu yang diakui, yang disampaikan secara lisan, tertulis
maupun gambar oleh tenaga ahli professional
7) Usaha jasa informasi pariwisata, adalah keterangan dalam bentuk apapun mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan kepariwisataan

Lastara (1997) juga mengemukakan bahwa usaha sarana pariwisata meliputi


kegunaan, pengelolaan dan penyediaan fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pariwisata, seperti jenis usaha berikut:

1) Penyediaan akomodasi
2) Penyediaan makan dan minum
3) Penyediaan angkutan wisata
4) Penyediaan sarana wisata tirta
5) Pawasan pariwisata
4. Motivasi Melakukan Perjalanan
H. Peter Gray (1970) seperti dikutip oleh Prof. Dr. I Nyornan Erawan,
mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan untuk bersenang-
senang (pleasure trauel) sebagai berikut:
1) Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang mendasar
pada tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi meninggallcan
sesuatu yang sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat suatu daerah atau
kebudayaan baru yang berbeda. jadi ini adalah fungsi dari karakter manusia.
2) Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada
adanya hal-hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk
tujuan tertentu dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti liburan
musim dingin di Florida, Hawai atau Caribia oleh orang-orang Canada dan orang-
orang yang berasal dari Amerika Serikat sebelah Utara.
Hal di atas sangat penting terutama bagi negara yang menerima wisatawan
tersebut, khususnya dalam pembuatan rencana yang sesuai bagi pembangunan industri
pariwisata, di mana kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para wisatawan
potensial tersebut dan apa yang lebih disenanginya dan lain sebagainya.

Spillance (1989) produk dari obyek atau industri pariwisata mempunyai beberapa
sifat khusus, antara lain:

a) Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa produk
wisata ke wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus mengunjungi,
mengalami, dan datang untuk menikmati produk wisata.
b) Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu bersarnaan. Tanpa wisatawan yang
sedang menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi wisata.
c) Pariwisata tidak mempunyai standart ukuran yang obyektif karena pariwisata
berbagai ragam jenis pariwisata.
d) Wiasatawan liclak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk itu
sebelumnya karena wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet, ataupun alat
promosi lainya.
e) Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar,
sedangkan permintaanya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi, politik,
sikap masyarakat, dan kesukaan wisatawan.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tahu dan
jiwa petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia merupakan
dorongan terhadap kita untuk melakukan perjalanan ke mana saja yang ingin kita lintasi
dan nikmati obyek wisatanya meskipun sampai ke negeri orang. Selain hal tersebut ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:

1) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat tinggal
yang bising dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
2) Kondisi sosial budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dalam masyarakat
sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar anggota masyarakat
dan lain-lain yang sering menjadi alasan untuk pergi ke tempat-tempat yang
kondisinya lebih baik dan menyenangkan.
3) Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya beli
yang tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos angkutan juga
akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata
4) Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan
tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat dapat
mendorong kegiatan wisata.
5. Pemasaran Pariwisata
Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pariwisata
khususnya untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan
wisata adalah keseluruhan usaha untuk mengenalkan produk wisata yang ditawarkan
oleh daerah tujuan wisata baik yang tangiable maupun intangiable produk, mengenali
identitas wisatawan yang mempunyai waktu, uang dan mempunyai keinginan untuk
berwisata, dan mencari cara terbaik untuk mencapai dan meyakinkan wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan wisata menyangkut
penelitian pasar, penjualan, dan usaha mencari jalan terbaik untuk meyakinkan
wisatawan agar rata – rata lama tinggal lebih lama, dan jumlah pengeluaran perkapita
wisatawan semakin besar.
Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut jumlah
maksimal wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih diutamakan
quality tourism yang dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan dengan belanja
yang sangat besar dan terjadi repeat request. Pemasaran daerah tujuan pariwisata
memerlukan kerjasama dengan pihak – pihak terkait tseperti: pemerintah (menparpostel),
perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar, jasa transportasi darat, biro wisata, travel,
restoran dan hotel. Sasaran pasar dapat dicapai dengan data statistik, dan informasi
seperti rata-rata lama tinggal, pengeluaran perkapita wisatawan, jumlah kunjungan
wisatawan dan waktu-waktu pilihan yang menarik wisatawan untuk datang dan
mengunjungi daerah tujuan wisata (peak season and off season).
Realisasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukan bahwa jumlah wisman
yang datang paling banyak pada bulan Agustus dan Desember (peak season) sedangkan
bulan Maret, dan Mei merupakan bulan sepi kunjungan (off season). Hal ini dapat
dimengerti karena pada bulan Agustus dan Desember, wisman memperoleh hak
menikmati liburan atau hak cuti dari tempat kerjanya, dan bersamaan liburan natal dan
tahun baru.
Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan melakukan
promosi melalui iklan, brosur, intemet, ataupun alat-alat promosi lainya tetapi dapat juga
dengan mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis
atau wartawan tersebut menulis atau meliput hasil kunjunganya didaerah tujuan wisata
waris. Penentuan posisi pasar penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang
jelas tentang produk wisata, kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif
kamar hotel, dan kondisi keamanan daerah tujuan wisata.
Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih
berlaku. Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara
penawaran dan Permintaan pasar. H.F Stanley dalam (Spillance, 1989), seorang
konsultan Pasific Asia Travel Association (PATA) membagi unsur markefing mix dalam
Pariwisata meniadi:
1) Product mix
Wisatawan memerlukan sarana ekonomi jasa obyek wisata dan sarana wisata tertentu.
Sarana wisata adalah yang digunakan secara keseluruhan atau sebagian menghasilkan
jasa atau barang wisatawan seperti hotel, rumah makan, sarana olahraga, dan atraksi
kesenian. Faktor penting dalam product mix adalah masalah pemeliharaan warisan
budaya peninggalan sejarah, dan pemeliharaan fisik dan nonfisik.
2) Distribution mix
Distribution Mix berperan penting membawa wisatawan pada produk jasa transportasi
darat, laut dan udara yang melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, udara,
biro perjalanan dan guide. Kunci penting. Distribution mix adalah layanan agar
wisatawan memperoleh kepuasan saat mengkonsumsi produk wisata
3) Communicationm mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus diberi
informasi diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi suatu daerah tujuan
wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan, menarik, dan mendorong wisatawan
tersebut diperlukan communicationm mix. Ada beberapa pendekatan communication
mix, yaitu:
a) Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada wisatawan
memalui media umum, biro perjalanan, dan hubungan langsung dengan
wisatawan.
b) Image promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus untuk
memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui kunjungan
perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wartawan pariwisata, feature khusus
disurat kabar atau majalah dan dan pengiriman misi kesenian ke berbagai Negara.
c) Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf organisasi
yang terkait dalam matarantai kegiatan pariwisata.
d) Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasasurat-menyurat, dan
hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
4) Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintaj untuk memperlancar
perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa dan ketentuan bea
cukai.

6. Aspek Ekonomis Pariwisata


Berkembangnya industry pariwisata disuatu negara/daerah akan menarik sector
lain untuk berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk menunjang
industri pariwisata. seperti sector pertanian, petemakan, dan perkebunan. Penelitian yang
dilakukan Chau di Hawai (Spillance,1989) menunjukan bahwa setiap kenaikan
kunjungan wisatawan seba nyak 25.000 orang mengakibatkan terciptanya kesempatan
kerja langsung sejumlah 390 orang dan tidak langsung sejumlah 243 orang. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh International Union of Office Travel
Menurut Tambunan (1999), industry pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan
asli derah (PAD) adalah industry pariwisata yang dimiliki masyarakat daerah
(community tourism development atau CTD). Dengan pengembangan CTD, pemerintah
daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam restribusi yang
bersifat legal. Kegiatan CTD meliputi pengembangan dan pelestarian budaya, kesenian
dan budaya berbagai desa di daerah tujuan wisata. Pilar ekonomi CTD dalam
meningkatkan PAD dapat dilihat dari usaha pemeritnah daerah dalam melakukan
pungutan dan restribusi resmi dari kegiatan industry yang bersifat multisektoral, yang
meliputi usaha perhotelan, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan transportasi.
Keterkaitan kegiatan industry pariwisata dengan penerimaan daerah melalui jalur
PAD yang terdiri dari pajak daerah, restribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak, dan pendapatan
transfer yang terdiri dari, dana bagi hasil pajak, dana bagi sumber daya alam, dana
alokasi umum serta dana alokasi khusus. Matarantai industry pariwisata yang berupa
hotel atau penginapan, restoran atau jasa be saha wisata vang meliputi obyek wisata,
souvenir dan hiburan, usaha perjalanan wisata yang meliputi travel agent dan guider,
convention organizer, dan transportasi dapat menjadi sumber pajak daerah, restribusi
daerah, laba BUMD, dan penerimaan nerimaan PAD yang berupa lain bukan pajak yang
diterima oleh daerah kabupaten kota maupun provinsi. Sebagai contoh, keberadaan
sebuah hotel disuatu daerah kabupaten atau kota akan menjadi sumber PAD bagi
kahupaten atau kota dari penerimaan:
a. Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan
pajak minuman berakhohol).
b. Restribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, restribusi kebersihan, uang sewa
tanah/ bangunan, restribusi ijin mendirikan bangunan, dan restribusi parker).
c. Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintah daerah, PD bank pasar,
dan PD air minum).
d. Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25, 29,
dan pph pasal 21).
e. Bukan pajak (berupa pemberian hak atas tanah pemerintah).

Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber PAD
dari penerimaan:

1. Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor dan pajak kendaraan bermotor).
2. Restribusi provinsi (berupa restribusi pemakaian tanah dan bangunan)
3. Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan jasa bank BPD)
4. Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea
Perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak pph pasal 25, 29 dan 21).

7. Dampak Pembangunan Pariwisata


Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan
baik adalah:
1. Manfaat ekonomi (kesejahteraan)
Meningkatnya arus wisatawan baik nusantara atau mancanegara ke suatu daerah
menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah
dan ragamnya. Hai ini memberi manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha
maupun pemerintah setempat, seperti:
a. penerimaan devisa
b. kesempatan berusaha
c. terbukanya lapangan kerja
d. meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah e. mendorong
pembangunan daerah
2. Manfaat sosial budaya
a. pelestarian budaya dan adat istiadat
b. meningkatkan kecerdasan masyarakat
c. meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani
d. mengurangi konflik sosial
3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
a. mempererat persatuan dan kesatuan
b. menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan
mempertahankan negara yang ujungnya tumbuh rasa cinta terhadap tanah air
c. memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata
4. Manfaat bagi lingkungan
Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat memenuhi
keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi, santai, dapat
mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian pengembangan
pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan lingkungan,
di samping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang
ada.

Dampak-dampak yang tidak diinginkan karena berkembangnya kepariwisataan di


suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun
lingkungan, seperti:
1. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya
pengunjung. Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak. Harga tanah
naik/ikut naik harganya akibat sarana dan fasilitas wisata seperti pembangunan
hotel dan lain-lain.
2. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
3. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab utnuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian,
pencurian, pengedaran barang-barang terlarang dan lain-lain.
4. Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan
sarana pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

I. Kasus Terkait Materi

Judul : Kasus Pada Hotel Jentra Dagen Yogyakarta


Hotel merupakan salah satu sarana pendukung utama yang menunjang dalam bisnis
di bidang pariwisata. Sejalan dengan perkembangan hotel di Indonesia pada umumnya
dan Yogyakarta pada khususnya yang begitu pesat, sudah tentu akan menimbulkan iklim
persaingan bisnis perhotelan yang semakin ketat. Hotel-hotel yang ada akan bersaing
untuk memperoleh tingkat hunian (occupancy) sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Adanya peningkatan persaingan tersebut memaksa manajemen harus menentukan
kebijakan yang tepat dalam usaha menarik konsumennya dan dalam memenuhi
tujuannya yaitu memperoleh laba demi kelangsungan hidup hotel.

Kebijakan yang dapat diterapkan selain menyediakan pelayanan yang memuaskan


serta menyediakan fasilitas kamar, restoran dan fasilitas penunjang lainnya yang
memadai, hotel pun harus memiliki strategi yang dapat menjadi daya penarik bagi
konsumennya untuk memperoleh tingkat hunian yang tinggi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah memberikan penawaran khusus dalam hal harga sebagai nilai tambah
dan menciptakan daya saing. Upaya untuk dapat tetap mempertahankan tingkat hunian
yang tinggi ini adalah dengan menerapkan kebijakan potongan harga (discount policy).

Hotel Jentra Dagen Yogyakarta menerapkan kebijakan potongan harga yang hanya
diberikan pada saat musim sepi (low season). Definisi low season adalah periode musim
sepi kunjungan wisatawan sehingga menyebabkan penurunan tingkat hunian (occupancy)
kamar hotel. Pada momen tersebut ketatnya persaingan dalam industri perhotelan di
Yogyakarta akan semakin terasa karena strategi pemberian potongan tarif sewa kamar
yang ditawarkan oleh hotel-hotel yang ada akan lebih banyak dan beragam dibandingkan
permintaan kamar untuk menginap dari konsumen. Hal itulah yang menjadi alasan bagi
Hotel Jentra Dagen untuk memberikan penawaran potongan harga sebagai upaya untuk
tetap memperoleh konsumen pada saat low season.

Potongan tarif sewa kamar hotel yang ditawarkan terbagi menjadi tiga jenis yaitu
potongan untuk biro perjalanan wisata sebesar 28%, potongan untuk corporate and
government sebesar 21% dan bagi tamu individual akan diberikan potongan harga
sebesar 10%. Adapun low season terjadi pada bulan-bulan di luar momen hari besar dan
liburan panjang yaitu sekitar enam bulan di setiap tahunnya. Pada tahun 2012 low season
terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, Agustus, Oktober dan November, karena
pada bulan-bulan tersebut terjadi penurunan jumlah kamar yang terjual dengan tingkat
occupancy di bawah 70%. Hal tersebut dapat terlihat pada data tingkat hunian
(occupancy) kamar Hotel Jentra Dagen tahun 2012 berikut ini :

Bulan Kamar Terjual Occupancy


Januari 1145 58%
Februari 1192 67%
Maret 907 46%
April 1418 72%
Mei 1582 80%
Juni 1700 86%
Juli 1732 87%
Agustus 852 43%
September 1602 81%
Oktober 933 47%
November 835 42%
Desember 1667 84%

Pada saat low season, Hotel Jentra Dagen kerap mendapatkan permintaan dari
tamu hotel yang hendak mencari penginapan yaitu untuk dapat memberikan potongan
harga atau discount kamar lebih tinggi dari potongan tarif sewa kamar yang ditawarkan
oleh pihak hotel. Tamu tersebut termasuk dalam kategori tamu group yaitu tamu hotel
yang menyewa lebih dari 10 kamar dengan frekuensi permintaan ± 10% dari total kamar
yang terjual di setiap bulannya.
Pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak permintaan potongan harga
khusus tersebut dilakukan oleh general manager Hotel Jentra Dagen. Tetapi sebelum
mengambil keputusan tersebut, general manager akan meminta pertimbangan dari
manajer accounting dan marketing. Pihak marketing selalu berpendapat untuk menerima
permintaan tamu tersebut dengan alasan agar target volume penjualan yaitu jumlah
kamar yang terjual tetap dapat terpenuhi. Sementara dari pihak accounting masih belum
memiliki pendapat yang pasti untuk menerima atau menolak permintaan tersebut. Pada
satu sisi pihak accounting menyarankan untuk menolak permintaan karena harga setelah
mendapatkan potongan khusus yang diminta oleh tamu tersebut kurang dari total biaya
kamar yang telah dihitung oleh bagian accounting. Tetapi di sisi lain, pihak accounting
juga memiliki pendapat yang serupa dengan pihak marketing yaitu menerima permintaan
tamu tersebut karena ingin memanfaatkan kamar kosong yang banyak tidak terisi pada
saat low season. Pada akhirnya keputusan yang selama ini diambil oleh pihak hotel
adalah menerima setiap tamu yang meminta potongan harga khusus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai