Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SEMINAR AKUNTANSI

Nama : Totop Sihombing


Kelas : AKP-7A

REVIEW PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 69

 PSAK 69

PSAK 69: Agrikulturmemberikan pengaturan akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran,


sertapengungkapan aktivitas agrikultur. PSAK 69 juga memberikan panduan definisibeberapa
istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini.

Secara umum PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui saat
memenuhi beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset tersebut diukur
pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan keuangan pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai
wajar aset diakui dalam laba rugiperiode terjadinya. Pengecualian diberikan apabila nilai wajar
secara jelastidak dapat diukur secara andal.

PSAK 69 memberikan pengecualian untuk aset produktif yang dikecualikan dari ruang lingkup
Pernyataan ini. Pengaturan akuntansi aset produktif mengacu ke PSAK 16:Aset Tetap.

PSAK 69 memberikan pengaturan akuntansi atas hibah pemerintah tanpa syarat yang terkait
dengan aset biologis untuk diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan diakui
dalam laba rugi jika, dan hanya jika, hibah pemerintah tersebut menjadi piutang.

PSAK 69 tidak mengatur tentang pemrosesan produk agrikultur setelah masa panen; sebagai
contoh, pemrosesan buah anggur menjadi minuman anggur (wine) dan wol menjadi benang.

PSAK 69 berlaku efektif untuk periode tahun bukuyang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2018 dan dicatat sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan. Penerapan dini diperkenankan. Entitas mengungkapkan fakta tersebut
jika menerapkan opsi penerapan dini.

Pengaturan akuntansi aset produktif mengacu ke PSAK 16:Aset Tetap. PSAK 69 memberikan
pengaturan akuntansi atas hibah pemerintah tanpa syarat yang terkait dengan aset biologis untuk
diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan diakui dalam laba rugi jika, dan hanya
jika, hibah pemerintah tersebut menjadi piutang. PSAK 69 tidak mengatur tentang pemrosesan
produk agrikultur setelah masa panen; sebagai contoh, pemrosesan buah anggur menjadi
minuman anggur (wine) dan wol menjadi benang. PSAK 69 berlaku efektif untuk periode tahun
bukuyang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2018 dan dicatat sesuai dengan PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Penerapan dini
diperkenankan. Entitas mengungkapkan fakta tersebut jika menerapkan opsi penerapan dini.

 PSAK 69 ADOPSI DARI IAS 41


Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 69 tentang Agrikultur yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2016. PSAK ini
merupakan adopsi dari International Accounting Standard (IAS) 41 Agriculture. PSAK ini
merupakan pedoman untuk melakukan pencatatan akuntansi terkait aktivitas agrikultur, yang
meliputi:
a. aset biologis, kecuali tanaman produktif
b. produk agrikultur pada titik panen
c. hibah pemerintah yang terkait aset biologis

Aktivitas agrikultur dalam hal ini yaitu manajemen transformasi biologis dan panen aset
biologis oleh entitas untuk dijual atau untuk dikonversimenjadi produk agrikultur atau
menjadi aset biologis tambahan. Sebagai contoh yaitu peternakan, kehutanan, tanaman
semusim, perkebunan, budidaya bunga, dan perikanan. Karakteristik umum dalam aktivitas
ini meliputi keberadaan hal-hal berikut:
a. Kemampuan untuk berubah. Hal ini ditandai dengan transformasi biologis pada hewan dan
tanaman hidup.
b. Manajemen perubahan. Manajemen mendukung terciptanya kondisi yang diperlukan agar
terjadi transformasi biologis, misalnya dengan meningkatkan atau menstabilkan tingkat
nutrisi, kelembaban, kesuburan, dll.
c. Pengukuran perubahan. Manajemen secara rutin mengukur dan memantau perubahan
kualitas atau kuantitas yang diakibatkan oleh transformasi biologis. Perubahan kualitas
misalnya tingkat kematangan, kadar lemak, kadar protein yang berubah dengan semakin
meningkat seiring dengan umur aset biologis. Perubahan kuantitas misalnya dengan
menghasilkan keturunan, penambahan berat, panjang, atau diameter aset biologis.

Aset biologis yang dimaksud berupa hewan atau tanaman hidup. Hewan dan tanaman
mengalami transformasi biologis sehingga menghasilkan keluaran berupa perubahan aset dan
produk pertanian. Proses perubahan aset dilakukan melalui pertumbuhan, degenerasi, ataupun
prokreasi. Saat hewan atau tanaman mengalami pertumbuhan, maka terjadi peningkatan
kuantitas atau kualitas. Contohnya sapi mulai menghasilkan susu saat memasuki usia
produktif. Saat sapi masih muda belum dapat menghasilkan susu. Semakin tua usia sapi, maka
produksi susu akan semakin menurun kuantitas dan kualitasnya. Hal ini yang disebut sebagai
degenerasi atau penurunan kuantitas/kualitas hewan atau tanaman. Sementara itu, yang
dimaksud dengan prokreasi merupakan penciptaan hewan atau tanaman hidup tambahan.
Keluaran transformasi biologis berupa produk pertanian misalnya buah-buahan, susu, daun
teh serta daging.

Aset biologis mulai diakui pada saat entitas dapat mengendalikan aset tersebut
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, terdapat kemungkinan besar aliran manfaat ekonomik
masa depan yang terkait aset tersebut, serta biaya perolehan atau nilai wajar aset dapat diukur
dengan andal. Pegukuran dilakukan saat awal perolehan dan setiap akhir periode pelaporan
sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual. Pengukuran nilai wajar dapat
dilakukan dengan mengelompokkan aset sesuai dengan atribut yang signifikan, misalnya
berdasarkan usia atau kualitas. Terkadang perkiraan nilai wajar dapat mendekati biaya
perolehan. Hal ini dapat terjadi ketika hanya terjadi sedikit transformasi biologis dari saat
perolehan awal atau dampak transformasi biologis pada harga tidak diharapkan menjadi
material. Terdapat kemungkinan pula bahwa nilai wajar aset biologis tidak dapat diketahui,
namun terdapat pasar aktif untuk aset gabungan antara aset biologis dan jenis aset lain sebagai
satu kesatuan. Pada kasus seperti ini, nilai wajar aset biologis dapat diketahui dengan
mengurangkan nilai wajar aset gabungan dengan nilai wajar aset lainnya tersebut.

Aset biologis dinilai pada setiap akhir periode laporan. Dimungkinkan terdapat keuntungan
atau kerugian yang timbul dari pengakuan nilai wajar saat perolehan dikurangi biaya untuk
menjual dan dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau
kerugian tersebut dimasukkan dalam laba rugi pada periode terjadinya.

Dimungkinkan pada saat pengakuan awal, aset biologis tidak diketahui harga pasarnya.
Sementara itu, tidak terdapat pula alternatif pengukuran nilai wajar yang dapat diandalkan.
Untuk aset biologis seperti ini, nilai aset biologis diukur pada biaya perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Ketika nilai wajar
aset biologis tersebut kemudian diketahui, maka entitas kembali mengukur nilainya
berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual. Aset biologis yang telah
diukur sesuai dengan ketentuan (sebesar nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual), harus
melanjutkan pengukuran tersebut sampai dengan saat pelepasan.

Terdapat beberapa hal yang harus diungkapkan terkait dengan aset biologis, yaitu keuntungan
atau kerugian yang timbul selama periode berjalan dan deskripsi setiap kelompok aset
biologis. Apabila terdapat aset biologis yang kepemilikannya dibatasi atau dijaminkan untuk
liabilitas, maka hal tersebut harus diungkapkan. Demikian pula dengan jumlah komitmen
untuk pengembangan atau akuisisi aset biologis dan strategi manajemen risiko keuangan yang
terkait aktivitas agrikultur. Rekonsiliasi yang menerangkan perubahan jumlah tercatat mulai
dari awal sampai dengan akhir periode berjalan juga harus disajikan. Data yang disajikan
meliputi keuntungan atau kerugian akibat perubahan nilai wajar, kenaikan nilai karena
pembelian, penurunan karena penjualan atau panen, kenaikan akibat dari kombinasi bisnis,
selisih kurs akibat penjabaran laporan keuangan serta perubahan lainnya.

 PERMASALAHAN YANG MUNCUL DENGAN IMPLEMENTASI PSAK 69 DI


INDONESIA
Indonesia merupakan negara yang kaya raya. Negara yang terletak di Asia Tenggara ini diapit
oleh dua samudra dan dua benua yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia serta benua Asia dan
benua Australia. Indonesia juga mempunyai luas dataran sebesar 1.922.570 km2 dengan luas
perairan sebesar 3.257.483 km2. Indonesia juga mempunyai 17.000 pulau oleh karena itu negara
Indonesia disebut negara maritime atau negara kepulauan. Ditunjang juga dengan iklm tropis dan
stuktur tanah vulkanik membuat negara Indonesia menjadi semakin kaya. Hal itu dibuktikan
dengan limpahan hasil sumber daya alam yang terdapat di Indonesia. Dengan adanya letak
geografis tersebut Indonesia menjadi negara tersubur di ini. Indonesia juga disebut dengan
negara agraris hal itu disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian
sebagai petani. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki para petani Indonesia
menanam berbagai jenis agrikultur dan mengambil nilai manfaat dari hasilnya. Pada awal 2016
DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) mengesahkan PSAK-69 agrikultur yang akan
efektif diadopsi oleh seluruh entitas agrikultur pada januari 2018. PSAK-69 merupakan
pengapdosian penuh dari IAS41agriculture (International Accounting Standard) yang berisi
tentang perlakuan akuntansi untuk sektor agrikultur yang meliputi pengungkapan, penyajian,
pengukuran dan pelaporan aset biologis. Aset biologis adalah tumbuh-tumbuhan atau hewan
yang dikendalikan atau dimiliki oleh entitas agrikultur.Banyak negaranegara maju yang sudah
menerapkan IAS-41 agriculture pada entitas agrikultur mereka. Hali ini dikarenakan
perekonomian dinegara maju sangat kecil dipengaruhi oleh sektor agrikultur. Berbeda sekali
dengan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya ditunjang dari sektor
agrikultur sehingga pada negara berkembang khususnya India, Indonesia dan Malaysia belum
mengadopsi dan menerapkan untuk entitas agro mereka karena dinilai IAS-41 agricultur kurang
relevan, efektif dan kurang sempurna untuk dapat diterapkan. Dikatakan kurang relevan, efisien
dan kurang sempurna untuk diterapkan karena pada IAS-41 agriculture berisi tentang penerapan
nilai wajar didalam pengukuran aset biologisnya. Hal ini menjadi berdebatan yang sangat serius
didunia akuntansi khususnya yang sebelumnya menerapkan metode biaya perolehan (historycal
cost)kemudian berubah menjadi metode dengan nilai wajar (fair value) dimana konsep
pengukurannya nilai wajar dari aset biologis dikurangi dengan biaya untuk menjual berdasarkan
nilai pasar. Banyak peneliti yang kurang menyetujui pengukuran akuntansi menggunakan
metode nilai wajar karena dianggap tidak sesuai. Seperti pada penelitian Herbohn &Herbohn
(2006) yang menyatakan bahwa selisih perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
yang belum terealisasi sudah diakui nilainya pada laba rugi sehingga dapat meningkatkan
volatilitas kinerja keuangan. Pada IAS-41 juga tidak membedakan aset biologis berdasarkan
umur ekonomis aset biologisnya serta tidak membedakan aset biologis yang diperuntukkan untuk
tidak dijual dan hanya diproduksi untuk melestarikan jenis saja. Selanjutnya MASB (Malaysia
Accounting Standards Board) mendesak IASB (International Accounting Standards Board)
untuk merevisi kembali IAS-41 agar bisa diterapkan pada entitas agrikultur secara menyeluruh.
Setelah melalui proses perevisian IAS-41, DSAK meresmikan draft PSAK-69 agrikultur pada
akhir tahun 2016 yang siap untuk diadopsi oleh seluruh entitas agrikultur yang akan mulai efektif
pada januari 2018. PSAK-69 memiliki karakteristik lebih detail didalam pengelompokkan dan
pengukuran hasil agrikulturnya.

 RECOGIZING, VALUATION, PRESENTATION, DAN DISCLOSURE DALAM PSAK


69
Pengakuan (Recognition) Pengakuan aset biologis dalam PSAK 69 Agriculture apablia entitas
mampu menguasai aset biologis yang diperoleh dari kejadian masa lalu dengan didukung bukti
kepemilikan dokumen-dokumen yang menyatakan penguasaan aset biologis secara hukum.
Entitas mengakui aset biologis ketika aset biologis tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi
masa mendatang pada entitas dan dapat dinilai dengan nilai wajar yang dapat diandalkan.
Pengukuran aset biologis dilaksanakan awal dan akhir tahun pelaporan memakai nilai wajar (fair
value) dikurangi dengan biaya untuk menjual. Jika tidak tersedia nilai wajar (fair value) maka
memakai harga transaksi terkini, harga transaksi untuk barang serupa disertai beberapa
penyesuaian, dan benchmark sektor. Penyajian dan Pengungkapan (Disclosure) Aset biologis
disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) di pos akun aset tidak lancar dengan sub akun
yang mendeskripsikan kelompok yang membedakannya. Dalam pengungkapannya entitas
mengungkapkan selisih gabungan yang timbul waktu pengakuan awal aset biologis dan produk
agrikultur dan selisih antara nilai wajar (fair value) dan biaya untuk menjual, mendeskripsikan
kelompok aset biologis, dan memisahkan aset biologis yang dikonsumsi dengan aset biologis
menghasilkan serta dasar pembedaan.

SUMBER REFERENSI:
http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-79-psak-69-
agrikultur
Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 19 No. 2, Agustus 2019: 167-195 www.jab.fe.uns.ac.id
Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis (SNAPER-EBIS 2017) –
Jember, 27-28 Oktober 2017 (hal 140-150) ISBN : 978-602-5617-01-0
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis - Vol 10 No 2 September 2019
Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar Bandung, 26-27
Agustus 2020
Volume 7 Nomor. 1, Januari 2020 p-ISSN 2339-2436
http://dx.doi.org/10.30656/jak.v7i1.1574 e-ISSN 2549-5968
BINUS BUSINESS REVIEW Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 186-193
Jurnal KUNTANSI ASET BIOLOGIS: PERLUKAH ADOPSI INTERNATIONAL PUBLIC
SECTOR ACCOUNTING STANDARD (IPSAS) 27 DALAM STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN (SAP)?Dina Natasari 1, Rizky Wulandari2

http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-79-psak-69-
agrikultur

Anda mungkin juga menyukai