Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aryo Ferro Fathurahman Parameter 20 : Sistem Kehidupan Politik

NIM : 14417047

Sistem Pemerintah yang digunakan di Provinsi Aceh adalah system Pemerintahan


Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didasari oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sama seperti pemerintahan lain di Indonesia , Pemerintahan
Daerah Aceh menggunakan Hak Otonomi Daerah mereka dengan menjalankan Fungsi
Eksekutif yang dipegang oleh Pemerintah Daerah dan Fungsi Legislatif yang dijalankan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh

Pada Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh (LN 2006
NO 62,TLN 4633 yang berisikan Negara atas Daerah Kekhususan dan Keistimewan
Aceh.Hal ini merupakan jalan tengah atas kesepakatan antara Pemerintah dengan Gerakan
Aceh Merdeka pada tanggal 15 Agustus 2005. UU 11/2006, yang terdiri dari 273 pasal,
merupakan Undang-undang Pemerintahan Daerah bagi Aceh secara khusus sebagian besar
hampir sama dengan UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Oleh Sebab itu UU
Pemerintah Aceh tidak tergantung lagi pada UU Pemerintahan Daerah (sepanjang hal-hal
yang telah diatur menurut UU Pemerintahan Aceh). 

Syari’at Islam yang dilaksanakan di Aceh terdiri dari bidang syar’iyah, aqidah, dan akhlak.
Syari’at Islam tersebut meliputi ibadah, muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum
pidana), qadha’ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga), 
syiar, dakwah,  dan pembelaan Islam. Ketentuan pelaksanaan syari’at Islam diatur
dengan Qanun Aceh.

Setiap pemeluk agama Islam di Provinsi Aceh wajib mengamalkan dan mengikuti
syari’at Islam. Setiap orang yang bertempat tinggal atau berada di Daerah Aceh wajib
menghormati pelaksanaan syari’at Islam.Pemerintahan Aceh menjamin kebebasan dan
membangun kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang dianut oleh umat beragama dan
melindungi sesama umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.

Penilaian : 70
Nama : Aryo Ferro Fathuahman Parameter 41 : Kesadaran Global
Paradoks

NIM : 14417047

Kehidupan bernegara di Indonesia tidak lepas dari dasar negara kita yaitu Pancasila
dengan semboyan nya Adalah Bhineka Tunggal Ika , dimana berartikan “berbeda-beda tetapi
tetap satu” . Hal tersebut bermakna bahwa walaupun kita berbeda Ras ,Agama, Suku atau pun
perbedaan lainnya kita tetap harus bertoleransi satu sama lain.Pada konteks kesadaran global
di Globalisasi , dimana kita hidup di era dimana seluruh Dunia terhubung kepada kita , maka
muncullah orang-orang dari berbagai macam jenis tersebut.

Tak dapat dipungkiri bahwa terdapat 2 sisi pada era globalisasi yang hadapkan pada
kita dan Pemerintah Aceh. Dimana terdapat keyakinan Global Paradoks akan penting nya
asimilasi kultur agar pertumbuhan dan perkembangan terus berlanjut dengan kencang
dikarenakan adanya koneksi yang didapatkan.Serta konteks Tribalisme dimana Pemerintah
takut akan kehilangan identitas lokal dimana para penduduk lokal sudah lupa akan budaya
mereka sendiri, sehingga timbul rasa fanatisme dan kepercayaan pada suatu golongan
tertentu.Dalam Kontek pemerintahan Aceh , Telah dijelaskan bahwa semua penduduk dan
orang yang bersinggah di Aceh mendapatkan Hak seluas-luasnya untuk mengekspresikan diri
dan pendapat asalkan sesuai dengan Syariat Islam . Hal ini dikarenakan kepercayaan
Pemerintah Aceh untuk menanamkan norma Islam sebagai penjaga nilai dari Kehidupan
Aceh yang sesungguhnya , Agar kehidupan di Aceh menjadi Aman dan Lancar.Oleh sebab
itu terdapat banyak aturan tambahan yang berkiblat dari Islam , semata-mata untuk mengatur
bukan untuk mengekang para rakyatnya.

Penilaian :70

Anda mungkin juga menyukai