PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dinul berasal dari bahasa Arab "addin" yang berarti agama. Allah SWT mengutus Nabi
Muhammad SAW membawa risalah Dinul Islam dengan tujuan memurnikan tauhid, yaitu
mempercayai dan meyakini bahwa hanya terdapat satu Tuhan yang wajib disembah,
dimohonkan petunjuk dan pertologan-Nya. Secara garis besarnya islam mengajarkan pada
umatnya untuk bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan kehendak, dan saling menghargai.
Aqidah Islamiah dibangun di atas rukun iman yang enam, yaitu: Iman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhirat, dan iman kepada takdir yang baik
dan yang buruk. Surat Al-A'raf, ayat 180"(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang
tenteram hati mereka dengan "zikrullah". Orang beriman adalah orang yang memiliki
landasan hidup yang kukuh dan benar, yakni landasan hidup yang berdasarkan wahyu Allah
SWT.Dengan landasan hidup tersebut orang beriman memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
manusia lain. Hidup manusia yang tidak dilandasi iman, tak ubahnya seperti kehidupan
hewan ternak, yang hanya makan, minum, bekerja, tidur, dan beranak. Sebaliknya, dengan
landasan iman, hidup manusia akan terarah, sesuai dengan yang dihekendaki penciptanya,
yakni Allah SWT. Dosa-dosa besar dalam Islam seperti yang tersebut dalam Al-Quran dan
Hadits Nabi Muhammad. Di sini ada 5 (lima) dosa besar yang dicantumkan yang saya anggap
sangat penting. 1. Membunuh 2. Mencuri 3. Berzina 4. Minum Miras (Alkhohol)/Narkoba 5.
Meninggalkan Rukun Islam yang Lima 6. 70 Dosa Besar Menurut Adz-Dzahabi dalam Al-
Kabair ( )الكبائرSesuai kaidah universal yang berlaku dalam sistem penciptaan semesta bahwa
tiada seorang pun yang memiliki kepelakuan mutlak dan mandiri selain Tuhan. Apabila
sebagian fenomena memiliki pengaruh dan perbuatan maka hal itu sesuai dengan kehendak
dan izin Tuhan. Dalam Islam juga terdapat beberapa aliran yaitu Aliran Syi’ah, Aliran
Khowarij, Aliran Mu’tazilah, Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah,dll. Dengan disusunnya
makalah ini damaksudkan agar menambah pengetahuan tentang Agama Islam.
A. RUMUSAN MASALAH
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka
saya membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya:
1. Apa hubungan antara manusia dan agama ?
2. Bagaimana metode mempelajari Islam ?
3. Apa pengertian Al-Qur’an ?
4. Bagaimana perilaku orang yang beriman ?
5. Apa hukum syari’ah dan Fiqhi itu ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
b. TAUHID
Tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa Tuhan yang
menciptakan, memberi hukum-hukum menagtur segalanya yaitu Tauhid Rububiyah. Bahwa
Tuhan itu Zat Yang Luhur dari segi apapun yaitu Tauhid Uluhiyah. Lawan Tauhid adalah
1
syirik yaitu menyekutukan Allah. Selain syirik ialah paham meniadakan Tuhan atau Ateisme.
Menurut Islam Ateisme adalah kekafiran yang paling besar dan paling nyata.
Kepercyaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalah sila pertama dari Pancasila yang
merupakan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila ialah pelaksanaan sehari-hari. Islam
dan Pancasila tidak ada petentangan,bahkan sila tersebut ada dalam ajaran islam. Konsespsi
Ketuhanan Yang Esa menurut akidah Islam adalah Tauhid. Tauhid adalah ajaran sepanjang
sejarah manusia, jaran tiap-tiap Nabi dan Rasul.
Pengtahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui
pemberitahuan wahyu. Penagtahuan itu mustahil didaoat denagn pemikiran akal manusa
semata. Sebab pikiran manusia lemah (dhaif) untuka mngajuk masalah ketuhaanan kalau ia
hanya berjalan. Pikiran manusia sifatnya nisbi, seadng Tuhan sifatnya Mutlak.
Tauhid pula akan mambebaskan manusia dari dari seribu satu belenngu kejahatan
duniawi. Karena tauhid, manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah semata.
Jadi Tauhid memberikan kebahgian hakiki pada manusia di dunia dan kebhagiaan abadi
di akhirat kelak. Karena itu pendidikan tauhid penting bagi manusi terutama bagi kaum
generasi mudayang merupakan cermin dan harapan dimasa mendatang. Tauhid itu
mempunyai hubungan erat denagn ibadah.
c. IBADAH
Ibadah berarti berbakti kepada Allah karena didorong dan dibangkitkanoleh akidah
tauhid. Ibadah itulah tujuan manusia. Menyembah Allah berarti memuasatkan penyembahan
kepada Allah semata-mata , tidak ada yang disembah selain kepada-Nya saja. Pengabdian
berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan seounuhnya secara lahir dan batin bagi manusi
akepada kehendak Ilahi.
Islam mengajarkan bahwa kehidupan duniawi ini bukanlah tujuan. Begitu pula hasil dari
kegiatan di bumi ini bukanlah tujuan yang hakiki. Tujuan yang hakiki ialah keridhaan ilahi.
Keridhaan Ilahi yang mungkin tercapainya kehidupan yang sebernarnya.
Kesimpulanmya bahwa Islam adalah asasi hidup manusia dalam kehidupannya untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam mengajarkan manusi tentang akhlak dimana akhlak ini
bersumber pada tauhid sebagai dasar, inti dan akhir dari seruan Islam, dan atas dasar tauhid
itulah islam mendidik manusia menegnai hakikiat dan tujuan hidupnya yaitu beribadah
kepada Allah.
“Barang siapa yang mencari agama selain Islam, tidak akan diterima daripadanya dan
dia di akhirat termasuk orang yang merugi.”
“Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agamamu.”
Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, diambil dari asal kata salima yang
berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memeliharakan
dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat.
Kata aslama itulah menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung
dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama atau masuk islam disebut
muslim.
Sesungguhnya Islam itu adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari
seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah s.w.t. pada bangsa-bangsa dan
kelompok-kelompok manusia. Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-
1
rasul-Nya guna diajarkan kepada manusia. Islam adalah rahmat, hidayat dan petunjuk bagi
manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, merupakan manifestasi dari sifat rahman
dan rahim Allah.
6. RISALAH ISLAM
Apakah risalah Islam? Untuk memahaminya, kiranya perlu dikemukakan dahulu suatu
mukaddimah tentang islam. Agama Islam sesungguhnya adalah agama Allah yang dulu dan
sekarang, sebagaimana yang telah diuraikan di muka. Allah s.w.t. menggariskan tujuan
risalah beliau dalam Qur’an:
1. SUNNAH
Apabila Quran wahyu dari Allah SWT untuk Nabi Muhammad kalau sunnah dari
Nabi Muhammad SAW. Sunnah biasanya disebut juga dengan hadist menurut harfiah sunnah
adalah istiadat. Sunnah merupakan perkataan, perbuatan, dan taqir (penetapan) Rasulullah.
Taqridapat terjadi jika ada seorang sahabat ucapkan sesuatu di muka Rasulullah atau
sebaliknya. Jika beliaudiam saja dan menganggapmu baik maka inilah taqiir. Akan tetapi di
kalangan ulama ada pembeda antara sunnah dan hadist.
Sunnah adalah sumber asasi dan sumber hokum alam yang kedua setelah al-quran
karena sunnah merupakan pelaksanaan yang otentik terhadap quran. Disini sunnah tidak
berdiri sendiri sebab keterkaitannya terhadap quran. Fungsi sunnah sebagai sumber asasi
islam dan hokum islam yang kedua yang ditetapkan oleh quran sendiri pada surat An-Nisa :
65 dan Al Hasyr &. Mayoritas kalangan ahli hadits dalam memakai sunnah sama dengan
hadits. Hubungan suatu hadits dengan Rasulullah SAW diragukan makka jadilah hadits itu
dugaan yang datangnya dari Rasulullah SAW. Dengan demikian hadits dibagi menjadi dua
secara garis besar. Hadits Mutawatir adalah orang yang meriwayatkannya ada suatu batas
jumlah yang mana mereka itu mustahil sepakat berdusta. Hadits Ahad adalah suatu hadits
yang diriwayatkan oleh seorang saja atau oleh beberapa orang yang jumlahnya sedikit, dan
Hadits Ahad dibagi menjadi 3 yaitu Hadits Shahih (sehat), hadits hasan (bagus), Hadits dhaif
(lemah). Hadits mutakatir bernilai yakin dan absolute kebenarannya dan wajib dipakai.
Sedangkan hadits ahad di cabang hadits dhaif (lemah) menimbulkan kuat sekali tentang
kepalsuan isinya dan kepalsuan datangnya dari Nabi.
Dalam wasiat Rasullah itu ditegaskan bahwa sunnah itu adalah pedoman kedua
sesudah al qur’an selama kedua pedoman itu diikuti (Quran dan Sunnah) dan tidak akan
terpengaruh kepada pedoman pedoman sekulerisme maka akan selamatlah perjalanan hidup
itu dalam dua alam dunia dan akhirat.
2. IJTIHAD
Ijtihad adalah sendi islam yang ketiga setelah Quran dan Sunnah. Ijtihad berasal dari
kata ijtihad yang berarti mencurahkan tenaga, memeras pikiran, dan bekerja dengan sungguh-
sungguh. Ijtihad merupakan salah satu dasar daripada Hukum Islam sesudah Quran dan
Sunnah. Quran memberikn suatu syariah yang bersifat tetap dan tidak berubah-ubah, karena
peraturan Allah hakikat sifatnya tidak akan dapat berubah-ubah. Sebaliknya bilamana
perubahan-peubahan itu tidak boleh tidak untuk kemajuan manusia dan syariah tidak
menentukan suatu hukum yang rinci, disinilah ijtihad berlaku. Dapat dikatakan jika Quran
dan Sunnah sebagai sumbernya maka ijtihad adalah sebagai penggerak tanpa ijtihad
keduanya akan lumpuh.
Semua ajaran ijtihad dijelaskan dalam surat Al-Maidah:48 dan dalam sebuah
haditsada dialog antara Nabi dengan Muadz bin Jabal dimana nabi berkata bagaimana jika
ada suatu permasalahan yang tidak ada dalam sunnah Rasulullah dan bagaimana caramu
memecahkannya. Dan iapun menjawab aku akan berpegang kepada pertimbangan akal yang
bebas (Ajtahida bira’yi). Dan pada sebuah fragmen dari peristiwa nabi Muhammad yang akan
1
menghadapi akhir hayatnya. Seorang sahabat bertanya kepada nabi “kalau nabi wafat
bagaimana jadinya kami dan bagaimana kami bisa tahu cara memecahkan masalah baru
setelah anda wafat ya Rasulullah?” dan nabi pun menjawab “kalian mempunyai Al-Qur’an
sebagai pedoman kalian dan kalian mempunyai akal pikiran dan kesadaranuntuk
memecahkan masalah dan Allah SWT akan menuntun kalian pada jalan yang lurus”
Objek ijtihad tidak boleh berijtihad mengenai kewajiban seperti puasa, sholat, dan
sebagai ijtihad hanya boleh membenarkan masalah yang buktinya tidak positif. Apabila suatu
ijtihad tidak mungkin dilakukan, maka minimal seorang harus menjadi “Mutaabbi” artinya
mengikuti dan menerima fatwa dari ulama.
Muttabi adalah suatu kenyataan dalam kurun kita ini. dihadapkan kepada masalah
yang yang membutuhkan jawaban positif, dan dulu para ulama telah berjuang untuk generasi
masa depannya dan sudah berusaha memecahan problem yang tumbuh di sekitarnya dan
mempunyai banyak manfaat pada masa ini yang merupkan challenge bagi Islam pada
zamannya dahulu dan seiring berjalannya waktu permasalahan terus bertambah sampai masa
ini dan oleh karena itu kita harus melakukan ijtihad pada masa kita ini.
1. AKIDAH
Akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah Qur’an. Iman ialah
segi teoritas yang dituntut pertama-tma dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai
dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi
prasangkaan.
Bagaimanakah sesungguhnya pengertian dan hakikat iman itu? Rasulullah SAW
menerangkan :
“ Iman adalah engkau percaya (membenarkan dan mengakui) kepada Allah dan Malaikat-
Nya dan dengan menjumpai-Nya dan dengan Rasul-rasul-Nya, dan engkau percaya dengan
hari kebangkitan”
Kemudian menjawab pertanyaan tentang hakikat pengertian islam, Rasulullah SAW
menerangkan :
“ Islam ialah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Engkau mengerjakan
shalat, membayar zakat yang wajib, dan puasa pada bulan Ramadhan”
Abul A’la Maududi, menerangkan tentang hakikat hubungan antara imam dan Islam,
sebagai berikut : “Hubungan antara Islam dengan iman, adalah laksana hubungan pohon
dengan uratnya. Sebagaimana pohon kayu tidak dapat tumbuh tanpa uratnya, demikian
pulalah mustahil bagi seseorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi
seorang Muslim.”
1
Akidah adalah masalah fundamental dalam islam, ia menjadi titik tolak permulaan
muslim. Sebaliknya, tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akidah atau menunjukkan kualitas
iman yang ia miliki. Manusia hidup atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai
kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan yang dimilikinya. Sebab itulah kehidupan
pertama dalam islam dimulai dengan Iman.
Kepercayaan merupakan pelita hidup, tanah tempat berpijak dan tali tempat
bergantung. Banyak manusia yang kehilangan tujuan hidup menjadi sesat karena ketiadaan
iman. Persoalan-persoalan hidup terdapat pada segala tingkatan manusia. Makin besar jabatan
dan kedudukan seseorang, makin besar pula problem hidupnya. Apabila problem-problem itu
berlarut-larut, mengakibatkan tekanan-tekanan jiwa dan psikis yang berat, menjadikan
seseorang neosoris atau menderita berbagai penyakit psikis dan penyakit fisik, menjadi gejala
umum dari hidup manusia modern masa kini. Tidak jarang pula manusia yang tidak mampu
melihat jalan keluar (way out) dari situasi yang sedang dihadapi, menempuh jalan yang
dipandangnya jalan pendek, menjadi gelap mata, melakukan perbuatan “nekad” yaitu bunuh
diri.
Menurut islam, kepercayaan pokok itu ialah kalimat : Laailaha illallah, artinya tidak
ada Tuhan melaikan Allah. Artinya keyakinan mutlak kepada Allah dengan membenarkandan
mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat (atribut) Allah. Pokok akidah ialah Allah SWT
sendiri, sebab dengan kepercayaan kepada Allah itu dengan sendirinya mencakup
kepercayaan kepada Malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya , hari kemudian dan
ketentuan takdirNya. Unsur-unsur iman tersebut dalam Islamologi diistilahkan Arkanul Islam
Firman Allah SWT : An-Nisa’ (4) :136
“Hai orang-orang yang beriman, yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
Kitab yang diturunkan-Nya terdahulu. Barang siapa yang kafir kepada Allah,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya”
Adapun tentang iman yang keenam, yaitu iman kepada qadha dan qadar Allah.
Adapun carav memahami detail dari rukun-rukun iman itu haruslah bersumber dari
pemberitaan Allah sendiri. Masalahnya adalah gaib, sebab itu yang paling mengetahui
tentang yang gaib ialah Yang Mahagaib, Allah SWT. Qur’an sebagai satu-satunya sumber
akidah kaum muslimin. Karena Qur’an sendiri adalah mutawatir maka dalil yang harus
diterima buat menerangkan akidah itu ialah dalil mutawatir, atau dalam istilah lain “dalil
gath’I” (dalil positif).
2. MAKNA SYAHADAT
1
Pengetahuan pokok dan pertama terhadap Islam ialah yang bernama Arkanul Iman
(rukun-rukun iman). Arkanul iman itu ialah :Percaya kepada Allah, Rasul-rasul-nya,
Malaikat-Nya, Kitab-Nya, hari kemudia-Nya serta qadha dan qadar-Nya.
Firman Allah SWT : Al-A’raf (7) :158
Atas dasar ayat tersebut maka Kalimat Syahadat itu sebagai berikut :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
itu adalah Rasul Allah “. Kalimat tersebut bernama Dua Kalimat Syahadat karena ia
mengandung dua syahadat (penyaksian). Syahadat pertama ialah : Laailaha ilallah yang
artinya : tidak ada Tuhan melainkan Allah ; dan syahadat yang kedua ialah: “Muhammadan
Rasulullah” yang artinya : Muhammad adalah Rasul Allah. Kalimat tersebut disebut kalimat
tauhid.
Dua kalimat syahadat itu adalah laksana anak kunci yang dengannya manusia masuk
kedalam alam keselamatan (Islam) dan dengan kalimat itu pula manusia dimasukkan dalam
syurga kalau kalimat itu menjadi ucapan terakhir dalam hidup duniawi.
Syahadat pertama menegaskan eksistensi Tuhan sebagai satu-satunya yang bernama
Allah. Perkataan Allah berasal dari kata “Ilah” yang berarti “ma’bud” (yang disembah),
sesuatu yang dianggap berkuasa dan besar mempunyai nilai yang patut disembah dan ditaati
dengan sepenuh hati.
Pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, mengandung kesempurnaan
kepercayaan kepada-Nya dari dua segi :
Pertama, Rububiyah yaitu sifat ketuhanan yang menciptakan alam, memelihara dan
mendidiknya.
Kedua, uluhiya. Segi ini adalah konsekuensi dari segi yang pertama, yaitu bahwa
hanya Zat yang bernama Allah saja sebagai Tuhan satu-satunya yang wajib disembah
dan dimohon pertolongan-Nya.
1
Kalimat “Laa ilaaha illallah” tersusun dalam bentuk dimulai dengan peniadaan, yaitu tiada
Tuhan baru kemudian disusul dengan suatu penegasan : “melainkan Allah!”
Syahadat kedua : “Wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” (dan saya bersaksi bahwa
Muhammad itu Rasul Allah).
Ada tiga pengetahuan yang asasi dalam syahadat kedua ini yaitu :
Pertama, Nabi Muhammad adalah Nabi/Rasul Allah untuk seluruh manusia
hingga akhir zaman
Kedua, Nabi Muhammad adalah Nabi/Rasul Allah yang terakhir
Ketiga, Nabi Muhammad itu penghulu seluruh Nabi dan Rasul (sayyidul
ambiya’ wal mursalien)
Iman kepada Muhammad SAW berdasar atas firman Allah SWT dalam Qur’an
sebagai berikut :
“Muhammad itu bukanlah bapak seseorang dari laki-laki kamu, tetapi Muhammad
itu adalah Rasul Allah penutup Nabi-nabi dan adalah Allah mengetahui tiap-tiap
sesuatu” Al-Ahzab (33) : 40
Pengakuan kepada : “Dua kalimat syahadat” membawa arti asasi kepada rukun-rukun iman
yang lain. Itulah sebabnya Dua Kalimat Syahadat itu menjadi intisari daripada Arkanul Iman
(rukun-rukun iman)
3. RUKUN IMAN
A. Iman kepada Allah SWT
Rukun iman pertama ialah iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah SWT adalah
yang paling pokok dan mendasari seluruh ajaran islam, dan ia harus diyakinkan dengan ilmu
yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “Laa ilahaa ilallah”. Qur’an
sebagai sumber pokok ajaran Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal
Allah SWT. Bahwa Allah SWT adalah Zat Yang Mahasuci, suci daripada sifat yang serupa
dengan alam. Ia tak dapat diserupakan dalam bentuk apapun, maka antropomorfisme tidak
dikenal dalam islam.
Konsep ketuhanan menurut Qur’an berdasar firman Allah SWT : Al-Ikhlas (112) : 1-4
1
“Dialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Pencipta segala
sesuatu, karena itu sembahlah Dia oleh kamu dan Dialah yang menguasai segala
sesuatu. Dia tidak terlihat oleh pandangan mata, tetapi Dia sendiri melihat dan
Dialah Zat yang lemah lembut lagi Maha Mengetahui”
Dalam sejarah purba, manusia jahiliah mengenal juga Allah. Mereka mengerti bahwa
yang menjadikan alam semesta dan yang harus disembah ialah Zat yang bernama Allah itu.
“Dan jika kamu Tanya mereka itu (orang-orang jahiliah), siapakah yang
menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, yang menjadikannya
ialah Allah yang Mahakuasa lagi Maha Mengetahui” Az-Zuhruf (43) : 9
“Sekiranya ada dilangit dan dibumi seberapa Tuhan selain dari Allah, sungguh
hancur binasalah seluruh langit dan bumi itu. Mahasuci Allah, Tuhan bagi Arasy,
daripada apa yang mereka sifatkan” Al-Anbiya’ (21) : 22
Yang dimaksud alam dalam ilmu tauhid ialah segala sesuatu yang dapat ditangkap
oleh panca indera kita atau oleh perasaa n dan pikiran kita. Alam mempunyai keadaan dan
sifat-sifat khas :
Pertama, ia takluk kepada hukum gerak, berubah dan berkembang
Kedua, alam dapat disusun atau tersusun (murrakab), karena ia adalah
maddah (materi) dari susunan atom-atom dan molekul-molekul.
Ketiga, alam itu takluk kepada ruang dan waktu (space and time)
Keempat, alam itu dapat ditangkap dengan panca indera, perasaan dan
pikiran kita
Tuhan itu ialah Allah SWT. Dia adalah Maha Esa. Dia Esa dalam segala-galanya. Esa
dalam Zat-Nya, artinya tidak ada persamaannya dari seribu satu zat-zat yang kita kenal dalam
ilmu fisika. Dia Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, Dia Maha Esa dalam perbuatan-Nya, Dia
Maha Esa dalam wujud-Nya, artinya hanya Allah sajalah yang wajibul wujud, Dia Maha Esa
dalam menerima ibadah, ia Maha Esa dalam memberi Hukum, artinya Dialah satu-satunya
pemberi hukum yang tertinggi.
Manfaat dari pengetahuan kita tentang keEsaan Allah ialah mansia tidak boleh
menyembah dan bertuhan selai kepada Allah SWT. Dia berkuasa memuliakan dan
menghinakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Dia memakmurkan atau menghancurkan
suatu negeri yang dikehendaki-Nya.
1
Untuk mempertinggi dan mempertebal iman kepada Allah, manusia diperintahkan dan
mempelajari alam semesta, ia laksana kitab penuh khazanah dan hikmah terbuka dihadapan
kita, menjadi “ayyaatun bayyinah”. Dalam diri manusia ada yang bernama “roh”. Apakah roh
itu?
“Mereka bertanya kepada engkau tentang roh. Jawablah, roh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan kepada kamu hana diberitpengetahuan sedikit” Al-Isra’
(17) : 85
Alangkah kecil rasanya manusia ini, dirinya saja sudah penuh dengan teka-teki dan rahasia
yang tak terkaji olehnya sendiri. Manusia dilarang memikirkan hakikat Zat Allah. “Allah
sebagai Pencipta Alam, mutlak sifat-Nya. Substansi-Nya cara berfikir dan logika-Nya bersifat
mutlak pula, disamping sifat keesaan. Pengetahuan dan pengertiannya terhadap yang mutlak
itu nibsi pula sifatnya. Daya yang nibsi adalah nibsi pula. Karena itulah yang nibsi tidak
sanggup mengerti sepenuhnya substansi yang mutlak, tak sanggup mengajuk rasio-Nya, cara
berpikir-Nya, tak sanggup sepenuhnya membanding logika-Nya.
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang laki-laki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; karena itu bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
Para Rasul hakikatnya adalah rahmat ilahi yang dianugerahkan kepada manusia.
Pengingkaran kepada seorang Rasul, sama dengan pengingkaran kepada mereka seluruhnya.
Nabi Muhammad SAW telah menggambarkan para Rasul : “Mereka adalah laksana Pembina-
pembina rumah, yang mana orang-orang terdahulu mendirikan rumah itu untuk orang-orang
dibelakang mereka; dan orang-orang yang dibelakang ini nantinya membangun pula rumah
diatas fundamen orang yang terdahulu”. Tugas para Rasul tugas rohaniah, misi spiritual.
Mereka bertugas memimpin manusia untuk mengenal Tuhan nya dengan pengetahuan yang
hak. Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadah menurut garis Allah. Menuntun
manusia dalam hidup duniawi menyucikan rohaniahnya, bebas dari perbudakan hawa nafsu,
agar menjadi manusia berakhlak mulia, menjadi “insane kamil” (manusia paripurna).
Para rasul memiliki empat sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari
manusia lainnya dikenal dengan istilah sifat-sifat wajib :
Pertama, sifat benar. Seorang Rasul selalu benar dalam perkataan dan
perbuatannya. Mustahil dia berkata dusta
Kedua, kepercayaan atau amanah. Seorang Rasuk mustahil khianat, baik
mengkhianati manusia lebih-lebih mengkhianati Allah.
Ketiga, menyampaikan atau tabligh. Seorang Rasul mustahil
menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah diwahyukan Allah
kepadanya.
Keempat, sifat kecerdasan. Artinya seorang Rasul mustahil seorang yang
bodohatau lemah akal, akan tetapi dia wajib memiliki kekuatan berpikir
dan kemampuan rasio yang tinggi.
Kemudian sifat-sifat material yang menyertainya ialah para Rasul itu berasal dari
keluarga-keluarga dan keturunan-keturunan yang terhormat. Dari sekian banyak sifat khas
seorang Rasul Allah yang paling esensial yang menjadi bukti kerasulannya ialah mukjizat.
Mukjizat adalah keluarbiasaan atau perbuatan ajaib (miracle) seorang Rasul, menyalahi
kebiasaan.
a. Nabi Ibrahim mendapat mukjizat tidak terbakar ketika dia dibakar oleh
Raja Namrud.
b. Nabi Musa dengan mukjizatnya dapat membelah Laut Merah dengan
tongkatnya
c. Nabi Sulaiman dapat mengerti bahasa binatang dan memerintahkannya
d. Nabi Isa dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang tak dapat manusia
sembuhkan
1
e. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup seluruh Nabi dan Rasul, dari
sekian banyak mukjizat beliau Al-Qur’an. Ia adalah mukjizat beliau yang
paling agung.
Tentang jumlah para Nabi/Rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ulama
berkata Rasull itu berjumlah “313” orang dan Nabi berjumlah “124.000”orang. Nama-nama
Nabi/Rasul yang diabadikan Allah dalam Qur’an 25 orang.
Delapan belas nama dari mereka disebut dalam Surah Al-An’am (6) ayat 83 s.d 86,
masing-masing Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun,
Zakariya, Yahya, Isa, Ilyasa’, Isma’il, ilyas, Yunus dan Luth. Yang tujuh lagi tersebar
penyebutannya dalam Surah-surah lain, mereka itu adalah : Adam, Idris, Shaleh, Syu’aib,
Hud, Dzulkifli, dan Muhammad SAW.
Kedua, ajaran Rasul terdahulu itu banyak hilang atau dihilangkan, perlu adanya
pengungkapan kembali tentang kecurangan yang telah terjadi dan yang benar
dihidupkan kembali
Ketiga, para Rasul terdahulu adalah diutus kepada bangsa dan daerah tertentu, maka
perlu ada seorang Rasul yang risalahnya untuk seluruh manusia, tugas internasional.
Faktor itulah yang menjadi alas an pokok kedatangan Rasul/Nabi akhir zaman
Muhammad SAW. Dan kedatangan beliau telah ada nubuatnya (telah diramalkan) dalam kitab
taurat. Maka ditempat dan waktu yang telah dijanjikan, ditengah-tengah tanah Arabiah, pada
12 Rabiul Awal ertepatan dengan tahun Gajah dan sesuai tanggal 20 April 571 M, lahirlah
seorang bayi laki-laki dikota Mekkah. Ia lahir sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah
telah wafat lebih dahulu kira-kira 7 bulan sebelum dia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh
kakeknya, Abdul Muttalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke
kaki Ka’bah. Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum
pernah ada sebelumnya.
Ketika berumur enam tubuh, ibunya Siti Aminah yang tercinta meninggal dunia. Maka
dia kemudian diasuh dan dididik oleh kakeknya, Abdul muttalib. Setelah dua tahun, wafat
pula kakek itu yang lantas diasuh kemudian oleh pamannya, Abu Thalib.
1
Muhammad, kemudian tumbuh dan berkemang berdasarkan alam dimana dia lahir. Tanah
Arabiah yang gersang, panas, tandus, tidak ada huja, sedang manusianya pun Jahiliah. Ketika
masa-masa muda remaja, dia terkenal sebagai seorang yang berakhlak dan berkarakter tinggi,
kejujurannya terkenal luas, tidak pernah sujud kepada berhala yang disembah oleh
bangsanya, dia benci judi dan tidak pernah meminum walaupun seteguk minuman Khamar.
Suatu consensus masyarakat menamai Muhammad dengan gelar Al-Amin, yang artinya
pemuda yang terpecaya.
Ketika menginjak usia 40 tahun, pada malam 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus
610 M, sewaktu beliau berkhalwat di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril A.S, membawa
suatu tugas suci dari Allah untuk Muhammad.turunlah wahyu pertama, yaitu ayat 1-5 dari
Surah Al-Alaq.
Muhammad SAW adalah Rasul akhir zaman, telah datang sesuai dengan janji Allah.
Sejarah adalah bukti utama. Muhammad itu tidak pernah berdusta sebelum ia mendakwahkan
dirinya memangku jabatan Nabi, maka kalau dia enggan berdusta kepada sesame manusia.
Pertama, beliau adalah Nabi/Rasul terakhir. Tidak akan datang lagi Nabi dan
Rasul sesudahnya.
Kedua, beliau adalah Nabi/Rasul internasional. Risalahnya universal ditujukan
kepada seluruh manusia, semua ras, bangsa dan bahasa, sampai ke ujung zaman.
Ketiga, Muhammad SAW adalah semulia-mulia Nabi dan Rasul daripada
Nabi/Rasul terdahulu. Dari sekian Rasul yang dikisahkan dalam Qur’an sejak dari
Adam A.S yang berjumlah 25 itu, maka lima diantaranya disebut “Ulul Azmi”
artinya Rasul-rasul yang terkenal keras kemauan dan cita-citanya. Mereka itu
ialah :Muhammad SAW, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, dan Isa AS
Iman kepada kitab Allah terdahulu hanya berarti, bahwa kita wajib percaya bahwa
sebelum Qur’an, Allah pernah menurunkan kitab kepada Rasul dan Nabi-Nya, iman yang
tidak mengharuskan kita untuk mengikuti dan patuh terhadap perundang-undangannya. Maka
kesimpulannya, bahwa cukup Qur’an saja sebagai satu-satunya Kitab Suci dan perundang-
undangan Ilahi yang wajib kita imani dan ikuti dewasa ini.
Pertama, bahwa jagat raya ini dengan seluruh makhluk yang ada didalamnya akan
hancur lebur. Akan terjadi gempa besar dengn gunung menjadi laksana debu
berterbangan, air laut mendidih meluap-luap, bumi retak-retak, bintang
berguguran, langit digulung, sedang manusia mabuk pitam. Hanyalah Allah yang
Mahaperkasa saja tetap hidup. Itulah Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat Besar)
Kedua, bahwa setelah segala sesuatu binasa dan mati, tibalah fase kedua yaitu
kebangkitan. Semua manusia dibangkitkan kuburnya, itulah Yaumul Ba’ats(hari
pembangkitan). Kemudian manusia dikumpulkan semuanya dipadang Mahsyar.
Saat itu itu bernama Yaumul Hasyr (hari berkumpul).
“Dan tidak ada yang kamu kehendaki itu kecuali telah dikehendaki oleh
Allah yang mempunyai jagat raya ini”
Harus diingat pula bahwa segala masalah yang ruwet itu hanya terbit pada akal
manusia. Pada ayat ayat yang menyatakan kekuasaan mutlak Allah, mengingatan agar
manusia jangan lupa daratan jangan takabur dan sombong. Kekuasaan dan kebebasan
manusia sangat terbatas.
Tepat sebagaimana yang diibaratkan oleh Buya HAMKA tentang manusia dalam
takdir Allah : “Laksana kebebasan seorang warga dalam satu Negara. Dia bebas dalam
lingkungan undang-undang. Sebab itu pada hakikatnya tidaklah bebas.” 1
E. HUKUM SYARI’AH DAN FIQHI
Untuk menutup studi kita tentang dienul islam, kiranya perlu dikemukakan sedikit
uraian umum tentang hukum islam dan problematikanya, sebab segi inilah yang secara
langsung dan praktis berhubungan dengan lalu lintas pergaulan hidup kita.
Orang sering mencampuradukkan antara pengertian syari’ah dan Fiqhi atau
menyamakan artinya. Inilah problema umum yang membutuhkan jawaban. Oleh karena itu,
setelah kita melakukan studi secara panjang lebar tentang dienul islam dan masalahnya,
sampailah kita pada uraian tentang Islam sebagai suatu hukum. Maka untuk itu, perlu pula
kita memahami apakah hukum itu menurut Islam, apa sumber-sumbernya, apakah yang
disebut hukum syari’ah dan akhirnya bagaimana memahami hukum Fiqhi itu?
1. HUKUM
Sesungguhnya arti hukum yang dalam bahasa inggris disebut law akan berbeda artinya
dengan arti hukum yang dibahas dalam ajaran islam. Menurut harfiah, hukum itu
artinya:”menetapkan sesuatu atas sesuatu” (itsbatu syae’in ‘ala syae’in). Ejaannya dalam
bahasa Arab ialah al-Hukm. Secara ringkas berarti: “ketetapan”. Sebab itu berdasarkan ilmu
bahasa. Hukum Islam yang mana bersumber dari Allah disebut “Hukmullah”, berarti
ketetapan Allah. Telah menjadi keyakinan yang pasti dalam islam, bahwa yang menetapkan
hukum (hakim) itu ialah Allah S.W.T “Tak ada hakim selain dari Allah”. Sesuai dengan dalil
berikut:
2. SYARI’AH
1
Kata syari’ah dalam bahasa Arab diambil dari kata syara’ah, yang dalam bahasa
indonesia artinya jalan raya. Dengan kata lain Syari’ah Islam memberi arti hidup yang harus
dilalui atau perundang-undangan yang harus di patuhi oleh seorang Islam.
Seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam islam, baik yang
berhubungan antara manusia dengan Allah, maupun antara sesama manusia sendiri,
bernamalah Syari’ah Islam. Dan segala hukum dan perundang-undangan yang diciptakan
oleh manusia sendiri, bernamalah syari’ah buatan (buatan manusia).
Arti syari’ah telah dijelaskan oleh Qur’an. Sebagai berikut :
Firman Allah S.W.T :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu tanya hal-hal yang jika
diterangkan kepada kamu menyusahkan kamu”.
Sabda Rasulullah S.A.W :
3. FIQHI
Menurut harfiah, fiqhi berarti pintar, cerdas, paham.bila dijadikan kata kerja maka ia
berarti memikirkan, mempelajari, memahami. Orangnya dinamakan “Faaqih”, dan kalau
banyak (jamak) “Fuqahaa”.
Untuk memperoleh pengertian lebih lanjut, mari kita memperhatikan firman Allah
S.W.T :
1
“Alangkah baiknya jika sebagian daripada kamu ada orang-orang yang bertafaqquh
fiddien (mempelajari secara mendalam tentang islam), agar memperingatkan
kaumnya bila mereka kembali (dari menuntut ilmu). Mudah-mudahan kaumnya dapat
berhati-hati.”
Sebagaimana bunyi ayat tersebut yang menyebut kata fiqhi, Abu Ishak
mengartikannya: Memahami apa yang tersirat. Kemudian definisi yang dikembangkan dalam
ilmu hukum Islam, ia berarti: Ilmu tentang hukum Islam yang disimpulkan dengan jalan rasio
berdasarkan alasan-alasan yang terperinci.
Maka kita dapat menyimpulkan suatu pengertian bahwa syari’ah itu ialah ketentuan-
ketentuan hukum Allah dalam Qur’an yang diwajibkan atas manusia untuk melaksanakannya.
Sedang fiqhi adalah pemikiran tentang syari’ah itu untuk direalisir dalam kehidupan manusia.
Akibat kekeliruan semantik pada syari’ah dan fiqhi, maka seseorang mudah
misunderstanding terhadap Islam. Mari kita kemukakaan pada sebuah contoh, sebuah
masalah agama yang lalu kita tanyakan kepada seorang guru agama untuk meminta
penjelasan tentang kedudukan hukumnya, niscaya jawaban yang kita terima adalah suatu
pendapat kitab fiqhi. Dan karena ada empat mazhab fiqhi, lalu segera timbul empat macam
pendapat pada suatu hal yang sama. Bahkan masih ada lagi fiqhi mazhab Azahiri dan mazhab
Syi’ah pengikut iman yang dua belas. Katakan saja, bagaimana hukumnya shalat jama’ah?
Maka jawaban yang kita terima: sebagian ulama berpendapat wajib ‘ain, sebagian lagi wajib
kifayah dan sebagian lagi sunat muakkad (istimewa).
Kalau begitu mana pilihan kita? Apabila seseorang tidak mengerti tentang duduk
masalahnya, tentu dia beranggapan bahwa dalam hukum Islam mengandung antagonisme.
Itulah sebabnya terjadi misunderstanding.
Karena syari’ah adalah hukum Allah yang positif, tidak mungkin terjadi kontradiksi-
kontradiksi di dalamnya, sifatnya mutlak. Yang memiliki pertentangan ialah hasil-hasil
pikiran manusia, termasuk ketetapan-ketetapan dan rumusan-rumusan hukum dari hasil
pemikiran dan penyelidikan itulah yang dinamai Fiqhi. Sebab itu fiqhi bukanlah syari’ah,
sebagaimana syari’ah tidak sama dan sebangun dengan Fiqhi.
Ketentuan-ketentuan Fiqhi adalah sesungguhnya hasil daripada berbagai cara
pemikiran deduktif, sedang yang paling terkemuka di antaranya ialah “qiyas” (deduksi
dengan menggunakan analogi). Para sarjana hukum Fiqhi (fuqaha) yang besar di masa lalu,
khususnya imam empat itu, mereka telah merumuskan hukum-hukum adalah berdasar studi
mereka yang mendalam terhadap Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Sifat-sifat subjektif
pemikiran mereka ditentukan oleh sistem pendekatan dari tiap sarjana Fiqhi pribadim dan
diwarnai cara penafsirannya tentang sumber-sumber hukum Islam, serta dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, dan intelektual pada masa hidupnya.
Menilik pada latar belakang sejarah, sesungguhnya semua rumusan Fiqhi semula
ditulis untuk memudahkan penetapan-penetapan asas-asas syari’ah. Dan sadar, atau tidak,
pekerjaan itu sendiri adalah usaha merintis kodifikasi syari’ah. Akan tetapi lama-kelamaan
1
ketentuan-ketentuan ini dipandang oleh kaum muslimin awam sebagai hukum-hukum islam
yang harus berlaku, atau mereka memandangnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
syari’ah.
Inilah yang sebenarnya terlintas dalam pikiran Nabi, ketika beliau bersabda:
PENUTUP
1
KESIMPULAN