Defenisi
adalah penghilangan satu atau lebih bagian tubuh dan bisa sebagai akibat dari
malapetaka atau bencana alam, belum pernah terjadi sebelumnya, seperti kecelakaan,
gempa dengan intensitas kuat, terorisme dan perang, atau dilakukan karena alasan
medis dengan motif untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
apabila masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau apabila kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang
klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas, (Wahid,
2013).
dari sebuah kondisi medis yang serius seperti diabetes, trauma atau neoplasma,
B. Penyebab/predisposisi amputasi
Penyakit vaskular perifer adalah penyebab utama amputasi pada individu non
diabetes dan memberikan kontribusi sekitar setengah dari semua amputasi pada
manajemen penyakit pembuluh darah perifer juga ada meskipun beberapa pusat
keunggulan telah melaporkan penurunan tingkat amputasi setelah revaskularisasi
Serikat terjadi di antara orang-orang dengan diabetes melitus, dan meningkat enam
hingga sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Setelah amputasi
tungkai bawah pertama, hingga 50 % pasien memerlukan amputasi lain dalam waktu
3-5 tahun, (Lipsky, Weigelt, Sun, 2011). Menurut Jumeno dan Adliss (2010)
amputasi dapat juga disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit, faktor cacat
Menurut Wahid tahun 2013, amputasi dapat dilakukan pada kondisi sebagai
berikut :
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri akut
2. Keterbatasan fisik
3. Pantom syndrome
5. Adanya gangguan citra tubuh , mudah marah, cepat tersinggung, pasien cenderung
berdiam diri
D. PATOFISIOLOGI
anggota gerak bagian bawah. Biasanya penyebab dari penyakit pembuluh darah
perifer adalah hipertensi, diabetes, hiperlipidemia. Penderita neuropati perifer
terutama klien dengan diabetes melitus mempunyai resiko untuk amputasi. Pada
neuropati perifer biasanya kehilangan sensor untuk merasakan adanya luka dan
infeksi. Tidak terawatnya luka dapat infeksi dapat menyebabkan terjadinya gangren
Insiden amputasi paling tinggi terjadi pada laki-laki usia muda. Biasanya
kecelakaan penggunaan mesin saat bekerja. Kejadian ini juga dapat terjadi pada orang
Amputasi di indikasikan bagi klien dengan gangguan aliran darah baik akut maupun
kronis. Pada situasi trauma akut, dimana anggota tubuhnya terputus sebagian atau
tubuh yang kecil, atau seluruh anggota tubuh sukses. Pada proses penyakit
intersisium sehingga terjadi edema. Edema menambah resiko terjadinya cedera dan
penurunan sirkulasi. Ulkus yang ada menjadi berkembang karena terinfeksi yang
dan akhirnya memicu gangren, dan dibutuhkan tindakan amputasi (LeMone, 2011).
Selain dari data diatas, penyebab atau faktor predisposisi terjadinya amputasi
diantaranya ialah terjadinya fraktur multiple organ tubuh yang yangt tidak mungkin
dapat diperbaiki, kehancuran jaringan kuli yang tidak mungkin diperbaiki, gangguan
vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang berat atau berisiko tinggi
menyebar ke anggota tubuh lainnya, ada tumor pada organ yang tidak mungkin
dan mendapat penangan yang terus menerus, biasanya dilakukan sebagai salah satu
darurat merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat, seperti pada trauma
Menurut jenisnya amputasi dibagi menjadi dua macam, yaitu amputasi jenis
terbuka dan tertutup. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana pemotongan tulang dan otot pada tingkat yang sama sedangkan amputasi
tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit
untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 centimeter
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional (sesuai kebutuhan protesis).
Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan minor
disartikulasi pergelangan kaki) dilakukan paling sering pada trauma kaki ekstensif
dan menghasilkan ekstremitas yang bebas nyeri dan kuat dan dapat menahan beban
berat badan penuh. Amputasi dibawah lutut lebih disukai dibanding amputasi diatas
lutut karena pentingnya sendi lutut dan kebutuhan energi untutk berjalan. Dengan
mempertahankan lutut bagi lansia antara ia bisa berjalan dengan alat bantu dan atau
bisa duduk di kursi roda. Diartikulasi sendi lutut paling berhasil pada klien muda,
aktif yang masih mampu mengembangkan kontrol yang tepat sebanyak mungkin
panjangnya, otot dibentuk dan distabilkan, dan disupervisi pinggul dapat dicegah
pinggul kebanyakan orang akan tergantung pada kursi roda untuk mobilisasinya.
Amputasi ekstremitas atas dilakukan dengan mempertahankan panjang
amputasi. Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan
dapat menjadi massif. Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan, dengan perdaran
darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat
penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan prosthesis (Lukman dan
Ningsih, 2009).
E. PENETALAKSANAAN
1. Terapi
a. Antibiotik
b. Analgetik
2. Medis
b. Balutan lunak : Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan
bila perlu diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.
infeksi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
pembentukan hematoma.
setelah amputasi.
aliran darah.
dari jaringan kutaneus ke tengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
2. Keluhan Utama: Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan
gangguan neurosensori
3. Riwayat kesehatan Masa Lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma
dan fraktur), cara penanggulangan dan penyakit (diabetes melitus)
4. Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab,
gejala (tiba tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan.
5. Pemeriksaan Fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit dan
kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan takikardia), neurologis (spasme otot dan
kebas atau kesemutan), keadaan ekstremitas, keadaan rentang gerak dan adanya
kontraktur, dan sisa tungkai (kondisi dan fungsi).
6. Riwayat Psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung
7. Pemeriksaan diagnostik: rontgen (lokasi/luas), Ct scan, MRI, arteriogram, darah
lengkap dan kreatinin.
8. Pola kebiasaan sehari-hari: nutrisi, eliminasi, dan asupan cairan.
9. Aktifitas / Istirahat
Gejala : keterbatasan actual / antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi /
amputasi
10. ntegritas Ego
Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situsi financial, reaksi
orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya
Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu
11. Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
12. Interaksi Sosial
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi orang
lain
13. Temuan pemeriksaan fisik :
a. Adanya edema
b. Tidak ada denyut nadi atau denyut nadi menurun pada ekstremitas atau jari
yang diamputasi
c. Ansietas, ketakutan
d. Iritabilitas
e. Marah, frustasi
f. Menarik diri, duka cita
g. Kegembiraan yang palsu
h. Area nekrotik atau gangren
i. Luka yang tidak sembuh
j. Infeksi lokal
k. Perubahan gaya berjalan, peningkatan resiko jatuh
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Risiko infeksi
4. Hambatan mobilitas fisik
I. DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Yasmara dkk. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.