Anda di halaman 1dari 37

MATA ACARA I

PEMBUATAN PUPUK PADAT DAN PUPUK CAIR


DENGAN CARA KOMPOSTING

I.1 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memanfaatkan şampah organik menjadi pupuk padat
dan cair dengan cara komposting.

I.2 Dasar Teori


Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan baku yang sebagian beşar
atau keseluruhan berasal dari bahan-bahan organik, baik tumbuhan maupun hewan
yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, yang digunakan
untuk memberikan bahan organik, serta berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah.
Kelebihan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk anorganik antara lain
dapat meningkatkan produksi dan sesuai dengan tanah. Bahan organik dapat berasal
dari bagian tanaman (misalnya daun), kotoran hewan (sapi, kambing, ayam), atau
lumpur pengolahan limbah. Sebutan untuk pupuk organik yang berdasarkan pada
dominasi bahannya. Misalnya sebutan pupuk kandang karena bahan baku utamanya
adalah kotoran hewan atau unggas yang dikandangkan. Ada juga sebutan kompos
karena hasil dari proses pengomposan dan bahan dasarnya bahan hijauan yang
dicampur dengan kotoran ternak atau hanya bahan hijauan.
Produk pupuk mempunyai beberapa persyaratan tertentu, antara lain
seharusnya kandungan minimal nittogen 6 %. (Suwahyono U, 2011)

1
I.3 Alat dan Bahan
I.3.1 Alat
1. Reaktor Komposting
2. Pisau
3. Kaput
4. Alat Penyemprot
5. Sekam
6. Stoples
I.3.2 Bahan
1. EM-4 1 Aktifator Kompos
2. Sampah Daun, dll
3. Larutan Molase

I.4 Cara Kerja


Cara pembuatan pupuk padat dan pupuk cair dari kompos:
1. Sampah kebun. sampah dapur dan sampah kulit buah-buahan dipotong kecil-
kecil kemudian dimasukkan ke dalam wadah (tong plastik (biang kompos))
guna proses fermentasi pengomposan.
2. Proses fermentasi pengomposan sampah dilakukan di dalam reaktor kompos.
3. Pembuatan larutan aktifator dengan perbadingan:
20 ml Aktifator : 20 ml Larutan Molase : 1000 ml Air.
4. Setiap 2 (dua) hari sekali disemprot secara merata secukupnya dan diaduk.
5. Ditaburkan sekam bakar segenggam untuk mengurangi bau yang tidak sedap
pada kompos.
6. Ditaburkan pula kapur putih untuk mencegah timbulnya belatung.
7. Setelah 5 minggu pupuk padat/cair dapat dipanen.

2
I.5 Hasil
Dari percobaan di atas didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel I.1 Hasil Pengamatan Komposting Aerob.
Kete-
Waktu Pengamatan Hasil Pengamatan Perlakuan Kelompok
No rangan
Tanggal Waktu Bau Tekstur Warna
1 14-10- 13.59 Disemprot
Tidak
2019 aktivator,
Tidak terdapat
Coklat diberi
menye Kasar belatung A
daun kapur, dan
ngat ataupun
ditaburi
bau
sekam.
2 16-10- Disemprot
Tidak
2019 aktivator,
Tidak terdapat
Coklat diberi
menye Kasar belatung B
daun kapur, dan
ngat ataupun
ditaburi
bau
sekam.
3 18-10- 11.55 Disemprot
Tidak
2019 aktivator,
terdapat
Tidak Coklat diberi
Kasar belatung C
berbau daun kapur, dan
ataupun
ditaburi
bau
sekam.
4 21-10- 13.58 Disemprot
Tidak
2019 aktivator,
terdapat
Tidak Coklat diberi
Kasar belatung D
berbau daun kapur, dan
ataupun
ditaburi
bau
sekam.
5 23-10- 14.35 Tidak
Disemprot
2019 terdapat
aktivator,
Tidak belatung
diberi
menye Kasar Coklat ataupun E
kapur, dan
ngat bau,
ditaburi
tekstur
sekam.
kasar
6 25-10- 14.49 Tidak Kasar Coklat Disemprot Tidak A
2019 menye kehita aktivator, terdapat
ngat man diberi belatung
kapur, dan ataupun

3
ditaburi
bau
sekam.
7 28-10- 14.49 Disemprot
Tidak
2019 aktivator,
Tidak Coklat terdapat
diberi
menye Kasar kehita belatung B
kapur, dan
ngat man ataupun
ditaburi
bau
sekam.
8 30-10- 14.17 Disemprot
Tidak
2019 aktivator,
Tidak Coklat terdapat
diberi
menye Kasar kehita belatung C
kapur, dan
ngat man ataupun
ditaburi
bau
sekam.
9 01-11- 14.12 Tidak
2019 terdapat
Disemprot
belatung
aktivator,
Coklat ataupun
Tidak diberi
Kasar kehita bau, D
busuk kapur, dan
man berjamu
ditaburi
r,
sekam.
sepertin
ya gagal
10 04-11- 13.45 Disemprot
Tidak Tidak
2019 Coklat aktivator,
menye Kasar terdapat E
tua ditambah
ngat belatung
kapur.
11 06-11- 13.47 Disemprot
2019 Tidak aktivator, Tidak
Coklat
menye Kasar ditambah terdapat A
tua
ngat kapur, dan belatung
diaduk.
12 08-11- Kasar Coklat Disemprot
Tidak Tidak
2019 tua aktivator,
menye terdapat B
ditambah
ngat belatung
kapur.
13 11-11- 13.00 Kasar Berbelat
2019 ung,
Meny berbau
Hitam - C
engat jamur,
tekstur
kasar

4
Hasil kompos cair = 99 ml
Hasil kompos padat = 3,6 kg
Ciri-ciri kompos cair yang didapat:
1. Berwarna cokelat tua.
2. Berbau.
Ciri-ciri kompos padat yang didapat:
1. Teksturnya kasar.
2. Berwarna cokelat tua.
3. Berbau menyengat.

I.6 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan pupuk padat dan pupuk cair dengan cara composting
didapatkan hasil pupuk padat = 3,6 kg dan pupuk cair = 99 mL. Dan tekstur pada
kompos kasar serta berjamur. Seharusnya pupuk yang sempurna teksturnya adalah
remah. Hal ini terjadi karena pada saat pembuatan kompos, memotong daun-daunnya
tidak rata kecil atau masih banyak yang berukuran besar, sehingga hal ini
menghambat proses pembusukan karena pembusukan tidak merata yang disebabkan
oleh daun-daun yang masih besar.
Pada saat pemanenan kompos, terdapat belatung pada kompos. Hal ini dapat
terjadi karena pada saat penambahan aktivator dan sekam serta kapur tidak merata.
Khususnya pada pemberian kapur yang tidak merata atau takaran yang diberikan
kurang sehingga pada saat pemanenan terdapat belatung.
Secara fisik, seperti bau, warna dan tidak larut dalam air kompos/pupuk padat
dan cair berhasil. Tetapi tekstur yang dihasilkan masih kasar. Sehingga belum dapat
dikatakan 100% berhasil dan praktikan juga belum dapat memastikan 100% berhasil
karena pupuk kompos yang dihasilkan belum dicoba untuk memupuk tanaman.

5
I.7 Kesimpulan
Pada praktikum pembuatan pupuk padat dan cair dengan cara komposting ini,
praktikan dapat menyimpulkan bahwa sampah organik khususnya sampah yang
sangat sering kita jumpai ternyata masih mempunyai nilai dengan cara dimanfaatkan
sebagai pembuatan pupuk organik dengan cara komposting maupun biopori.
Dan melalui praktikum ini, praktikan mampu memanfaatkan sampah organik
menjadi pupuk padat dan pupuk cair.

6
MATA ACARA II

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA

II.1 Tujuan

Mempelajari kemungkinan pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa yang


dapat dimanfaatkan sebagai adsorpsi.

II.2 Dasar Teori

Arang aktif adalah karbon yang tinggi. Menurut Heler (1951) arang aktif
berbentuk amorf. Karbon ini terdiri dari pelat-pelat datar yang atom C nya terikat
secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal.

Pelat-pelat ini bertumpuk satu sama lainnya membentuk kisi-kisi kristal


dengan sisa Hydrocarbon yang tertinggal pada permukaannya, dengan
menghilangkan hydrocarbonnya menyebabkan permukaannya menjadi aktif (H.g.
Poha,1988). Luas permukaan arang aktif sangat besar yaitu 300-2000 m 2/gram. Luas
permukaan yang besar ini disebabkan karena mempunyai kemampuan menyerap yang
tinggi terhadap gas, uap dan zat yang berbeda dalam suatu larutan (Krirk & Othmer,
1964).

Pada pembuatan arang aktif dapat digunakan larutan aktifator berupa NaCl,
HCl, ZnCl2, dimana bahan yang telah dikarbonkan diaktifasi dengan larutan aktifator
dan dikeringkan (Ni Made Parismini, 1998).

7
Tabel III.1 Syarat Mutu Arang Aktif Teknis
(SNI 06-3730-1995)
No Uraian Satuan Persyaratan
Butiran Serbuk
1. Bagian yang hilang pada pemanasan - Maks 15 Maks 25
950º, %
2. Air, % - Maks 4,4 Maks 15
3. Abu, % - Maks 2,5 Maks 10
4. Daya serap terhadap I2 mg/g Maks 750 Maks
750
5. Daya serap terhadap biru metilen mL/g Maks 60 Maks
120
6. Kekerasan, % - 80 -
7. Daya serap terhadap Benzene, % - Min 25 -
8. Jarak mesh, % - 90 -
9. Lolos ukuran mesh 325 - - Min 90
Sumber : BSN Deperindang, 1996

II.3 Alat dan Bahan


II.3.1Alat
1. Tabung Pyrolisis
2. Kompor + Gas
3. Lumpang & Penumbuk
4. Beaker Glass
5. Pengaduk
6. Oven
II.3.2Bahan
1. Tempurung Kelapa
2. Larutan NaCl
3. Larutan Asam Sulfat

8
II.4 Cara Kerja
II.4.1 Pembuatan karbon aktif
1. 1000 gram Tempurung kelapa diitmbang yang telah dibersihkan
2. Dimasukan kedalam tabung pembakaran kemudian tutup rapat
penutup tabungnya.
3. Tabung diletakan diatas pemanasan hingga asap yang timbul berwarna
biru.
4. Bagian lubang pembuang gas ditutup segera lalu diturunkan dari api
pemanas serta lubang-lubang ditutup pada bagian bawah tabung.
5. Setelah dingin, tutup tabung dibuka dan dikeluarkan tempurung arang
yang terjadi.
II.4.2 Aktifasi karbon
1. Karbon yang terbentuk digiling kemudian disaring, hasil saringan
direndam dalam larutan aktifator Selma beberapa jam kemudian dicuci
dengan air sampai kandungan tir dan sisa asam hilang.
2. Karbon hasil dikeringkan didalam oven.

II.5 Hasil
Tabel II.2 Hasil Pembuatan Arang Aktif
Berat Awal Arang Berat Akhir
No. Kelompok Ukuran Saringan
(gram) Arang (gram)
1. A 20 mesh 54,3 28,9
2. B 40 mesh 20,25 20,15
3. C 60 mesh 17,36 19,33
4. D 80 mesh 11,56 11,30
5. E 100 mesh 4,75 4,3

II.6 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa ini, sebelum
menjadi arang aktif tempurung kelapa harus melalui beberapa proses, yaitu ditimbang

9
dan dipisahkan dahulu dari sabut kelapanya, setelah itu tempurung kelapa ditumbuk
hingga menjadi kecil, hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pemanasan atau
supaya pemanasannya merata dan tempurung kelapa dapat menjadi arang. Tetapi
pada percobaan yang dilakukan, hasilnya kurang maksimal, arang yang terjadi belum
benar-benar menjadi arang, masih setengah arang. Kemudian karena hasilnya kurang
maksimal, arang yang telah jadi dipisahkan lagi dengan arang yang belum jadi. Dan
hasilnya setelah dipisahkan, hasilnya hampir setengah dari banyaknya tempurung
kelapa yang telah terjadi. Setelah itu, arang yang telah jadi ditumbuk dan disaring
dengan saringan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda. Setelah disaring, kemudian
arang aktif direndam dengan larutan aktifator, setelah direndam kemudian disaring
dengan kertas saring hingga pH air rendaman yang telah dibilas dengan akuades
menjadi netral (pH 7). Dan pada arang aktif dikelompok A membutuhkan 13 kali
bilasan dan 1 kali ganti kertas saring. Dan setelah itu arang aktif yang telah netral pH
nya dikeringkan didalam oven dan setelah dioven didapatkan berat arang aktif 28,9
gram.

II.7 Kesimpulan
Dari praktikum ini, praktikan dapat membuat arang aktif dari tempurung
kelapa. Dan dapat disimpulkan bahwa tempurung kelapa merupakan salah satu
karbon aktif yang kualitasnya cukup baik untuk dijadikan karbon aktif dan memiliki
struktur pori yang cukup baik dimanfaatkan sebagai adsorpsi.

10
MATA ACARA III

PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

III.1 Tujuan
Mahasiswa mampu membuat lubang resapan biopori untuk rsapan air

III.2 Dasar Teori


Lubang resapan biopori adalah metode resapan air ditujukan untuk mengatasi
genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan Dr.
Kamir R. Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor.
Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah
dan menimbunya dengan sampah organik untuk menghasilakan kompos. Sampah organik
ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah yang seterusnya
mampu menciptakan pori-pori dalam tanah. Teknologi sedehana ini kemudian disebut
dengan nama biopori. Manfaat secara ekologi dan lingkungan dari biopori antara lain :
1. Meningkatkan daya resapan air
a. Adanya lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan
air, setidaknya sebesar luas dinding lubang.
b. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan
terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadannya.
c. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran
biopori secara bersama-sama meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
2. Mengubah sampah organik menjadi kompos
a. Sampah organik dilubang biopori sebagai sumber energi bagi organisme tanah
untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi.
b. Kompos dapat dipanen setiap satu periode tertentu dan dapat dijadikan pupuk
tanaman.

11
16

Lokasi pembuatan lubang resapan dapat dilakukan didasar saluran yang dibuat
untuk membuang air hujan, di sekeliling batang pohon, batas taman, pekarangan
rumah dan tempat-tempat genangan air.

III. 3 Alat dan Bahan


III.3.1 Alat
1. Bor biopori
2. Casing
3. Pipa paralon
4. Cetok
III.3.2 Bahan
1. Semen
2. Pasir
3. Air
4. Sampah organik

III. 4 Cara Kerja


1. Lubang silindris dibuat secara vertikal kedalam tanah menggunakan bor dengan
diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm (tidak sampai melampaui muka air tanah
apabila tanahnya dangkal). Karak antar lubang antara 50-100 cm.
2. Pipa paralon dimasukan yang sudah dilubangi kedalam tanah yang sudah di bor.
3.Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2 cm
disekeliling mulut lubang, ataupun bahan-bahan yang lain berfungsi sebagai casing untuk
memperkuat biopori.
4. Lubang diisi dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman,
dedauanan, atau pangkasan rumput.
5. Sampah organik perlu selalu ditambahkan kedalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
6. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan biopori.

III. 5 Hasil.
Dari praktikum pembuatan resapan biopori didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Diameter Pipa : 10 cm
2. Panjang Pipa : 80 cm
3. Tebal Casing : 5 cm
4. Kedalaman Lubang : 100 cm
5. Perbandingan Air dan Semen : 4:1
6. Air : 500 mL
2
7. Sampah Organik : Panjang Pipa
3

III. 6 Pembahasan
Pada praktikum ini, praktikan membuat lubang resapan biopori yang berlokasi di
halaman kampus 2 IST AKPRIND Yogyakarta. Pada saat melakukan penggalian lubang, ada
beberapa kendala yang salah satunya adalah banyaknya batu didalam lubang tersebut
membuat praktikan sulit melakukan pengeboran dan ditambah lagi dengan peralatan bor
yang sederhana/manual membuat penggalian lubang tidak efektif serta cuaca siang yang
begitu panas.
Kemudian setelah selesai penggalian, lubang biopori dimasukkan pipa paralon, dan
pada saat memasukan tanah kedalam lubang kembali jarak antar permukaan dan mulut pipa
masih begitu jauh sehingga praktikan mengakalinya dengan menambahkan batu disekitar
mulut paralon, karena permukaannya yang tidak datar dan terhalang oleh batu pada mulut
paralon, menyebabkan lubang biopori tidak dapat ditutup setelah dilakukan penyemenan.
Selain menggunakan pipa paralon, lubang biopori dapat dibuat dengan bambu, karena
pipa paralon yang mahal, metode ini dapat diterapkan didaerah pedesaan.

17
III. 7 Kesimpulan
Pembuatan lubang resapan biopori dapat meminimlaisi terjadinya genangan air yang
dihasilkan dari rusaknya rainase yang ada dan dapat juga menjadi media pembuatan kompos
dengan memanfaatkan limbah organik dari sekitaran rumah ataupun tempat lain. Dan melalui
praktikum ini, praktikan telah mampu membuat lubang resapan biopori dengan benar

18
MATA ACARA IV

PEMBUATAN NATA DE LERI

IV.1 Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan daur ulang limbah cair air cucian beras (leri)
menjadi Nata De Leri dengan bantuan mikroorganisme dan memanfaatkan limbah
cair (leri) menjadi suatu produk makanan.

IV.2 Dasar Teori


Nata merupakan suatu bahan menyerupai gel (agar-agar) yang terapung pada
medium yang mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorgabisme
Acetobacter Xylinum. Nata pada dasarnya merupakan selulosa, apabila dilihat
dibawah mikroskop akan tampak sebagai suatu massa fibril tidak beraturan yang
menyerupai benang atau kapas.
Nata mengandung air sekitar 98%, lemak 0,2%, kalsium 0,012%, fosfor
0,002% dan vitamin B3 0,017% dengan tekstur agak kenyal, padat, kokoh putih, dan
transparan (menyerupai kolang-kaling). Produk ini tergolong makanan berkalori
rendah, namun memiliki kadar serat tinggi sehingga baik bagi pencernaan, dapat
menjaga kelangsingan tubuh, menolong penderita diabetes, da mencegah kanker usus.
Pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum dipengaruhi oleh berbagai faktor,
misalnya tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber
nitrogen, sumber karbon, konsentrasi stater (bibit). Aktivitas pembentukan nata hanya
terjadi pada kisaran pH 3,5 – 7,5. Asam Asetat Glasial yang ditambahkan kedalam
medium dapat berfungsi untuk menurunkan pH medium sehingga tercapai pH
optimal, yaitu sekitar 4. Sementara suhu yang memungkinkan nata dapat terbentuk
dengan baik adalah suhu kamar, yang berkisar 28˚C - 32˚C.

19
IV.3 Alat dan Bahan
IV.3.1 Alat yang digunakan
1. Gelas ukur
2. Kompor
3. Kertas pH
4. Baskom/Panci pencampur
5. Kain saring
6. Timbangan
7. Penutup
8. Nampan
IV.3.2 Bahan yang digunakan
1. Air leri
2. Kecambah
3. Asam Asetat Glasial
4. Gula pasir
5. Stater bakteri Acetobacter Xyilinum
6. ZA

IV.4 Cara Kerja


IV.4.1 Proses sterilisasi
Direbus air sampai mendidih, kemdian air mendidih dituangkan kesemua
alat yang akan dipergunakan.
IV.4.2 Pembuatan ekstrak kecambah
1. Ekstraksi kecambah dilakukan dengan perbandigan 1:2 (kecambah 100
gram diblender dengan 200 mL air).
2. Kecambah disaring yang sudah diblender. Maka didapat ektrak
kecambah.

20
IV.4.3 Fermentasi nata
1. Air leri 500 mL disaring dan dipanaskan sampai mendidih
2. Ditambahkan ekstrak kecambah 100 mL dan 50 g gula pasir diaduk agar
cepat larut dengan cepat dan rata.
3. Sebelum pemanasan di akhiri, Asam Asetat ditambahkan dan diukur
menggunakakn kertas pH hingga pH ± 3,2. Jika pH ini sudah tercapai.
4. pemnasan harus segera diakhiri untuk mencegah penguapan asam secara
berlebihan.
5. Kemudian dituangkan kedalam wadah fermentasi dan didinginkan
sampai suhu kamar.
6. Setelah dingin ditambahkan Stater Acetobacter Xylinum dengan
perbandingan 10 ml/100 ml (± 10% dari air leri). Kemudian ditutup
dengan penutup.
7. Difermentasi selama 7 – 12 hari.
IV.4.4 Pembuatan hasil akhir Nata De Leri
1. Lembaran putih hasil nata diambil, lalu dicuci beberapa kali dengan
sedikit ditekan untuk menghilangkan rasa asamnya.
2. Kemudian dipotong sebesar dadu.
3. Didihkan sebanyak 3 kali dengan cara mengganti air setiap kali
perebusan.
4. Pada perebusan ketiga kalinya ditambahkan Natrium Benzoat sedikit
dan gula 20% dari berat nata serta ditambahkan essence.
5. Dimasukan dalam kantong plastik dan disterilkan.

21
.

Gambar Diagram Alir IV.1 Pembuatan Ekstrak Kecambah

Gambar Diagram Alir IV.2 Pembuatan Nata De Leri

22
Gambar Diagram Alir IV.3 Pembuatan Hasil Akhir
Nata De Leri

12
IV.5 Hasil
Pada praktikum kali ini tidak ada nata yang terbentuk, baik dari kelompok A
sampai kelompok E.

IV.6 Pembahasan
Dari praktiklum yang dilakukan di Laboratorium Teknik Linmgkungan 2
Kampus 2 IST AKPRIND Yogyakarta praktikan tidak berhasil membuat nata de leri.
Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pembuatan nata de leri
atau menyebabkan tidak terbentuknya nata pada air leri adalah faktor suhu, pH dan
jumlah makanan acetobacter xylinum. Sebelum memasukkan bakteri acetobacter
xylinum pH yang diukur sudah mendekati 4. pH 4 adalah pH optimum untuk bakteri
acetobacter xylinum hidup. Nutrien atau makanan untuk acetobacter xylinum pun
juga telah disiapkan dengan menambahkan air kecamba yang telah digiling ke dalam
air leri, namun tanpa penambahan air gilingan kecamba pun air leri sudah
mengandung nutrien yang cukup. Seperti yang kita ketahui, air leri atau air cucian
beras mengandung banyak karbohidrat karena bagian beras yang halus akan terbawa
air saat pencucian dan bagian itu mengandung karbohidrat yang sama dengan yang
ada di beras. Jadi permasalahan utama yang menyebabkan kegagalan pembuatan nata
de leri ini adalahsuhu. ada dua kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan faktor
suhu. Pertama, saat memasukkan bakteri acetobacter xylinum ke dalam aire leri yang
telah dimasak suhu airnya masih terlalu panas sehingga saat memasukkan bakteri
acetobacter xylinum semua bakterinya mati. Kedua, saat masa pembentukan nata de
leri suhu Yogyakarta sedang dalam keadaan ekstrim sampai hampir mencapai 40˚C .
pada suhu optimum pembentukan nata de leri suhunya kurang lebih sama dengan
suhu ruangan atau sekitar 28˚C - 32˚C..

IV.7 Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Praktikan telah mengetahui proses daur ulang air cucian beras atau leri
untuk dijadikan olahan nata de leri.
2. Praktikan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan gagalnya
nata de leri terbentuk.

13
MATA ACARA V

PEMBUATAN KERTAS DAUR ULANG

V.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memanfaatkan kertas yang tidak terpakai lagi menjadi kertas
yang mempunyai niali artistik dan mempunyai nilai jual/nilai ekonomis.

V.2 Dasar Teori


Limbah kertas merupakan limbah cukup banyak kita temui, baik dirumah tangga,
kantor maupun sekolah-sekolah. Limbah kertas meliputi 30-60% dari limbah yang ada.
Kertas-kertas tersebut selain dapat dimanafaatkan lagi untuk berbagai barang kerajinan, antara
lain untuk kertas daur ulang. Dengan berbagai kretifitas yang ada kertas yang sudah tidak
terpakai dapat didaur ulang sehingga memiliki nilai jual dan peminat yang cukup tinggi.
Kertas merupakan barang yang banyak digunakan oleh masyarakat dengan berbagai
usia. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, permintaan akan kertas juga
semakin meningkat. Menurut Robert (1996), produksi kertas dan papan di dunia per tahun
adalah sekitar 250 juta ton dan setengahnya diproduksioleh Amerika Serikat dan negara-
negara EEC. Produksi kertas yang banyak ini tentu saja sebagai akibat dari konsumsi kertas
dunia yang juga meningkat (Anonim.2010). Penggunaan kertas yang banyak akan
menyebabkan peningkatan jumlah limbah kertas. Limbah kertas, meskipun mudah hancur
namun sampah-sampah tersebut akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu
kebersihan dan keindahan lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa masalah sampah kertas memberi
dampak yang cukup serius bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pengelolaan
sampah kertas yaitu dengan mengolahnya menjadi kertas kembali. Daur ulang adalah proses
untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan

14
tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang
berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan
energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Material yang bisa didaur ulang
terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik.
Sampah kertas adalah sampah yang termasuk sampah anorganik yang sangat
sulit diuraikan dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai bahkan
sampai puluhan tahun. Sampah kertas selain mengganggu lingkungan juga
menimbulkan berbagai masalah yang lain, seperti pencemaran lingkungan dari
limbah pengolahan kertas dan pencemaran dari sampah kertas. Untuk membantu
mengurangi sampah kertas yaitu dengan cara mendaur ulang sampah tersebut. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
produksi kertas. Menurut Lester (1994: 66). Cara mengatasi masalah sampah kertas
yaitu pencegahan limbah pada sumbernya (produksi bersih), yaitu mengurangi
penggunaan bahan baku, air dan energi, menghindari pemakaian bahan baku beracun,
seperti memproduksi kertas yang berbahan non kayu, tidak memakai khlorine
(pemutih kertas, yang bisa menyebabkan pencemaran air), dan penanganan
pencemaran setelah terjadinya limbah (end of pipe treatment ) yaitu dengan mengolah
limbah yang dihasilkan”.

V.3 Alat dan Bahan


V.3.1 Alat-alat yang digunakan :
1. Blender
2. Saringan
3. Papan
4. Kain
5. Tempat untuk rendaman kertas
6. Bak untuk mencampur bubur kertas
7. Busa untuk menghilangkan air

15
V.3.2 Bahan-bahan yang digunakan :
1. Kertas bekas
2. Lem kayu
3. Bahan tambahan seperti pewarna, dan lain-lain

V.4 Cara Kerja


1. Kertas dipotong kecil-kecil kurang lebih 1 cm, lalu direndam dalam air
selama 3 jam atau lebih (lama perendaman tergantung kualitas kertas).
2. Rendaman dihaluskan dengan blender hingga menjadi bubur kertas (pulp).
3. Kertas yang sudah direndam dimasukan kedalam blender kemudian di
blender.
4. Lem dan bubur kertas dimasukan kedalam suati wadah berisi air dengan
perbandingan 15 liter air : 3 liter pulp : 1 sendok makan lem.
5. Dimasukan pula karakteristik dari kertas yang akan dibuat, misalnya
pewarna, dan lain-lainnya, diaduk hingga merata.
6. Dimasukan screen dalam wadah hingga terendam, screen diangkat ditiriskan
airnya, hingga tertinggal dalam screen.
7. Papan kayu dibasahi yang telah dilapisi kain.
8. Papan kayu ditempelkan ke screen, lalu digosok dengan rakel secara merata,
hingga air turun. Pekerjaan merakel diulangi berulang-ulang, hingga semua
papan dipenuhi kertas.
9. Papan dijemur hingga kering.
10.Setelah kering, kertas diangkat secara perlahan-lahan.
11.Dibuat sebuah barang dari hasil kertas daur ulang yang sudah kering
tersebut.

16
V.5 Hasil
Dari hasil praktikum pembuatan kereta daur ulang ini didapatkan hasil :
1. Kertas yang digunakan kurang lebih 1/2 bak besar, dan direndam menggunakan air
hingga kurang lebih 3/4 bak terisi oleh rendaman kertas, dan direndam selama kurang
lebih 11 jam. Setelah direndam, rendaman kertas diblender dan menghasilkan kurang
lebih 12 Liter kertas. Setelah itu, menghasilkan kertas daur ulang sebanyak 23
lembar.

V.6 Pembahasan
Dari praktikum pembuatan kertas daur ulang ini praktikan dapat membuat
kertas daur ulang dengan cara cukup sederhana tetapi walaupun bisa dikatakan
sederhana namun cukup susah untuk membuat kertas daur ulang ini sehingga
diperlukan ketelitian dan kesabaran yang cukup untuk menghasilkan kertas daur
ulang yang sempurna.
Pada praktikum ini praktikan mempunyai beberapa masalah yang harus
dibahas dipembahasan ini, yaitu :
1. Pada saat mencelupkan cetakan dan menggoyang-goyangkan cetakan praktikan
harus hati-hati dan pelan-pelan supaya kertas (bubur kertas tidak pecah sehingga tidak
dapat menjadi kertas daur ulang yang sempurna).
2. Setelah di goyang-goyang praktikan mengeraskan spons atau Rakel supaya air
diserap dan pada saat menggunakan metode metode ini juga harus pelan-pelan karena
jika terburu-buru atau sangat ditekankan permukaan kertas daur ulang akan pecah.
Kemudian selain dua hal diatas yang perlu diperhatikan lainnya adalah seperti
cetakan yang harus benar-benar kencang dan tidak kendor dan lainnya yang perlu
diperhatikan adalah kain harus basah jika tidak basah akan sulit untuk menempel di
papan kayu dan kertas akan dapat pecah dan pada saat meletakkan kertas yang masih
basah harus hati-hati dan ditempatkan di tempat yang datar.

17
V.7 Kesimpulan
Pada praktikum pembuatan kertas daur ulang ini praktikan dapat
menyimpulkan bahwa kertas bekas atau limbah kertas dapat dimanfaatkan lagi Salah
satunya yaitu sebagai pembungkus Makanan sayuran dan lain-lain sebagai pengganti
plastik dan selain dapat dimanfaatkan sebagai pembungkus kertas dapat didaur ulang
kembali menjadi kertas daur ulang dan masih banyak lagi pemanfaatan kertas bekas
lainnya dan Mahasiswa dapat membuat atau memanfaatkan kertas bekas menjadi
kertas daur ulang.

18
MATA ACARA VI

PEMANFAATAN KEMBALI (REUSE) LIMBAH INDUSTRI TAHU

VI.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memanfaatkan limbah industri tahu menjadi bahan
makanan.

VI.2 Dasar Teori


Limbah padat tahu merupakan bahan padatan sisa hasil pembuatan tahu.
Padatan yang membentuk tahu sekitar 40 – 50% dan sisanya tertinggal dalam limbah
padat tahu/ dari setiap 1 kg kedelai akan dihasilkan 0,93 kg limbah padat basah dan
0,14 kg limbah padat kering. Limbah padat tahu yang dihasilkan dari berbagai pabrik
tahu mempunyai komposisi yang bervariasi, tergantung dari kualitas kedelai,
peralatan yang digunakan dan proses pembuatan. Adapun komposisi kimia limbah
padat tahu disajikan dalam table dibawah ini :
Tabel VI.2.1 Komposisi Kimia Limbah Tahu
Kadar dalam
Komponen
persen
Protein 23,6 – 24,0
Lemak 8,1 – 15,2
Serat kasar 12,00 – 14,5

Pemanfaatan limbah sebenarnya adalah cara yang dianjurkan dalam aspek


pendekatan teknologi bagi industry yang bersangkutan dalam hal penanggulangan.
Pemanfaatan limbah tahu baiik padat maupun cair, hasil ampas/limbah padat dari
tahu hanya dijual murah yang tidak punya nilai ekonomis. Padahal dapat
dimanfaatkan dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, diantarannya
1. Dibuat tepung untuk bahan baku pembuatan kue basah dan kering.

19
2. Dibuat campuran pembuatan pellet makanan ternak sehingga lebih tahan
lama.

Untuk limbah cairnya dapat dimanfaatkan sebagai :


1. Bahan kecutan untuk menggumpalkan bubur tahu.
2. Pembuatan Nata De Soya
3. Pembuangan gas bio.

VI.3 Alat dan Bahan


VI.3.1 Alat-alat yang digunakan
1. Panci/wajan sangria
2. Pengaduk
3. Blender
4. Ayakan
VI.3.2 Bahan-bahan yang digunakan
1. Ampas tahu

VI.4 Cara Kerja


VI.4.1 Pembuatan Tepung Tahu dari Limbah Padat Tahu
Untuk memanfaatkan limbah padat tahu menjadi berbagai jenis makanan,
diperlukan pembuatan tepung tahu terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :
1. Diambil sejumlah limbah padat.
2. Airnya diperas, selanjutnya dimasukan dalam panci/wajan/ dan disaring
sampai kering.
3. Setelah kering diblender dan diayak.
4. Tepung tahu disimpan ditempat yang kering.
5. Bentuk tahu seperti tahan lama, dan siap menjadi bahan baku untuk berbagai
makanan. Penambahan bahan lain akakn disesuaikan dengan kebutuhan yang

20
sesuai dengan produk apa yang akan dibuat. Tepung Ampas Tahu dapat
digunakan sebagai bahan pengolah makanan, diantaranya :

VI.4.2 Nugget Tahu ( Khusus Nugget Ampas Tahu Tidak Perlu Menjadi Tepung)
VI.4.2.1 Bahan-bahan yang digunakan :
1. Wortel 1 buah
2. Daun bawang 2 helai
3. Telur 5 butir
4. Ayam cincang hallus secukupnya
5. Tepung panir secukupnya
6. Ampas kedelai 250 gram
VI.4.2.2 Bumbu yang digunakan :
1. Bawang putih 3 siung
2. Bawang merah 2 siung
3. Lada 1 sdm
4. Gula pasir 1 sdm
5. Garam secukupnya
6. Penyedap rasa
VI.4.2.3 Langkah-langkah cara membuat nugget ampas kedelai :
1. Wortel,daun bawang,daun Bombay dicincang kasar.
2. Ditumbuk halus bumbu sperti bawan gputih,lada, dan garam
secukupnya.
3. Dikocok lepas 3 butir telur dan kemudian dimasukna ampas
kedelai,wortel,bawang bombay,gula pasir,daun bawang dan ayam
yang telah dicincang, kemudian dimasukan bumbu yang telah
ditumbuk dan aduk rata.
4. Dikukus selama 40 menit dengan api sekrang.

21
5. Setelah matang,diangkat, tunggu sampai dingin dan kemudian
dipotong-potong sesuai selera.
6. Diambil 1 telur dikocok lepas dan ditambahkan sedikit garam.
7. Dimasukan adonan yang telah dingin kedalam panir kemudian
dimasukan kedalam kocokan telur, lalu dimasukan kedalam panir
lagi.
8. Disiapkan wajan untuk menggoreng hingga matang, diangkat dan
disajikan.
VI.4.3 Bolu Oven
VI.4.3.1 Bahan-bahan yang digunakan :
1. Telur 4 butir
2. Gula pasir 200 gram
3. Tepung Ampas Tahu 75 gram
4. Margarin 100 gram
5. Tepung terigu 75 gram
6. Perasa (Tape,Cokelar/pasta,Ntrisari)
VI.4.3.2 Alat-alat yang digunakan :
1. Mixer
2. Loyang kue
3. Oven
4. Baskom
5. Solet
VI.4.3.3 Cara membuat :
1. Margarin dicairkan dan didinginkan.
2. Telur dan gula di mixer hingga mengembang, dimasukan
perasa.
3. Dimasukan tepung ampas tahu dan tepung terigu diaduk
dengan solet terakhir dimasukan margarin yang sudah
dicairkan.

22
4. Loyang diolesi margarin, dimasukan adonan ke dalam Loyang.
5. Di oven dengan api sedang ± 15 menit.

VI.5 Hasil
Hasil yang didapat dari pemanfaatan ampas tahu adalah bolu dan nugget. Bolu
dengan menghasilkan 1 loyang bolu kukus dengan 21 potongan kue tetapi tekstur
masih sedikit kasar dan belum begitu matang merata,sedangkan nugget menghasilkan
kurang lebih 61 potong nugget, Sedangkan nugget rasa asin pada adonannya terasa
sekali dan adonan kurang dihaluskan sehingga tekstur masih padat seperti perkedel.

VI.6 Pembahasan
Pada saat pembuatan bolu oven, pertama-tama praktikan membuat tepung dari
ampas tahu. Pada saat proses sangria ampas tahu ada sebagian yang gosong dan
menggumpal, hal ini karena kurang meratanya pada saat proses pengadukan.
Kemudian setelah semua bahan telah di mixer, adonan dari beberapa bahan tersebut
tidak kental namun lengket dan padat, hal ini bisa disebabkan karena kurangnya
bahan seperti telur, margarin dan ovalet atau karena tepung dari ampas tahu bersifat
menyerap dan lengket. Sehingga pada hasil akhir setelah dikukus, bolu oven sedikit
keras dan padat.
Pada pembuatan nugget diperoleh 61 potong nugget, saat pembuatanya telur yang
dicampurkan kedalam adonan nugget tersebut kurang, sehingga adonan nugget
tersebut ketika digoreng banyak yang hancur. Pada pengolahan ampas tahu menjadi
adonan dengan cara memeras air limbahnya ini kurang diperas sehingga adonan
nugget tahu tidak melekat ini juga termasuk faktor yang membuat nugget tahu ketika
digoreng menjadi hancur. Untuk pembuatan nugget ini banyak yang harus
diperhatikan, seperti Loyang yang akan digunakan seharus nya diolesi minyak
terlebih dahulu. Saat pengukusan tutup panci diberi kain agar air yang menguap tidak

23
menetesi Loyang yang berisi adonan. Kerja tim juga dibutuhkan untuk pembuatan
nugget ini.

VI.7 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan berupa :
1. Mengurangi limbah padat dari industri tahu itu sendiri.
2. Praktikan telah mampu memanfaatkan limbah industri tahu berupa ampas
tahu menjadi sebuah bahan makanan yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi.

24
LAMPIRAN

Gambar I
Proses Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dengan Cara Komposting

Gambar II
Arang Aktif

25
Gambar III
Proses Pembuatan Biopori

26
Gambar IV
Proses Pembuatan Nata de Leri

27
Gambar V
Proses Pembuatan Kertas Daur Ulang

28
Gambar VI
Proses Pembuatan Olahan dari Limba Olahan Tahu

29
30

Anda mungkin juga menyukai