Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK KELOMPOK

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

LAPORAN KEUANGAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN ANGGARAN 2109

DISUSUN OLEH :

1. NURUL ANUGRAHWATY A042192017

2. WIDYA

3. FARID WALID A042192018

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KEUANGAN DAERAH
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tugas
kelompok mata kuliah Akuntansi Keuangan Daerah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian tugas kelompok ini.

Harapan kami semoga tugas kelompok ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi tugas kelompok ini agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan tugas kelompok ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari teman-teman perkuliahan dan Ibu Dosen Pembimbing,
demi kesempurnaan tugas kelompok ini.

Mamuju, Mei 2020

Kelompok Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah daerah telah membuat sebuah sistem yaitu sistem otonomi daerah yang
merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Otonomi daerah merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis
dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Dengan sistem desentralisasi tersebut,
setiap pemerintah daerah berkewajiban untuk mengatur dan mengurus pengelolaan keuangan
daerahnya sendiri serta membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah
dilakukan.

Seiring dengan perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia maka kebutuhan atas
akuntabilitas sebagai wujud pertanggung jawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah
menjadi suatu tuntutan yang umum. Menguatnya tuntutan tersebut mengharuskan pemerintah
memberikan informasi atas aktifitas dan kinerjanya kepada masyarakat. Seperti halnya sektor
swasta, sektor publik juga dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan formal seperti
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional, Laporan Saldo Anggaran Lebih,
Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas laporan keuangan.

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan dituangkan dalam APBD yang
langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial
masyarakat, sehingga pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan
APBD kepada masyarakat berupa laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas kepada publik.
Pemerintah tidak hanya mempertanggungjawabkan uang yang dipungut dari rakyat, tapi juga
dituntut untuk mempertanggungjawabkan atas hasil-hasil yang dicapainya. Pemerintah
berkewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai alat pengendalian, evaluasi kerja,
sebagai salah satu pertanggungjawaban dan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Oleh karena itu pemerintah diharuskan membuat laporan keuangan yang berkualitas agar
para pemakai laporan keuangan (stakeholder) dapat memahami informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan tersebut. Karena jika laporan keuangan pemerintah buruk dapat
menimbulkan implikasi yang negatif, salah satunya yaitu menurunkan kepercayaan masyarakat
dalam pengelolaan dana publik (pemerintah) dan kualitas keputusan menjadi buruk. Kualitas
dapat diartikan sebagai sesuaian dengan standar, diukur berbasis kadar ketidaksesuaian serta
dicapai melalui pemeriksaan. Laporan keuangan sektor publik hakekatnya merupakan suatu
bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik dari pajak,
retribusi atau transaksi lainnya.
Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan.
Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam
peraturan pemerintah No 71 tahun 2010. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan dari masing-
masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang kemudian dijadikan dasar dalam membuat
laporan keuangan Pemerintah. Tujuan umum laporan keuangan sektor publik menurut
Mardiasmo (2009:161) adalah kepatuhan dan pengelolaan, akuntabilitas dan pelaporan
retrospektif, perencanaan dan informasi otorisasi, kelangsungan organisasi, hubungan
masyarakat.

Gambaran Laporan keuangan yang berkualitas menunjukkan bahwa kepala daerah


bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan
tanggungjawab pengelola organisasi. Laporan keuangan pemerintah yang baik menurut
Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 harus mencakup empat karakteristik yaitu relevan,
andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD)
merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pengelolaan sumber daya
ekonomi yang digunakan oleh pemerintah selama satu periode.

Laporan keuangan pemerintah daerah diwajibkan mengikuti standar akuntansi


pemerintahan sesuai peraturan pemerintah no.71 tahun 2010. Namun pada kenyataannya masih
banyak OPD di Indonesia yang memiliki kualitas informasi akuntansi yang masih rendah. Hal
tersebut dibuktikan dengan masih sedikitnya pemerintah daerah yang mendapat opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) dari hasil audit atas LKP) yang dilakukan oleh BPK masih relatif
sedikit. BPKP menyatakan bahwa tidak diperolehnya opini WTP disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor tersebut adalah penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, dan
kurang memadainya kompetensi sumber daya manusia pengelola keuangan pada pemerintah
daerah.

Menurut Mohamad (2014) untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas faktor
yang harus menjadi dasar pertimbangan adalah kualitas sumber daya manusia dan penerapan
teknologi sistem informasi. Hampir semua tenaga atau birokrat yang bertanggungjawab pada
OPD tidak memahami akuntansi disebabkan kebanyakan bukan berlatar belakang pendidikan
akuntansi. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang cepat, tepat, dan akurat,
Pemerintah Daerah memerlukan adanya implementasi sebuah sistem aplikasi dalam pembuatan
laporan keuangan. Menurut Usman (2002:70) implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah mengembangkan sistem


aplikasi komputer yang dapat mengolah data transaksi keuangan menjadi laporan keuangan yang
dapat dimanfaatkan, yaitu Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) sebuah
sistem berbasis aplikasi teknologi yang dikembangkan untuk mendukung tercapainya
akuntabilitas bagi pemerintah daerah baik ditingkat pelaporan (SKPKD) ataupun ditingkat
akuntansi (OPD). Aplikasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam penyusunan
perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan dan penatausahaan APBD dan
pertanggungjawaban APBD.

Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) mulai diperkenalkan pada


tanggal 29 Agustus 2006. Program aplikasi ini dikembangkan oleh BPKP guna membantu
pengelolaan keuangan daerah ditingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan) maupun ditingkat
OPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
lebih kepada Pemda dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Aplikasi SIMDA dapat
diimplementasikan untuk pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi, menggunakan
teknologi multi user dan teknologi client,server, dari penyusunan anggaran, pelaksanaan
anggaran dan pertanggungjawaban keuangan.

Hal yang paling mendasar dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah
penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah diharapkan selalu berpedoman pada standar yang telah ditentukan. Mengacu
dengan amanat UU no.17 tahun 2003 tentang keuangan negara, pemerintah menerbitkan
peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 2005 yang kemudian digantikan dengan peraturan
pemerintah nomor 71 Tahun 2010 mengenai standar akuntansi pemerintah (SAP). Dalam SAP
mengatur prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah pusat/daerah. PP no.71 tahun 2010 merupakan pedoman dalam
proses penyusunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dan merupakan syarat mutlak
yang harus dijadikan pedoman dalam penyusunan agar kualitas laporan keuangan pemerintah di
Indonesia dapat ditingkatkan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok kami akan menyajikan tugas kelompok
dengan judul LAPORAN KEUANGAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2019.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan
tugas kelompok ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana bentuk penyajian Laporan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2019?

2) Apakah Laporan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat
Tahun Anggaran 2019 sudah sesuai dengan penarapan SAP?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tugas kelompok ini adalah :


1) Untuk mengatahui bentuk penyajian Laporan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2019

2) Untuk mengetahui Apakah Laporan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2019 sudah sesuai dengan penarapan SAP

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Dasar Hukum

Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-


undangan yang mengatur keuangan pemerintah yaitu sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian yang mengatur keuangan


negara;
b. Undang-undang di bidang keuangan negara;
c. Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya yang
mengatur keuangan daerah;
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah;
f. Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah; dan
g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah.

2.2. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2019

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Negara;

5) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat;

6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Pemerintah Daerah;
7) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pmerintahan Daerah sebagaimana diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah;

9) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah;

10) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengalihan Barang Milik/Kekayaan
Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan
Otonomi Daerah;

11) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

12) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

13) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Informasi Keuangan Daerah;

14) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah;

16) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

17) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

18) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;

19) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;

20) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;

21) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

22) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah;

23) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu
Laporan Keuangan;
24) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;

25) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;

26) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;

27) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 7 Tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2016;

28) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 5 Tahun 2016 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2016;

29) Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 37 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2016;

30) Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 30 Tahun 2016 tentang Perubahan Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2016;

31) Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 38 Tahun 2016 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat.

32) Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Barat Nomor 38 Tahun 2016 Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penyusunan Laporan Keuangan

Organisasi perangkat daerah (OPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang
melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak.
Untuk melaksanakan rugas pokok dan fungsi (Tupoksi)nya tersebut, OPD diberikan alokasi dana
(anggaran) dan barang/aset yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kepala OPD disebut juga
Pengguna Anggaran (PA) dan Pengguna Barang (PB).

Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD), kepala daerah


(Gubernur, Bupati, Walikota) yang mendelegasilan sebagian kewenangannya kepada kepala
OPD, pada akhirnya akan meminta kepala OPD membuat pertanggungjawaban atas kewenangan
yang dilaksanakannya. Bentuk pertanggungjawaban tersebut bukanlah SPJ (surat
pertanggungjawaban), tetapi berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun oleh
OPD adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai pertanggungjawaban kepala OPD
selaku PA dan Neraca selaku PB. Oleh karena kepala OPD bukanlah pengguna uang/kas, maka
kepala OPD tidak perlu menyusun Laporan Arus Kas.

Dengan demikian, penyebutan OPD selaku entitas akuntansi (accounting entity) pada
dasarnya untuk menunjukkan bahwa OPD melaksanakan proses akuntansi untuk menyusun
laporan keuangan yang akan disampaikan kepada kepala daerah sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (yang mencakup anggaran dan barang,
diiringi dengan dana yang dikelola oleh bendahara selaku pejabat fungsional).
Pertanggungjawaban atas uang/kas yang ada di OPD dilakukan oleh bendahara pengeluaran
selaku pejabat fungsional (pasal 14 Permendagri 13/2006) keperbendaharaan. Artinya, selain
membuat pertanggungjawaban administratif kepada kepala OPD, bendahara juga menyampaikan
pertanggungjawaban fungsional kepada Bendahara Umum Daerah (BUD). Hal ini sejalan
dengan yang dinyatakan dalam UU 1/2004 tentang perbendaharaan bahwa bendahara
bertanggungjawab secara pribadi atas seluruh pengeluaran yang dilakukannya.

Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan kewajiban Pemda


untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh Pemda selamat satu periode pelaporan. Terutama sekali ditujukan untuk
membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi pemerintah daerah dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Laporan Keuangan memiliki karakteristik yang menjadi ukuran-ukuran normatif dan perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik-
karakteristik tersebut adalah:

1. Relevan. Informasi dalam Laporan Keuangan dapat mempengaruhi keputusan pengguna


laporan keuangan dengan membantunya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
dan masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa
lalu.
2. Andal. Laporan Keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap kenyataan secara jujur serta dapat diverifikasi.
3. Dapat dibandingkan. Laporan Keuangan dapat menjadi lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
pemerintah daerah lain pada umumnya.
4. Dapat dipahami. Laporan Keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan,
dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna laporan.

Selaku entitas pelaporan, yang perlu disiapkan oleh SKPD dalam menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SKPD;


2. Neraca SKPD;
3. Laporan Operasional (LO) SKPD;
4. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) SKPD.

3.2. Laporan Keuangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat
Tahun Anggaran 2019

OPD diwajibkan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Berikut dijelaskan secara ringkas ketiga laporan keuangan tersebut yang ada
di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2019.

3.2.1. Laporan Realisasi Angaran (LRA)


LRA menyajikan informasi tentang anggaran OPD, yang terdiri dari pendapatan dan
belanja, dan realisasi atas anggaran tersebut. Informasi ini dapat dianalisis dengan melihat (a)
selisih antara anggaran dan realisasinya; (2) rasio-rasio antar-rekening, misalnya rasio total
belanja terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap belanja tidak langsung, belanja
langsung terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap PAD, dsb. Secara teoretis, untuk
pendapatan dan belanja, selisih tersebut bisa nol, positif atau negatif. Pada praktiknya, jarang
terjadi selisih nol atau sama antara anggaran dan realisasinya. Untuk pendapatan, biasanya
realisasi lebih besar daripada anggarannya (selisih positif), sedangkan untuk belanja, biasanya
negatif. Selisih positif untuk rekening Pendapatan, khususnya PAD, menunjukkan bahwa
realisasi pendapatan melampaui target yang ditetapkan. Biasanya selisih ini diartikan sebagai
sebuah prestasi atau kinerja yang baik. Namun, harus dipahami bahwa kemungkinan pencapaian
(yang terlalu besar) tersebut diakibatkan karena penetapan target pendapatan terlalu rendah. Jika
selisih atau variansi belanja negatif, berarti realisasi atau pengeluaran kas masih berada di bawah
anggaran (tidak melampaui anggaran). Selisih negatif ini bisa bermakna banyak, yakni:
1) Efisiensi: Hal ini terjadi jika capaian kinerja atau target output-outcome telah tercapai,
sementara dana yang disediakan tidak dihabiskan seluruhnya. Namun, interpretasi seperti ini
juga harus dikritisi lebih jauh karena mungkin saja target dinyatakan terlalu rendah dan
anggaran dialokasikan terlalu tinggi.
2) Ada kegiatan yang tidak jadi dilaksanakan. Beberapa alasan yang menyebabkan suatu
kegiatan tidak jadi dilaksanakan adalah: (a) Kesalahan dalam perencanaan; (b) ketiadaan
sumber pendanaan; (c) keadaan luar biasa/tidak terduga; dan (d) perubahan kebijakan
pemerintah daerah dan pusat.

Berikut kami sampaikan Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Barat untuk Tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 2018.

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran tahun 2019


dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja. Tahun 2019 OPD Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat memiliki realisasi Pendapatan Daerah
Lain-Lain Yang Sah – LRA sebesar Rp. 12.850.000,-(dua belas juta delapan ratus lima puluh
ribu rupiah). Pendapatan ini diperoleh dari xxxxxxxxxxx. Realisasi belanja Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun Anggaran 2019 adalah sebesar Rp.
417.162.652.864,20 atau mencapai 95,40% dari anggarannya sejumlah Rp. 437.258.672.247,65
3.2.2. Laporan Operasional

Laporan Operasional merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Berikut kami sampaikan Laporan Operasional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sulawesi Barat untuk Tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 2018.
Laporan Operasional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat untuk Tahun
yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 2018 terdiri dari :
1. Pendapatan-LO:
Penerimaan pendapatan daerah tahun anggaran 2019 dari sisi laporan operasional yang telah
dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat, dimana
pendapatan-LO sebesar Rp. 2.622.654.644,60. Penerimaan dari sektor Pendapatan Asli
Daerah (PAD)-LO sebesar Rp.0-. Pada sektor Pendapatan Transfer-LO Rp.0-. dari sektor
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO sebesar Rp. 2.622.654.644,60. Pendapatan ini
diperoleh dari Pendapatan Hibah-LO sebesar Rp. 2.609.804.644,60 dan Pendapatan
Lainnya-LO sebesar Rp. 12.850.000,-. Jika melihat Pendapatan-LO pada tahun 2018 yaitu
sebesar Rp.1.788.729.851.00 ada peningkatan pendapatan sebesar 46,62% atau
Rp.833.924.793,60
2. Beban-LO
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi asset atau timbulnya
kewajiban. Beban diakui pada saat: timbulnya kewajiban; terjadinya 29 Katalogis, Volume 6
Nomor 6 Juni 2018 hlm 22-32 ISSN: 2302-2019 konsumsi aset; terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban Operasi adalah pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas dalam rangka kegiatan operasional entitas agar entitas
dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Berdasarkan Laporan Operasional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi
Barat untuk Tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 2018 diatas dapat
dijelaskan dan diuraikan bahwa dari realisasi beban tahun 2019 sebesar Rp.
369.839.712.491,52 adalah beban operasional yang mencakup
a. beban pegawai LO. Beban pegawai adalah beban Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
dalam pengeluaran yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS),
dan pegawai yang diperkerjakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal. Beban pegawai diakui pada saat
diterbitkannya Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang berkaitan dengan
pengeluaran beban pegawai sebesar Rp.218.800.710.041,20,
b. beban barang dan jasa LO. Beban Barang dan Jasa merupakan penurunan manfaat
ekonomi dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi asset atau timbulnya kewajiban akibat transaksi pengadaan
barang dan jasa yang habis pakai, perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk pembayaran
honorarium kegiatan kepada non pegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan tertentu
terkait dengan suatu prestasi dan belanja barang jasa lainnya. Pengakuan Beban Barang
dan Jasa sebesar Rp.95.010.585.840,00,
c. Beban hibah LO. Beban Hibah adalah setiap kewajiban Pemerintah Pusat dalam bentuk
uang/barang atau jasa kepada penerima hibah bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.
Beban Hibah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat Tahun
Anggaran 2019 sebesar Rp.19.595.654.743,00,
d. Beban Penyusutan dan Amortisasi LO sebesar Rp.36.432.761.867,32

3.2.3. Neraca
Neraca memberikan informasi mengenai kondisi atau posisi keuangan pada tanggal
tertentu atau akhir tahun anggaran. Informasi tentang kekayaan OPD dan sumber-sumbernya
tersaji dalam laporan keuangan ini. Sesuai dengan standar akuntani untuk pemerintahan yang
berlaku di Indonesia (PP No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan), hubungan antara
aset dengan rekening di pasiva bersifat paralel. Nilai komponen-komponen aset memiliki kaitan
langsung dengan sisi pasiva. Perubahan aset/barang/kekayaan OPD, yang tergambar dari
pembandingan antara neraca awal tahun dengan neraca akhir tahun, dapat terjadi karena
beberapa hal, di antaranya: (1) realisasi belanja barang, misalnya untuk memperoleh alat tulis
kantor; (2) realisasi belanja modal, yang menyebabkan aset tetap bertambah; (3) pengahpusan
aset, misalnya dengan menghibahkan, menjual, menukarkan, atau memusnahkan; dan (4)
penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain.

Berikut kami sampaikan Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Barat untuk Tahun Anggaran 2019
NERACA
PEMERINTAH PROVI NSI SULAWESI BARAT
Per 31 December 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)

Urus a n Pe m e rintahan : 1 . 01 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR PENDIDIKAN


Unit Org a nis a s i : 1 . 01 . 01 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Sub Unit Org a nis as i : 1 . 01 . 01 . 01 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

URAIAN 2019 2018

ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Penerimaan 1.800.000,00 0,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 14.128.847.947,80 336.847.947,80
Kas Di Badan Layanan Umum Daerah 0,00 0,00
Kas di Bendahara FKTP 0,00 0,00
Kas di Bendahara BOS 0,00 0,00
Setara Kas 0,00 0,00
Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00
Piutang Pendapatan 0,00 0,00
Piutang Lainnya 0,00 0,00
Penyisihan Piutang 0,00 0,00
Beban Dibayar Dimuka 0,00 0,00
Persediaan 1.598.000,00 1.305.000,00

JUMLAH ASET LANCAR 14.132.245.947,80 338.152.947,80

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya 0,00 0,00
Investasi dalam Obligasi 0,00 0,00
Investasi dalam Proyek Pembangunan 0,00 0,00
Dana Bergulir 0,00 0,00
Cadangan Penyisihan Piutang Dana Bergulir 0,00 0,00
Deposito Jangka Panjang 0,00 0,00
Investasi Non Permanen Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen 0,00 0,00

Investasi Jangka Panjang Permanen


Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00
Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen 0,00 0,00

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 0,00 0,00

ASET TETAP
Tanah 87.654.278.556,00 78.273.189.680,00
Peralatan dan Mesin 117.496.424.325,10 89.215.156.375,79
Gedung dan Bangunan 481.902.437.975,61 404.908.225.184,15
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5.395.477.868,00 4.640.231.065,00
Aset Tetap Lainnya 14.597.924.540,43 13.208.032.583,86
Konstruksi Dalam Pengerjaan 619.994.999,99 619.994.999,99
Akumulasi Penyusutan (216.574.494.600,93) (189.660.822.021,28)

JUMLAH ASET TETAP 491.092.043.664,20 401.204.007.867,51

DANA CADANGAN
Dana Cadangan 0,00 0,00

JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00

ASET LAINNYA
Tagihan Jangka Panjang 0,00 0,00
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 23.350.000,00 751.262.500,00
Aset Tidak Berwujud 1.301.575.380,00 1.892.086.670,00
Aset Lain-lain 11.881.716.490,43 10.290.659.147,00

JUMLAH ASET LAINNYA 13.206.641.870,43 12.934.008.317,00

JUMLAH ASET 5 1 8 .4 3 0 .9 3 1 .4 8 2 ,4 3 4 1 4 .4 7 6 .1 6 9 .1 3 2 ,3 1

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 0,00 0,00
Utang Bunga 0,00 0,00
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00
Pendapatan Diterima Dimuka 0,00 0,00
Utang Beban 3.305.595.904,00 3.052.974.598,00
Utang Jangka Pendek Lainnya 90.240.000,00 90.240.000,00
NERACA Halaman 1 dari 2

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 2018 dan tahun
2019 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.
Jumlah aset per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp. 42.740.385.676,27 yang
terdiri dari aset lancar sebesar Rp. 1.299.980.350,03 , investasi jangka panjang
sebesar Rp 0,- , aset tetap sebesar Rp. 41.342.470.826,24 , dana cadangan Rp. 0,-
dan
aset lainnya sebesar Rp. 97.934.500,00.
Jumlah kewajiban per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp. 0,- yang terdiri dari
kewajiban jangka pendek sebesar Rp.0,- dan kewajiban jangka panjang sebesar
Rp.0,-
Jumlah ekuitas dana per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp. 42.740.385.676,27
yang terdiri dari ekuitas dana lancar sebesar Rp. 1.299.980.350,03 ekuitas dana
investasi sebesar Rp. 41.440.405.326,24 dan ekuitas dana cadangan sebesar Rp. 0,-
3.2.4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
CALK memberikan informasi mengenai berbagai hal yang tidak “terbaca” dari LRA dan
Neraca. Berbeda dengan fungsi buku besar pembantu, CALK tidak hanya merinci lebih jauh
rekening-rekening dalam laporan keuangan tersebut, tetapi juga menjelaskan berbagai kebijakan,
pendekatan, metode, dan dasar penentuan dan penyajian angka-angka LRA dan Neraca. Selain
itu, di dalam CALK juga dapat dijelaskan berbagai faktor, asumsi, dan kondisi yang
mempengaruhi angka-angka LK.

Anda mungkin juga menyukai