Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOSOSIAL DAN

BUDAYA DALAM KEPERAWATAN POKOK


BAHASAN KONSEP DIRI

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. A.A.RatnaWahyundari (19.321.3004)
2. Ayu Novita Sari Tampubolon (19.321.3008)
3. Ni Kadek Ellys Puja Asvini (19.321.3023)
4. Ni Kadek Meira Diantari (19.321.3025)
5. Ni Made Ananda Candra Rahmitha Putri Kepakisan (19.321.3035)
6. Ni Wayan Juni Wirastini (19.321.3045)
7. Ni Wayan Nopita Sari (19.321.3046)
8. Putu Riska Pramudita Dewi (19.321.3049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGARAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan paper Psikososial dan
Budaya dalam Keperawatan yang berjudul “Pokok Bahasan Konsep Diri” ini
selesai tepat pada waktunya.

Penulisan paper ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata
kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan. Dalam penulisan paper ini
tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari para pihak, untuk itu melalui
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam pembuatan paper ini.

Penulis juga mengharapkan agar hasil dari penulisan ini dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya. Penulis menyadari bahwa paper ini belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan masukan dari pembaca sangat kami
perlukan untuk memperbaiki paper kami selanjutnya.

Denpasar, 30 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
ii DAFTAR ISI.........................................................................................................
iii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Diri ............................................................................ 3
2.2 Aspek-aspek Konsep Diri………………………….………………..…...5
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri................................................. 7
2.4 Komponen Konsep Diri.......................................................................... 10
2.5 Konsep Diri Positif dan Diri Negatif ...................................................... 12
2.6 Terbentuknya Konsep Diri ..................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri ,
konsep diri secara langsung mempengaruhi mempengeruhi harga diri dan
perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Potter & Perry, 2010). Perkembangan
dan pengelolaan konsep diri dimulai pada usia muda dan terus berlangsung
sepanjang masa kehidupan. Dilaporkan ada kecenderungan bahwa pria memiliki
harga diri lebih tinggi dibanding wanita (Birndof et al dalam Potter & Perry,
2010).

Penulisan makalah ini dilator belakangi karna kita perlu memahami


pemahaman tentanf konsep diri dalam kehidupan sehari-hari. Manusia adalah
makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Konsep diri belum ada saat dilahirkan,
tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan
dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan
pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya
dipengaruhi oleh bagaimana individu itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Apa saja aspek-aspek konsep diri?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
4. Apa saja komponen konsep diri?
5. Bagaimana mengenai konsep diri positif dan diri negatif?
6. Bagaimana proses terbentuknya konsep diri?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui aspek aspek konsep diri.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.
4. Untuk mengetahui komponen konsep diri.
5. Untuk mengetahui mengenai konsep diri positif dan diri negatif.
6. Untuk mengetahui proses terbentuknya konsep diri

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis mengetahui mengenai pokok bahasan konsep diri.
2. Bagi Pembaca
Pembaca mengetahui mengenai pokok bahasan konsep diri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Pada


awalnya, ketika bayi siapapun belum memiliki konsep diri. Pada masa kanak-
kanak dan remaja konsep diri mulai terbentuk, tapi masih sangat tidak stabil.
Faktor eksternal masih sangat besar pengaruhnya. Seiring dengan berjalannya
waktu, konsep diri mulai terbentuk dan menjadi relatif lebih stabil (Rahman,
2014). Roger (Sianturi, 2007) berpendapat bahwa konsep diri adalah sebuah
konfigurasi persepsi tentang diri sendiri, yang disusun dari persepsi mengenai
karakteristik dan kemampuannya serta konsep mengenai diri didalam
hubungannya dengan orang lain dan dengan lingkungannya. Konsep diri adalah
suatu bentuk persepsi yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan cara
memandang keadaan dirinya sendiri.
Menurut Calhoun dan Acocella (Ghufron & Risnawita, 2014), ketika lahir
manusia tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang diri, harapan terhadap
diri sendiri, dan penilaian pada diri sendiri. Colhoun dan Acocella (1995)
menambahkan orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami, dan
yang paling kuat. Orang tua memberi kita informasi yang konstan tentang diri
kita.
Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri.
Fitts (dalam Agustiani, 2006: 138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan
kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Agustiani (2006: 138) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang
dimiliki seseorang mengenai dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang dia peroleh dari interaksi dengan lingkungan. Penjelasan
tersebut sejalan dengan pendapat Stuart dan Sundeen (1991:372) bahwa konsep
diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginannya. Dengan kata lain, konsep diri didefinisikan
sebagai pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri.
Konsep diri adalah kesan terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan yang
dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri (Burns dalam Slametto; 1997, 182)
mengatakan “the self concept refers to the connection of attitude and believe we
hold about ourself”. Konsep diri adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik
persepsi terhadap dirinya maupun penilaian berdasarkan harapannya yang
merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Sejalan
dengan definisi tersebut konsep diri sebagai suatu kesatuan psikologis yang
meliputi perasaan-perasaan, evaluasi-evaluasi, dan sikap-sikap kita yang dapat
mendeskripsikan diri kita. Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian
keseluruhan terhadap penampilan, perilaku, perasaan, sikapsikap, kemampuan
serta sumber daya yang dimiliki seseorang
Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri adalah cara bagaimana
individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri
sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik,
moral, keluarga, personal, dan sosial. Definisi konsep diri yang dikemukakan oleh
Calhoun dan Acocella (dalam Gufron, 2011: 13), yaitu bahwa konsep diri adalah
gambaran mental dari seseorang. Hurlock (dalam Gufron, 2011: 13) mengatakan
bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang
merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif,
dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri juga berarti gambaran tentang dirinya
sendiri dalam bandingannya dengan orang lain.
Konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses
internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-
pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap
lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri yang diterima dari
kebanyakan orang di lingkungannya. G. H. Mead (dalam Slameto, 1987: 182).
Chaplin (2009: 451) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan konsep diri
adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri; penilaian atau penaksiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Dalam pengertian self concept (konsep diri) ada beberapa ahli yang
memberi penjelasan mengenai hal tersebut, antara lain sebagai berikut:
a. Shavelson, Hubner dan Stanton yang dikutip Klusmeier,
self concept adalah persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, dimana
persepsi ini dibentuk melalui pengalaman dan interprestasi seseorang terhadap
dirinya sendiri yang mempengaruhi aktivitasnya.
b. William D. Brooks yang dikutip Jalalludin Rahmat,
self concept yaitu pandangan dan perasaan individu tentang diri individu.
Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial dan fisik. Self concept
ini mencangkup citra diri fisik dan psikologis. Citra diri fisik biasanya
berkaitan dengan penampilan sedangkan citra diri psikologis berdasarkan
ataspikiran, perasaan dan emosi.
c. R. B. Burn yang dikutip Clara R. Pudjijogyanti,
selfconcept adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri sendiri.
d. Charles Horton Cooley yang dikutip JalalludinRahmat,
self concept merupakan bayangan cerminyang ditentukan sebagian besar oleh
peran dan hubungan dengan orang lain dan bagaimana reaksi orang lain
terhadap individu.
e. William H. Fitts yang dikutip Hendriati Agustiani,
selfconcept adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungannya.

2.2 Aspek-aspek Konsep Diri


Menurut Jalaludin Rakhmat aspek konsep diri terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Aspek Fisik
Merupakan aspek yang meliputi penilaian diri seseorang terhadap segala
sesuatu yang dimiliki dirinya seperti tubuh, pakaian, dan benda yang
dimilikinya.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis mencakup pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki
seseorang terhadap dirinya sendiri.
c. Aspek Sosial Aspek sosial mencakup bagaimana peran seseorang dalam
lingkup peran sosialnya dan penilaian seseorang terhadap peran tersebut.
Berzonsky mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep diri meliputi:
a. Aspek fisik (physical self) yaitu penilaian individu terhadap segala sesuatu
yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan
sebagainya.
b. Aspek sosial (sosial self) meliputi bagaimana peranan sosial yang
dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap
perfomanya.
c. Aspek moral (moral self) meliputi nilai-nilai dan prinsipprinsip yang
memberi arti dan arah bagi kehidupan individu.
d. Aspek psikis (psychological self) meliputi pikiran, perasaan, dan sikap-
sikap individu terhadap dirinya sendiri.

Menurut William H. Fitts aspek-aspek konsep diri individu terbagi


menjadi dua dimensi besar, yaitu:
1. Dimensi internal (persepsi mengenai dunia dalam dirinya), yang meliputi:
a) Identity self (persepsi individu mengenai siapa dirinya, yang meliputi
simbol atau label yang diberikan pada dirinya untuk menggambarkan
dirinya dan membangun identitasnya).
b) Judging self (persepsi individu sebagai hasil pengamatan dari evaluasi
terhadap diri, yang akan menentukan kepuasan dan penerimaan
terhadapdirinya).
c) Behavioral self (persepsi individu mengenai diri yang meliputi
pertanyaan mengenai apa yang ia lakukan dan bagaimana ia bertingkah
laku).
2. Dimensi eksternal (persepsi individu mengenai dirinya dalam
berhubungan dengan dunia di luar dirinya), yang meliputi:
a) Diri fisik (physical self). Aspek ini menggambarkan bagaimana
individu memandang kondisi kesehatan, badan, dan penampilan
fisiknya.
b) Diri moral & etik (morality & ethical self). Aspek ini menggambarkan
bagaimana individu memandang nilai-nilai moral-etik yang
dimilikinya. Meliputi sifatsifat baik atau sifat-sifat jelek yang dimiliki
dan penilaian dalam hubungannya dengan Tuhan.
c) Diri sosial (social self). Aspek ini mencerminkan sejauhmana
perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan
orang lain.
d) Diri pribadi (personal self). Aspek ini menggambarkan perasaan
mampu sebagai seorang pribadi, dan evaluasi terhadap kepribadiannya
atau hubungan pribadinya dengan orang lain.
e) Diri keluarga (family self). Aspek ini mencerminkan perasaan berarti
dan berharga dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga.
f) Diri akademik (akademic self). Aspek ini berkaitan dengan persepsi,
pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan
akademiknya.
Beberapa uraian dari para ahli di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
aspek-aspek konsep diri meliputi: aspek fisik, aspek psikologis, aspek sosial,
dan aspek akademik.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Dalam bukunya Hurlock mengungkapkan kondisi yang mempengaruhi
konsep diri remaja meliputi:
a). Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
b). PenampilanDiri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri


meskipun perbedaan yang menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik
merupakan sumber memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri.
Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan
tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
c). Kepatutan Seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan prilaku
membantu remaja mencapai konsep diri yang baik.
d). Nama dan julukan
Remaja peka dan malu bila teman – teman sekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberi julukan yang bernadacemooh.
e). Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan
seseorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan ciri denga orang
tersebut dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Apaila
tokoh tersebut sesama jenis, maka remaja akan tertolong untuk
mengembankan konsep diri yang layak untuk seksnya.
f). Teman – teman Sebaya
Teman – teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja
dalam dua cara yakni pertama konsep diri remaja merupakan cerminan
dan anggapan tentang konsep teman dan dirinya. Kedua berada dalam
tekanan untuk mengembangkan ciri- ciri kepribadian diakui oleh
kelompok.

g). Kreativitas
Remaja yang semasa kanak kanak didorong agar kreatif dalam
bermain dan dala tugas akdemis, mengembangkan peran individualitas
dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.
h). Cita–cita
Bila remaja mempunyai cita- cita yang tidak realistis, ia akan
mengalami kegagalan yang menimbulkan ketidak percayaan dirinya dan
timbul perasaan tidak mampu serta reaksi yang bertahan dimana ia
menyalahkan orag lain atas kegagalannya. Sebaliknya, remaja yang
realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhsilan
daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan
kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang baik.
Menurut Jalaluddin Rahmat ada dua faktor konsep diri adalah sebagai
berikut:
1. Orang lain
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita
diterima, dihormati dan disenangi orang lain karena keadaan diri,
maka diri akan cenderung bersikap menghormati menerima diri
sendiri. Sebaliknya, jika orang lain selalu meremehkan, menyalahkan
dan menolak kita, maka kita akan cenderung menolak diri kita.Tidak
semua orang lain mempunyai pengaruh yag sama terhadap diri kita.
Ada orang lain yang sangat penting atau significant others yaitu
orang yang paling berpengaruh atau orang yang dekat dengan diri
kita. Dalam perkembanganya signifiant others meliputi semua orang
yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaankita.
Mereka mengarahkan kita, membentuk pikiran kita, dan
menyentuh pikiran kita secara emosional (George Herbert Mead,
1934). Dan orang yang dekat dengan kita mempunyai ikatan
emosional atau affectif others. Dari merekalah secara perlahan lahan
kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan dan
perlakuan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif.
Sebaliknya, cemoohan, ejekan, dan hardikan membuat kita
memandang diri kita secara negatif. (Richard Dewer & W.J
Humbe,1966)
2. Kelompok Rujukan ( referencegroup)
Setiap kelompok mempunyai norma tertentu. Ada kelompok yang
secara emosional mengikat dan berpengaruh tehadap pembentukan
konsep diri, hal ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat
kelompok ini,orang akan mengarahkan perilakunya dan penyesuaikan
dirinya dengan ciri- ciri kelompoknya.

Gunarsa menyebutkan bahwa selain faktor lingkungan, faktor spesifik


lain yang mempengaruhi konsep diriadalah:

1. Jenis Kelamin
Kelompok lingkungan masyarakat yang lebih luas akan menuntut
adanya perkembangan berbagai macam peran yang berbeda berdasarkan
perbedaan jenis kelamin.
2. Harapan –harapan
Harapan – harapan orang lain terhadap orang lain sangat penting bagi
orang tersebut. Misalnya seseorang yang diharapkan untuk selalu tampil
dengan kelemah lembutannya, maka orang tersebut akan menjadikan
dirinya dengan konsep diri sebagai seseorang yang selalu tampil dengan
lemah lembut.
3. Suku Bangsa
Dalam sebuah komunitas atau masyarakat tertentu yang terdapat
sekelompok minoritas, maka kelompok tersebut akan cenderung untuk
mempunyai konsep diri yang negatif.

4. Nama dan Pakaian


Nama – nama tertentu atau julukan akan membawa pengaruh pada
seseorang individu untuk pembentukan konsep dirinya. Seseorang akan
mempunyai julukan yang baik, tentunya akan termotivasi untuk memiliki
konsep diri yang baik pula, begitu sebaliknya. Demikian halnya dengan
berpakaian, mereka dapat menilai atau mempunyai gambaran mengenai
dirinya sendiri.

2.4 Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal),
Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas (self idencity).
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya
baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Body
image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai
sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan
dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah
dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada
stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan,
stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-
norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik
atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Pembentukan
ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang
dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu.
Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan
harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia
remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang
tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian
yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran
serta tanggung jawab.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu
: dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif
cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,
sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat,
cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungannya (Keliat BA, 2005). Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada
saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan,
karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di
dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran
yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur
kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari
bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas
berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu
mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai
diri, mengatur diri dan menerima diri.

2.5 Konsep Diri Positif dan Diri Negatif


Ada dua jenis konsep diri yang dimiliki seseorang, yaitu konsep diri positif
dan konsep diri negatif. Konsep diri positif merupakan penerimaan diri. Seseorang
dengan konsep diri positif akan mengetahui siapa dirinya, dapat memahami dan
menerima fakta positif maupun negatif tentang dirinya. Evaluasi terhadap dirinya
menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Berikut karakteristik
seseorang dengan konsep diri positif maupun konsep diri negatif yang
diidentifikasikan oleh Brooks dan Emmert (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
a. Konsep Diri Positif
Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang mempunyai
keyakinan akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan
orang lain, mampu menerima pujian karena layak menerimanya, menyadari
bahwa setiap orang memiliki bermacam perasaan, harapan, serta perilaku yang
tidak disetujui dalam masyarakat, sehingga memiliki kemampuan merubah
diri untuk lebih baik lagi dalam kualitas hidupnya.
Beberapa ciri seseorang dengan konsep diri positif, yaitu:
1) Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain.
3) Menerima pujian dengan tanpa rasa malu.
4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan,
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5) Mampu memperbaiki dirinya karena setiap orang sanggup menggunakan
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

b. Konsep Diri Negatif


Sedangkan individu yang konsep dirinya negatif yaitu individu yang peka
terhadap kritik, responsive terhadap pujian, krisis berlebihan, cenderung
merasa tidak disenangi orang lain, serta bersikap pesimis terhadap tantangan
dan persaigan.
Beberapa ciri seseorang dengan konsep diri negatif, yaitu:
1) Peka terhadap kritik.
2) Responsif terhadap pujian.
3) Bersikap hiperkritis terhadap orang lain.
4) Cenderung tidak disukai orang.
5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi

2.6 Terbentuknya Konsep Diri


Terbentuk konsep diri dalam waktu yang relatif lama, dan pembentukan
ini tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat
mengubah konsep diri (Rensi dan Lucia Rini Sugiarti 2010, 2; 148-153). Konsep
diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang terhadap sikap orang lain terhadap
dirinya.
Menurut Rensi dan Lucia Rini Sugiarti(2010, 2; 148-153).konsep diri
padadasarnya tersusun atas berbagai tahapan yang paling mendasar adalah konsep
diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap
lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep tentang
bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dan saudara-
saudaranya. Adapun konsep bagaimana peranannya, aspirasinya ataupun tanggung
jawabnya dalam kehidupan ini, banyak di tentukan atas dasar didikan atau tekanan
dari orang tua.

Lalu, setelah anak bertambah besar, ia akan mempunyai hubungan yang


lebih luas lagi dari sekedar lingkungan keluarga. Akhirnya anak akan memperoleh
konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam
lingkungan rumahnya. Ini menghasilkan konsep diri sekunder. Konsep dasar
sekunder banyak ditentukan pula oleh konsep diri primernya dan terbentuknya
konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang individu dan
mencakup tiga aspek yaitu; pengetahuan, harapan, dan penilaian.
1. Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang
dimiliki individu merupakan sesuatu yang individu diketahui tentang dirinya. Hal
ini mengacu kepada istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,
pekerjaan dan lain-lain. Serta sesuatu yang merujuk kepada kualitas seperti
individu yang egois, baik hati, tenang, dan bertempramen tinggi. Pengetahuan bisa
diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok
pembandingnya. Pengetahuan individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya,
penegtahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut
atau dengan cara merubah kelompok pembanding.
2. Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain individu
mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, individu juga memiliki
pandangan lain yaitu, tentang kemungkinan menjadi apa di masa mendatang.
Setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan
tersebut berbeda untuk tiap individu.
3. Penilaian
Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri.
Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Penilaian
terhadap dirinya adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan
apa yang menurutnya dapat terjadi pada dirinya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Konsep diri merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Pada
awalnya, ketika bayi siapapun belum memiliki konsep diri. Pada masa kanak-
kanak dan remaja konsep diri mulai terbentuk, tapi masih sangat tidak stabil.
Faktor eksternal masih sangat besar pengaruhnya. Seiring dengan berjalannya
waktu, konsep diri mulai terbentuk dan menjadi relatif lebih stabil (Rahman,
2014).
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal individual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang
menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di
dalam masyarakat. Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai
diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan intepersonal
ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam
memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri
penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan
dalam hidup.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah
membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat mengetahui
tentang apa itu konsep diri dalam ilmu keperawatan. Dalam makalah ini tentunya
masih banyak kekurangan, oleh karena itu memohon koreksinya agar kedepan
makalah kami lebih baik dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., & Bem, D.J. (1990). Pengantar
psikologi. Edisi ke-11. Jilid 1. Batam: Interaksara
Azwar, S. 2010. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, (Jakarta:Arcan, Cet. II,
1991),h. 2
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja),(Bandung: PT
Refika Aditama, Cet. II, 2009), h.138
Herbert J. Klausmeier, Education Psychology, (New York: Harper & Row
Publishers, Fifth Edition 1985), h. 410
Hurlock, B. 2005. Psikologi Perkembangan Anak Jilid 2, Erlangga, Jakarta, Hlm:
58
Hurlock, B. 2005. psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan sepanjang
Rentang, Erlangga, Jakarta, Hlm: 58
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),
h. 99-100
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), 105.
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Rahmat J. 2007. Psikologi komunikasi, Remaja Rosdakarya. Bandug, hlm 100-
104
Rensi dan Lucia Rini Sugiarti. “Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Prestasi
Belajar Siswa SMP Kristen Yski Semarang”. Jurnal Psikologi, (2010),
2;148-153.

Anda mungkin juga menyukai