Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KULIAH KL 3206

METODA KONSTRUKSI BANGUNAN LAUT

TUGAS 2

Oleh :

Kania Ditya Aquilera (15518047)

Dosen :

Eko Charnius Ilman, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
1. Jenis dermaga berdasarkan konstruksinya
a. Deck On Pile

Struktur Dermaga Deck On Pile (open type structure) menggunakan beberapa


rangkaian tiang pancang (piles) sebagai pondasi untuk lantai dermaga. Seluruh beban pada
dermaga termasuk gaya berthing dan mooring diterima oleh sistem lantai dermaga dan
tiang pancang pada struktur dermaga ini.

Di bawah lantai dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan


alaminya serta dilapisi dengan perkuatan (revement) untuk mencegah tergerusnya tanah
akibat gerakan air yang disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya lateral yang
cukup besar akibat berthing dan mooring kapal, dapat dilakukan pemasangan tiang
pancang miring. Pada umumnya, jenis struktur tiang pada Struktur Dermaga Deck On Pile
sedikit sensitif terhadap getaran-getaran lokal seperti tumbukan bawah air akibat haluan
kapal dibandingkan struktur dermaga lainnya.

Keuntungan Struktur Dermaga Deck On Pile: (1) sudah umum digunakan, (2)
mudah dilaksanakan, dan (3) perawatan lebih mudah. Kerugian/hambatan Struktur
Dermaga Deck On Pile: (1) diperlukan pekerjaan pengerukan dengan volume yang cukup
besar, (2) diperlukan proteksi pada kemiringan tanah di bawah lantai dermaga, dan (3)
diperlukan pemasangan tiang miring apabila gaya lateral cukup besar.

Gambar 1.1. Bentuk Struktur Dermaga Deck On Pile (Sumber: Triatmodjo, 1999)
b. Sheet Pile

Dermaga jenis ini menggunakan sheet pile (turap atau dinding penahan tanah)
untuk menahan gaya-gaya akibat perbedaan elevasi antara lantai dermaga dengan dasar
kolam. Struktur Dermaga Sheet Pile adalah jenis struktur yang tidak memperdulikan
kemiringan alami dari tanah. Struktur jenis ini biasanya dibangun pada garis pantai yang
memiliki kemiringan curam dimana, pada umumnya, tanah pada bagian laut kemudian
dikeruk untuk menambah kedalaman kolam pelabuhan. Tiang pancang masih diperlukan
untuk menahan gaya lateral dari kapal yang sedang sandar atau untuk membantu sheet pile
menahan tekanan lateral tanah. Struktur sheet pile ini dapat direncanakan dengan
menggunakan sistem penjangkaran (anchor) ataupun tanpa penjangkaran. Sistem
penjangkaran dapat berupa tiang angkur atau angkur batu. Untuk kondisi perairan dimana
gelombang agak besar, Struktur Dermaga Sheet Pile kurang cocok karena gelombang akan
menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.

Keuntungan Struktur Dermaga Sheet Pile adalah tidak memerlukan pengerukan


tanah di bawah deck. Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Sheet Pile: (1) perlu
perlindungan terhadap korosi, (2) perlu perbaikan tanah, dan (3) masih memerlukan tiang
miring.

Gambar 1.2. Bentuk Struktur Dermaga Sheet Pile (Sumber: Triatmodjo, 1999)
Gambar 1.3. Bentuk Struktur Dermaga Anchored Sheet Pile (Sumber: Triatmodjo, 1999)

c. Diaphragma Wall

Selain sheet pile, diaphragma wall beton juga dapat berfungsi sebagai penahan
tekanan lateral tanah. Struktur Dermaga Diafragma Wall terdiri dari blok-blok beton
bertulang berukuran besar yang diatur sedemikian rupa. Perletakan blok beton dengan
kemiringan tertentu dimaksudkan agar terjadi geseran antara blok beton satu dengan
lainnya sehingga dicapai kesatuan konstruksi yang mampu memikul beban-beban vertikal
(dari lantai dermaga) maupun horizontal pada dermaga. Barrette pile dapat digunakan pada
struktur ini, yang berfungsi sebagai anchor untuk diaphragma wall, keduanya dihubungkan
oleh sistem tie beam atau tie slab. Untuk kondisi perairan dimana gelombang agak besar,
Struktur Dermaga Diaphragma Wall kurang cocok karena gelombang akan menghantam
dinding danterjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.

Keuntungan Struktur Dermaga Diaphragma Wall: (1) waktu pelaksanaan relatif


singkat, dan (2) dinding dapat dirancang menerima gaya aksial. Kerugian/hambatan
Struktur Dermaga Diaphragma Wall: (1) harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidang
ini, (2) memerlukan material khusus, dan (3) memerlukan peralatan khusus.
Gambar 1.4. Bentuk Struktur Dermaga Diaphragma Wall dengan Barette Pile
(Sumber: Triatmodjo, 1999)

d. Caisson

Struktur ini merupakan salah satu jenis dari dermaga gravity structure. Pada
prinsipnya, struktur dermaga jenis ini memanfaatkan berat sendiri untuk menahan beban-
beban vertikal dan horizontal pada struktur dermaga serta untuk menahan tekanan tanah.
Caisson sendiri adalah suatu konstruksi blok-blok beton bertulang berbentuk kotak-kotak
yang dibuat di darat dan dipasang pada lokasi dermaga dengan cara diapungkan dan diatur
pada posisi yang direncanakan, kemudian ditenggelamkan dengan mengisi dinding kamar-
kamar caisson dengan pasir laut ataupun batu.Untuk kondisi perairan dimana gelombang
agak besar, Struktur Dermaga Caisson kurang cocok karena gelombang akan menghantam
dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.

Keuntungan Struktur Dermaga Caisson: (1) blok-blok caisson dapat dibuat di


temapt lain dan (2) dapat dliaksanakan pada kondisi tanah yang jelek. Kerugian/hambatan
Struktur Dermaga Caisson: (1) diperlukan perbaikan tanah alas caisson agar mampu
menahan berat caisson dan beban yang akan bekerja dan (2) diperlukan keahlian khusus
untuk pembuatan blok-blok beton dan penempatan caisson.
Gambar 1.5. Bentuk Struktur Dermaga Caisson (Sumber: Triatmodjo, 1999)

e. Doplphin’s system

Dermaga Sistem Dolphin membutuhkan jetty untuk menghubungkan dermaga


dengan darat. Ada dua jenis Dermaga Sistem Dolphin, yaitu L-jetty dan fingerpier. Struktur
Dermaga Sistem Dolphin dikatagorikan sebagai light structure (struktur ringan) karena
Struktur Dermaga Sistem Dolphin direncanakan hanya untuk menerima beban-beban
ringan seperti pipa-pipa penyalur minyak dan gas serta conveyors.

Struktur Dermaga Sistem Dolhpin biasanya digunakan untuk:

1) Dermaga ferry untuk kapal jenis Ro-Ro

2) Dermaga untuk bulk untuk loading batu bara serta loading-unloading minyak.

Gambar 1.6. Jenis Dermaga Sistem Dolphin


2. Metode konstruksi Rubble Mound Jetty
a. Pekerjaan Persiapan
1) Pengamatan Lokasi
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, lokasi dari tempat pekerjaan harus ditinjau dahulu
oleh tenaga ahli. Kalau sekiranya tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dan
keadaan seperti yang ditunjukan dalam gambar, pemborong harus segera
menyampaikan kepada Direksi secara tertulis untuk mendapatkan penyelesaian lebih
lanjut, juga pemborong harus menentukan letak bangunan pelengkap seperti Direksi kit,
Gudang dan sebagainya.
2) Pemeriksaan tanah
Selain pemeriksaan lokasi juga dilakukan pemeriksaan tanah. Jenis tanah apa yang ada
di tempat konstruksi tersebut akan berlangsung.
3) Pembersihan tempat pekerjaan
Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon didalam daerah batas
pekerjaan untuk seluruh panjang dari bangunan harus dibersihkan dan ditebang,
termasuk setiap pohon diluar batas-batas ini yang diperkirakan dapat jatuh dan
menghalangi bangunan, kecuali ada pernyataan lain yang tertuang didalam syarat-syarat
khusus dan gambar rencana.
Bila dinyatakan syrat-syrat khusus atau diperintahkan oleh Direksi bahwa
pepohonan rindang dan tanaman ornamen tertentu akan diperintahkan, maka
pepohonan/tanaman tersebut harus dijaga betul dari kerusakan atas biaya pemborong.
b. Galian tanah
1) Umum
Galian tanah dilaksanakan pada :
(1) Semua galian dari bangunan yang masuk dalam tanah
(2) Semua bagian dari tanah yang harus dibuang
(3) Semua bagian dari tanah yang harus dibuang
Galian tanah yang harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai
lebar, panjang, dalam, kemiringan, dan sebagainya, dan benar-benar waterpass. Kalau
ternyata akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pelaksanaan kalau dilaksanakan
menurut gambar, Pemborong boleh mengajukan usul kepada Direksi mengenai cara
pelaksanaannya.
2) Klasifikasi galian
Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai berikut:
a. Galian tanah biasa
b. Galian tanah sedang, misalnya : pasir, lempung, cadas muda, dan sebagainya.
c. Galian batu terdiri dari galian material yang umumnya menurut Direksi perlu
menggunakan bor dan atau bahan peledak atau alat-alat khusus lainnya.
d. Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm dari
permukaan air konstan, dimana biasanya air tanah naik pada penggalian pondasi.
3) Cara pelaksanaan pekerjaan
Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi sebelum mulai mengerjakan
pekerjaan galian, sehingga penampang,peil,dan pengukurannya dapat dilakukan pada
keadaan tanah yang belum diganggu tanpa seIzin dari Direksi. Galian dari pondasi pada
batas-batas kemiringan dan peil yang dicantumkan pada gambar rencana atau atas
petunjuk Direksi, galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup, agar
penempatan konstruksi atau lantai pondasi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar
rencana mudah dilaksanakan. Peil dasar lantai pondasi seperti yang tercantum pada
gambar rencana, tidak boleh dianggap bersifat pasti. Direksi dapat menentukan
perubahan dimensi peil dari lantai pondasi jika dipandang perlu, agar pondasi tersebut
dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Batu-batu besar, kayu, serta rintangan-
rintangan lain yang mungkin ditemui dalam galian harus dibuang. Sesudah galian
selesai, pemborong harus memberitahukan Direksi akan hal ini, dan tidak
diperkenankan untuk melaksanakan penaikan tanah dasar pondasi dan melaksanakan
lantai pondasi sebelum Direksi setuju dengan ukuran dan kedalaman ukuran material-
material pondasi serta konstruksi-konstruksi yang akan dipasang pada lubang galian
tersebut. Semua retakan atau celah-celah yang ada harus dibersihkan dan, diisi dengan
spesi (injeksi), serta semua material lepas, batu-batuan lapuk, lapisan-lapisan yang tipis
harus dibuang.
Gambar 2.1. Pelaksanaan pekerjaan galian untuk konstruksi Jetty menggunakan ekskavator

c. Pelaksanan konstruksi Jeti rubble mound


Metode pelaksanaan konstruksi jeti sebagai berikut:
1) Pemasangan profil;

Gambar 2.2. Pemasangan Profil

2) Pengangkutan material inti dengan menggunakan dumptruck.


Material inti ditempatkan di lokasi pekerjaan dan diratakan dengan bulldozer. Untuk
material inti dari geobag isi pasir ditempatkan dengan menggunakan ekskavator;
3) Penempatan material antara dan armor dilakukan secara bertahap, agar material yang
sudah ditempatkan tidak hanyut oleh gelombang;
Gambar 2.3. Contoh pemasangan lapis antara dan armor

4) Penempatan lapis armor secara individual dilaksanakan dengan crane atau derek
terapung di atas ponton atau bergerak sendiri (self propelled).

Gambar 2.4. Contoh pemasangan armor

d. Pekerjaan Finishing
Sketsa Metode Konstruksi

Mulai

Pekerjaan Persiapan :

- Pengamatan Lokasi
- Pemeriksaan tanah
- Pembersihan tempat pekerjaan

Galian tanah

Metode pelaksanaan konstruksi jeti


- Pemasangan Profil
- Pengangkutan material inti
- Penempatan material antara
dan armor
- Penempatan lapis armor

Finishing

Selesai
3. Metode konstruksi dermaga cast in situ
a. Masa Prakonstruksi
Dalam Masa Prakonstruksi ini hal-hal yang dilakukan adalah persiapan pelaksanaan, baik
yang di darat maupun di laut. Pada umumnya, sebelum pelaksanaan sudah harus
disiapkan :
a. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan lahan disekitar proyek yang
telah dibebaskan dari hal – hal yang akan mengganggu jalannya proyek secara
keseluruhan.
b. Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan rapat, konfirmasi antar
organisasi atau personil yang terkait, pengawasan dan lain-lain.
c. Pos jaga, yang berfungsi sebagai tempat pengawasan alat dan material
d. Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai.
e. Pendatangan alat berat seperti crane, ponton, hammer hydraulik untuk keperluan
pemancangan tiang pancang.

b. Masa Konstruksi
Dalam masa konstruksi ini pekerjaan dermaga dilakukan persegmen dimulai dari arah
barat menuju arah timur, pembahasan akan dibagi atas item-item pekerjaan sebagai
berikut :
1) Pemancangan
Alat yang dipergunakan :
• ponton
• Crane
• hydraulic hammer
• Teodolit / Waterpas

pemancangan dilakukan dengan 2 ponton, dimana 1 ponton sebagai hydraulic


hammer untuk pemancangan dan satunya sebagai ponton crane untuk pengambilan
tiang pancang dari areal penumpukan ke ponton pancang (lihat gambar 3.1). Alat
Teodolit dipergunakan untuk mengukur ketepatan posisi dan kemiringan tiang saat
pemancangan gambar 3.2.
Gambar 3.1. Ponton Pancang dan Ponton Crane

Gambar 3.2. Cek titik tiang pancang dari darat dengan Alat Teodolit

Pertama-tama ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal
penumpukan, dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton crane ke ponton
pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.
Pada saat pemancangan, langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan adalah ponton
pancang diarahkan ke titik yang dituju, dengan bantuan alat teodolit untuk menentukan
ketepatan titik serta kelurusan/kemiringan tiang. Setelah semuanya sesuai, tali
pengikat tiang pada hydraulic hammer dikendorkan sehingga tiang pancang akan turun
sampai seabed dan diukur kembali ketepatannya dengan teodolit. Apabila sudah sesuai
kembali, baru mulai dipancang dengan hydraulic hammer sampai kedalaman yang
direncanakan (lihat gambar 6.3). Untuk kepastian pemberhentian pemancangan, pada
pemancangan ¼ tiang terakhir dilakukan kalendering, apabila Srencana > Slapangan ,
pemancangan dapat diberhentikan. Langkah-langkah ini dilakukan sampai semua
tiang pancang perencanaan terpancang pada posisinya.
Setelah beberapa tiang pancang selesai dipancang, dapat dilakukan pemotongan tiang
pancang yang berlebih dengan menggunakan hammer ban sampai pada elevasi tiang
yang direncanakan. Apabila pemotongan tiang sudah selesai semua pekerjaan
selanjutnya adalah pengerjaan poer.

Gambar 3.3. Pemancangan Tiang Pancang

Gambar 3.4. Penyambungan antar Tiang Pancang baja


2) Pengecoran Poer
Sebelum merakit bekisting poer, terlebih dahulu dipasang landasan untuk bekisting
berupa sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut untuk tiap pengikatnya pada tiang
pancang (Gambar 6.5). Kemudian dipasang balok yang menghubungkan antara tiang
satu dengan lainya baik arah memanjang maupun melintang. Setelah tahapan tersebut,
dilanjutkan dengan perakitan bekisting poer diatas landasan yang telah ada, sesuai
dengan ukurannya.
Untuk bagian vertikal dari bekisting poer ditopang dengan kayu perancah ke
balok yang menghubungankan antar tiang pancang (Gambar 6.6).
Setelah bekisting poer selesai , dilakukan pemasangan tulangan beton pengisi
tiang dan tulangan poer. Pengecoran dilakukan sekaligus sehingga antara beton
pengisi tiang dan poer monolit.

Gambar 3.5. Pemasangan Landasan Bekisting Poer

Gambar 3.6. Pemasangan Bekisting


3.7 Pengecoran In Situ Poer

3) Pengecoran Pelat Dan Balok


Bekisting balok memanjang dan melintang dipasang sesuai dengan ukuran
rencana dan ditopang dengan kayu ke landasan yang telah terpasang pada langkah
sebelumnya (Gambar 6.8), pengecoran dilakukan monolit (sekaligus) dengan pelat
dermaga, balok fender. Sebelum pengecoran dilakukan, angker bolder dan fender
dipasang pada posisinya dengan dilas dengan tulangan balok untuk perkuatan .

Gambar 3.8 Pemasangan Bekisting Balok Arah Memanjang


c. Masa Pasca Konstruksi
Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna, dilakukan
pekerjaan tambahan yaitu :
1) Pemasangan Bolder
Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang sudah
tertanam pada saat pengecoran pelat bersama tulangannya dibersihkan dan
dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor setempat.

Gambar 3.9 Pemasangan Bolder

2) Pemasangan Fender
Sama halnya dengan bollard, angker fender yang telah tertanam dibersihkan
dan fender ditempatkan di posisinya lalu dipasang pasangan angkernya.

Gambar 3.10 Pemasangan Fender


3) Pemasangan Rel Crane
Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap
sambungan rel harus dites dengan ultrasonik, demikian pula dengan kelurusan rel itu
sendiri.

Sketsa Metoda Konstruksi Dermaga Cast In Situ

Mulai

Masa Prakonstruksi

- Pembersihan Lahan
- Direksi kit
- Pos jaga
- Gudang
- Pendatangan alat berat

Metode konstruksi
- Pemancangan
- Pengecoran Poer
- Pengecoran Pelat dan Balok

Metode Pasca konstruksi


- Pemasangan Bolder
- Pemasangan Fender
- Pemasangan rel crane

Selesai
Daftar Pustaka

Triatmodjo,Bambang.Pelabuhan.2008.Yogyakarta: BETA OFFSET. Di


http://blastingandgeoandcivileng.blogspot.com/2011/08/tinjauan-jenis-struktur-
dermaga.html#:~:text=Struktur%20Dermaga%20Deck%20On%20Pile,sebagai%20pondasi
%20untuk%20lantai%20dermaga.&text=Dermaga%20jenis%20ini%20menggunakan%20sh
eet,lantai%20dermaga%20dengan%20dasar%20kolam. (akses 1 Maret 2021)

Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. “Pelaksanaan Pekerjaan Fisik Bangunan Pengaman Pantai
Buku Informasi”. Jakarta: Pusat Pembinaan Kompetisi dan Pelatihan Konstruksi

Budiaman, Farida. 2017. Perencanaan Detail Pengembangan Dermaga Jamrud Utara Di Pelabuhan
Tanjung Perak. Di https://docplayer.info/38842819-Bab-vi-metode-pelaksanaan.html (akses
2 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai