Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

Sanjaya (2007:1) Persoalan tentang kurikulum bukan hanya persoalan guru dan

tenaga kependidikan lainnya saja, akan tetapi merupakan persoalan seluruh masyarakat.

Hal ini dapat dibuktikan, setiap terjadi perubahan kurikulum, maka komentar-komentar

tentang perubahan tersebut bukan hanya dating dari kalangan guru dan tenaga

kependidikan lainnya saja, akan tetapi juga dari kalangan masyarakat luas. Hal ini

memang wajar, sebab kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting

dalam penyelnggaraan system pendidikan, sehingga pemberlakuan suatu kurikulum

dalam dunia pendidikan akan berdampak luas bagi masyarakat.

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan

dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu,

setiap ada perubahan tujuan atau faktor lain yang mempengaruhi tercapainya tujuan,

kurikulum pun akan mengalami perubahan. Mengingat kondisi masyarakat yang selalu

berubah, maka kurikulum harus tepat untuk mengalami penyesuaian sesuai dengan

perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Perubahan yang dimaksudkan di sini

diharapkan perubahan yang menuju pada pengembangan, bukan sebaliknya.

Kurikulum sebenarnya memiliki dua kegiatan yang saling terkait, yaitu

pengembangan dan pembinaan kurikulum. Pengembangan kurikulum merupakan

kegiatan untuk menghasilkan kurikulum, sedangkan pembinaan merupakan kegiatan

pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaannya.

Fungsi pengembangan kurikulum adalah menghasilkan kurikulum, sedangkan

pembinaan berfungsi untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang


2

sudah ada, supaya hasilnya maksimal. Kalau dilihat dari sifatnya, pengembangan bersifat

konseptual, sedangkan pembinaan bersifat material.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, misalnya

masyarakat dimana kurikulum itu dikembangkan. Untuk keperluan ini banyak faktor

yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum. Di antaranya: (1) pengertian

pengembangan kurikulum, (2) prinsip pengembangan kurikulum.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pengembangan Kurikulum

Kurikulum memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu,

pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan yang kuat dan prinsip-prinsip

yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam implementasi pendidikan.

”Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang

isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya”.

(Sanjaya: 2010: 30). ”Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian

berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal

pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran,

kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada

kreasi sumber sumber unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk

memudahkan proses belajar mengajar.” (Hamalik: 2008: 183)

Seller dan Miller dalam Sanjaya (2010: 32) mengemukakan bahwa proses

perkembangan kurikulum adalah rangakaian kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus. Seller berpendapat bahwa pengembangan kurikulum merupakan siklus yang

dimulai dari menentukan orientasi kurikulum yang berupa kebijakan kebijakan umum

seperti arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan peserta didik,

dll. Kemudian, Berdasarkan orientasi tadi dikembangkan kurikulum yang dirancang

untuk menjadi acuan pembelajaran. Kurikulum yang telah dikembangkan ini

diimplementasikan dalam pembelajaran dan setelah itu dievaluasi. Hasil evaluasi

penerapan kurikulum tadi dijadikan masukan untuk menentukan orientasi, dan begitu

seterusnya. ”Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang
4

sama pentingnya, sisi kurikulum sebagai pedoman dan sisi kurikulum sebagai

implementasi” (Sanjaya: 2010: 33)

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan isi pengembangan

kurikulum, yaitu:

1. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)

Pengembangan isi kurikulum dimulai dari kegiatan pengembangan yang

paling luas yaitu rancangan kebijakan kurikulum yang berisi tentang apa yang harus

diajarkan dan sebagai pedoman bagi para pengembang kurikulum lebih lanjut.

Menetapkan kebijakan kurikulum perlu dikaji secara hati hati dan komprehensif.

Kemudian rancangan program studi yang mencakup kegiatan kegiatan menentukan

tujuan, urutan serta kedalaman materi dalam bidang studi. Setelah itu dirancanglah

program pengajaran yang mencakup aktivitas belajar dalam setiap bidang studi

untuk satu tahun, satu semester, atau satu caturwulan. Selain merancang program,

kegiatan pengembangan kurikulum juga berkaitan dengan menghasilkan bahan

bahan pengajaran, seperti menyusun buku teks, modul, program program film,

rekaman audio, dan lain sebagainya yang menunjang kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan Kelembagaan (Instutional Purpose)

Tujuan kelembagaan harus sejalan dengan visi dan misi sekolah. Setiap

sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda. Misalnya visi dan misi sekolah umum

adalah mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi sedangkan visi dan misi sekolah kejuruan mempersiapkan siswa untuk

memasuki dunia kerja. Dengan demikian, isi kurikulum harus disesuaikan dengan

tujuan kelembagaan agar pengalaman belajar yang didapat siswa di sekolah dapat

mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.


5

B. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sanjaya (2008: 39) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum,

yaitu: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip tersebut juga

diajukan oleh Abdullah idi (2007: 179-182) dan Asep Herry Hernawan dkk (dalam

Rahmat 2009: 22). Sementara Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 150-155)

mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya ke

dalam dua kelompok: (1) prinsip-prinsip umum (sama dengan Herdawan dkk); dan (2)

prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip

berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses

belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan

prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian). Berikut ini adalah uraian lebih

lanjut dari prinsip-prinsip tersebut dengan mengikuti alur klasifikasi yang di ajukan oleh

Nana Syaodih.

1. Prinsip-prinsip Umum Pengembangan Kurikulum

agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan,

maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Di bawah ini akan

diuraikan prinsip-prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.

A. Prinsip Relevansi

Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam

bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan

masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam

kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan

prinsip relevansi. Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Ada dua macam

relevansi, yaitu :
6

1. Relevansi internal

Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara

komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi,

materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang

digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal

ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.

2. Relevansi eksternal

Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar

siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Ada tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:

a. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik (relevansi sosiologis).

Bisa diartikan bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaklah

disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang

ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti

keramaian dan rambu-rambu lalu lintas; tata cara dan pelayanan jasa bank, kantor

pos, dan lain sebagainya. Demikian juga untuk sekolah yang berada di daerah pantai,

perlu diperkenalkan bagaimana kehidupan di pantai, seperti mengenai tambak,

kehidupan nelayan, koperasi, pembibitan udang, dan lain sebagainya.

b. Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan

datang

Bisa diartikan bahwa relevansi harus sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi (relevansi epistomologis). Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan


7

situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan

kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang.

Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan komputer dan Internet

akan menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana cara

memanfaatkan komputer dan bagaimana cara mendapatkan informasi dari Internet

sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga dengan kemampuan

berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC

mulai berlaku, maka masyarakat akan dihadapkan kepada persaingan merebut pasar

kerja dengan orang-orang asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah

harus mulai dipupuk sejak sekarang.

c. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan dan tuntutan dan potensi peserta didik

(relevansi psikologis)

Artinya bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja.

Untuk sekolah kejuruan contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi

dilatih bagaimana agar siswa mampu menggunakan mesin tik sebagai alat untuk

keperluan surat-menyurat, maka sekarang mesin tik sudah tidak banyak digunakan,

akan tetapi yang lebih banyak digunakan komputer. Dengan demikian, keterampilan

mengoperasikan komputer harus diajarkan.

Untuk memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses pengembangannya

sebelum ditentukan apa yang menjadi isi dan model kurikulum yang bagaimana yang

akan digunakan, perlu dilakukan studi pendahuluan dengan menggunakan berbagai

metode dan pendekatan seperti melakukan survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat;

atau melakukan studi tentang jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap

lembaga atau instansi.


8

B. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku,

terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan

agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam

pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan

situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan

latar bekang peserta didik.

Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan

kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh

kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang

rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai.

Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa

dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak

fleksibel akan sulit diterapkan.

Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi:

1. fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak

bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi

yang ada.

2. fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai

kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

C. Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara

vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan

kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,

antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
9

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan

kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program

pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang

diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi

telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang

sebelumnya.

Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi

pengulanganpengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran

tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai

materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.

Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama

antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para

pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA,

dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.

D. Prinsip Efektifitas

Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi pada

tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bias dikatakan sebagai instrument

untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin

dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan

penentuan isi, metode dan system evaluasi serta model kurikulum apa yang akan

digunakan juga akan mempermudah dan mengarahkan dalam implementasi kue\rikulu

itu sendiri. Prinsip efektifitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum

mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
10

Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat

dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum.

Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas

mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa

dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan

keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah

disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu

semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman

kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5

program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.

Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai

tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh

apabila ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan

pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan

bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.

E. Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat

mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal,

cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan

biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki

tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang

terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa pun bagus dan idealnya suatu
11

kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus serta

mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan.

Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan..

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah

prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan

kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta

didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,

suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum

meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan

pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan

kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum

dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum

mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


12

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan

melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi

pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan

kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan

keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan

akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan

dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan

dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,

nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan

yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum

dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah

untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan

nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan

dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru

tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh

atau jiwanya kurikulum. Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang

lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum .
13

Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-

prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum. Yaitu :

a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta

Didik dan Lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian

tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan.

b. Beragam dan Terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis

pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta

status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen

muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu,

serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat

antarsubstansi.

c. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan

isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


14

d. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan

(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan

kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan

dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan

berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan

vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan Berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar Sepanjang Hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan

informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang Antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi

dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masih dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum, Olivia

(1992:31-45) mengemukakan pandangannya mengenai kabaradaan pendidikan atau


15

kurikulum dalam kaitqannya dengan masyarakat, serta implikasinya bagi keberadaan

kurikulum dan pekerjaan para pengembang kurikulum, juga menyangkut pentingnya

prinsip-pronsip pentingnya pengembangan kurikulum bagi para pengembang kurikulum.

Olivia menjelaskan bahwa apa yang kita sebut dengan system pendidikan yang

didalamnya termasuk kurikulum semastinya memberikan respon terhadap perubahan

kondisi yang terjadi pada supra system yaitu masyarakat. Terjadi perubahan kurikulum

merupakan hal yang normal, bahkan perubahan kurikulum itu diperlukan sebagai

konsekwensi dari adanya perubahan lingkungan. Tugas dan tanggung jawab dari para

pengembang kurikulum akan dipermudah jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum. Dalam hal ini Olivia mengajukan sepuluh prinsip (axiom) pengembangan

kurikulum, yaitu :

a. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan

diperlukan.

b. Kurikulum merupakan produk dari masa yang berkelanjutan.

c. Perubahan kurikulum masa lalu sering sering terdapat secara bersamaan bahkan

tumpang tindih dengan perubahan kurikulum masa kini.

d. Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika ada

perubahan pada orang-orang atau masyarakat.

e. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.

f. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari

sekian alternative yang ada.

g. Pengembangan kirikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.

h. Pengembangan kurikulum akan barhasil jika dilakukan dengan komprehensif,

bukan aktivitas bagian perbagian yang terpisah.


16

i. Pengembangan kurikulum akan lebih nefektif jika dilakukan dengan mengikuti

suatu proses yang sistematis.

j. Pengembangan kurikulum dilakukan barangkat dari kurikulum yang ada.

2. Prinsip-prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum

Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan

komponen-komponen kurikulum secara khusus yang didalamnya terdapat tujuan, isi,

metode, dan evaluasi.

a. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan

Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada :

 Ketentuan dan kebijakan pemerintah yang dapat ditemukam dalam dokumen-

dokumen lembaga Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk

di dalamnya pendidikan.

 Survai mengenai persepsi orang tua dan masyarakat tentang kebutuhan mereka

yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.

 Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidangtertentu, dihimpun

melalui angket, wawancara, observasi dan dari berbagai media massa.

 Survai tentang manpower (sumber daya manusia atau tenaga kerja)

 Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.

 Penelitian.
17

b. Prinsip yang berkenan dengan pemilhan isi

Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan atau

kurikulum, yaitu :

 Perlu penjabaran tujuan pendidikan atau pengajaran ke dalam perbuatan hasil

belajar yang khusus dan sederhana.

 Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

 Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

c. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

Untuk menentukan kegiatan proses belajar mengajar apa yang akan digunakan harus

memperhatikan hal-hal berikut :

 Metode atau teknik mengajar yang digunakan harus cocok untuk mengajarkan

bahan pelajaran.

 Metode atau teknik tersebut harus dapat memberikan kegiatan yang bervariasi

untuk melayani perbedaan individual siswa.

 Metode atau teknik tersebut harus dapat memberikan urutan kegiatan yang

bertingkat-tingkat

 Metode atau teknik tersebut harus dapat menciptakan pencapaian kea rah

kognitif, afektif dan psikomotor.

 Metode atau teknik harus lebih mengaktifkan siswa maupun gurunya.

 Metode atau teknik tersebut harus mendorong berkembangnya kemampuan

baru.

 Metode atau teknik harus menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan

di rumah.
18

d. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran

Beberapa prinsip yang bias dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan

media dan alat bantu pembelajaran.

 Alat atau media apa yang dibutuhkan dan apakah semuanya sudah tersedia ?

 Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran.

 Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?

 Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

e. Prinsip yang berkenaan dengan penilaian

Ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika akan membuat alat tes, yaitu :

a. fase perencanaan penilaian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian,yaitu:

 Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok

yangakan di tes ?

 Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes ?

 Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau oilihan ?

 Berapa banyak butir tes yang perlu disusun ?

 Apakah tes tersebut diaministrasikan oleh guru atau murid ?

b. Menyusun alat penilaian

Dalam penyusunann alat penilaian sebaiknya mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut :

 Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum dalam ranah kognitif,

afektif dan psikomotor.

 Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati.


19

 Hubungkan dengan bahan pelajaran.

 Tuliskan butir-butir tes.

c. Pengelolaan hasil penilaian

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian

sebagai berikut :

 Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes ?

 Apakah digunakan formula guessing ?

 Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak ?

 Untuk apakah hasil tes digunakan ?


20

BAB III

KESIMPULAN

”Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana

tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya”.

(Sanjaya: 2010: 30). ”Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai

komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum

dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur

pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber sumber unit, dan garis pelajaran

kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.” (Hamalik: 2008:

183).

Sanjaya (2008: 39) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum,

yaitu: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip tersebut juga

diajukan oleh Abdullah idi (2007: 179-182) dan Asep Herry Hernawan dkk (dalam Rahmat

2009: 22). Sementara Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 150-155) mengetengahkan prinsip-

prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya ke dalam dua kelompok: (1) prinsip-

prinsip umum (sama dengan Herdawan dkk); dan (2) prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip

berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,

prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan

pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan

penilaian).
21

Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar.2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaodih, Nana (2000.150-151). Kurikulum pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP


UPI.

Susilana, Rudi dkk. 2006. Kurikulum pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.

http://vandha.wordpress.com/kail-pendidikan/artikel-dan-makalah/prinsip-pengembangan-
kurikulum/. Online [1 Maret 2014].

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum/.online.[
1 Maret 2014].

http://sublianto.blogspot.com/2010/02/prinsip-pengembangan/kurikuilum.html.online [01
maret 2014].

Anda mungkin juga menyukai