Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena
atas berkat rahmatnya lah penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah etika semester
satu dimana setelah dilakukannya praktik berupa dialog “Terapis Gigi (Dental
Therapist)” yang nantinya sangat berguna untuk pegangan kami sebagai perawat gigi yang
akan datang.
Banyak kendala yang muncul dalam penyelesaian makalah ini. Namun, karena
kerjasama dari anggota kelompok kami maka makalah ini dapat tersususn tepat pada
waktunya.
Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
khususnya dan juga berguna bagi banyak orang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran............................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompetensi Terapis Gigi dan Mulut di Indonesia diatur juga dalam PP nomor 20
tahun 2016. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa terapis gigi memiliki kewenangan
untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah terapis gigi di berbagai negara dan juga di indonesia.
2. Untuk mengetahui peran dan tugas dari terapis gigi.
3. Untuk mengetahui tanggung jawab dari terapis gigi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Terapis Gigi ( Dental Therapist)
Pada tahun 1913, Dr Norman K. Cox, Presiden New Zealand Dental Association,
mengusulkan sebuah sistem klinik sekolah yang dioperasikan oleh negara dan dikelola
oleh ahli kebersihan mulut' untuk menangani kebutuhan gigi anak-anak antara usia 6 dan
14 tahun. Pada saat itu, idenya dianggap tidak ortodoks, tetapi pada tahun 1920, pada
pertemuan khusus New Zealand Dental Association, 16 anggota memilih untuk
mengadopsi perawat gigi sekolah dengan 7 menentang proposal. Perubahan drastis dalam
pemungutan suara dapat diakreditasi untuk penolakan pasukan Selandia Baru selama
perang dunia pertama. Rekrutmen ditolak karena penyakit gigi yang merajalela dan tidak
terkendali.
Perawat gigi di sekolah akan menyediakan layanan diagnostik dan restoratif bagi
anak-anak dalam serangkaian metode dan prosedur yang terstruktur dengan kaku yang
membuatnya tidak cemas membuat pilihan '. Di Inggris Raya, selama perang dunia
pertama, 'penata gigi' digunakan untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan untuk anak-
anak di beberapa bagian Inggris. Peran mereka dihilangkan oleh Undang-Undang Dokter
Gigi tahun 1921 karena permusuhan terhadap peran di pihak profesi dokter gigi. Mereka
kemudian diperkenalkan kembali, pada kekuatan skema Selandia Baru, sebagai terapis gigi
ketika kebutuhan gigi yang tinggi dari anak-anak 'ditemukan kembali' pada tahun 1960-an,
melakukan layanan serupa tetapi di bawah resep dokter gigi yang melakukan pemeriksaan.
dan rencana perawatan.
2
kebutuhan yang dapat diidentifikasi untuk para profesional gigi di daerah-daerah yang
kurang terlayani.
Terapis gigi dan mulut merupakan transformasi dari perawat gigi, yang pada tanggal 14
september 2017 di Musyawarah Nasional VII PPGI di Sumatera Barat berubah nama
menjadi Terapis Gigi dan Mulut. Terapis Gigi dan Mulut adalah merupakan salah satu
tenaga kesehatan di bidang kesehatan gigi yang memiliki kompetensi dan orientasi kerja
dalam bidang pelayanan promotif, preventif serta kuratif sederhana. Berdasarkan
Permenkes 20 Tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan
Mulut menyebutkan bahwa terapis gigi dan mulut mempunyai kewenangan untuk
melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari upaya-upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, manajemen
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi
terbatas serta dental assisting.
Ketika berbicara sejarah terapis gigi dan mulut, maka berarti juga bercerita sejarah
tentang perawat gigi. Pada awalnya, pendidikan perawat gigi dilaksanakan pada jenjang
pendidikan menengah setara SMA yang bernama Sekolah Perawat Gigi (SPG) dan
kemudian berubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG). Pada prosesnya,
pendidikan perawat gigi tersebut menggunakan kurikulum yang hampir seluruhnya
bermuatan ilmu dan praktek kedokteran gigi, mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan
pada waktu itu yang masih berorientasi kepada pelayanan kuratif. Selanjutnya, mulai awal
tahun 1990an kurikulum Sekolah Pengatur Rawat Gigi mengalami perubahan kurikulum
yang dirancang dengan pendekatan pelayanan promotif dan preventif kesehatan gigi.
3
tersebut bersifat vokasional dengan level pendidikan setara pada jenjang pendidikan
menengah, nama lembaga pendidikan tersebut adalah Sekolah Pengatur Rawat Gigi
(SPRG).
Seiring dengan perjalanan waktu dan adanya kebijakan pemerintah, pada Tahun 2005,
pemerintah mengeluarkan kebijakan, yang memutuskan adanya konversi pendidikan
SPRG meningkat pada level akademi, dimana nama lembaga / institusi pendidikannnya
berubah menjadi Akademi Kesehatan Gigi (AKG). Peserta pendidikan pada level AKG
tersebut adalah mereka para calon tenaga kesehatan gigi yang memiliki pendidikan atau
lulusan pendidikan menengah yaitu SMU/SMA termasuk di dalamnya adalah konversi
pendidikan lanjutan mereka yang memiliki ijazah SPRG. Pada tahun 2001, sebagai akibat
adanya kebijakan pemerintah dalam rangka efisiensi penyelenggarakan pendidikan yang
berada di bawah naunganDepartemen Kesehatan, semua pendidikan kesehatan pada level
akademi terjadi re-organisasi dengan keluarnya regulasi penyelenggaraan pendidikan
menjadi Politeknik Kesehatan, maka Akademi Kesehatan Gigi bergabung dalam struktur
kelembagaan Politeknik Kesehatan dan nama institusi penyelenggaraan pendidikan
menjadi Jurusan Kesehatan Gigi (JKG) yang berada di bawah Politeknik Kesehatan smpai
dengan saat ini.
Pada tahun 2001 terbitlah Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Nomor 43/MENKES-KESOS/SK/1/2001 tentang Izin Penyelenggaraan Pendidikan
Diploma Bidang Kesehatan pendidikan Diploma Kesehatan Gigi tidak sesuai lagi dengan
situasi dan kondisi yang ada dan telah diganti menjadi jenis pendidikan Diploma
Keperawatan Gigi sebagaimana pada SK Menkes dalam lampiran I Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor : 1192/MENKES/PER/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004.
4
kepada pihak pemegang kebijakan untuk dapat menerima aspirasi dengan cara mengubah
nama institusi penyelenggara pendidikan. Pada akhirnya, advokasi PPGI membuahkan
hasil, dan pada tahun 2010 keluarlah Permenkes No. 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan yang berisikan perubahan nama
institusi Jurusan Kesehatan Gigi menjadi Jurusan Keperawatan Gigi. Sebagai implikasi SK
Menteri Kesehatan tersebut, maka para lulusan Jurusan keperawatan Gigi berhak
menyandang nama/sebutan sebagi Ahli Madya Keperawatan Gigi (AMKG).
Saat ini serta di masa yang akan datang perkembangan keperawatan gigi sebagai
sebuah profesi akan dihadapkan pada berbagai hambatan dan tantangan yaitu semakin
meningkatnya tuntutan dan animo masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi, semakin
kritisnya penilaian masyarakat terhadap kualitas layanan keperawatan gigi,
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, tuntutan kebutuhan
masyarakat akan layanan keperawatan gigi yang berkualitas, makin meningkatnya
kompleksitas penyakit, respon pasien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan.
Untuk itu maka perawat gigi telah menyikapinya dengan peningkatan jenjang pendidikan
menjadi Diploma IV keperawatan Gigi.
Pada bulan oktober tahun 2014, terbitlah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang tenaga Kesehatan dimana didalamnya menyatakan bahwa nama profesi Perawat
Gigi berubah menjadi Terapis Gigi dan Mulut dan masuk kedalam rumpun keteknisian
medis. Walaupun hal tersebut cukup mengagetkan dan bukan merupakan usulan dan
profesi, tapi apalah daya regulasi tersebut sudah di syahkan dan tidak mungkin untuk dapat
dirubah dengan seketika. Untuk itu maka para perawat gigi sepakat dengan sukarela untuk
beralih nama menjadi terapis gigi dan mulut dengan organisasi profesi Persatuan Terapis
Gigi dan Mulut Indonesia (PTGMI).
a. Australia
Terapis gigi tidak lagi dilatih di Australia , dan sebaliknya, terapis kesehatan mulut
dilatih. Seorang ahli terapi kesehatan mulut dilatih sebagai ahli terapi gigi dan ahli
kesehatan gigi dengan fokus pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
5
Pelatihan terapi kesehatan mulut terjadi di tingkat universitas dan oleh karena itu
penyelesaian sekolah menengah ke standar yang tinggi adalah wajib, termasuk mata
pelajaran pra-syarat tertentu yang berbeda antara negara bagian / teritori dan antara
universitas yang menawarkan kursus itu sendiri.
Terapis Gigi menggunakan sejumlah alat dan teknologi yang berbeda untuk
menyelesaikan tugas-tugas gigi mereka seperti peralatan sinar-X, alat bertenaga tangan
seperti bor dan pemoles bersama dengan penggunaan komputer dan printer untuk merekam
dan menyimpan data.
b. Selandia Baru
Sejak 2002, terapis gigi dilatih secara eksklusif di Universitas Otago di Dunedin (di
satu-satunya Sekolah Gigi Selandia Baru ) atau di Universitas Teknologi Auckland .
Kualifikasi (Sarjana Kesehatan Mulut di Otago, Sarjana Ilmu Kesehatan dalam Kesehatan
6
Mulut di AUT) memungkinkan lulusan untuk mendaftar dan berpraktik sebagai ahli terapi
gigi dan kebersihan gigi.
Sebelum ini, pengembangan terapis gigi dimulai di Selandia Baru. Mereka awalnya
dilatih sebagai "perawat gigi" yang menyediakan perawatan restoratif dan preventif
sederhana untuk anak-anak berusia hingga 12 tahun. Mereka dipekerjakan untuk merawat
anak-anak di layanan gigi sekolah termasuk perawatan anak-anak pra-sekolah.
Pada tahun 1999 Universitas Otago mengambil alih Diploma 2 tahun dalam Terapi
Gigi, yang ditawarkan hingga diperkenalkannya gelar BOH pada tahun 2007.
Pada tahun 2002, baik Universitas Otago dan AUT memulai gelar Sarjana Ilmu
Kesehatan 3 tahun, Tingkat Otago didukung dalam terapi gigi, sedangkan tingkat AUT
dalam kesehatan mulut, tetapi masih hanya diizinkan untuk pendaftaran sebagai Terapis.
Di Otago, ini ditawarkan selain ijazah 2 tahun. Kedua gelar tersebut dihentikan pada tahun
2007. 'Gelar ganda' saat ini diperkenalkan di AUT pada 2006 dan di Otago pada 2007. Ini
sebagai tanggapan terhadap kekurangan dan meningkatnya persyaratan legislatif.
Untuk berlatih, semua terapis harus mendaftar setiap tahun ke Dewan Gigi. Untuk
siklus 2014-2015, biaya untuk ini adalah $ 758,23. Satu Terapis diwakili di Dewan untuk
masa jabatan tiga tahun.
Terapis gigi di Selandia Baru bekerja secara eksklusif dengan anak-anak di bawah 18
tahun. Tugas mereka termasuk pemeriksaan dan perawatan gigi rutin dan pekerjaan
pencegahan, seperti penambalan, sealant fisura dan pencabutan gigi pertama. Tugas juga
termasuk memberikan anestesi lokal dan melakukan rontgen. Terapis juga memberi tahu
pasien dan orang tua mereka cara merawat mulut pasien.
7
Terapis gigi umumnya bekerja untuk Dewan Kesehatan Daerah (DHB) setempat, tetapi
beberapa bekerja di praktek swasta.
Terapis gigi dapat menjadi anggota Asosiasi Ahli Terapi Kesehatan Gigi dan Mulut
Selandia Baru. Asosiasi ini didirikan pada tahun 1935, sebagai Lembaga Perawat Gigi
Negara Bagian Selandia Baru.
c. Inggris Raya
Pelatihan dapat diperoleh melalui dua kursus, kursus Kebersihan dan Terapi Gigi
gabungan 27 bulan penuh waktu atau Sarjana Muda Ilmu Kesehatan Mulut 3 tahun penuh
waktu; sekali terapis yang memenuhi syarat harus terdaftar di General Dental Council .
Para terapis memiliki fokus besar pada perawatan diri pasien, membuat rencana perawatan
di rumah dan mengidentifikasi area di mana pasien menyatakan defisit dalam kemanjuran
pengangkatan plak . Terapis gigi di Inggris sering dipekerjakan dalam profesi kedokteran
gigi masyarakat dan melakukan berbagai perawatan, sebagaimana dijelaskan dalam ruang
lingkup praktik profesional mereka. Beberapa prosedur yang dilakukan oleh ahli terapi gigi
UK termasuk pemeriksaan, pengambilan radiografi ( sinar-X ), penambalan (restorasi),
penerapan strategi pencegahan (aplikasi fluoride , sealant gigi (segel celah), instruksi
kebersihan mulut) dan kesehatan gigi pendidikan.
d. Amerika Serikat
Amerika Serikat meningkatkan kesempatan kerja dan pelatihan bagi terapis gigi untuk
mengurangi kebutuhan dan meningkatkan akses ke perawatan bagi orang Amerika. Alaska,
Minnesota, Maine, dan Vermont adalah empat negara bagian utama yang menganjurkan
terapis gigi ke dalam komunitas mereka. Terapis gigi ini dapat melakukan sejumlah
perawatan gigi klinis dasar dan layanan pencegahan di bawah pengawasan dokter gigi
umum dan tidak langsung.
Terapis gigi sebagai anggota tim perawatan kesehatan mulut dapat memberikan
layanan perawatan gigi restoratif, pencegahan penyakit dan program promosi kesehatan
mulut. Prosedur ini meliputi pemaparan radiografi / sinar-X, pemberian anestesi lokal ,
pemberian nitro oksida , aplikasi agen pencegahan atau profilaksis topikal termasuk pernis
fluoride dan sealur fisura, preparasi dan restorasi gigi primer dan permanen, perbaikan
perangkat prostetik yang rusak, dan pelapisan mahkota permanen.
8
2.3 Tanggung Jawab Terapis Gigi (Dental Therapist)
Edukasi pasien, orang tua, sekolah dan masyarakat tentang perkembangan penyakit
gigi, bagaimana mencegah penyakit gigi dan bagaimana menjaga kesehatan mulut
yang baik.
Rawat pasien dengan memberikan pemeriksaan mulut komprehensif, saran diet,
membantu memodifikasi faktor risiko penyakit gigi, memberikan instruksi
kebersihan mulut kepada pasien dan orang tua / wali, melepas dan mengisi karies
gigi . Ekstrak gigi sulung (bayi) di bawah anestesi lokal, lakukan perawatan
Pulpotomi pada gigi sulung yang diindikasikan, ambil radiografi gigi pasien,
berikan perlindungan sealant gigi bila perlu, berikan terapi fluoride dan berikan
pembersihan yang profesional.
Rujuk dan Berkomunikasi - terapis gigi dapat merujuk ke dokter gigi ketika
masalah menjadi kompleks, mereka bekerja di sekolah, termasuk kantin dalam
merekomendasikan pilihan sehat bagi siswa dan staf. Mereka dapat memberikan
instruksi kebersihan mulut ke kelas-kelas dan dapat berkomunikasi dengan
penyedia layanan kesehatan lainnya yaitu klinik Imunisasi dan perawat perawatan
kesehatan ibu.
Peran terapis gigi dalam tim gigi dapat mencakup ketentuan penilaian kesehatan
mulut, perencanaan perawatan, manajemen dan pencegahan untuk anak-anak, remaja dan
orang dewasa, yang tergantung pada pelatihan mereka. Dalam banyak praktik, terapis gigi
terbatas pada penyediaan perawatan dan pencabutan gigi restoratif untuk mereka yang
berusia 25 tahun ke bawah, namun ada beberapa pengaturan di mana terapis kesehatan gigi
9
atau mulut dapat memberikan layanan ini kepada seseorang dari segala usia di mana dokter
telah mengembangkan ruang lingkup praktiknya.
Selama sekitar empat puluh tahun di Australia, terapis gigi telah berpraktik di
bawah bimbingan dokter gigi yang menyediakan layanan diagnostik, pencegahan,
perbaikan dan promosi kesehatan untuk anak-anak dan remaja.
Prosedur umum yang dilakukan oleh terapis gigi meliputi pemeriksaan, meresepkan
dan mengekspos xrays gigi intra dan ekstra oral, pemberian anestesi lokal, persiapan dan
pemulihan lesi karies, terapi pulpa, ekstraksi gigi sulung dan terapi pencegahan seperti
sealant fisura dan aplikasi fluoride. Pendidikan dan promosi kesehatan mulut juga
memainkan peran besar dalam peran terapis gigi.
Dukungan profesional untuk peran terapis gigi dalam tim gigi telah diterima secara
luas di Australia dan Selandia Baru, di mana peran mereka muncul dalam menanggapi
kebutuhan populasi dari meningkatnya jumlah prevalensi karies pada anak-anak.
Dukungan yang sama ini belum diikuti di semua negara, dengan Amerika Serikat
menyebut terapis gigi sebagai 'praktisi tingkat bawah' dengan penelitian yang
menunjukkan 75% dari dokter gigi anak AS tidak mengetahui apa itu terapis gigi dan 71%
dari mereka tidak setuju. untuk menambahkannya sebagai bagian dari tim gigi.
Ada banyak kualitas dan atribut yang diperlukan untuk menjadi seorang Terapis Gigi,
terutama karena mereka menemukan diri mereka bekerja dengan anak-anak muda setiap
hari, beberapa di antaranya adalah;
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dental therapist/terapis gigi dan mulut merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi yang diatur dalam PP nomor 20 tahun 2016. Terapis gigi
memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Gultom, Erni dan RR. Ratnasari Dyah P.2017.Konsep Dasar Pelayanan Asuhan
Kesehatan
Gigi dan Mulu.Jakarta:Pustaka Indonesia.
12