Anda di halaman 1dari 14

ANTROPOLOGI

TRANSKULTURAL PRAKTIK IMPLIKASI DALAM


KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPUH : ROSDAWATI MPD. MKM

DISUSUN OLEH : IQZEN JULIAPNA PUTRA

: FEBBY AGUSTIN

: PUTRI AGUSTINA

: SALSA APRILIA SENJANI

: ZEELINA RAMADHANI

STIKES GARUDA PUTIH JAMBI TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karna
atas berkat rahmat dan karunianyalah saya bisa menyelesaikan
tugas saya yang berjudul TRANSKULTURAL PRAKTIK IMPLIKASI
DALAM KEPERAWATAN dengan baik, dan tepat pada waktunya.
Saya berterima kasih kepada ROSDAWATI MPD MKM selaku dosen
ANTROPOLOGI yang telah memberi tugas ini sehingga saya bisa
menambah wawasan tentang kepariwisataan dan kebudayan.

Dengan membuat tugas ini saya diharapkan mampu untuk lebih


mengenal tentang ANTROPOLOGI Harapan saya semoga karya
ilmiah yang sederhana ini, dapat memberikan kesadaran tersendiri
bagi generasi
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan
dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah
perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing ?
2.      Apa Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing ?
3.      Apa Komponen Dalam Pengkajian Transkultural Nursing?
4.      Apa Gambaran Masyarakat Tentang Kasus Berhubungan Dengan Transkultural Nursing ?
5.      Study Kasus Transkultural Nursing ?
6.      Menyusun Dan Melaksanakan Tindakan Keperawatan Transkultural Nursing?
7.       Peran Agama Dalam Transkultural Nursing ?

C.      Tujuan dan Manfaat


1.      Memenuhi tugas Mata Kuliah antropologi kesehatan
2.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan.
3.      Untuk mengetahui pengertian implikasi.
4.      Untuk mengetahui pengertian transkultural.
5.      Untuk mengetahui bagaiman implikasi transkultural dalam praktek keperawatan.
BAB II

PEMBABAHASAN

A.    Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk pelayanan bio-psiko-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi pada
praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang memiliki sekumpulan pengetahuan
untuk memberikan pelayanan kepada klien.

Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan pancasila, khususnya
pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas
berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:

1.      Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola asuhan


keperawatan.
2.      Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan menggunakan hasil dari
teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.
3.      Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat.
4.      Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan professional.
5.      Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan
dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang berperan aktif,
reproduktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan
perannya.

B.     Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti “berpindah” atau “suatu
perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang berarti “kebudayaaan”. Kultur atau
keudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
C.    Transkultural Dalam Praktek Keperawatan
1.      Konsep Perilaku
 Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku,
media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu
akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar
dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam
tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
evaluasi.
2.      Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.  dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga
aspek.
         Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
         Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di
sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu
diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
         Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat
tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2.      Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau
perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar
negeri.
a.       Perilaku kesehatan lingkungan  Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola
lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan ini.
b.      Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara
lain:
-          Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
-          Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan)
-          Tidak merokok.
-          Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
-          Istirahat cukup.
-          Mengendalikan stres.
-          Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-gant
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan  sebagainya
c.       Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala
penyakit,pengobatan penyakit, dan sebagainya.
d.      Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien)
mempunyai peran, yang mencakup hak-hak  orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Hak dan kewajiban  ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
Perilaku ini  meliputi:  :
         Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
         Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan

D.    Implikasi Transkultural Dalam Praktek Keperawatan


1.         Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang  budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/ mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi
budaya dan mengubah/ mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a.       Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
b.      Negosiasi budaya . Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan
yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan  sumber protein hewani yang lain.
c.       Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut
2.      Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model).
Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a)      Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien

b)      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
c)      Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang
dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya
yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
b.     Cultural careaccomodation/negotiation
c.   Cultual care repartening/reconstruction

d)     Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang
budaya pasien.
E.     Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus Yang Berkaitan Dengan Transkultural Nursing
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
1.        Culture care preservation / maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan
2.        Culture care accommodation / negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang merefleksiakan cara
untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien
3.        Culture care repatterning / restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing, ditemukan fakta bahwa persepsi
masyarakat tentang terjinya penyakit antara daerah yang satu dengan daerah yang lain terdapat
perbedaan, hal tersebut bergantung pada kebudayaan yang ada dan berkembang di dalam
mansyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai
saat ini masih ada di masyarakat, hal tersebut telah menjadi hal yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat tentang salah satu penyakit.
Sebagai contoh adalah persepsi masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai
penyakit malaria.
         Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa.
Tidak jauh dari wilayah pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang lebat.
Penduduk desa tersebut branggapan bahwa hutan itu memiliki penguasa gaib yang dapat
menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelangaran yang dilakukan dapat
berupa menebang pohon, membabat hutan untuk area pertanian, dan sebagainya. Siapa yang
melanggar ketentuan dari penguasa gaib tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa demam
tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara memohon ampun
kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu yang kemuadian dibuat
menjadi ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh
penderita. Dalam beberapa hari kemuadian penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan di tentukan dari penuturan sederhana dan
mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan
sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita auatu penuturan secara turun-temurun tersebut
adalah faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu daerah mengenai
timbulnya gejala suatu penyakit.
Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural nursing. Sebagaimana yang
telah dibahas di awal bahwa keperawatan transkultural merupakan kajian mengenai studi tentang
budaya dan kepercayaan masyarakat mengenai persepsi meraka tentang penyebab timbulnya
fenomena suatu penyakit di lingkungan yang tempat mereka tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah diperlukan untuk melakukan
pengkajian terhadap respon masyarakat seperti pada contoh di atas mengenai penyebab
fenomena timbulnya suatu penyakit dan cara mereka dalam melakukan penyembuhan
berdasarkan aspek latar belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian peran perawat
transkultural selanjutnya adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan
masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti. Sehingga diharapkan
masyarakat tersebut dapat beralih dari kebiasaan lama mereka dan merubah cara pandang dan
pola piker terhadap kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan
teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya pemahaman yang disampaikan
tersebut masyarakat tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional seperti menggunakan
dedaunan dengan komposisi kandungan yang belum jelas dalam pengobatan. Terlebih lagi
adalah paradigm pengobatan berdasarkan praktik-praktik perdukunan dengan metode pemberian
mantra atau jampi-jampi ole/h pemuka adat atau pun dukun.

F.     Studi Kasus
Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
      Seorang dokter muda berumur 28 tahun baru saja melahirkan anak pertamanya, di kamar
perawatan dia ditemani oleh suami dan keluarga termasuk mertuanya. Karena baru selesai
melahirkan, sang dokter tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur
sebentar. Melihat hal tersebut ibu mertuanya berkata tidak baik bagi seorang ibu yang baru
melahirkan untuk bermalas-malasan dan tidak segera menyusui bayinya, menurut ibu mertuanya
nanti akan terbawa malas untuk bekerja di kemudian hari.
      Saat yang bersamaan, seorang perawat ada di situ sedang memeriksa keadaan ibu dan bayi
tersebut, dia mengiyakan pendapat dari mertua dokter itu dengan mengemukakan
argumentasinya bahwa kontak pertama ibu dan anak adalah hal yang sangat baik untuk
perkembangan mental bayi nanti; semakin cepat bayi menyusui akan merangsang produksi ASI ;
semakin cepat bergerak akan lebih cepat ibu mandiri merawat diri dan bayi.
     Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan.
G.    Paradigma Transkultural Nursing
      Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle,
1995), yaitu :
1.      Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2.      Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).

3.      Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial
dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial
adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa
bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4.      Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
  Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
  Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka
ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.
  Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

H.    Konsep Dalam Transkultural Nursing


Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
1.      Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
2.      Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
3.      Etnosentris diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki
oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
4.      Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
5.      Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia
6.      Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
7.      Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
8.      Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
9.      Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan
pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
10.  Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki
oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
I.       Peran Agama Dalam Transkultural Nursing
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal
ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita juga
mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan
agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang
pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi
keperawatan.
Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan pandangan dariok. penanganan kesehatan.
2.      Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan danmengkomunikasikan
masalahnya.
3.      Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
4.      Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
5.      Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya.
6.      Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.( Perry AG dan Potter PA,2006
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap  pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
4.       Keperawatan
5.       Mempertahankan budaya
6.       Perilaku sehat-sakit
7.       Negosiasi budaya
8.       Restrukturisasi
9.       Budaya
10.   Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi ).

B.       Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena
perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat
memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama dan Kepercayaan
dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang
baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para
pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik

Anda mungkin juga menyukai