Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

SYARIAT (HUKUM ISLAM)


Penjelasan Umum :

-Sumber Hukum Islam (Alqur’an,Hadist,dan Ijmak Ulama)

-Rukun Islam

Dosen Pembimbing : DR. H. KAMALUDIN, S.AG, MA.

Disusun Oleh :

Kelompok III

1.Muhammad Aditya (P01031219034)

2.Nabilla Br.Damanik (P01031219035)

3.Nisa Irbah Saragih (P01031219036)

4.Nuraini Br.Barus (P01031219037)

5.Putri Az Zahro (P01031219038)

6.Putri Java Kesuma Wardani (P01031219039)

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN DIPLOMA IV


GIZI
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makala ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih kepada bapak yang sudah menjadi pembimbing kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makala ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Kami berharap semoga makala ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makala ini masik jauh
dari kata sempurna, sengga kami sangat mengharapkan saran yg bersifat
membangun demi terciptanya makala selanjutnya yang lebih baik lagi

Lubuk Pakam, 27 agustus 2019

Penyusun Kelompok III


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.2 Tujuan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sumber Hukum Islam.........................................................................................5

2.2 Rukun Islam........................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................11

3.2 Saran...................................................................................................................11

3.3 Daftar Pustaka....................................................................................................12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum islam merupakan istilah khas di Indonesia,sebagai terjemahan dari al-
fiqh al-islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-syariah al islamy.Istilah
ini dalam wacana ahli Hukum Barat disebut Islamic Law.Dalam Al-Qur’an dan
Sunnah,istilah al-hukm al-Islam tidak ditemukan.Namun yang digunakan adalah kata
syari’at islam,yang kemudian dalam penjabarannya disebut istilah fiqih.Uraian diatas
memberi asumsi bahwa hukum dimaksud adalah hukum islam.Sebab,kajiannya
dalam perspektif hukum islam,maka yang dimaksudkan  pula adalah hukum syara’
yang bertalian dengan akidah dan akhlak.
Penyebutan hukum islam sering dipakai sebagai terjemahan dari syari’at
islam atau fiqh islam.Apabila syari’at islam diterjemahkan sebagai hukum
islam,maka berarti syari’at islam yang dipahami dalam makna yang sempit.Pada
dimensi lain penyebutan hukum islam selalu dihubungkan dengan legalitas formal
suatu Negara,baik yang sudah terdapat dalam kitab-kitab fiqh maupun yang
belum.Menurut T.M,Hasbi Ashshiddiqy mendefinisikan hukum islam adalah koleksi
daya upaya para ahli hukum untuk menerapkan syariat atas kebutuhan
masyarakat.Dalam khazanah ilmu hukum islam di Indonesia,istilah hukum islam
dipahami sebagai penggabungan dua kata,hukum dan islam.Hukum adalah
seperangkat peraturan tentang tindak tanduk atau tingkah laku yang diakui oleh
suatu Negara atau masyarakat yang berlaku dan mengikat untuk seluruh
anggotanya.Kemudian kata hukum disandarkan kepada kata islam.Jadi,dapat
dipahami bahwa hukum islam adalah peraturan yang dirumuskan berdasarkan
wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku mukallaf (orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini berlaku mengikat bagi semua
pemeluk agama islam.  

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu hukum islam (al-qur’an, Hadist, dan Ijmak Ulama)
2. Apa itu Hukum Islam

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hukum islam (al-qur’an, Hadist, dan Ijmak
Ulama)
2. Untuk mengetahui apa itu hukum islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Hukum Islam


            Pengertian sumber hukum ialah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat,yaitu
peraturan yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau
yang menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad
(Sunnah Rasulullah SAW).Sebagian besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat bahwa
pada prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-Qur’an dan Hadist.Disamping
itu terdapat beberapa bidang kajian yang erat berkaitan dengan sumber hukum
islam yaitu : ijma’, ijtihad, istishab, istislah, istihsun, maslahat mursalah, qiyas,ray’yu,
dan ‘urf.
C. Macam-macam dalil yang disepakati
1. Al-Qur’an
            Al-Qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari semua ajaran
dan syari’at islam. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an yaitu  105. Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat[347],
            Definisi tentang Al-Qur’an telah banyak dirumuskan oleh beberapa
ulama’,akan tetapi dari beberapa definisi tersebut terdapat empat unsur pokok,yaitu :
1.      Bahwa Al-Qur’an itu berbentuk lafazt yang mengandung arti bahwa apa yang
disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan
dilafazkan oleh Nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Qur’an.
2.      Bahwa Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab
3.      Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
4.      Bahwa Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir
Ayat Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan beberapa
cara dan keadaan,antara lain, yaitu :
1.      Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW
2.      Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang
laki-laki yang mengucapkan kata-katanya
3.      Wahyu datang seperti gemirincing lonceng
4.      Malaikat menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW benar-benar
sebagaimana rupanya yang asli
Ayat-ayat yang diturunkan tadi dibagi menjadi dua bagian/jenis,yaitu :
1.      Ayat-ayat Makkiyah
2.      Ayat-ayat Madaniyah
Di dalam ajaran islam terdapat ketentuan-ketentuan untuk membentuk
sesuatu hukum,yaitu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Ushul
Fiqih.Pengertian bahasa arab “Ushul Fiqih” secara harfiah adalah akar pikiran,dan
secara ibarat (tamsil) adalah sumber hukum atau prinsip-prinsip tentang ilmu
fiqih.Pada umumnya para fuhaka sepakat menetapkan dan Qiyas

2.Hadist
             Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau tentang suatu hal,atau disebut pula sunnah
Qauliyyah.Hadist merupakan bagian dari sunnah Rasulullah.Pengertian sunnah
sangat luas,sebab sunnah mencakup dan meliputi:
1. Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah
2. Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah
3. Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah taqririyah
   Pada prinsipnya fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an sebagai penganut hukum yang
ada dalam Al-Qur’an.Sebagai penganut hukum yang ada dalam Al-Qur’an,sebagai
penjelasan/penafsir/pemerinci hal-hal yang masih global.Sunnah dapat juga
membentuk hukum sendiri tentang suatu hal yang tidak disebutkan dalam Al-
Qur’an.Dalam sunnah terdapat unsur-unsur sanad (keseimbangan antar
perawi),matan (isi materi) dan rowi (periwayat).
Dilihat dari segi jumlah perawinya sunnah dapat dibagi kedalam tiga kelompok
yaitu :

1. Sunnah Mutawattir : sunnah yang diriwayatkan banyak perawi


2. Sunnah Masyur : sunnah yang diriwayatkan 2 orang atau lebih yang tidak
mencapai tingkatan mutawattir
3. Sunnah ahad : sunnah yang diriwayatkan satu perawi saja.
Pembagian hadist dapat pula dilakukan melalui pembagian berdasarkan
rawinya dan berdasarkan sifat perawinya.
1.      Matan, teks atau bunyi yang lengkap dari hadist itu dalam susunan kalimat
yang tertentu.
2.      Sanad, bagian yangg menjadi dasar untuk menentukan dapat di percaya atau
tidaknya sesuatu hadist. Jadi tentang nama dan keadaan orang-orang yang
sambung-bersambung menerima dan menyampaikan hadist tersebut, dimulai dari
orang yang memberikannya sampai kepada sumbernya Nabi Muhammad SAW yang
disebut rawi.
Ditinjau dari sudut periwayatnya ( rawi ) maka hadist dapat di golongkan ke dalam
empat tingakatan yaitu:
·               Hadist mutawir, hadist yang diriwayatkan oleh kaum dari kaum yang lain
hingga sampai pada Nabi Muhammad SAW.
·               Hadist masyur, hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian
tersebar luas. Dari nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau lebih.
·               Hadist ahad, hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih hingga
sampai kepada nabi muhammad.
·               Hadist mursal, hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-
tengah,se hingga tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.   
     
3. Al-Ijma’
Ijma’ menurut hukum islam pada prinsipnya ijma’ adalah kesepakatan
beberapa ahli istihan atau sejumlah mujtahid umat islam setelah masa rasulullah
tentang hukum atau ketentuan beberapa masa yang berkaitan dengan syariat atau
suatu hal. Ijma merupakan salah satu upaya istihad umat islam setalah qiyas.
Kata ijma’ berasal dari kata jam’ artinya maenghimpun atau mengumpulkan.
Ijma’ mempunyai dua makna, yaitu menyusun mengatur suatu hal yang tak
teratur,oleh sebab itu berarti menetapkan memutuskan suatu perkara,dan berarti
pula istilah ulama fiqih (fuqaha). Ijma berati kesepakatan pendapat di antara
mujtahid, atau persetujuan pendapat di antara ulama fiqih dari abad tertentu
mengenai masalah hukum.
Apabila di kaji lebih mendalam dan mendasar terutama dari segi cara
melakukannya, maka terdapat dua macam ijma’ yaitu :
1. Ijma’ shoreh (jelas atau nyata) adalah apabila ijtihad terdapat beberapa ahli
ijtihad atau mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan masing-masing secara
tegas dan jelas.
2. Ijma’ sukuti (diam atau tidak jelas) adalah apabila beberapa ahli ijtihad atau
sejumlah mujtahid mengemukakan pendapatnya atau pemikirannya secara jelas.
Apabila ditinjau dari segi adanya kepastian hukum tentang suatu hal, maka ijma’
dapat digolongkan menjadi :
1. Ijma’ qathi yaitu apabila ijma’ tersebut memiliki kepastian hukum ( tentang
suatu hal)
2. Ijma’ dzanni yaitu ijma’ yang hanya menghasilkan suatu ketentuan hukum
yang tidak pasti.
Pada hakikatnya ijma’ harus memiliki sandaran, danya keharusan tersebut
memiliki beberapa aturan yaitu :
Pertama: bahwa bila ijma’ tidak mempunyai dalil tempat sandarannya, ijma’ tidak
akan sampai kepada kebenaran.
Kedua: bahwa para sahabat keadaanya tidak akan lebih baik keadaan nabi,
sebagaimana diketahui, nabi saja tidak pernah menetapkan suatu hukum kecuali
berdasarkan kepada wahyu.
Ketiga: bahwa pendapat tentang agama tanpa menggunakan dalil baik kuat
maupun lemah adalah salah.kalau mereka sepakat berbuat begitu berati mereka
sepakat berbuat suatu kesalahan yang demikian tidak mungkin terjadi.
Keempat: bahwa pendapat yang tidak didasarkan kepada dalil tidak dapat diketahui
kaitannya dengan hukum syara’ kalau tidak dapat dihubungkan kepada syara’ tidak
wajib diikuti.

4. Al-Qiyas
Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam
nash kepada kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena adanya
kesamaan dua kejadian dalam illat hukumnya.Seterusnya dalam perkembangan
hukum islam kita jumpai qiyas sebagai sumber hukum yang keempat. Arti perkataan
bahasa arab “Qiyas” adalah menurut bahasa ukuran, timbangan. Persamaan
(analogy) dan menurut istilah ali ushul fiqih mencari sebanyak mungkin  persamaan
antara dua peristiwa dengan mempergunakan cara deduksi (analogical deduction).
Yaitu menciptakan atau menyalurkan atau menarik suatu garis hukum yang
baru dari garis hukum yang lama dengan maksud memakaiakan garis hukum yang
baru itu kepada suatu keadaan, karena garis hukum yang baru itu ada persamaanya
dari garis hukum yang lama.Sebagai contoh dapat dihadirkan dalam hal ini yaitu
surat Al-Maidah ayat 90,yakni :

“ hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk berhala) mengundi nasb dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”(QS.Al-Maidah : ayat 90)
Menurut ketentuan nash, khamar dilarang karena memabukkan da dampak
negatifnya akan menyebabkan rusaknya badan, pikiran dan pergaulan. Dengan 
demikian sifat memabukkan dimiliki sebagai sebab bagi ketentuan hukum haram.
Hal ini dapat diqiyaskan bahwa setiap minuman yang memabukkan haram
hukumnya jadi dilarang di dalam hukum islam

Rukun Islam merupakan dasar dan titik awal bagi semua amal baik dan
ibadah kita kepada Allah Ta’ala. Jumlah rukun Islam ada 5 dan berikut
adalah masing-masing rukun beserta penjelasannya.

Rukun Islam
1. Mengucapkan dua kalimat Syahadat sebagai awal mengikat iman kita
kepada keEsaan Allah dan keRasulan Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wa Sallam.

2. Mendirikan Shalat.

3. Zakat.

4. Puasa di bulan Ramadhan


5. Haji (Jika mampu).

1. Dua kalimat Syahadat
َ ‫ان آ ِخ ُر َكاَل ِم ِه اَل إِ ٰلـ َه إِاَّل هللاُ َد َخ َل ْال‬
‫ـج َّنـ َة‬ َ ‫ َمنْ َك‬.
Artinya:

Barangsiapa akhir ucapannya adalah LÂ ILÂHA ILLALLÂH pasti masuk Surga.

(Shahih: HR. Ahmad (I/63), Al-Hakim (I/72), Ibnu Hibban (no. 204), Abu Nu’aim
dalam Al-Hilyah (II/296), Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhîd (hlm. 328), dan Ibnul
Banna’ dalam Fadhlut Tahlîl (no. 1), dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab dan
‘Utsmân bin ‘Affân Radhiyallahu anhuma, dan sanadnya kuat. 
“Tiada tuhan yang pantas disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah.” Kalimat ini merupakan pendeklarasian iman disebut Syahadat, sebuah
rumusan dasar dan sederhana namun mengandung muatan komplit iman Islam.

Esensi dari pendeklarasian ini adalah keyakinan bahwa tujuan hidup kita adalah
menyembah dan patuh kepada Tuhan, dan hal itu hanya dapat dilakukan dengan
mengikuti ajaran dan sunnah dari nabi terakhir yakni, Muhammad Shallallahu Alaihi
Wa Ala Alihi Wa Sallam.

2. Mendirikan Shalat
‫… وأقم الصالة إن الصالة تنهى عن الفحشاء والمنكر‬
Artinya:

“ … dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar “ ( Al-Ankabut :45)

Yang dimaksud Shalat disini ialah, Shalat Fardhu yang dilakukan sebanyak 5 kali


dalam sehari, dan merupakan tautan komunikasi langsung antara hamba dan
Tuhannya. Dalam Islam tidak dikenal yang namanya otoritas hirarki dan tidak ada
pendeta sebagai penyambung lidah. Dengan Shalat kita langsung “berhadapan” dan
“berkomunikasi” dengan Sang Maha Pencipta.
Shalat berjamaah dipimpin oleh orang yang lebih alim diantara yang ada dan
biasanya mereka dipilih untuk itu.

Shalat 5 waktu adalah Shalat Subuh (Fajar), Shalat Dhuhur, Shalat Ashar, Shalat


Maghrib dan Shalat Isya, kesemua itu sebagai ritme dari keseluruhan waktu 24 jam
sehari. Shalat Fardhu menggunakan ayat-ayat Al Qur’an dan Dzikir dalam bahasa
Arab. Namun untuk doa pribadi, maka dapat menggunakan bahasa apa saja.
Dianjurkan untuk shalat berjamaah di Masjid, akan tetapi dimanapun dibolehkan
untuk Shalat, seperti dirumah, dikantor, pabrik dan dimana saja. Sejauh tempat yang
bersih dan suci dari najis dan kotoran.

3. Berpuasa
Setiap tahun pada bulan Ramadhan, semua umat Islam melaksanakan puasa dari
subuh hingga terbenamnya matahari, mereka tidak makan, minum, melakukan
hubungan intim dengan pasangan.

Sedangkan bagi yang sakit, sudah lanjut usia, atau dalam perjalanan, dan para
wanita yang sedang menstruasi, hamil dan menyusui diizinkan untuk tidak berpuasa
dan menebusnya di kemudian hari jikalau mereka dalam kondisi sehat dan mampu.

Anak-anak mulai berpuasa dan juga shalat saat puber pertama, namun banyak pula
yang sudah melakukan sebelum itu sebagai pembelajaran.

Meskipun puasa memberi efek bagus bagi kesehatan, namun ia merupakan metode
penyucian, ketakwaan dan melawan hawa nafsu.

Dengan menutup pintu kepada kenyamanan dunia, meskipun dalam waktu singkat,
seorang yang berpuasa hanya fokus pada tujuan hidupnya dengan selalu ingat
kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala menyatakan dalam Al-Qur’an:

َ ‫ب َعلَى الَّ ِذ‬


‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم‬ َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ِ‫ين آ َمنُوا ُكت‬
َ ُ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬
‫ون‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. ” (Quran 2:183).

4. Membayar Zakat
‫خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها وصل عليهم إن‬
‫صالتك سكن لهم وهللا سميع عليم‬
Artinya:

“Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan, dan mensucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketentraman
jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar, maha mengetahui” ( At-Taubah:103)

Salah satu prinsip penting dari rukun Islam adalah membayar Zakat, dikarenakan
sebagai Muslim kita harus sadar bahwa semua yang kita miliki adalah miliki Allah
Ta’ala, semua harta benda hanyalah titipan semata.

Arti dari Zakat adalah “penyucian” dan “tumbuh”. Semua milik kita disucikan dengan
menyisihkan sebagian kepada yang membutuhkan di masyarakat. Seperti halnya
tanaman, memotong sebagian yang sudah layu dapat menyeimbangkannya dan
merangsang untuk pertumbuhan daun baru.

Zakat dihitung menurut penghasilan dimana perhitungannya adalah 2.5% dari


penghasilannya. Dan rumah, mobil dan peralatan tidak bergerak tidak termasuk
dalam perhitungan zakat.

Diperbolehkan juga memberikan lebih dari 2.5% penghasilannya sebagai zakat, dan
sebaiknya melakukan dengan tulus dan ikhlas, tidak mengapa juga secara rahasia.

5. Naik Haji
‫اس‬ َّ
‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫ى‬ َ
‫ل‬ ‫ع‬
َ ِ ‫هَّلِل‬ ‫و‬
َ ۗ ‫ا‬‫ن‬ً ۭ ‫م‬
ِ ‫ا‬‫ء‬َ ‫ان‬
َ ‫ك‬َ ‫ُۥ‬
‫ه‬ َ
‫ل‬ َ
‫خ‬ َ‫د‬ ‫ن‬‫م‬َ ‫و‬ َ ۖ ‫م‬ ‫ِي‬ ‫ه‬ ‫ْر‬
َ ٰ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ق‬َ ‫م‬
َّ ٌ
‫ت‬ ۭ َ
‫ن‬ ٰ ِّ
‫ي‬ ‫ب‬
َ ٌ
‫ت‬ ۢ ‫فِي ِه َءا ٰ َي‬
ِ َ ِ ُ
‫ت َم ِن ٱسْ َت َطا َع إِ َل ْي ِه َس ِبياًۭل ۚ َو َمن َك َف َر َفإِ نَّ ٱهَّلل َ َغنِىٌّ َع ِن‬ ِ ‫ِح ُّج ْٱل َب ْي‬
َ ‫ْٱل ٰ َع َلم‬
‫ِين‬
Artinya:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97).

Naik Haji ke Mekkah merupakan kewajiban bagi mereka yang secara fisik dan
finansial mampu melakukannya.

Disamping itu, lebih dari dua juta orang pergi ke Mekkah setiap tahun dari setiap
belahan dunia, hal ini memberikan kesempatan unik bagi semua Muslim untuk saling
bertemu.

Haji tahunan dimulai pada bulan kedua belas pada tahun Islam. Para jamaah haji
menggunakan pakaian khusus: kain sederhana yang menghilangkan sekat kelas
dan budaya, karena mereka semua setara di hadapan Allah Ta’ala, kecuali tingkat
ketakwaannya.

Kegiataan saat haji, adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dan berlari
sebanyak tujuh kali antara bukit Safa dan Marwa sebagaimana yang dilakukan siti
Hajar selama mencari air.

Kemudian para jamaah berdiri bersama di padang Arafah—yang merupakan padang


luas diluar kota Mekkah—bergabung berdoa memohon ampunan, hal ini sering
dianalogikan sebagai kondisi hari penghakiman di padang Mahsyar.

Penutupan kegiatan Haji ditandai dengan perayaan Idul Adha, dengan Shalat dan
bertukar hadiah.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau
yang menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad
(Sunnah Rasulullah SAW).
 Al-Qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari semua ajaran
dan syari’at islam.
Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau tentang suatu hal,atau disebut pula sunnah Qauliyyah.
Ijma’ menurut hukum islam pada prinsipnya ijma’ adalah kesepakatan
beberapa ahli istihan atau sejumlah mujtahid umat islam setelah masa rasulullah
tentang hukum atau ketentuan beberapa masa yang berkaitan dengan syariat atau
suatu hal.
Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam
nash kepada kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena adanya
kesamaan dua kejadian dalam illat hukumnya.
B.     SARAN
Kami menyadari makalah ini terbatas dan banyak kekurangan untuk dijadikan
landasan kajian ilmu, maka kepada para pembaca agar melihat referensi lain yang
terkait dengan pembahasan makalah ini demi relevansi kajian ilmu yang akurat.
Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca
sekalian, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Zainuddin,  Hukum Islam. Jakarta : Sinar Grafika, Sudarsono, 2005
Hamidi Jazim, Hukum islam, Teori Penemuan Hukum islam, Yogyakata,
2004.

Anda mungkin juga menyukai