Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN E-BUSSINESS

‘DAMPAK COVID-19 PADA PERKEMBANGAN E-BUSINESS’

Dosen Mata Kuliah :

Bu HANNIE, S.KOM., MMSI.

Disusun Oleh :
Nama : Novanto Ramadhan
NPM : 1910631250025
Kelas : Sistem Informasi_2B

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


2020
Dampak Covid-19 pada E-Business di kalangan Internasional

1. Ekonomi China diprediksi 'goyang' akibat wabah virus corona


China bisa dibilang pemasok barang-barang manufaktur terbesar di dunia, seperti produk tekstil,
mesin dan peralatan listrik, hingga komponen dan produk elektronik, di antaranya ponsel, baterai,
layar, pengeras suara, sampai pemasok utama Apple dan perakit iPhone.
China ‘pemegang rekor dunia,’ yakni sebagai produsen dan eksportir manufaktur terbesar, pasar
terbesar untuk barang konsumsi dan barang mewah, dan pengimpor minyak mentah terbesar.
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) China sebesar USD 13,6 triliun. Menjadi negara dengan
perekonomian raksasa kedua setelah Amerika Serikat (AS).
Gegara virus corona, banyak perusahaan dan pabrik tutup, tidak beroperasi demi mengurangi
penularan. Aktivitas ekspor dan impor dari dan ke China melempem. Akibatnya produksi jadi
mandek. Imbas lain, rantai pasokan ke berbagai negara pun ikut seret.
Kegiatan usaha sepi, ekonomi China diprediksi bakal terguncang. Ujung-ujungnya merusak
pertumbuhan ekonomi dunia.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Kristalina
Georgieva seperti dilansir dari AFP, memangkas pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,1-0,2%
menjadi 3,3% di tahun 2020 akibat virus corona.

2. Ekonomi Global Diprediksi Merosot

Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua, merosotnya ekonomi Tiongkok bakal
berdampak terhadap perekonomian global pada 2020. Hal ini terlihat dari proyeksi yang
dilakukan sejumlah lembaga. EIU menurunkan target pertumbuhan ekonomi global dari 2,3
persen menjadi 2,2 persen. Sementara Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi
sebesar 2,4 persen, turun dari perkiraan sebelumnya 2,5 persen.

Lembaga riset Moody’s Analytics dalam laporan “Coronavirus: The Global Economic Threat” (2020)
memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I-2020 (yoy) tergerus hingga 2
persen. Adapun, setiap 1 persen penurunan PDB negara ini akan mengurangi perekonomian dunia
sebesar 0,4 persen. Menurut laporan tersebut,
kawasan Asia yang bakal paling dirugikan. Dampak jangka pendeknya pun sudah terlihat di sektor
pariwisata. Sejumlah negara yang menghentikan sementara penerbangan serta pelayaran dari dan ke
Tiongkok mencatatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan, seperti Thailand, Jepang, dan
Vietnam. Di Makau, mengutip Bloomberg, jumlahnya bahkan anjlok hingga 83 persen selama libur
Imlek.
Data China Outbound Tourism Research Institute menyebutkan sebanyak 173 juta wisatawan
Tiongkok bepergian ke luar negeri pada periode Oktober 2018 sampai September 2019. World
Tourism Organization pun mengatakan mereka yang paling banyak mengeluarkan uang dalam
pelesirannya, dengan total US$ 277 miliar pada 2018.
3. COVID-19 kemungkinan akan menelan biaya ekonomi $ 1 triliun selama tahun
2020,
"Kami membayangkan perlambatan ekonomi global di bawah dua persen untuk tahun ini, dan itu
mungkin akan menelan biaya $ 1 triliun, dibandingkan dengan apa yang diperkirakan orang pada
bulan September," kata Richard Kozul-Wright, Direktur, Divisi tentang Globalisasi dan Strategi
Pembangunan di UNCTAD.
Meluncurkan laporan UNCTAD ketika pasar keuangan dunia jatuh karena kekhawatiran tentang
gangguan rantai pasokan dari China, dan ketidakpastian harga minyak di antara produsen utama, Mr
Kozul-Wright memperingatkan bahwa beberapa negara kemungkinan akan dibiarkan tanpa cedera
oleh percabangan keuangan wabah

4. Doomsday scenario
"skenario hari kiamat" di mana ekonomi dunia
hanya tumbuh 0,5 persen, akan melibatkan
"kehilangan$ 2 triliun" untuk produk domestik
bruto, katanya, menambahkan bahwa jatuhnya
harga minyak telah menjadi "faktor yang
berkontribusi terhadap meningkatnya rasa
tidak nyaman dan panik ".
Sementara itu sulit untuk memprediksi
bagaimana pasar keuangan internasional akan
bereaksi terhadap dampak COVID-19 "apa
yang mereka sarankan adalah dunia yang
sangat cemas", katanya.
"Ada tingkat kecemasan sekarang yang jauh
melampaui ketakutan kesehatan yang sangat
serius dan memprihatinkan."

Dampak Covid-19 pada perkembangan E-Business di Indonesia

1. Perdagangan Loyo
China kena wabah corona, Indonesia merana. Mungkin bisa dibilang demikian. Lihat saja data neraca
perdagangan Indonesia ke China per Januari 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Ekspor merosot 12,07% menjadi USD 2,24 miliar. Penurunan tajam terjadi pada ekspor minyak dan
gas (migas) dan non-migas.
Impor turun sebesar 2,71% menjadi USD 4 miliar. Penurunan paling besar pada komoditas buah-
buahan, seperti apel dan anggur. Pantas ya, harga apel dan anggur di pasaran melonjak tinggi.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri dikutip
dari website resminya mengatakan, China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar, salah
satunya dari Indonesia.
“Jika impor migas China ke Indonesia melorot, tentu saja berdampak negatif terhadap penerimaan
negara. Belum lagi harga minyak mentah merosot dalam. Hal ini akan menekan transaksi
perdagangan luar negeri dan akun lancar (current account) Indonesia,” ujar Faisal.

2. Pariwisata Jadi Sepi


Sektor pariwisata paling ketar ketir akibat virus corona. Bagaimana turis, termasuk dari China mau
datang kalau pemerintahan Xi Jinping melarang warganya bepergian ke luar negeri. Begitupun
dengan Indonesia yang sudah menyetop penerbangan dari dan menuju China.

Padahal kunjungan turis China ke Indonesia merupakan yang terbanyak ketiga setelah wisman asal
Malaysia dan Singapura. Jumlahnya mencapai 154,2 juta kunjungan di bulan Desember 2019.
“Data dari World Tourism Organization (UNWTO), warga China membelanjakan tak kurang dari
USD 277 miliar dari 150 juta perjalanan ke luar negeri. Itu yang terbesar di dunia,” ungkap Faisal.
Data dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), akibat larangan tersebut, turis China yang datang ke
Indonesia, termasuk ke Bali dan Manado berkurang drastis dan kini tinggal kurang dari 500 orang.

Bila industri pariwisata sepi, sedikit turis yang datang, maka pendapatan negara maupun cadangan
devisa dari sektor pariwisata dapat berkurang. Padahal cadangan devisa sangat penting, salah satunya
alat stabilisasi mata uang suatu negara. Misalnya jika kurs rupiah sedang terpuruk, maka Bank
Indonesia (BI) akan melakukan intervensi dengan cadev untuk menstabilkan nilai tukar mata uang
Garuda.
Jurus Pemerintah Tangkis Dampak Virus Corona ke Ekonomi RI
Kabinet Jokowi via Kementerian Sekretariat Negara
Faisal Basri memproyeksikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3% yang ditetapkan
pemerintah tahun ini tidak akan tercapai. Salah satunya terpengaruh dampak virus corona
“Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% tahun ini tidak akan tercapai. Bisa tumbuh 5% saja
seperti di 2019 sudah bagus,” katanya.
Lalu apa tanggapan pemerintah?

Kementerian Keuangan melalui Plt Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Nufransa Wira
Sakti mengaku, tekanan ekonomi China memang berpotensi memberi efek ke negara-negara mitra,
termasuk Indonesia. Di antaranya di sektor pariwisata, perdagangan internasional dan aliran investasi.

“Kita masih diliputi ketidakpastian. Namun institusi-institusi memperkirakan dampak (virus corona)
pada ekonomi Indonesia tidak sebesar negara lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan
Singapura yang punya hubungan lebih besar terhadap ekonomi China,” tutur Nufransa dalam
keterangan resminya.
Ketika kegiatan ekspor dan impor lesu gegara virus Covid-19, andalan memacu pertumbuhan
ekonomi ada pada konsumsi rumah tangga. Berikut jurus pemerintah dalam mendorong konsumsi
rumah tangga sehingga dapat menangkis dampak virus corona ke ekonomi nasional:
1. Mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama belanja bantuan sosial (seperti
Program Keluarga Harapan/PKH dan kesehatan), serta belanja non operasional
2. Mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan
pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas (Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan
Bajo, dan Mandalika)
3. Menyiapkan kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk menstimulasi sektor pariwisata
4. Mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak
tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah
5. Mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespon situasi ekonomi
(countercyclical) dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali
6. Mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran.

Atur Ulang Keuangan Anda


Akibat semua dibatasi dan dilarang, terutama bahan pangan dari China, harga-harga mulai melonjak.
Contohnya saja buah-buahan, bawang putih, dan produk lainnya. Coba cek lagi daftar pengeluaran
Anda, jangan-jangan membengkak karena semua serba mahal.

Anda bisa mengatur ulang keuangan. Jika jumlah pengeluaran membesar, mulai berhemat atau
menyiasati dengan cara lain. Misalnya saja beli buah-buahan lokal, beli bawang putih dari operasi
pasar yang harganya jauh lebih murah.

Pastikan pula Anda menjaga kebersihan diri agar terhindar dari penularan virus corona. Dengan
begitu, Anda tetap sehat dan mencegah timbulnya biaya lain, seperti biaya berobat ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Ekonomi Dunia Menanggung Beban Covid-19 - Analisis Data Katadata.co.id. (n.d.). Retrieved
March 20, 2020, from https://katadata.co.id/analisisdata/2020/03/16/ekonomi-dunia-
menanggung-beban-covid-19

Begini Dampak Virus Corona ke Ekonomi RI, Ngeri-ngeri Sedap - Cermati.com. (n.d.). Retrieved
March 20, 2020, from https://www.cermati.com/artikel/begini-dampak-virus-corona-ke-
ekonomi-ri-ngeri-ngeri-sedap

Coronavirus update: COVID-19 likely to cost economy $1 trillion during 2020, says UN trade
agency | UN News. (n.d.). Retrieved March 20, 2020, from
https://news.un.org/en/story/2020/03/1059011
Kesimpulan Materi E-Bussiness Bab 1-6

E-Bussiness dan E-Commerce sangat diperlukan dalam mendukung bisnis suatu perusahaan
pada masa sekarang ini, karena selain banyak manfaatnya juga hampir semua perusahaan sudah
menerapkan e-bisnis. Suatu perusahaan akan kalah bersaing ketika tidak menerapkan e-bisnis
sementara kompetitor sudah menerapkannya. Oleh karena itu saya menyimpulkan peran e-bisnis
dalam suatu perusahaan adalah kebutuhan primer pada masa sekarang ini.

Kesimpulan 1
Untuk saat ini kendala untuk E-Bussiness dan E-Commerce di Indonesia adalah kurangnya layanan
untuk mendukungnya perkebangan dari pemerintah maupun dari Perusahaan itu sendiri, kurangnya
SDM di Indonesia yang mengetahui tentang E-Bussiness dan E-Commerce dan banyak kasus
cybercrime Indonesia
Kesimpulan 2
Prospek perkembangan E-Bussiness dan E-Commerce di Indonesia terdapat di organisasi untuk
kebutuhan perusahaan, teknologi untuk memudahkan berbisnis, dan lain sebagainya
Kesimpulan 3
Keuntugan E-Bussiness dan E-Commerce menurunkan biaya operasional di bandingkan dengan
tradisional bisnis karena tidak menggunakan banyak pekerja, dapat memudahkan mengenalkan toko
atau pun barang untuk orang jauh sekalipun.
Dan untuk kerugian E-Bussiness dan E-Commerce mudah untuk pencurian informasi, kerugian tidak
terduga akibat kurangnya orang yang tertarik, kehilangan kepercayaan dari consumen karena barang
tidak sesuai expetasi
Kesimpulan 4
Kebutuhan untuk berkembangnya sebuah E-Bussiness dan E-Commerce mulai dari SDM itu sendiri,
dapatkah perusahaan untuk mengembangkan produknya lewat internet dan pemasaran produk dan
iklan
FRAMEWORK MARKET E-BUSINESS
 G2G (Government to Government)
Memungkinkan pertukaran informasi online antar departemen atau
lembaga pemerintahan

 G2B (Government to Business)


Pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi
kalangan bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah

 G2C (Government to Consumer)


Penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh pemerintah ke
Masyarakat

 B2G (Business to Government)


Sistem pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan secara
elektronik dengan memanfaatkan dukungan teknologi informasi

 B2B (Business to Business)


Interaksi perdagangan barang/jasa yang dilakukan antar organisasi

 B2C (Business to Consumer)


Kegiatan e-bisnis dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui barang atau
jasa

 C2G (Consumer to Government)


Konsumen menjual produk dan jasa kepada pemerintah

 C2B (Consumer to Business)


Konsumen yang menggunakan internet untuk menjual produk dan jasa
kepada organisasi

 C2C (Consumer to Consumer)


Konsumen satu akan menjual barang atau jasa kepada konsumen yang lain

JENIS
 Business to Business (B2B)
 Business to Consumer (B2C)
 Consumer to Consumer (C2C)
 Consumer to Business (C2B)
 Online to Offline (O2O)

Anda mungkin juga menyukai