Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN PALIATIF

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN PALIATIF


PADA PASIEN DENGAN KASUS HIV / AIDS

KELOMPOK III :

Kelompok 3:

1.M. Hanif Prasetya ‘Adhi 1011020042 7. Subali Indra 1011020029


2.Gancar Asanegara 1011020004 8. Eka Kristiawan 1011020050
3.Agustina Setianingsih 1011020057 9. Jefri Januanto 1011020053
4.Anggi Pradita K. 1011020024 10. Ragil Muntoha 1011020018
5.Yasin Nur Khamid 1011020008 11. Vondi Arif 0911020138
6.Apri Rijal Khoirun 1011020026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
Analisis Jurnal
Hubungan Antara Pengetahuan, Motivasi,
Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Terapi ARV ODHA

Kelompok Kerja:

M. Hanif Prasetya ‘Adhi 1011020042


Ragil Muntoha 1011020018
Jefri Januanto 1011020053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
BAB I

I. Judul Jurnal

Judul jurnal penelitian adalah “Hubungan Antara Pengetahuan,


Motivasi, Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Terapi ARV
ODHA”.

II. Peneliti
Jurnal penelitian ini diteliti oleh Anggipita Budi Mahardining.

III. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di LSM Graha Mitra Semarang.

IV. Tahun Penelitian


Pada jurnal ini tidak dicantumkan tahun penelitian dilakukan.

V. Tahun Publikasi
Jurnal “Hubungan Antara Pengetahuan, Motivasi, Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Terapi ARV ODHA” diteliti oleh Anggipita Budi
Mahardining., di publikasikan pada bulan Januari tahun 2010.

VI. Latar Belakang


Jumlah infeksi HIV/AIDS terus bertambah diseluruh dunia, kasusnya
terus meningkat sampai 100 kali lipat sejak pertama kali ditemukan dan
menyebar paling sedikit 166 negara didunia (Figueroa et al.,2008).
Sedangkan di Asia Tenggara jumlah penderita AIDS mencapai 4,6 juta
orang dengan tingkat kematian anak sebesar 330-590 ribu dengan
penambahan penderita baru sebesar 1-1,1 juta orang (Suyono, 2006).
Infeksi HIV di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian dan pertambahan jumlah penderita HIV/AIDS
semakin meningkat. Indonesia sudah memasuki ham-pir dua dekade
epidemi HIV/AIDS, namun sampai saat ini belum ada upaya penanggu-
langan nasional yang komprehensif serta menjangkau setiap orang.
Data Departemen Kesehatan RI sam-pai dengan 31 Desember 2008,
menyebutkan bahwa Propinsi Jawa Tengah menempati uru-tan ke-7 kasus
AIDS terbanyak di Indonesia setelah propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta,
Jawa Timur, Papua, Bali, dan Kalimantan Barat. Jumlah Kasus AIDS di
Jawa Tengah yaitu se-banyak 530 orang, positif HIV 1.208 orang, dan 221
orang meninggal akibat penyakit ini. Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah
cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (Yayasan
Spiritia, 2008).
Salah satu langkah penting untuk me-nanggulangi HIV/AIDS yaitu
dengan meningkatkan ODHA yang minum obat Anti Retroviral (ARV)
(Bateganya et al.,2005; Tsertsvadze et al.,2008). Dari hasil penelitian sudah
mem-buktikan bahwa ARV efektif menurunkan in-feksi HIV dan
menemukan bahwa 80 % pasien terinfeksi HIV yang minum ARV dua kali
se-hari, kadar virus dalam darah tidak terdeteksi setelah enam bulan
pengobatan (Farmacia, 2005). Namun sampai saat ini, distribusi terhadap
ARV di beberapa negara masih terda-pat berbagai kendala, diantarannya
harga yang mahal (Moona et al.,2007; Wirtz et al.,2009). Selain mahal,
kendala tersebut juga disebabkan oleh sulitnnya akses untuk mendapatkan
ARV (Kitajima et al.,2004; Zhaoa, 2009).
Penggunaan obat ARV diperlukan ting-kat kepatuhan tinggi untuk
mendapatkan ke-berhasilan terapi dan mencegah resistensi yang terjadi
(Bachmann, 2006). Adanya ketidakpatuhan terhadap ter-api ARV dapat
memberikan efek resistensi obat sehingga obat tidak dapat berfungsi atau
gagal (Ramiah and Reich, 2005).

VII. Tujuan Penelitian


Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan, motivasi, dan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam
terapi ARV pada ODHA (Bimbingan LSM Graha Mitra Semarang).
BAB II

I. HASIL PENELITIAN
a. Analisis Univariat
Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ODHA tentang
HIV/AIDS, motivasi, dukungan keluarga dan kepatuhan ODHA
terhadap terapi ARV dengan penyajian berbentuk tabel dapat dilihat
pada tabel 1.1 dibawah ini:
Variabel N Prosentase (%)
Pengetahuan
Rendah 3 13,6
Sedang 5 22,7
Tinggi 14 63,6
Jumlah Responden 22 100
Motivasi
Rendah 3 13,6
Sedang 4 18,2
Tinggi 15 68,2
Jumlah Responden 22 100
Dukungan Keluarga
Rendah 5 22,7
Sedang 1 4,5
Tinggi 16 72,7
Jumlah Responden 22 100
Kepatuhan terapi ARV
Tidak Patuh 9 40,9
Patuh 13 59,1
Jumlah Responden 22 100

Hasil penelitian distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan


ODHA tentang HIV/AIDS, motivasi, dukungan keluarga dan
kepatuhan ODHA terhadap terapi ARV, bahwa 3 responden atau
13,6% responden memiliki pengetahuan yang kurang. Sebanyak 5
responden atau 22,7% memiliki pengetahuan sedang. Sebanyak 14
responden atau 63,4% memiliki pengetahuan baik.
Hasil penelitian berdasarkan motivasi, 3 responden atau 13,6%
memiliki motivasi yang rendah. Sebanyak 4 responden atau 18,2%
memiliki motivasi yang sedang. Sebanyak 15 responden atau 68,2%
memiliki motivasi yang tinggi.
Hasil penelitian berdasarkan dukungan keluarga, 5 responden
atau 22,7% memiliki dukungan keluarga yang rendah. Sebanyak 1
responden atau 4,5% memiliki dukungan keluarga yang sedang.
Sebanyak 16 responden atau 72,7% memiliki dukungan keluarga yang
tinggi.
Hasil penelitian berdasarkan kepatuhan minum obat, sebanyak 9
responden atau 40,9% patuh minum obat. Sebanyak 13 responden atau
59,1% tidak patuh.
b. Analisis Bivariat
Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ODHA tentang
HIV/AIDS, motivasi, dukungan keluarga dengan kepatuhan ODHA
terapi ARV ditunjukkan pada tabel 1.2.
Kepatuhan

Variabel Tidak Patuh


patuh Jumlah CC
n % N % n % p-value
Pengetahuan
Kurang dan cukup 6 75,0 2 25,0 8 100
0,064 0,026
Tinggi 3 21,4 11 78,6 14 100
Jumlah 9 40,9 13 59,1 22 100
Motivasi
Rendah dan 6 85,7 1 14,3 7 100
sedang 3 20,0 12 80,0 15 100 0,528 0,007
Tinggi 9 40,9 13 59,1 22 100
Jumlah
Dukungan
keluarga 5 83,3 1 16,7 6 100
Rendah dan 4 25,0 12 75,0 16 100
0,467 0,023
sedang 9 40,9 13 59,1 22 100
Tinggi
Jumlah

Hasil penelitian uji fisher’s exact hubungan antara pengetahuan


dengan kepatuhan terapi ARV, bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan terapi ARV, dengan
nilai p= 0,026 (p<0,05) dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian uji fisher’s exact hubungan antara motivasi
dengan kepatuhan terapi ARV, bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi minum obat dengan kepatuhan terapi ARV.,
dengan nilai p= 0,007 (p<0,05) dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian uji fisher’s exact hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan terapi ARV, bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan terapi
ARV., dengan nilai p= 0,0023 (p<0,05) dengan taraf kepercayaan
95%.

II. Manfaat Penelitian


Melihat dari tujuan penelitian ini, manfaat yang diperoleh adalah kita
dapat mengetahui pentingnya kepatuhan pada ODHA dalam minum obat,
sehingga tidak menimbulkan efek resistensi obat sehingga obat tidak dapat
berfungsi atau gagal. Kebanyakan pada ODHA lupa atau tidak patuh minum
obat. Sehingga penting bagi ODHA untuk mengetahui hal ini. Selain itu,
anggota keluarga juga perlu mengetahui tentang pentingnya dukungan sosial
dari anggota keluarga pasien ternyata mempengaruhi tingkat kepatuhan
pasien dalam minum obat ARV.

III. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian


a. Kelebihan
 Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dengan EYD yang baik
dan benar. Mudah bagi siapapun untuk membacanya.
 Dari segi susunan penulisan, unsur latar belakang dijelaskan secara
jelas, sehingga tergambar adanya permasalahan dari peneliti
tersebut.
 Sampel yang diambil dalam penelitian ini tidak terlalu rumit,
karena menggunakan total sampling.
 Memperhatikan variabel perancu. Dengan mengendalikan variabel
perancu tersebut kemungkinan terjadinya bias lebih sedikit.
b. Kekurangan
 Kemudian kekurangan dari penelitian ini adalah kata-kata masih
sulit dimengerti untuk masyarakat luas, terlebih yang kurang
mengetahui istilah kesehatan.
 Banyak singkatan-singkatan tanpa menuliskan kepanjangan
katanya terlebih dahulu, sehingga untuk masyarakat awam
mungkin sulit untuk mengerti. Sehingga mempengaruhi tidak
tersampaikannya hasil dari penelitian ini ke masyarakat umum.
Artinya manfaat atau pesan dari penelitian ini tidak dapat dipahami
dengan mudah oleh masyarakat.
 Tidak dicantumkannya tanggal ataupun waktu jalannya penelitian.
 Semua sampel dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-
laki, sehingga kemungkinan besar hasil penelitian ini digambarkan
untuk jenis kelamin laki-laki saja.
 Dalam pembahasan, masih sangat sedikit yang dibahas.
Pembahasan tidak secara rinci tiap variabelnya. Tidak dijelaskan
alasan dari hasil penelitian tersebut.

IV. Pembahasan
Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan
pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan
keluarganya. Dengan berpengetahuan tinggi, maka wawasan pengetahuan
semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan
bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-
pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. Namun tingkat pendidikan yang
rendah tidak selamanya akan menghambat seseorang untuk belajar dari
media lain, seperti televisi, koran, majalah, radio dan pengalaman-
pengalaman orang lain yang dijadikan reverensi bagi dirinya. Parera
(2004), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan terhadap
kesehatan adalah tingkat pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi
kesehatan yang bertujuan eningkatkan potensi diri yang ada untuk
memandirikan masyarakat dalam menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Dengan tingkat pendidikan yang baik
diharapkan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan
kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan
bahkan sampai rehabilitasi. Dukungan social sangat dibutuhkan individu
didalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan social akan semakin
dibutuhkan ketika seseorang sedang mengalami masalah ataupun sakit.
Disinilah peran anggota keluarga untuk menjalani masa-masa sulit dengan
cepat.

V. Implikasi dalam Keperawatan


Dukungan psikologis yang diberikan oleh keluarga ODHA sangat
dibutuhkan bagi ODHA. Kita sebagai perawat tidak hanya memprioritaskan
aspek kuratif, tetapi aspek psikologis pada ODHA juga perlu diperhatikan.
ODHA harus diperhatikan, sehingga ODHA merasa dianggap, dihargai
sehingga tidak menimbulkan perlakuan negatif yang mencelakai dirinya
sendiri atau bahkan orang lain, yang berbahaya dengan sengaja menularkan
atau menyebarkan penyakitnya ke orang lain.
Dukungan keluarga atau orang yang dekat dengan ODHA,
kemungkinan besar berpengaruh terhadapnya. Dukungan dapat diberikan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar ODHA, kebutuhan spiritual seperti
mengajak beribadah dan berdoa sehingga pasien tidak merasa putus asa,
Selain itu, dibutuhkan juga pemenuhan kebutuhan afektif dalam hubungan
keluarga dengan ODHA, memberikan penguatan atau semangat,
memberikan kasih kasang, dan memberikan perhatian atau empati.
Oleh sebab itu, dibutuhkan peran keluarga dalam tim paliatif. Anggota
harus diikut sertakan dalam team work paliatif, karena keluarga yang paling
dekat dengan pasien. Bisa saja, pasien tidak mau mendengarkan nasehat
atau saran dari anggota tim paliatif lain, tetapi pasien lebih mau
mendengarkan dari orang terdekat atau keluarga pasien. Sehingga
melibatkan keluarga perlu diterapkan dalam praktik keperawatan.
Analisis Jurnal
Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup
pada Orang dengan HIV Dan AIDS (ODHA)

Kelompok Kerja:

Agustina Setianingsih 1011020057


Yasin Nur Khamid 1011020008
Apri Rijal Khoirun 1011020026
Subali Indra 1011020029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
BAB I

I. JUDUL JURNAL

Judul jurnal penelitian adalah mengenai “Hubungan antara dukungan


social dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA)Di yayasan spirit paramacitta.

II. PENELITI
Jurnal peneliti ini telah diteliti oleh Komang Diatmi dan I. G. A. Diah Fridari

III. TEMPAT PENELITIAN


Penelitian HIV dan AIDS (ODHA) di Yayasan Spirit Paramacitta.

IV. TAHUN PENELITIAN


Pada tanggal 6 febuari sampai 9 maret 2013

V. TAHUN PENELITIAN
Jurnal “Hubungan antara dukungan social dengan kualitas hidup pada orang
dengan HIV dan AIDS (ODHA)Di yayasan spirit paramacitta”diteliti oleh Komang
Diatmi dan I. G. A. Diah Fridari baru dipublikasikan pada tahun 2014.

VI. LATAR BELAKANG


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia (Departemen Kesehatan R.I., 2006). Bagi
orang yang telah didiagnosa positif mengidap HIV dan AIDS sering disebut
sebagai ODHA. Tuapattinaja (2004) menyebutkan bahwa ODHA adalah singkatan
dari Orang Dengan HIV dan AIDS. ODHA merupakan pengganti dari istilah
pengidap yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut telah positif
didiagnosa mengidap HIV dan AIDS. Rusaknya sistem kekebalan tubuh pada
orang yang terinfeksi HIV menyebabkan orang tersebut mudah diserang oleh
penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal dan sering disebut dengan infeksi
oportunistik (Siregar, 2004).
Greene, Derlega, Yep, dan Petronio (2003) menyebutkan bahwa penurunan
sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan ODHA mengalami gejala-gejala
menyerupai flu, seperti: lemas, mudah lelah, batuk yang berkepanjangan, demam,
sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan buruk, mual, pembengkakan kelenjar, berat
badan yang durun drastik, dan bercak di kulit. Hal ini tentunya dapat menghambat
ODHA untuk beraktivitas secara normal dalam kesehariannya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Kabupaten Gianyar, sudah terdapat 5.639 kasus HIV dan AIDS yang
tercatat hingga tahun 2011. Penularan HIV di Bali ternyata mayoritas melalui
hubungan seksual dengan rentang usia yang didominasi oleh golongan umur 20-
29 tahun sebanyak 2.374 kasus. Golongan umur 30-39 tahun menduduki
posisi kedua dengan jumlah pengidap sebanyak 2005 kasus dan disusul
kemudian dengan golongan umur 40-49 sebanyak 677 kasus. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengidap HIV dan AIDS sebagian
besar berada pada usia produktif. Hal ini juga terkait dengan perilaku
beresiko yang memang lebih tinggi terjadi pada usia produktif.Salah satu hal
yang dapat memperburuk kondisi ODHA adalah adanya stigma dan
diskriminasi yang berkembang di lingkungan masyarakat, tenaga medis, teman,
maupun keluarga. Diskriminasi terjadi akibat masih kuatnya stigma di
masyarakat yang menilai ODHA sebagai orang yang berperilaku menyimpang.
Hal ini mengindikasikan bahwa masih minimnya pengetahuan yang dimiliki
masyarakat terkait dengan HIV dan AIDS (Kompas, 2009).
Perlakuan diskriminasi terhadap ODHA, khususnya di Bali bisa dikatakan
masih cukup tinggi. Seperti yang diberitakan pada harian Bali Post (2013) bahwa
diskriminasi terhadap ODHA di Bali tidak hanya terjadi pada ODHA yang masih
hidup saja, tetapi diskriminasi ini juga terjadi pada ODHA yang telah
meninggal.Adanya stigma dapat memicu terjadinya diskriminasi yang berujung
pada ketidaksetaraan dalam kehidupan sosial, sehingga ODHA enggan untuk
membuka diri dan bersosialisasi di lingkungan sekitar. Seperti yang dipaparkan
oleh Smetzer dan Bare (2002) bahwa ODHA memang sering mendapat stigma
akibat dari virus yang menginfeksinya. ODHA sering disebut sebagai orang yang
mengidap penyimpangan seksual atau gay, wanita nakal, dan salah pergaulan.
Melalui stigma tersebut, ODHA kemudian dikucilkan dan tanpa disadari bahwa
tindakan tersebut sebenarnya telah menambah beban psikologis dari ODHA
itu sendiri.
Kualitas hidup ini sangat berkaitan dengan hal-hal yang cukup kompleks
seperti kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,
dan hubungan individu tersebut dengan lingkungannya (WHO, 2007).Hal ini dapat
memicu penurunan kualitas hidup pada ODHA, sehingga diperlukan intervensi
yang dapat membantu ODHA untuk menunjang kualitas hidupnya.Nasronudin
(2006) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memiliki peranan
penting dalam kualitas hidup ODHA adalah dukungan sosial. Dukungan sosial
dapat diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan
yang dirasakan individu dari orang lain atau kelompok lain (Uchino, 2004).
Dengan adanya dukungan sosial ini maka seseorang akan merasa dihargai,
dicintai, dan merasa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga ODHA tidak
merasa didiskriminasi yang nantinya dapat berdampak positif bagi kesehatannya
(Sarafino, 2011).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak yayasan demi mencapai
kualitas hidup ODHA yang lebih baik, yaitu:
1. Memberikan informasi terkait dengan pelayanan kesehatan, dukungan
emosional dan pendampingan bagi ODHA yang bermasalah dengan
kesehatannya.
2. Memantau kepatuhan terapi pengobatan, khususnya terapi ARV.
3. Memberikan bantuan biaya terbatas pengobatan darurat melalui
program Positive Fund.
4. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pengetahuan dasar HIV
dan AIDS, cara membuka status kesehatan kepada orang lain, pengobatan
ARV dan perkembangan pengetahuan lain yang menunjang peningkatan
kualitas hidup ODHA.

VII. TUJUAN PENELITIAN


Mengidentifikasi gambaran mengenai adanya hubungan antara hubungan
dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di
Yayasan Spirit Paramacitta.
BAB II

I. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
korelasional. Sebelum melakukan analisa terhadap data penelitian, terlebih dahulu
perlu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi yang patut
dilakukan dalam penelitian yang menggunakan metode korelasional meliputi uji
normalitas dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data
pada variabel dukungan sosial maupun kualitas hidup terdistribusi normal
atau tidak (Sugiyono, 2012). Uji normalitas ini penting dilakukan, karena
data yang terdistribusi secara normal merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi untuk melakukan pengujian hipotesis dengan metode statistik
parametrik. Korelasi product moment merupakan salah satu bagian dari
teknik analisis data dalam statistik parametrik, sehingga uji normalitas ini
wajib untuk dilakukan terhadap data dalam penelitian ini.
Trihendradi (2008) menyatakan bahwa data yang terdistribusi
normal adalah data yang memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p
> 0,05). Hasil uji normalitas terhadap data pada variabel dukungan sosial
menunjukkan nilai signifikansi 0.588. Nilai signifikansi ini lebih besar dari
nilai signifikansi standar yaitu 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa
sebaran data pada variabel dukungan sosial terdistribusi normal. Sebaran
data pada variabel kualitas hidup juga terdistribusi normal. Hal tersebut
dapat dilihat dari besarnya nilai signifikansi variabel kualitas hidup sebesar
0.695 yang nilainya juga lebih besar dari 0.05. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian memiliki hubungan linear atau tidak. Hubungan kedua variabel
dinyatakan linear ketika nilai p <0,05, sebaliknya jika p > 0,05 maka
hubungan antara kedua variabel penelitian dinyatakan tidak linear
(Trihendradi,2008). Hasil uji linearitas terhadap variabel dukungan sosial
dengan variabel kualitas hidup menunjukkan hubungan yang linear. Hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 yang
nilainya lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan kedua uji asumsi yang menjadi syarat untuk dapat
menggunakan metode analisis korelasi product moment, diperoleh hasil
bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal dan memiliki
hubungan yang linear. Hal ini mengindikasikan bahwa analisis data dalam
penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengunakan teknik korelasi
product moment. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS versi 17.0 for windows dengan hasil sebagai
berikut

Hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien


korelasi sebesar 0,666. Angka korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan
antara dukungan sosial dengan kualitas hidup bersifat positif yang
mengindikasikan bahwa semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin
tinggi pula kualitas hidup pada subjek penelitian. Besarnya sumbangan
variabel dukungan sosial terhadap variabel kualitas hidup juga dapat
dijelaskan melalui analisis korelasi dengan menggunakan koefisien
determinasi (r2). Koefisien determinasi dalam penelitian ini dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,666 adalah 0,444. Koefisien
determinasi sebesar 0,444 menandakan bahwa sumbangan variabel
dukungan sosial terhadap variabel kualitas hidup sebesar44,4% dan
sisanya sebesar 55,6% ditentukan oleh faktor- faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Hasil uji korelasi antara variabel dukungan sosial dengan variabel
kualitas hidup menunjukkan angka signifikansi (p) sebesar 0,000. Angka
signifikansi ini memiliki nilai yang lebih kecil dari 0,05 dan sesuai dengan
kaidah yang telah ditentukan bahwa jika angka signifikansi hasil
penelitian< 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menandakan
bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kualitas
hidup pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Yayasan Spirit
Paramacitta.
Analisis lain yang juga peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan perhitungan untuk menentukan kategori skor yang
diperoleh masing-masing subjek penelitian menurut suatu kontinum
berdasarkan atas atribut yang diukur. Hasil perhitungan kategori subjek
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kategorisasi Subjek pada Skala Dukungan Sosial
Hasil kategorisasi subjek pada skala dukungan sosial
menunjukkan bahwa sebagian besar ODHA memiliki
dukungan sosial yang sangat tinggi, yaitu sebanyak 44 orang atau
sebesar 58%. Sebanyak 32 ODHA termasuk dalam kategori
dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi atau sebesar 42%.
Hasil kategorisasi subjek pada skala dukungan sosial secara rinci
dapat dilihat pada tabel berikut:

2. Kategorisasi Subjek pada Skala Kualitas Hidup


Hasil kategorisasi pada skala kualitas hidup menunjukkan
hasil bahwa terdapat 8 orang ODHA yang termasuk dalam kategori
kualitas hidup sedang atau sebesar11%. Jumlah ODHA yang berada
dalam kategori kualitas hidup tinggi adalah sebanyak 45 orang
atau sebesar 59%. Sebanyak 23 ODHA lainnya ternyata masuk
dalam kategori dengan kualitas hidup sangat tinggi yang jika
dipersentasekan sebesar 30%. Hasil kategorisasi pada skala kualitas
hidup secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini
II. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini, akan menambah pengetahuan kita mengenai
pentingnya tindakan atau dukungan social dari lingkungan intern penderita HIV
dalam meningkatkan kualitas hidupnya, bukan hanya mengenai pemberian
pertolongan medis tetapi perawatan psikis dan psikologis atau sering dikenal
dengan palliative care pada penderita HIV Juga merupakan indicator yang sangat
berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup.

III. KELEBIHAN PENELITIAN


Kelebihan dari penelitian ini karena penelitian ini menggunakan koefisiensi
determinasi yang memudahkan kita untuk mengetahui benar terdapat korelasi
antara dukungan social dan kualitas hidup.

IV. KEKURANGAN PENELITIAN


Kekurangan penelitian ini terletak dari populasi yang diambil untuk
penelitian dimana total populasi ada 95 namun dikerucutkan menjadi 75 karena
adanya keterbatasan biaya dan waktu, dari 75 populasi itu juga rupanya masih ada
yang belum bisa hadir dengan alasan sakit dan bekerja.

V. PEMBAHASAN
Nilai koefisien korelasi berdasarkan analisis yang dilakukan melalui
teknik korelasi product moment dari Pearson adalah sebesar 0,666 dengan
angka signifikansi 0,000 (p < 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara variabel dukungan sosial dengan variabel kualitas
hidup. Hubungan positif ini memiliki arti bahwa semakin tinggi dukungan sosial,
maka semakin tinggi pula kualitas hidup pada subjek penelitian.
Angka signifikansi pada penelitian ini memiliki nilai yang lebih kecil dari
0,05 dan sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan bahwa jika angka
signifikansi hasil penelitian <0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menandakan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kualitas
hidup pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Yayasan Spirit Paramacitta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tuapattinaja(2004) bahwa dukungan sosial yang diterima ODHA mampu
meredakan kecemasan atau kondisi stres yang muncul terkait dengan sakit yang
diidapnya, sehingga ODHA menjadi lebih tenang dan mampu mengarah pada
kualitas hidup yang lebih baik.
Kualitas hidup merupakan kemampuan individu dalam menikmati
kepuasan selama hidupnya (Ventegodt, Merrick dan Andersen,
2003).Individu harus mampu berfungsi secara fisik, spiritual, psikologis, dan
sosial demi mencapai kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup pada ODHA
itu sendiri memang cukup rentan untuk mengalami penurunan akibat adanya
masalah secara fisiologis, maupun masalah secara psikologisnya. ODHA menjadi
sangat rentan terserang penyakit akibat terinfeksi HIV yang merusak sistem
kekebalan tubuh. Penurunan sistem kekebalan tubuh ini akan menyebabkan
ODHA mengalami gejala-gejala menyerupai flu, seperti: lemas, batuk yang
berkepanjangan, demam, sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan buruk, mual,
pembengkakan kelenjar, dan bercak di kulit (Greene, Derlega, Yep, & Petronio,
2003). Tidak jarang bahwa ODHA mengalami penurunan berat badan secara
drastis hingga sering terkapar lemas ditempat tidur akibat dari infeksi HIV.
ODHA akhirnya akan mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari, bahkan mereka tidak mampu untuk bekerja lagi. Ketidakmampuan ODHA
untuk melakukan aktivitas sehari- hari dan bahkan ketidakmampuan untuk
bekerja telah mengindikasikan bahwa ODHA mengalami penurunan kualitas
hidup.
ODHA sebenarnya tidak hanya mengalami tekanan akibat adanya virus
HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh saja, tetapi ODHA juga
dihadapkan pada stigma dan diskriminasi. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Smetzer dan Bare (2002) bahwa ODHA sering mendapat stigma akibat dari virus
yang menginfeksinya. ODHA sering disebut sebagai orang yang mengidap
penyimpangan seksual atau gay, wanita nakal, dan salah pergaulan. Melalui
stigma tersebut, ODHA kemudian dikucilkan dan tanpa disadari bahwa tindakan
tersebut sebenarnya telah mempengaruhi kondisi psikologis ODHA. Hal ini
mengantarkan ODHA pada kondisi stres, depresi, putus asa dan menutup diri.
ODHA akan memilih untuk merahasiakan status kesehatannya dari keluarga,
teman maupun kerabat dekatnya, sehingga ODHA pun tidak mampu
mendapatkan dukungan yang seharusnya diperoleh (Gunung, Sumantera, Sawitri,
& Wirawan, 2002).
ODHA sebenarnya membutuhkan dukungan, bukan dikucilkan agar harapan
hidup ODHA menjadi lebih panjang. Sarafino (2011) mengungkapkan bahwa
dengan adanya dukungan sosial maka akan tercipta lingkungan kondusif yang
mampu memberikan motivasi maupun memberikan wawasan baru bagi ODHA
dalam menghadapi kehidupannya. Dukungan sosial ini dapat meminimalkan
tekanan psikososial yang dirasakan ODHA, sehingga ODHA dapat memiliki gaya
hidup yang lebih baik dan dapat memberikan respon yang lebih positif
terhadap lingkungan sosialnya. Selain itu, dengan adanya dukungan sosial ini
maka ODHA akan merasa dihargai, dicintai, dan merasa menjadi bagian dari
masyarakat, sehingga ODHA tidak merasa didiskriminasi yang nantinya dapat
bedampak positif bagi kesehatannya.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi (r2) untuk
mengetahui besarnya sumbangan variabel dukungan sosial terhadap variabel
kualitas hidup pada ODHA. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar 0,666 adalah 0,444. Koefisien determinasi sebesar
0,444 menunjukkankan bahwa sumbangan variabel dukungan sosial terhadap
variabel kualitas hidup sebesar 44,4% dan sisanya sebesar 55,6% ditentukan oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, seperti: kepadatan HIV di
dalam tubuh, respon imun, penggunaan ARV, faktor psikososial, manajemen stres,
dan spiritual.
Analisis lain yang juga peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan perhitungan untuk menentukan kategori dari skor yang
diperoleh masing-masing subjek penelitian menurut suatu kontinum berdasarkan
atas atribut yang diukur. Subjek dalam penelitian ini merupakan ODHA yang
terdaftar di Yayasan Spirit Paramacitta. Yayasan Spirit Paramacitta ini merupakan
sebuah organisasi yang lebih menitikberatkan pada peningkatan kualitas hidup
ODHA dengan memberdayakan ODHA, sehingga mampu mencapai kemandirian
dan kesejajaran di dalam kehidupan bermasyarakat (Yayasan Spirit Paramacitta,
2011).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak yayasan demi mencapai kualitas
hidup ODHA yang lebih baik, yaitu:
1. Memberikan informasi terkait dengan pelayanan kesehatan, dukungan
emosional dan pendampingan bagi ODHA yang bermasalah dengan
kesehatannya. Pihak yayasan berusaha untuk membantu ODHA
mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang memadai. Bagi ODHA yang
belum mengetahui cara mendapatkan akses pelayanan kesehatan, pihak
yayasan akan memberitahukan kepada ODHA tersebut mengenai alur yang
harus ditempuh demi mendapatkan pelayanan kesehatan dan secara tidak
langsung bantuan yang diberikan pihak yayasan ini juga membuka jalan
bagi ODHA untuk mendapatkan dukungan berupa pelayanan kesehatan
yang memadai dari pihak medis.
2. Memantau kepatuhan terapi pengobatan, khususnya terapi ARV. ARV
merupakan obat yang sangat penting dikonsumsi ODHA untuk menekan
jumlah HIV di dalam tubuh, sehingga pihak yayasan pun selalu mewanti-
wanti agar ODHA tidak sampai putus obat agar kondisinya tidak
meburuk. Apalagi sekarang semakin banyak pengobatan alternatif yang
dikatakan mampu menyembuhkan HIV dan AIDS, sehingga pihak
yayasan pun harus semakin gencar untuk meyakinkan ODHA agar tetap
mengonsumsi ARV dan tidak mudah terpengaruh dengan pengobatan
alternatif.
3. Memberikan bantuan biaya terbatas pengobatan darurat melalui
program Positive Fund. Pihak yayasan juga bersedia memberikan bantuan
biaya terbatas kepada ODHA yang dalam berada kondisi darurat dan
mengalami kesulitan dalam keuangan agar ODHA tersebut bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
4. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pengetahuan dasar HIV
dan AIDS, cara membuka status kesehatan kepada orang lain, pengobatan
ARV dan perkembangan pengetahuan lain yang menunjang peningkatan
kualitas hidup ODHA. Pihak yayasan melakukan pertemuan secara rutin
dengan ODHA setiap satu bulan sekali untuk memberikan informasi dan
pengetahuan baru terkait HIV dan AIDS. Melalui pertemuan rutin ini,
pihak yayasan juga mengajak ODHA untuk berdiskusi terkait
permasalahan yang sering dihadapi ODHA, misalnya kesulitan ODHA
untuk bisa membuka status kepada keluarga.Pihak yayasan pun akan
berusaha memberikan tips-tips yang dapat membantu ODHA agar bisa
membuka status kesehatannya tersebut serta menanyakan kembali tips-tips
lain kepada ODHA yang telah bisa membuka statusnya kepada
keluarga.Keterbukaan ODHA mengenai status kesehatannya kepada
keluarga maupun orang terdekat merupakan hal penting bagi pihak
yayasan agar ODHA tersebut bisa mendapatkan lebih banyak dukungan
yang nantinya dapat menunjang kesehatan ODHA itu sendiri.
Keempat kegiatan yang dilakukan pihak Yayasan Spirit Paramacitta
ini dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mencerminkan dukungan dari
pihak yayasan terhadap ODHA yang secara tidak langsung juga membuka
akses bagi ODHA untuk mendapatkan dukungan dari tenaga medis, teman,
dan keluarga.Hasil kategorisasi ODHA pada skala dukungan
sosialmenunjukkan bahwa sebagian besar ODHA memiliki dukungan
sosial yang sangat tinggi, yaitu sebanyak 44 orang atau sebesar 58%.
Sebanyak 32 ODHA termasuk dalam kategori dengan tingkat dukungan
sosial yang tinggi atau sebesar 42%.
Hasil kategorisasi ODHA pada skala kualitas hidup menunjukkan
hasil bahwa terdapat 8 ODHA yang termasuk dalam kategori kualitas
hidup sedang atau sebesar 11%. ODHA yang menjadi subjek dalam
penelitian ini ternyata lebih banyak masuk dalam kategori kualitas hidup
tinggi. ODHA yang berada dalam kategori ini sebanyak 45 orang atau
sebesar 59%. Sebanyak 23 ODHA lainnya ternyata masuk dalam
kategori dengan kualitas hidup sangat tinggi yang jika dipersentasekan
sebesar 30%.
Peneliti dalam penelitian ini telah melalui prosedur penelitian dan
telah melakukan analisis data sesuai dengan kaidah yang ditentukan,
sehingga peneliti mampu membuktikan bahwa hipotesis nol (H0) dalam
penelitian ini ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha) yang
menandakan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan
kualitas hidup pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Yayasan
Spirit Paramacitta. Berdasarkan hasil kategorisasi dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar ODHA telah memperoleh dukungan sosial yang
sangat tinggi dengan persentase 58% dan sebagian besar ODHA juga telah
memiliki kualitas hidup yang tinggi dengan persentase 59%. Nilai dari
koefisien determinasi sebesar 0,444 menandakan bahwa sumbangan efektif
dari variabel dukungan sosial terhadap variabel kualitas hidup sebesar 44,4%
dan sisanya sebesar 55,6% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini, seperti: kepadatan HIV di dalam tubuh, respon
imun, penggunaan ARV, faktor psikososial, manajemen stres, dan spiritual.

VI. IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN


1. Memberikan acuan bagi tenaga kesehatan terkusus perawat palliative untuk
memberikan pelayanan informasi dan pendidikan kesehatan yang baik bagi
penderita dan keluarganya mengenai pelayanan psikis penderita pada
kelanjutan kehidupan sosialnya
2. Memberikan acuan pada pelayan kesehatan untuk selalu memberikan
informasi dan pengetahuan mengenai pengetahuan dasar HIV dan AIDS,
cara membuka status kesehatan kepada orang lain, pengobatan ARV dan
perkembangan pengetahuan lain yang menunjang peningkatan kualitas
hidup ODHA.
3. Memberi dukungan emosional dan pendampingan bagi ODHA yang
bermasalah dengan kesehatannya.
Analisis Jurnal
Hubungan Antara Dukungan Sosial yang Diterima
dengan Kebermaknaan Hidup Pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS)

Kelompok Kerja:

Gancar Asanegara 1011020004


Anggi Pradita K. 1011020024
Eka Kristiawan 1011020050
Vondi Arif 0911020138
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
BAB I

I. Judul Jurnal

Judul jurnal penelitian adalah “Hubungan Antara Dukungan Sosial


yang Diterima dengan Kebermaknaan Hidup Pada Odha (Orang dengan
HIV/AIDS)”.

II. Peneliti
Jurnal penelitian ini diteliti oleh Apri Astuti dan Kondang Budiyani.

III. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di LSM Violet Community di Yogyakarta.

IV. Tahun Penelitian


Pada jurnal ini tidak dicantumkan tahun penelitian dilakukan.

V. Tahun Publikasi
Pada jurnal ini tidak dicantumkan tahun publikasi..

VI. Latar Belakang


Arus globalisasi telah memasuki semua sendi kehidupan di Indonesia.
Perubahan-perubahan gaya hidup telah membentuk tipe manusia dengan
gaya hidup modern terutama generasi muda kalangan menengah atas. Gaya
hidup modern yang berkembang di kota-kota besar telah membawa remaja
dan orang-orang dewasa menuju kehidupan yang konsumtif dan memasuki
pergaulan bebas (free sex).
Perilaku seks bebas yang semula dianggap tabu dan tidak bermoral,
sekarang sudah dianggap biasa dan wajar. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya perilaku seks bebas dari tahun ke tahun terutama
dilakukan oleh para remaja. Ditinjau dari segi kesehatan, perilaku seks
bebas dapat menimbulkan berbagai gangguan, diantaranya meningkatnya
risiko kanker rahim, selain itu juga meningkatnya jumlah penyakit menular
seksual seperti sifilis, gonorhoe, hingga HIV/AIDS.
Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, AIDS menjadi
agenda penting. Di Indonesia fenomena AIDS sendiri sebenarnya sudah
dikenal dan menjadi isu pada awal Januari 1986, yakni dengan
meninggalnya pasien di RSIJ yang melalui uji darah dengan menggunakan
metode ELISA diketahui mengidap AIDS. Berdasarkan jumlah kumulatif
kasus HIV/AIDS menurut faktor risiko sekitar 61,7 % melalui hubungan
seksual; 20,3 % melalui pecandu narkoba dengan jarum suntik; 15,7 % dari
kelompok homoseksual; dan sebesar 2,3 % melalui cara lain seperti
transfusi darah dan perinatal.
Odha umumnya mengalami depresi, perasaannya tertekan dan merasa
tidak berguna, bahkan ada yang memiliki keinginan untuk bunuh diri. Ini
akibat dari stigmatisasi dan diskriminasi masyarakat terhadap informasi
mengenai AIDS dan Odha. Penolakan dan pengabaian orang lain, terutama
keluarga akan menambah depresi yang dideritanya. Sedangkan secara
psikis, antara lain Odha mempunyai perasaan hampa, inisiatifnya kurang
merasa tidak berarti, apatis, serba bosan, tidak memiliki tujuan hidup yang
jelas, muncul pikiran bunuh diri, bahkan sikapnya terhadap kematian juga
ambivalen, artinya di satu pihak Odha merasa takut dan tidak siap mati,
tetapi di sisi lain Odha beranggapan bahwa bunuh diri adalah jalan keluar
terbaik untuk lepas dari kehidupan yang tidak berarti.
Adanya dukungan dari orang-orang seperti keluarga, pasangan, teman
baik teman sesama penderita maupun teman yang bukan penderita akan
memberikan menuntun Odha pada suatu keyakinan bahwa dirinya masih
berarti bagi orang-orang terdekatnya.
VII. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial yang diterima dengan kebermaknaan hidup pada Orang
dengan HIV/AIDS (Odha).
BAB II

I. HASIL PENELITIAN
Hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi Product Moment
menunjukkan rxy sebesar 0,885 (p<0,01) yang berarti ada hubungan positif
yang disignifikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup,
berarti hipotesis yang diajukan dapat diterima.

II. Manfaat Penelitian


Melihat dari tujuan penelitian ini, manfaat yang diperoleh adalah kita
dapat mengetahui pentingnya dukungan sosial yang diberikan oleh orang
yang dekat dengan Odha dalam kebermaknaan hidup Odha. Odha yang
diperhatikan, dihargai akan merasa dibutuhkan sehingga memiliki
kebermaknaan hidup. Orang yang memiliki kebemaknaan hidup akan lebih
memiliki tujuan hidup yang jelas. Orang yang memiliki tujuan yang jelas
biasanya akan berjuang sekuat tenaga untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Begitupun halnya dengan Odha, Odha yang memiliki tujuan yang jelas
tentunya akan berusaha mencapai tujuan tersebut. Salah satunya mungkin
akan memperhatikan atau menjaga kesehatannya agar tujuan yang
ditetapkan tersebut tercapai. Selain itu orang yang memiliki kebermaknaan
hidup akan memiliki tanggungjawab, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
Dengan mengetahui manfaat dari dukungan sosial yang diberikan,
maka dapat dijadikan masukan bagi masyarakat atau orang yang dekat
dengan ODHA untuk lebih menghargai, memberikan penguatan positif.
Sehingga Odha memiliki tujuan hidup yang jelas.

III. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian


a. Kelebihan
 Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dengan EYD yang baik
dan benar. Mudah bagi siapapun untuk membacanya.
 Menjelaskan cara pengumpulan data, sehingga menjadikan sedikit
ada gambaran cara peneliti dalam mengumpulkan data.
 Pembahasan diuraikan secara jelas. Sehingga tampak korelasi hasil
penelitian terhadap teori-teori yang ada.

b. Kekurangan
 Latar belakang seharusnya ditampilkan pada abstrak. Sehingga
memudahkan pembaca utuk mengetahui inti penelitian.
 Tidak dicantumkannya tanggal ataupun waktu jalannya penelitian.
 Tidak dicantumkannya tahun publikasi pada jurnal
 Latar belakang terlalu luas pembahasannya. Sehingga menjadikan
pembaca sulit untuk memahami permasalahan yang dimiliki oleh
peneliti.
 Tidak dijelaskan jumlah populasi yang ada dalam LSM Violet
Community Yogyakarta dan tidak disebutkan bagaimana cara
pengambilan sampel penelitian.
 Distribusi frekuensi karakteristik tidak disajikan dalam jurnal.
 Hasil penelitian masih sangat sederhana. Tidak disajikannya hasil
penelitian menggunakan tabulasi atau tabel. Jika menggunakan
tabel, maka kita lebih mudah mengetahui hasil dari penelitian.

IV. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada Odha. Semakin tinggi
dukungan sosial yang diterima berarti cenderung tinggi kebermaknaan
hidupnya dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diterima,
cenderung rendah pula kebermaknaan hidup pada Odha.
Menurut Bastman (1996), penghayatan kebermaknaan hidup dapat
disebabkan oleh adanya dimensi sosial, salah satunya dapat berasal dari
dukungan sosial. Smet (1994) mengungkapkan bahwa dukungan informasi,
perhatian, penilaian diri, dan dukungan instrumental merupakan aspek-
aspek penting agar individu dapat merasakan adanya dukungan dari orang
lain Menurut Crumbaugh (dalam Bastman, 1996), dukungan sosial ditandai
dengan rasa akrab, keterbukaan, saling menghargai sehinggakedua belah
pihak merasa aman untuk berbagi rasa. Manusia sebagai makhluk sosial
tentunya memerlukan adanya dukungan dari orang lain. Dukungan akan
dirasakan sangat berharga ketika seseorang berada dalam kondisi yang tidak
menyenangkan. Seseorang yang mendapat dukungan sosial akan merasa
diperhatikan, dihargai, dan dicintai yang selanjutnya akanmerasakan
kepuasan dalam hidup dan dapat menghadapi tantangan dan masalah-
masalahnya dengan lebih efektif. Sebaliknya, seorang yang tidak atau
kurang mendapatkan dukungan sosial, apalagi dalam situasi yang banyak
konflik, akan merasa diasingkan, mengalami kesunyian dan kehampaan
hidup.
Dukungan dari orang lain pada saat seseorang mengalami kekecewaan
atau tekanan akan memperkaya pengalaman batin, memberikan keyakinan
diri, mengubah cara pandang negatif, dan membantu memberikan
pemahaman terhadap nilai-nilai yang dapat membentuk makna hidup
seseorang.
Dukungan sosial dapat berfungsi sebagai pelindung dari perasaan
tertekan dan dapat mengubah pandangan negatif individu terhadap situasi
yang penuh stres. Dukungan sosial yang diberikan untuk memberikan
pertolongan kepada seseorang dalam menemukan pemecahan masalah,
meyakinkan bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya, atau menghibur hati
seseorang ketika seseorang merasa hidupnya tidak berarti lagi. Hal-hal ini
akan dapat membantu seseorang mendapatkan pengharapan.
Dukungan sosial berfungsi untuk meningkatkan harga diri,
mengurangi stres, dan memberikan rasa aman pada seseorang, sehingga
dapat dikatakan bahwa dukungan sosial mempunyai pengaruh positif
terhadap kesehatan mental, memberikan perasaan bermakna ketika
seseorang sedang mengalami stres. Walaupun tidak semua Odha bisa
merasakan adanya pengaruh yang maksimal dari dukungan sosial, tetapi
dalam taraf minimal bisa merasakan adanya dukungan positif dari orang lain
pada saat mengalami tekanan.
V. Implikasi dalam Keperawatan
Odha mengalami kondisi yang tidak menyenangkan baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik kesehatan Odha terganggu, hal ini dikarenakan
virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh Odha. Sedangkan secara
psikis, antara lain Odha mempunyai perasaan hampa, inisiatifnya kurang,
merasa tidak berarti, apatis, serba bosan, tidak memiliki tujuan hidup yang
jelas, muncul pikiran bunuh diri, bahkan sikapnya terhadap kematian juga
ambivalen, artinya di satu pihak Odha merasa takut dan tidak siap mati,
tetapi di sisi lain Odha beranggapan bahwa bunuh diri adalah jalan keluar
terbaik untuk lepas dari kehidupan yang tidak berarti. Untuk menghindari
koping maladaptive pada Odha, maka Odha harus diberikan dukungan tidak
hanya oleh tim medis. Tetapi seseorang yang dekat dengan klien seperti
keluarga atau kerabat dekat. Sehingga mereka perlu dilibatkan dalam
perawatan paliatif. Mereka harus berperan aktif dalam memberikan
penguatan yang positif pada Odha secara berkelanjutan. Dengan itu
memungkinan muncul optimism pada Odha.
Optimisme pada individu akan memancarkan harapan, yang berarti
memiliki keyakinan yang kuat bahwa segala hal dalam kehidupan ini akan
dapat dilalui, dengan kata lain optimisme merupakan faktor dalam
meningkatkan motivasi untuk dapat bertahan hidup. Menurut Smet (1994)
optimisme dapat mempengaruhi kesehatan. Orang yang memiliki optimisme
ketika sakit akan lebih cepat sembuh. Selain itu, orang yang optimis juga
memiliki coping yang efektif dan dapat menemukan aspek-aspek yang
positif dari situasi yang penuh tekanan. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat dikatakan bahwa Odha yang memiliki penghayatan hidup yang
bermakna akan memiliki optimisme dan memiliki coping yang efektif
dalam menghadapi tekanan-tekanan sehingga kondisi ini akan dapat
membantu Odha untuk tetap menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A & Budiyani, K. Hubungan Antara Dukungan Sosial yang Diterima


dengan Kebermaknaan Hidup Pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS). Fak
Psikologi Mercubuana Yogyakarta.

Diatmi, K. & Fridari, I. A. D. (2014). Hubungan antara dukungan sosial dengan


kualitas hidup pada orang dengan HIV DAN AIDS (Odha) di yayasan spirit
paramacitta. Jurnal Psikologi Udayana 1. (2). 353-362.

Mahardining, A. B. (2010). Hubungan antara pengetahuan, motivasi, dan


dukungan keluarga dengan kepatuhan terapi ARV ODHA. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 5. (2). 131-137.

Anda mungkin juga menyukai