Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

DISUSUN OLEH :

Aulia Rahmadani
P01031219007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik, rapi dan selesai pada waktunya

Saya berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan
mahasiswa

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil saya susun ini bisa dengan mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Serta tak lupa saya juga berharap adanya
masukan serta kritikan yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5

1.3 Tujuan...............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi Kurang dan Gizi Lebih...........................................................................6

2.1.1 Dalam aspek social-ekonomi.................................................................................6

2.1.2 Dalam aspek social- budaya...................................................................................6

2.2 Gelaja gizi kurang dan gizi lebih.....................................................................................7

2.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Gizi kurang dan gizi lebih.............................9

2.4 Upaya Penanganan gizi kurang dan gizi lebih.................................................................10

2.4.1 Upaya Pencegahan gizi kurang dan gizi lebih.......................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................11

3.2 Saran.................................................................................................................................11

3.3 Daftar Pustaka..................................................................................................................12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah ekolo-gi, karena adanya interaksi antara berbagai
faktor lingkungan, baik fisik, sosial, ekonomi,budaya maupun politik (Jelliffe and
Jelliffe,1989). Secara operasional, faktor-faktor yang menjadi pencetus timbulnya masalah
gizi dian-taranya kemiskinan, daya beli, pengetahuangizi, besar keluarga, kebiasaan makan,
dan faktor lainnya (Suhardjo, 1989).

Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak, diantaranya
karena faktor ekonomi keluarga, pendidikan, dan jumlah keluarga. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Pedesaan.
Analisis didasari pada data survey yang dilakukan dengan rancangan cross sectional.

Pola pikir masyarakat masih beranggapan bahwa kebutuhan makan adalah dengan
memakan makanan yang tinggi atau kaya karbohidrat tanpa mempertimbangkan kecukupan
gizi yang seimbang ini menunjukkan bahwa aspek sosial budaya masih mendominasi
perilaku dan kebiasaan makan yang masyarakat Indonesia.

Faktor yang menjadi variabel independen terdiri dari umur anak, jenis kelamin anak,
usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga,
dan lama menyusui, sedangkan faktor dependen adalah status gizi berdasarkan antropometri.
faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi adalah jenis pekerjaan ayah dan
jenis pekerjaan ibu.

Masalah gizi di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh masalah masalah
Kurang Energi Protein (KEP), anemia besi, masalah gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota
besar.Hal ini berarti Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara
masalah gizi kurang belum dapat teratasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru
yaitu berupa gizi lebih (Supariasa, dkk, 2012)

Lingkungan dapat menyangkut aspek alam, sosial maupun binaan, dan merupakan
faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Berbagai penelitian yang berkaitan
dengan gizi menyatakan bahwa, status gizi dapat disebabkan oleh kondisi medis, status social
ekonomi keluarga yang meliputi pendidikan ibu,status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
pengeluaran pangan rumah tangga, dan lingkungan social budaya atau sosio-kultural

Upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pada hakikatnya adalah


upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai pencerminan dari tujuan nasional.
Seperti halnya di negara berkembang lainnya, di Indonesia kekurangan gizi merupakan
masalah utama yang diketahui dapat menghambat lajunya pembangunan nasional (Kodyat,
1992 ).
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian gizi kurang dan gizi lebih dalam faktor social – ekonomi?

2. Pengertian gizi kurang dan gizi lebih dalam faktor sosial –budaya?

3. Apa saja gejala gizi kurang dan gizi lebih?

4. Apa saja faktor penyebab gizi kurang dan gizi lebih?

5. Bagaimana Upaya dalam menangani gizi kurang dan gizi lebih?

1.3 Tujuan penelitian

1) Agar mengetahui pengertian gizi kurang dan gizi lebih dalam faktor social-ekonomi?
2) Agar mengetahui pengertian gizi kurang dan gizi lebih dalam faktor sosial –budaya?
3) Agar mengetahui apa saja gejala gizi kurang dan gizi lebih?
4) Agar mengetahui apa saja faktor penyebab gizi kurang dan gizi lebih?
5) Agar mengetahui bagaimana Upaya dalam menangani gizi kurang dan gizi lebih?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian gizi kurang dan gizi lebih

Gizi lebih adalah keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat badan berlebih
karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak.
Salah satu faktor risiko terjadinya gizi lebih adalah kebiasaan mengonsumsi junk food.

Anak yang kegemukan diangggap lucu, menggemaskan, sehat dan membanggakan


orang tuanya. Fenomena peningkatan kegemukan dan obesitas pada anak di Indonesia sangat
mencemaskan, karena kegemukan dan obesitas pada anak meningkatkan resiko timbulnya
berbagai gangguan kesehatan, seperti kencing manis (DM tipe 2), hipertensi, penyakit
jantung,dan gangguan pernafasan.

Kekurangan gizi (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan serius yang terjadi


ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan oleh
tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Malnutrisi bisa terjadi karena
tubuh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama.

Gizi kurang biasanya ditandai berat badan kurang, lesu atau anemia. Kekurangan gizi
pada anak disebabkan oleh karena anak tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara konsumsi
zat gizi dengan kebutuhan.

2.1.1 Dalam aspek social-ekonomi

Menurut Abdoerrachman (1999) tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara


langsung ataupun tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga. Semakin
tinggi tingkat pendidikan kepala rumahtangga, semakin tinggi pendapatan per kapita
keluarga. Dalam hal ini faktor tingkat pendidikan,dan pekerjaan kepala rumah tangga atau
orang tua berpengaruh terhadap terjadinya gizi kurang dan gizi lebih .

Masalah gizi mempunyai dimensi yang luas, tidak hanya berkaitan dengan masalah
pangan, kesehatan, dan pengasuhan tetapi juga berkaitan dengan masalah sosial ekonomi,
budaya, pendidikan dan lingkungan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya masalah gizi kurang di Indonesia. Faktor lainnya juga yaitu Topografi wilayah
yang terdiri dari bentangan yang berlereng, degradasi lahan pertanian, terbatasnya luas lahan
fungsional dan bencana alam serta iklim global dan pergeseran musim.

2.1.2 Dalam aspek social-budaya

Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi social dan budaya keluarga, seperti pola asuh
keluarga (Depkes RI, 2004). Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan latar belakang suku
dan tata kehidupan sosial budaya yang berbeda. Perbedaan budaya berdampak pada perbedaan
pemilihan bahan, cara pengolahan, dan penyajian makanan. Para ahli sosiologi dan ahli gizi
menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan terhadap proses terjadinya kebiasaan makanan dan
bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila tidak
diperhatikan baik.
2.2 Gejala Gizi Kurang dan Gizi Lebih

2.2.1 Gizi Kurang

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ketidakcukupan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan
harian anak. Berbagai gejala kurang gizi meliputi:

 Penurunan berat badan drastis  Waktu pemulihan dari penyakit


 Massa otot yang menurun yang lebih lama
 Massa jaringan yang menurun  Mudah merasa depresi dan cemas
 Kehilangan lemak (jaringan  Mudah marah
adipose)  Sulit berkonsentrasi
 Perut membengkak  Risiko tinggi terhadap komplikasi
 Pipi dan mata cekung setelah operasi
 Kulit dapat menjadi lebih tipis,  Risiko tinggi terhadap hipotermia –
kering, inelastis, pucat dan dingin suhu tubuh yang sangat rendah
 Rambut rontok  Jumlah total dari beberapa jenis sel
 Kelelahan parah darah putih menurun, sistem imun
 Waktu pemulihan luka yang lama melemah, meningkatkan risiko
 Waktu pemulihan dari infeksi lebih infeksi
lama  Rentan terhadap rasa dingin

Kwashiorkor adalah kurangnya asupan protein, sehingga mengakibatkan masa lemak dan otot
tubuh hilang. Ciri yang paling kentara dari kwashiorkor yakni perut anak yang membuncit
akibat adanya penumpukan cairan (asites).

Marasmus adalah kurangnya asupan energi dan kalori, sehingga membuat tubuh anak sangat
kurus. Ciri khas dari marasmus yakni berat badan anak menurun drastis, yang membuat
tulangnya seolah kentara di balik balutan kulit tubuh.

Kekurangan asupan vitamin dan mineral. Beberapa jenis kekurangan vitamin dan mineral
yang paling umum beserta gejalanya meliputi:

Vitamin A: mata kering, susah melihat saat malam hari atau gelap, risiko infeksi meningkat.

Seng: nafsu makan menurun, pertumbuhan tubuh terhambat, penyembuhan luka cenderung
lama, rambut rontok, dan diare.

Zat besi: gangguan pada fungsi otak dan mengalami masalah pengaturan suhu tubuh.

Yodium: pembesaran kelenjar tiroid, penurunan produksi hormon tiroid, serta adanya
masalah pada pertumbuhan dan perkembangan.
2.2.2 Gizi Lebih

Gizi lebih

Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan nutrisi harian yang terlampau banyak, sehingga
malah melebihi kebutuhan harian anak. Berbagai gejala gizi lebih meliputi:

1. Peningkatan berat badan


a. Besarnya ukuran lingkar pinggang dan pinggul menunjukkan simpanan lemak
perut yang berlebih. Tanpa disadari, tumpukan lemak di bagian ini dapat
meningkatkan risiko serangan penyakit kronis di kemudian hari
2. Tubuh gemuk
3. Kesulitan bernapas, risiko tinggi terhadap kegagalan pernapasan
4. Nyeri sendi maupun otot
5. Dibandingkan anak dengan berat badan normal, gizi lebih pada anak membuat tulang
dan sendinya harus menopang beban ekstra. Tentu saja beban ekstra tersebut berasal
dari tumpukan lemak di tubuhnya.

6. Kelelahan parah

7. Kelebihan bobot tubuh dari rentang normalnya, membuat anak dengan gizi lebih mau
tidak mau harus mengeluarkan tenaga lebih saat beraktivitas. Kondisi inilah yang
kerap membuat anak menjadi mudah lelah, bahkan mungkin tidak seaktif teman-
teman sebayanya.

Bukan hanya itu. Kelebihan berat badan juga memberikan kerja tambahan bagi organ-
organ tubuh, salah satunya paru-paru.
2.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi kurang dan gizi lebih

1. Kondisi sosial-ekonomi yang baik memberi kemungkinan agar kebutuhan gizi anak
dapat terpenuhi. Yang dimaksud dengan terpenuhinya kebutuhan gizi adalah
tersedianya berbagai zat yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas fungsi-
fungsi tubuh, dan sekaligus untuk kebutuhan pertumbuhan badan si anak; seperti
misalnya kalori,karbohidrat, protein, lemak, vitamin, kalsium dan mikronutrien.
2. Kondisi kesehatan seorang anak tentu juga berpengaruh pada tumbuh kembang
anak,karena dengan seringnya seorang anak mengalami sakit dan infeksi, tentu
nafsumakannya juga menurun. Ini mempengaruhi baik-tidaknya keterpenuhan gizi
dari si anak.Selain itu, apabila seorang anak mengalami infeksi parasit (misalnya
berbagai jeniscacing), maka nutrisi yang dikonsumsinya akan diambil alih oleh
cacing, akibatnya kebutuhan gizi anak tidak akan terpenuhi dan pertumbuhannya
tidak bisa maksimal.
3. Situasi politik yang stabil rupanya juga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Hal ini
berkaitan dengan kondisi psikologis orang-orang yang hidup di suatu negara,
termasuk kondisi psikologis orang tua yang mengasuh anak, dan anak yang sedang
mengalami tumbuh kembang. Selain itu, situasi politik yang stabil dapat menunjang
stabilitas ekonomi negara, dan berimbas terhadap status sosial-ekonomi warga negara,
dan kemudian status gizi si anak. Situasi politik yang tidak stabil kadang
menyebabkan stress.
4. Kondisi psikologis anak berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Ini
disebabkan karena kondisi psikologis berkaitan dengan hormon stress yang disekresi
oleh tubuh manusia. Hormon yang diproduksi ketika terjadi stress itu menghambat
hormone pertumbuhan.Faktor genetis yang disebut-sebut sebagai variabel pengaruh
dalam tumbuh kembanganak secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: seorang
anak yang terlahir dari orangtua yang mempunyai tinggi badan di atas rata-rata, maka
kemungkinan besar dia akan mempunyai tinggi badan juga di atas rata-rata jika
dibandingkan dengan rekan-rekan sebayanya; dan demikian pula sebaliknya.
5.
2.4 Upaya Penanganan gizi kurang dan gizi lebih

1. Periksakan kepada dokter

Dokter akan melakukan analisis terhadap kondisi tubuh dan memberikan rekomendasi yang
tepat agar tubuh kembali pulih dan tidak mengalami gangguan perkembangan.

Dokter atau ahli gizi akan melakukan pemeriksaan secara mendalam pada anak, seperti:

1. Mengukur indeks massa tubuh (BMI) anak


2. Melakukan pemeriksaan penyebab anak mengalami kurang gizi
3. Melakukan tes darah
4. Melakukan tes berdasarkan riwayat medis sang anak

2. Menerapkan pola makan yang baik

Penanganan tubuh yang mengalami kekurangan gizi haruslah dengan perhatian khusus
mengingat tumbuh kembang yang terganggu.Memberikan banyak makanan yang
mengandung cukup tinggi kalori, serat, mineral, protein dan vitamin dapat membantu tubuh
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya.

Selain itu mengatur pola makan yang baik seperti memperbanyak memberikan asupan
makanan juga sangat bagus untuk mengembalikan kondisi tubuh.

3.Identifikasi semua gejala (symptoms) dari malnutrisi

Mempelajari kebiasaan makan yang baik dan nutrisi apa yang harus dimakan bisa
mempercepat penyembuhan malnutrisi. Selain itu, cobalah untuk melakukan diet
seimbang sehingga malnutrisi tidak terjadi lagi di masa depan. Jam makan juga harus
diperhatikan sehingga penyerapan nutrisi bisa maksimal dilakukan.

2.3.1 Upaya pencegahan gizi kurang dan gizi lebih

 Makan makanan yang lengkap mengandung kalori serta bergizi, bukan hanya tinggi
kalori saja.
 Makan snack di antara waktu makan besar
 Memakan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.
 Memberikan makanan yang mempunyai sumber karbohidrat, seperti kentang, roti,
nasi dan sereal.
 Memakan makanan yang mempunyai sumber protein, seperti daging, telur, ikan dan
kacang-kacangan.
 Memberikan asupan vitamin dari susu dan produk turunannya
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan
dengan kehidupan. Adapun penyebab dari terjadinya gizi kurang adalah karena faktor sosial,
kemiskinan, laju pertambahan penduduk, infeksi, dan masih banyak lagi faktor-faktor
lainnya, baik yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan gizi lebih adalah keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat badan berlebih
karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak.
Salah satu faktor risiko terjadinya gizi lebih adalah kebiasaan mengonsumsi junk food

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal yang
komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu
Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Anemia Gizi
Besi (AGB), dan Kurang Vitamin A (KVA). Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi
masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus meningkat,
yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk. Dampak dari gizi kurang
sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang secara keseluruhan seperti, gangguan fisik,
mental dan kecerdasannya. Adapun untuk mencegah gizi kurang adalah dengan PHBS dan
peningkatan konsumsi gizi yang cukup dan seimbang, penyuluhan, peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang gizi, dll. Jadi, secara keseluruhan upaya pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi kurang yaitu berupa peran serta pemerintah, petugas kesehatan dan seluruh
masyarakat.

3.2 Saran

Sebaiknya, untuk mengurangi tingginya masalah-masalah gizi kurang di atas, pemerintah


mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya
kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program gizi
berbasis masyarakat, dan memperbaiki sektor lain yang terkait erat dengan gizi (air, sanitasi,
perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit
angka-angka akibat masalah gizi di atas dapat dikurangi.

Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai gizi kurang dan akibat terparahnya
yaitu gizi buruk serta, tindak lanjut terhadap faktor-faktor penyebabnya dibidang social-
ekonomi dan social-budaya. Sehingga, disini dibutuhkan peran penting dukungan sosial.
Dukungan sosial dibutuhkan karena masalah gizi kurang disebabkan oleh banyak factor, baik
itu faktor internal maupun eksternal. Agar upaya pembinaan suasana dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan gizi buruk berhasil dengan baik maka kemitraan dan
advokasi kesehatan juga perlu dilakukan, sehingga pemberdayaan masyarakat dalam upaya
perbaikan gizi juga dapat berjalan dengan baik.
3.3 Daftar Pustaka

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/malnutrisi/

https://www.academia.edu/1773291/Peran_Faktor_Sosial-
Ekonomi_dan_Gizi_pada_Tumbuh_Kembang_Anak

http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-10//S56302-Hana%20Martha

http://blogshyfa.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai