Anda di halaman 1dari 15

b.

Pengantar Program Pendidikan Guru Penggerak


Pendahuluan

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2019-2024


salah satu visi Pemerintah Republik Indonesia berfokus pada pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta.
Visi tersebut terkait langsung dengan tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) sebagai penyelenggara pemerintahan di bidang pendidikan dan
kebudayaan.

Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta,


Kemendikbud mengembangkan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar pada tahun 2019.
Kebijakan ini dicetuskan sebagai langkah awal melakukan lompatan di bidang
pendidikan. Tujuannya adalah mengubah pola pikir publik dan pemangku kepentingan
pendidikan menjadi komunitas penggerak pendidikan. Filosofi “Merdeka Belajar”
disarikan dari asas penciptaan manusia yang merdeka memilih jalan hidupnya dengan
bekal akal, hati, dan jasad sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan
demikian, merdeka belajar dimaknai kemerdekaan belajar yang memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar senyaman mungkin dalam suasana
bahagia tanpa adanya rasa tertekan.

Sebagai rangkaian kebijakan Merdeka Belajar, Kemendikbud telah mengeluarkan empat


paket kebijakan, yang pada tahap pertama meliputi: 

1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional diganti ujian (asesmen) yang


diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Hal ini berimplikasi pada guru dan
satuan pendidikanlebih merdeka dalam menilai belajar peserta didik.
2. Ujian Nasional tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter yang meniscayakan penyesuaian tata kelola penilaian
pembelajaran di level satuan pendidikan maupun pada level nasional.
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berimplikasi
pada kebebasan guru untuk dapat memilih, membuat, dan menggunakan format
RPP secara efisien dan efektif sehingga guru memiliki banyak waktu untuk
mengelola pembelajaran.
4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang lebih fleksibel untuk
mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah.

Keempat kebijakan tersebut tentu saja belum cukup untuk menghasilkan manusia
unggul melalui pendidikan. Hal krusial yang mendasar untuk segera dilakukan adalah
mewujudkan tersedianya guru Indonesia yang berdaya dan memberdayakan.

Guru Indonesia yang diharapkan tersebut mencirikan lima karakter yaitu berjiwa
nasionalisme Indonesia, bernalar, pembelajar, profesional, dan berorientasi pada
peserta didik. Berbagai kebijakan dan program sedang diupayakan untuk hal tersebut
dengan melibatkan berbagai pihak menjadi satu ekosistem pendidikan yang bergerak
dan bersinergi dalam satu pola pikir yang sama antara masyarakat, satuan pendidikan,
dan pemangku kebijakan.
Program tersebut dinamakan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang sejatinya
mengembangkan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru
sebagai bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar melalui pendidikan guru. Pedoman ini
disusun sebagai acuan implementasi agar program ini dapat berjalan dengan sebaik-
baiknya.

C.Kerangka Program Pendidikan Guru Penggerak

PGP merupakankegiatan pengembangan profesi melalui pelatihandan pendampingan


yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaranagar mampu mendorong tumbuh
kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan
pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk
mewujudkan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah
peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri.

Program ini bertujuan memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan


pedagogi kepada guru sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di
dalam maupun di luar satuan pendidikanserta berpotensi menjadi pemimpin pendidikan
yang dapat mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ketika berada di
lingkungan satuan pendidikannya masing-masing. Rasa nyaman dan kebahagiaan
peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan,
bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan
pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik satuan
pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya.     

Kemampuan menggerakkan komunitas belajar merupakankemampuan guru


memotivasidan terlibat aktif bersama anggota komunitasnya untuk bersikap reflektif,
kolaboratif serta berbagi pengetahuan yang merekamiliki dan saling belajar dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Komunitas pembelajar guru di antaranya Pusat
Kegiatan Gugus (PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) serta komunitas praktis
(Community of Practice) lainnya baik di dalam satuan pendidikan atau dalam wilayah
yang sama.

Manfaat Pendidikan Guru Penggerak adalah sebagai berikut: 

1. bergeraknya komunitas belajar secara berkelanjutan sebagai tempat diskusi dan


simulasi agar guru dapat menerapkan pembelajaran aktif yang sesuai dengan
potensi dan tahap perkembangan peserta didik;
2. diterapkannya pembelajaran aktif oleh guru lain di lingkungan satuan
pendidikannya dan lingkungan sekitar sebagai dampak bergeraknya komunitas
guru secara berkelanjutan; 
3. terbangunnya rasa nyaman dan bahagia peserta didik berada di
lingkungan satuan pendidikan;
4. meningkatnya sikap positif peserta didik terhadap proses pembelajaran yang
bermuara pada peningkatan hasil belajar;
5. terwujudnya lingkungan fisik dan budaya satuan pendidikan yang nyaman dan
menyenangkan bagi peserta didik; dan
6. terbukanya kesempatan bagi guru penggerak untuk menjadi pemimpin satuan
Pendidikan

EKSPEKTASI

1. Memajukan pendidikan di Indonesia dengan memulai dari komunitas belajar di


lingkungan sendiri

2. Menjadi guru yang profesional dan berkompetensi yang bisa melayani peserta didik
dengan maksimal

3. Mengajak guru dan teman sejawat untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan
pembelajaran terhadap peserta didik

4. Mencetak peserta didik yang berkualitas yang akan menjadi penerus dimasa depan
sebagai generasi cendikia dan berkemampuan teknologi

5. Mampu mengkolaborasikan pendidikan dengan teknologi

Tujuan Program Pendidikan Guru Penggerak

PGP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dan pedagogi guru


sehingga dapat menghasilkan profil guru penggerak sebagai berikut:

1. mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi, dan kolaborasi;
2. memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual untuk berperilaku sesuai
kode etik;
3. merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua;
4. mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi satuan pendidikan yang
mengoptimalkan proses belajar peserta didik yang berpihak pada peserta didik
dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar satuan pendidikan; dan
5. berkolaborasi dengan orang tua peserta didik dan komunitas untuk
pengembangan satuan pendidikan dan kepemimpinan pembelajaran.
REFLEKSI FILOSOFI KI HAJAR DEWANTORO

Capaian Pembelajaran Umum

Secara umum, profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul ini
adalah: 

1. CGP mampu memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan melakukan


refleksi-kritis atas korelasi nilai-nilai tersebut dengan konteks pendidikan lokal
dan nasional pada saat ini. 
2. CGP mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang
mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter
dengan budaya positif.
3. CGP mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang
berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan.

Capaian Pembelajaran Khusus

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk
mampu:

1. mendemonstrasikan pemahaman terhadap Filosofi Pendidikan Ki Hadjar


Dewantara dan relevansinya terhadap konteks Pendidikan Indonesia saat ini
dengan membandingkan penerapan pendidikan abad 21 pada konteks lokal
(budaya) di tempat asal mereka 
2. menerjemahkan konsep Merdeka Belajar ke dalam tataran implementasi sesuai
konteks lokal (budaya) di tempat asal mereka 
3. mampu bersikap reflektif dan kritis terhadap Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara

Isi Materi Modul

1. Kerangka pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD): Dasar-Dasar Pendidikan &


Pendidikan Merdeka
2. Relevansi dan kontekstualisasi Filosofi Pendidikan KHD dengan situasi
Pendidikan di tingkat daerah dan tingkat nasional

Kegiatan pembelajaran pemantik:

1. CGP menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif-kritis untuk mengetahui


pemahaman diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar
Dewantara,
2. CGP menuliskan harapan bagi diri sendiri dan murid-murid setelah
mempelajari modul 1.1 dan ekspektasi mengenai materi dan kegiatan
yang akan ditemui dalam modul.
Mandiri

1. CGP mengakses video tentang pendidikan di Indonesia dari zaman


kolonial dan menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan.
2. CGP membaca 2 teks Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (Dasar Dasar
Pendidikan & Metode Montessori, Frobel dan Taman Anak).
3. CGP mengakses video tentang interpretasi filosofi pendidikan Ki Hadjar
Dewantara.
4. CGP membuat rekaman audio atau video singkat untuk menggambarkan
pemahamannya mengenai pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Forum Diskusi:

1. CGP mendapatkan materi dari instruktur tentang pemikiran Ki Hadjar


Dewantara.
2. CGP melakukan diskusi dalam kelompok kecil untuk menjawab
pertanyaan mengenai proses pembelajaran yang mencerminkan
pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
3. CGP mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan mendapatkan umpan
balik positif dari Instruktur. 

Ruang kolaborasi

CGP berkolaborasi untuk mendesain kerangka pembelajaran yang sesuai dengan


pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan konteks lokal daerah asal, kemudian
mempresentasikannya.

Refleksi Terbimbing

CGP merefleksikan pengetahuan dan pengalaman setelah mempelajari pemikiran-


pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Demonstrasi kontekstual

CGP membuat karya (video pendek, komik, lagu, puisi, podcast dll) dalam
menjelaskan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara (KHD) dan mengunggahnya di
LMS.

Elaborasi pemahaman

CGP mengikuti sesi diskusi langsung dalam bentuk Konferensi Filosofi Pendidikan
KHD yang disampaikan oleh perwakilan Perguruan Taman Siswa serta praktik-
praktik baik beberapa sekolah lain untuk memperluas pemahaman mengenai
pemikiran filosofis KHD. 

Paparan dalam konferensi ini sejatinya memperdalam dan mempertajam pemikiran-


pemikiran CGP dalam mendemonstrasikan secara konkret pemikiran-pemikiran KHD
di sekolah dan kelas masing-masing CGP.

Koneksi antar materi

CGP melihat lagi seluruh materi yang sudah dipelajari dari pemikiran-pemikiran KHD
kemudian membuat hubungan antara materi-materi tersebut dan juga keterkaitannya
dengan praktik yang konkret bersama dengan murid dan rekan guru di sekolah asal.

Aksi nyata

CGP membuat membuat portofolio dari perubahan konkret di sekolah yang terdiri
dari dokumentasi foto/video dan tulisan refleksi. Waktu pelaksanaan rencana aksi
adalah 4 minggu sejak berakhirnya sesi Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara.
Selanjutnya, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di
bawah terkait pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD). Anda diminta untuk
menuliskan jawaban minimum 100 kata dan maksimum 150 kata untuk setiap
pertanyaan.

Question #1

1
Response is required

Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan
pengajaran?
Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah: 

1. Pendidikan dan pengajaran memiliki perbedaan dalam pemahaman arti dan tujuan
pendidikan. 

2. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. 

3. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk
kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi
tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. 

4. Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala
kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya
dalam arti yang seluas-luasnya. (Ki Hajar Dewantara, 2009)

5. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki


Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang
beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan
dapat menjadi ruang berlatih dan  bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan.

Question #2

2
Response is required

Apa hubungan pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks
pendidikan di sekolah Anda?
Hubungan pemikiran Kihajar Dewantara dengan konteks pendidikan saat ini adalah konteks
pendidikan di sekolah adalah:

1. Seorang pendidik harus dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak, agar dapat memperbaiki perilakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak. Dalam hal ini seorang guru harus bisa menerapkan pendidikan karakter
terhadap siswa karena pendidikan karakter sangat utama dalam tumbuh kembang anak-anak.

2. Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang
kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak
tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Dalam hal ini seorang guru harus mampu
mendampingi, menuntun, dan mengarahkan peserta didik dalam belajar agar selalu terarah.
Karena secerdas apapun seorang siswa tanpa bimbingan dan arahan dari guru maka hasilnya
tidak akan maksimal. Jadi sebagai guru kita memberikan kebebasan belajar terhadap siswa
dengan tidak lepas peran guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

3. Guru harus bersifat terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi.  Guru harus lebih kreatif dan inovatif untuk mengembangkan diri dan tidak hanya
meniru karya orang lain. Seorang guru bisa memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar yang menarik dan bervariasi dengan potensi-potensi yang tersedia di lingkungan
sekolah maupun nasional, dimana Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang
dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

4. Seorang guru harus bisa melakukan pembaharuan yang terpadu dengan berprinsip  bahwa 
kepentingan siswa, baik untuk pribadinya maupun di masyarakat harus memperhatikan
kondisi lingkungan dan perkembangan zaman. Kita sebagai guru harus bisa memberi contoh
dan teladan yang baik  bagi siswa dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat yang
tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan.

5. Di era saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki
Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Ki Hajar
Dewantara  mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap
mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Maksudnya adalah muatan atau konten
pengetahuan yang diadopsi, sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Pada era sekarang ini hendaknya guru harus mendidik anak-anak dengan cara yang sesuai
dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

6. Budi pekerti merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan. Keluarga merupakan
tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi
seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak
untuk melatih kecerdasan budi-pekerti dan untuk mempersiapkan hidup anak dalam
bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya. Namun di sekolah kami untuk
menanamkan pendidikan karakter adalah dengan melakukan pembiasaan misalnya
menanamkan 5S (Senyum, salam, sapa, sopan, santun), kegiatan salat berjamaah, bekerja
kelompok, kerja bakti mebersihkan lingkungan, melakukan bakti sosial, melaksanakan
Kurban, dll.

Question #3

3
Response is required
Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan
dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?
Sudah tetapi belum maksimal. 

1. Sebagai seorang pendidik kita sudah memberikan contoh kepada anak dalam sikap dan
perbuatan sehari-hari di sekolah maupun lingkungan masyarakat. 

2. Saya sudah memotivasi anak dalam belajar, bersikap, dan membantu membangun
karakter. 

3. Sebagai seorang guru saya mengawasi, mengendalikan, dan mengarahkan peserta didik
agar lebih terarah untuk mencapai prestasi yang maksimal.

4. Menerapkan inovasi dan metodologi pembelajaran yang menyesuaikan dengan kearifan


lokal dan kemampuan anak serta berwawasan lingkungan 

5. Memanfaatkan media dan sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah

6. Mengajar dengan mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada

7. Melaksanakan Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik dengan 

Question #4

4
Response is required

Setelah menjawab pertanyaan reflektif, Anda diminta untuk mengungkapkan Harapan dan
Ekspektasi Anda terkait dengan pembelajaran pada modul ini.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah
mempelajari modul ini?
Harapan dan ekspektasi saya sebagai seorang pendidik setelah mempelajari Rrefleksi filosofi
Kihajar Dewantara adalah:

1. Mampu menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam melaksankan pembelajaran di


sekolah 

2. Mampu meberikan contoh dan teladan yang baik bagi peserta didik.

3. Mampu mencetak peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti 

4. Mampu menjadi seorang guru yang bisa memotivasi, membimbing, dan mengarahkan
peserta didik dalam mencapai prestasinya

5. Mampu menerapkan inovasi dan metodologi pembelajaran yang menyesuaikan dengan


kearifan lokal dan kemampuan anak serta berwawasan lingkungan 
6. Mampu memanfaatkan media dan sumber belajar yang bervariasi dengan memanfaatkan
lingkungan alam dengan baik

7. Mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada di dunia pendidikan

8. Melaksanakan Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik dengan baik

9. Mampu menerapkan inovasi dan metodologi pembelajaran yang menyesuaikan dengan


kearifan lokal dan kemampuan anak serta berwawasan lingkungan 

Question #5

5
Response is required

Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari
modul ini?
Harapan dan ekspektasi saya terhadap peserta didik setelah mempelajari Rrefleksi filosofi
Kihajar Dewantara adalah:

1. Peserta didik mampu menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam melaksanakan


pembelajaran di sekolah maupun di rumah

2. Peserta didik mampu menjadi contoh dan teladan yang baik bagi peserta didik lainnya

3. Peserta didik memiliki  akhlak dan berbudi pekerti yang baik

4. Peserta didk termotivasi dengan bimbingan dan arahan peserta didik dalam mencapai
prestasinya

5. Peserta didik memiliki inovasi pembelajaran yang kreatif dan berwawasan lingkungan 

6. Peserta didik mampu menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi dengan
memanfaatkan lingkungan alam dengan baik yang diberikan guru

7.  Peserta didik mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada di dunia
pendidikan

8. Peserta didik yang tanggung jawab dan semangat dalam melaksanakan tugas

Question #6
6
Response is required

Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Setelah mempelajari modul ini saya berharap dapat melaksanakan kegiatan yang mengarah pada
pemikiran Ki Hajar Dewantara dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekolah maupun masyarakat. Kegiatan yang saya harapkan dalam modul ini hendaknya
ada link video yang bisa peserta unduh untuk lebih mudah dipahami. Karena dalam waktu yang
singkat untuk melaksanakn litersi yang cukup banyak masih kesulitan. Materi yang saya dapat
setelah mempelajari modul ini adalah mengetahui tentang perbedaan arti pengajaran dan
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, Dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sudah saya
laksanakan dalam kehidupan sehari-hari namun belum maksimal. Setelah mempelajari modul ini
saya mempunyai harapan agar dalam modul ini diceritakan lebih lengkap lagi tentang profil Ki hajar
Dewantara, Sejarah taman siswa dan hal-hal yang terjadi di masa sekarang yang berhubungan
dengan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dalam Modul ini lebih banyak pertanyaan untuk
bahan diksusi. Harapannya di modul ini berisi khusus materi yang siap dipelajari. 

Bagian yang paling menarik adalah saat lahirnya Taman Siswa. Karena cita-cita baru
menuju perubahan radikal dalam pendidikan sebagai gerbang emas kemerdekaan dan
kebebasan kebudayaan bangsa

Persamaan antara situasi pendidkan jaman kolonial dan pendidikan Indonesia saat ini
adalah:

Persamaan: Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Perbedaan:  situasi pendidikan jaman kolonial secara umum masih dibawah tekanan


penjajah dan untuk kepentingan penjajah. Sedangkan pendidikan Indonesia saat ini
adalah merdeka belajar untuk mengisi cita-cita kemerdekaan dalam yang tercantum
Pembukaan UUD 1945 dimana ada kebebasan untuk menempuh pendidikan bagi
bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang bertujuan agar peserta didik dapat leluasa
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar tanpa meninggalkan pengawasan dan
tidak terkekang atau terhambat dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai manusia
merdeka.

Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam


memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah
bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu
atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan
Pendidikan (opvoeding)memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki
anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut
KHD (2009),  “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan
persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat.


KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab
maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat
menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan
atau diwariskan.

Dasar Dasar Pendidikan

Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang
ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup
dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran
pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan
yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah
disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung
ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan
yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang
berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak
tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik
namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya
matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun
tidak akan optimal.

Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’
dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak
dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang
yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur
lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut
dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari
tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa
Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar.

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman


KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di
mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa


segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun
hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang
berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara
itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan
penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-
dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan
dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat
diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat
zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki
Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD
mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap
mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang
dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi
sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga
bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan
zamannya sendiri.

Budi Pekerti

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara
gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.
Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa
(afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan
harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia.

Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik
untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga
merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih
kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang
untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat
pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan,
pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial
antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling
belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka
hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan
menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
1. Apakah intisari pemikiran KH Dewantara tentang pendidikan?

1. Manusia merdeka merupakan tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara, merdeka baik


secara fisik, mental, dan kerohanian. Ki Hajar Dewantara mengarahkan tujuan
pendidikan dalam empat dimensi, yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan sosial. Ki
Hajar Dewantara Mengarahkan tujuan pendidikan ini berkaitan dengan individu
dan masyarakat.
2. Pendidik adalah orang tua, guru, atau peimpin. Peran pendidik menurut Ki. Hajar
Dewantara sebagai fasilitator dan motivator.
Ki Hadjar Dewantara memberikan pedoman dalam menciptakan kultur positif
seorang pendidik. Semboyan Trilogi pendidikan memiliki arti yang melibatkan
seluruh pelaku pendidikan adalah:
Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan
dan arahan.
Ing madya mangun karsa pada saat di antara pesetra didik, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide.
Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus
memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik.
3. Prinsip pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah
 prinsip kemerdekaan, bertujuan agar peserta didik dapat leluasa
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar. Hal ini selaras
dengan semboyan “Tutwuri Handayani”. Yang berarti mengikuti dari
belakang dan memberikan pengaruh.
 Prinsip kebangsaan, Belajar juga harus sesuai dengan prinsip kebangsaan
karena peserta didik akan hidup dan berinteraksi dengan masyarakat luas.
Prinsip kebangsaan tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, oleh
karena itu mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam
suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju kepada kebahagiaan lahir
dan batin seluruh bangsa.
 kebudayaan, Belajar juga harus sesuai dengan prinsip kebudayaan tempat
agar hasil belajar bisa diterima di lingkungan tempat tinggal. Prinsip ini
dipakai untuk membimbing anak didik agar tetap menghargai serta
mengembangkan kebudayaan sendiri.
 kemanusiaan, Peserta didik juga dituntut untuk tidak melanggar dasar hak
asasi manusia. Dasar kemanusiaan ialah berusaha mengembangkan sifatsifat
luhur manusia
 kodrat alam, bertujuan agar peserta didik tidak melalaikan kewajibanya baik
kewajiban terhadap Tuhan, Lingkungan, masyarakat, maupun diri sendiri.
4. Ki. Hajar Dewantara menekankan materi pembelajaran pada materi pendidikan budi
pekerti. materi pembelajaran harus diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan
usia peserta didik.
5. Metode pembelajaran yang digunakan Ki. Hajar Dewantara adalah sistem Among.
Among memiliki pengertian menjaga, membina, dan mendidik anak dengan kasih
sayang. Sistem Among dalam belajar mengajar dengan metode kinder spellen
(permainan anak) atau belajar sambil bermain secara berkelompok yang bermanfaat
untuk mendidik interaksi sosial kepada peserta didik.
2. Ceritakan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara?
Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KiHajar Dewantara yaitu:

metode yang dipakai oleh Ki Hadjar Dewantara dalam mengajar berdasarkan urutan yang benar,
sehingga tidak ada penyesalan
1. Metode ngerti: Guru memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya kepada anak. Di
dalam pendidikan budi pekerti anak diberikan pengertian tentang baik dan buruk. Di
samping itu juga diajarkan tentang aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara serta beragama.
2. Metode ngrasa : berusaha semaksimal mungkin untuk memahami dan merasakan tentang
pengetahuan yang diperolehnya. anak didik untuk dapat memperhitungkan dan
membedakan antara yang benar dan yang salah.
3. Metode nglakoni: mengerjakan setiap tindakan, tanggung jawab telah dipikirkan akibatnya
berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Jika sudah mantap dengan tindakan yang
akan dilakukan hendaknya segera dilakukan jangan ditunda-tunda.

a. Memberikan contoh yang baik misalnya bagaimana menghargai waktu,


menghargai anak didik, menghargai teman, menghargai orang tua,
melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik, menggunakan Bahasa-bahasa
yang baik, berperilaku santun, tertib, disiplin dan tanggung jawab.
b. Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan
semangat untuk keberhasilan diri dalam berbagai bidang karena yang
paling berperan memberi semangat adalah diri mereka sendiri.Misalnya
memberikan contoh yang sederhana tentang kesuksesan seorang tokoh atau alumni
dari sekolah ini
c. Untuk tercapainya pendidikan yang baik peran orang tua dan guru
sangatlah penting. Oleh karena itu orang tua dan guru harus mampu
meberikan dorongan, menjadi fasilitator dan motivator dalam
perkembangan peserta didik

3. Apa yang akan lakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan


pemikiran KHD dapat terwujud?

Agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud


saya akan menerapkan dasar-dasar pemikiran KDH TERSEBUT dalam rangka
mendidik peserta didik untuk menghantarkan peserta didik mencapai tujuannya
atau cita-citanya

4. Dari konsep pemikiran KHD tersebut, mana yang sudah Anda terapkan?

dari konsep pemikiran khd tersebut saya sudah berusaha menerapkan konsep
pemikiran khd tersebut dalam pembelajaran di sekolah, di rumah,maupun di
masyarakat walaupun belum mencapai kesempurnaan sebagaimana yang
diharapkan ki hajar dewantara.

Anda mungkin juga menyukai