Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR PERPAJAKAN

“MEMAHAMI SPT, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK”

Nama Kelompok :

1. Dewa Nyoman Sandya Summa 1933122097


2. Devia 183312215
3. Nurtiani Ratu Djaga 183312215
Daftar Isi
BAB I ……………………………………………………………………………………………….. 1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………….1

1.1. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….1


1.2. PERUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………1
1.3. TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………………………..1

BAB II …………………………………………………………………………………………………2

PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………2

2.1. PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ……………………………………….2


2.2. DASAR HUKUM SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ……………………………………2
2.3. FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ……………………………………………....3
2.4. PROSES PELAPORAN/PENYAMPAIAN DAN PEMBAYARAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT) …………………………………………………………………..4
2.5. JENIS-JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) …………………………………………6
2.6. BENTUK-BENTUK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ………………………………….7
2.7. SANKSI PELAKSANAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ………………………… 7

BAB III ……………………………………………………………………………………………….10

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………………….10

3.1. KESIMPULAN………………………………………………………………………………10
3.2. SARAN………………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung tinggi hak dan
kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam mendukung
pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan rasa
tanggung jawab, Peran pajak bagi suatu Negara menjadi sangat dominan. Yang berhak memungut
pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang, bukan barang. Pajak yang dipungut berdasarkan
ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa timbal balik dari Negara. Pajak yang digunakan
untuk biaya rumah tangga yaitu pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Namun dalam membayar pajak masih banyak Wajib Pajak yang salah penyetoran, misalnya lebih
bayar ( lb ) atau kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP perlu diberikan 
Surat pemberitahuan ( SPT ) dan perlu diberi himbauan.

Dewasa ini, banyak dikalangan masyarakat kita yang belum mengetahui persis apa itu SPT. Hal ini
dimungkinkan karena latar belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga tidak
banyak dari mereka yang tidak tahu apa itu SPT. Jadi dengan adanya penulisan makalah ini, semoga
menjadi pedoman bagi masyarakat untuk mengetahui SPT dan memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat yang belum memahami SPT.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan (SPT)?

2.      Apa yang menjadi dasar hukum Surat Pemberitahuan (SPT)?

3.      Apa sajakah yang menjadi fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT)?

4.      Apa saja yang menjadi proses pelaporan SPT dan Pembayaran SPT?

5.      Apa sajakah yang termasuk kedalam jenis-jenis SPT?

6.      Apa sajakah yang termasuk kedalam bentuk SPT?

7.      Apa sajakah yang termasuk kedalam sanksi dalam pelaksanaan SPT?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami SPT.
2. Agar pembaca dapat memahami bagaimana alur dan proses pelaksanaan SPT.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan
kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.2. DASAR HUKUM SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6
TAHUN 1983.

SE Dirjen Pajak No. SE - 04/PJ.33/1998 tanggal 30 April 1998 tentang Perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT Tahunnan Pajak Penghasilan.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 518/PJ./2000 tanggal 4 Desember 2000 tentang
Penyampaian Surat Pemberitahuan Selain Melalui Kantor Pos.

Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 517/PJ./2000 tanggal 4 Desember 2000 tentang Tempat
Pengambilan Surat Pemberitahuan.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 01/PJ.9/2000 tanggal 24 April 2000 tentang pelaksanaan
pelaporan menggunakan Media Elektronik.
Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 533/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000
tentang penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata uang selain Rupiah Serta
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan.

Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 534/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000


tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta Keterangan dan atau Dokumen yang harus
dilampirkan.

Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 535/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000


tentang Wajib Pajak tertentu Yang Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat
Pemberitahuan.

Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 536/KMK.04/2000' tanggal 22 Desember 2000


tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.

Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 537/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000


tentang Wajib Pajak Tertentu Yang Dikecualikan dari Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda
Karena Tidak Menyampaikan SPT Dalam Jangka Waktu Yang Ditentukan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.03/2003 tanggal 28 Februari 2003 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 536/KMK.04/2000' 536/KMK.04/2000 tentang Tata Cara
Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.

2.3. FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Fungsi SPT ditujukan kepada tiga subjek, yaitu:

1. Wajib Pajak PPh


 Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; 
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban;
d. pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.

2. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan
PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;


b) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui
pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.

3. Pemotong/Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut
dan disetorkan.
2.4. PROSES PELAPORAN/PENYAMPAIAN DAN PEMBAYARAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT)

1. Tata Cara Pelaporan/Penyampaian SPT

Posted on November 2, 2007 by omiyan

Setelah Wajib Pajak mendapatkan NPWP, kemudian melakukan pembayaran pajak, kewajiban
selanjutnya yang harus dilaksanakan adalah melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
kedudukan Wajib Pajak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan Wajib Pajak dapat diakses
melalui website Direktorat Jenderal Pajak http://www.pajak.go.id dengan mengklik Petunjuk “3M”
Melapor.

Kewajban melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam SPT tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 UU KUP yang berbunyi sbb: “Setiap WP
wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
kantor DJP tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.”

a. Yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah :
benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan UU
Pajak, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan dalam SPT; dan
c. Jelas melaporkan asal-usul / sumber objek pajak dan unsur lain yg hrs diisikan dlm SPT.SPT yg
telah diisi dgn benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke kantor DJP tempat WP
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP, dan kewajiban penyampaian
SPT oleh Pemotong atau Pemungut Pajak dilakukan untuk setiap Masa Pajak.

A. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT


a. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP atau KP4
setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak.
b. Batas waktu penyampaian:
1. SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.
2. SPT Tahunan, paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.
3. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal
SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap
sebagai bukti penerimaan.

B. Penyampaian SPT melalui Elekttronik (e-SPT)


Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) melalui
perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak. yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda :
a. Rp 50.000,00 untuk SPT Masa;
b. Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan.
C. Baru-baru ini telah terbit Peraturan Direktur Jenderal Pajak  Nomor PER-26/PJ/2012 yang
mengatur mengatur bagaimana cara wajib pajak (WP) menyampaikan SPT Tahunan. Dalam
peraturan tersebut disebutkan 4 (empat) cara penyampaian SPT Tahunan, yaitu :
1. Secara langsung
Artinya SPT Tahunan yang telah kita buat dapat disampaikan melalui TPT (Tempat
Pelayanan Terpadu) yang ada di KPP tempat  WP terdaftar.
SPT yang wajib disampaikan di TPT adalah :
1. SPT Tahunan 2012 tersebut statusnya Lebih Bayar (LB);
2. SPT Tahunan tersebut merupakan SPT Tahunan Pembetulan tahun pajak sebelum tahun
2012;
3. SPT Tahunan 2012 yang disampaikan tersebut sudah melewati batas waktu penyampaian
SPT (batas waktu penyampaian SPT tahunan dapat dilihat disini)
4. SPT Tahunan 2012 dalam bentuk e-SPT selain disampaikan melalui TPT juga dapat
disampaikan melalui Pojok Pajak/ Mobil Pajak / Drop box yang ada dimana-mana. SPT
yang dapat disampaikan disini adalah untuk SPT Tahunan selain : SPT Tahunan LB, SPT
Tahunan pembetulan, atau SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu
penyampaian SPT.

Penyampaian SPT Tahunan secara langsung ini  dilakukan tidak dalam amplop atau kemasan.

2. Melalui Pos  dengan Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar


Penyampaian SPT melalui pos dimasukkan ke dalam amplop tertutup yang telah ditempel
Lembar Informasi yang berisi data tentang :
1. Nama WP
2. NPWP
3. Tahun Pajak
4. Status SPT (Nihil/KB/LB)
5. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)
6. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)
7. No Telepon
8. Pernyataan
9. Tanda Tangan WP

3. Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau Kurir dengan Bukti Pengiriman ke KPP tempat WP
terdaftar
Penyampaian SPT melalui Jasa Ekspedisi atau kurir dimasukkan ke dalam amplop tertutup
yang telah ditempel Lembar Informasi yang berisi data tentang:
1. Nama WP
2. NPWP
3. Tahun Pajak 
4. Status SPT (Nihil/KB/LB)
5. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)
6. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)
7. No Telepon
8. Pernyataan
9. Tanda Tangan WP
4. E-Filing melalui website DJP (www.pajak.go.id) atau jasa Penyedia ASP
Kita mengisi sendiri melalui media elektronik secara online ke website DJP.

2. Pembayaran Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut yang di poskan oleh Henry Truman 26 November 2012 Ketentuan Umum Perpajakan, cara
pembayaran SPT adalah:

Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) melalui bank persepsi atau kantor pos persepsi. SSP itu
adalah formulir bukti pembayaran ( jika di bank kita mengenalnya sebagai slip) yang terdiri atas 5
rangkap kertas. Untuk memperolehnya dapat anda unduh di www.pajak.go.id di menu download
-lainnya. Bank biasanya meminta SSP yang berkarbon, jika WP mencetak dari website informasikan
untuk membawa kertas karbon sendiri. Ada pun bank persepsi adalah bank yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk menerima pembayaran pajak. Berikut ini adalah ketentuan jika membayar dengan
menggunakan SSP.

Bank persepsi: SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang didalamnya sudah tertera NTPN (Nomor Transaksi
Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank).

SSP baru dianggap sah jika sudah tercantum NTPN dan NTB (Pasal 2 ayat (5) PER 148/PJ/2007).
tetapi utk beberapa Bank terkadang validasi NTPN diberikan di lembaran tersendiri yang terpisah dari
SSP.

Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah tertera NTPN tersebut
dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25, sehingga WP tidak perlu lagi melaporkan SSP
yang sudah diterakan NTPN tsb ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat (1) PER 22/PJ/2008).

Kantor Pos Persepsi : SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang yang didalamnya sudah tertera NTPN (Nomor
Transaksi Penerimaan Negara) dan NTP (Nomor Transaksi Pos) (Pasal 2 ayat (5) PER 148/PJ/2007).

Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah tertera NTPN tersebut
dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25, sehingga WP tidak perlu lagi melaporkan SSP
yang sudah diterakan NTPN tsb ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat (1) PER 22/PJ/2008).

Menurut yang di poskan oleh Haris dalam blognya pada tanggal 28 Apr 2011 Pukul 14:01 WIB Untuk
membayar seperti bisa melalui pos, atau bank persepsi yang telah ditunjuk oleh KPP biasanya kalau
untuk SPT massa menggunakan SSP bila dia pekerja bebas dibayar setiap bulan, dan untuk wp
bekerja sebagai pegewai tetap akan dibayarkan oleh pemberi kerja tiap bulan dan WP OP hanya
menghitung, membayar dan menyetorkan spt tahunan aja, dan untuk denda keterlambatan dikenakan
sanksi untuk wp sebesar Rp1.000.000,-.

2.5. JENIS-JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Jenis Surat Pemberitahuan dilihat dari periode pelaporan terdiri dari Surat Pemberitahuan Tahunan
dan Surat Pemberitahuan Masa.

a. Surat Pemberitahuan Tahunan.


Surat Pemberitahuan Tahunan terbagi dalam beberapa bentuk formulir sesuai dengan Wajib Pajak
yang melaporkannya, yaitu:
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan (formulir 1771).
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan menyelenggarakan
pembukuan dalam Mata Uang Dolar AS (formulir 1771 $).
3. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (formulir 1770).
4. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sederhana (formulir 1770 S).
5. Surat Pemberitahuan Tahunan Paj ak Penghasilan Orang Pribadi Sangat Sederhana
(formulir 1770 SS).
b. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa terbagi dal am beberapa bentuk formulir sesuai dengan jenis
pajak yang dil aporkan, yaitu:
1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 (formulir 1721).
2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22.
3. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26.
4. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
5. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).
6. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15.
7. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (formulir 1111).
8. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut.
9. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (formulir 1111 DM).
10. SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
11. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
12. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
13. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
14. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.

2.6. BENTUK-BENTUK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Bentuk Surat Pemberitahuan dilihat dari fisik Surat Pemberitahuan terdiri dari formulir
kertas(hardcopy) dan e-SPT.

1. Formulir kertas (hardcopy).


Merupakan formulir dalam bentuk kertas yang dapat diisi oleh Wajib Pajak sebagaimana
formulir pada umumnya.
2. e-SPT
Merupakan data Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.

2.7. SANKSI PELAKSANAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan/tidak melaksanakan SPT, dapat berupa sanksi administrasi
ataupun sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa denda sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU
KUP atau berupa kenaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat 3 UU KUP. Sanksi pidana dapat
berupa kurungan atas tindak pidana kealpaan sebagaimana diatur dalam Pasal 38 UU KUP ataupun
penjara atas tindak pidana kesengajaan sebagaimana diatur dalam Pasal 39 UU KUP.

1. Surat Teguran atas SPT yang tidak disampaikan.


Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan Surat Teguran (Pasal 3 ayat 5a UU
KUP). Penerbitan Surat Teguran, disamping merupakan bentuk pembinaan terhadap WP, juga
merupakan syarat bagi dikenainya WP yang bersangkutan dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b dan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.
2. Sanksi administrasi berupa denda.
Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya
atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar:
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN,
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya,
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Badan
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi.
Ayat (2) menyatakan bahwa “sanksi administrasi berupa denda diatas tidak dilakukan
terhadap”:
a) WP Orang Pribadi yang telah meninggal dunia;
b) WP Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c) WP Orang Pribadi yg berstatus sebagai W N A yg tidak tinggal lagi di Indonesia;
d) BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e) WP Badan yg tidak melakukan usaha lagi tetapi belum bubar sesuai dengan ketentuannya
f) Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g) WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
atau
h) WP lain yg diatur dengan atau berdasarkan PMK.

Yang dimaksud dengan WP lain tersebut pada huruf h berdasarkan PMK No. 186/PMK.03/2007
adalah WP yg tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yg telah ditentukan karena
keadaan antara lain :

a. kerusuhan massal;
b. kebakaran;
c. ledakan bom atau aksi terorisme;
d. perang antar suku; atau
e. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan.
Penetapan WP tersebut dilakukan dengan Keputusan Dirjen Pajak.

3. Sanksi administrasi berupa kenaikan.


Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan melaui penerbitan SKP KB apabila SPT
tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur secara tertulis, tetap tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran (Pasal 13 ayat 1 huruf
b UU KUP). Dari Jumlah pajak dalam SKP KB yang diterbitkan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sesuai dengan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.
4. Sanksi pidana kurungan.
Pidana kurungan dalam Pasal 38 UU KUP dikenakan terhadap setiap orang yang karena
kealpaannya tidak menyampaian SPT.
Pasal 38 UU KUP tersebut berbunyi:” Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan SPT; atau
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yg isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang
yg tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.”

Yang dimaksud dengan perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A
adalah “WP yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh WP dan WP tersebut wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200 % dari jumlah pajak yg kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKP KB”.

5. Sanksi pidana penjara.


Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan ”Setiap orang yang dengan sengaja:
a. tidak menyampaikan SPT;
b. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, terkena
sanksi pidana antara 6 bulan s/d 6 tahun dan denda antara 2 s/d 4 kali.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

1. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta
dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Dasar hukum SPT sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak, Undang-undang KUP dan Keputusan
dari Menteri Keuangan.
3. Fungsi SPTditujukan pada 3 subjek, yaitu Wajib Pajak PPh, Pengusaha Kena Pajak dan
Pemotong/Pemungut Pajak.
4. Tata cara pelaporan/penyampaian SPT menyangkut dengan Ketentuan Tentang Penyampaian SPT
dan Penyampaian SPT melalui Elekttronik (e-SPT) yang dalam hal ini penyampaian SPT melalui
elektronik (e-SPT) dapat dilakukan dengan Secara langsung, Melalui Pos dengan Bukti
Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar, Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau Kurir
dengan Bukti Pengiriman ke KPP tempat WP terdaftar dan juga E-Filling melalui website DJP
(www.pajak.go.id) atau jasa Penyedia ASP.
5. Jenis SPT ada dua macam, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.
6. Dalam SPT dikenal dua bentuk SPT yaitu Formulir Kertas (hardcopy) dan e-SPT.
7. Adapun sanksi dalam pelaksanaan SPT adalah Surat teguran atas SPT yang tidak disampaikan,
Sanksi administrasi berupa denda, Sanksi administrasi berupa kenaikan, Sanksi pidana kurungan
dan Sanksi pidana penjara.

3.2. SARAN

Berdasarkan Uraian diatas, maka yang dapat kami sarankan adalah :

1. Sebaikanya dilakukan sosialisasi yang lebih efektif dalam hal pemberitahuan karena tidak sedikit
juga WP yang tidak mengetahui tentang SPT tersebut.
2. Menyiapkan Drop Box lebih banyak lagi pada tempat-tempat umum yang strategis beserta
petugas penerima dan penelitiannya untuk memudahkan penyampaian dan sebagai bentuk
pelayanan kepada WP.
DAFTAR PUSTAKA

P, Handayanto T.2013.Bahan Ajar Ketentuan Umum Perpajakan Prodip I Keuangan Spesialisasi


Pajak.Jakarta

Soemitro, Rochmat.1991.Asas dan Dasar Perpajakan.Bandung: Eresco

Sumber:

Indonesian Tax Review

http://id.wikipedia.org/wiki/SPT

http://www.pajak.go.id

http://sicentol.wordpress.com/2007/11/02/tata-cara-pelaporan-spt/

http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2013/01/bagaimana-cara-menyampaikan-spt-tahunan.html

pelayanan-pajak.blogspot.com/2009/04/surat-pemberitahuan-spt.html

http://aviantara.wordpress.com/

http://mhs.blog.ui.ac.id/henry.truman/2012/11/26/tata-cara-pembayaran-pajak/

http://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=22830

http://www.kaskus.co.id/thread/51a70f718127cfee35000014/ask-bgmna-cara-membuat-pembayaran-
spt-paypall

http://armodasworld.blogspot.com/2012/05/pengertian-spt-dan-spp-lengkap.html

http://ibiitaxcentre.wordpress.com/spt/

Anda mungkin juga menyukai