Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR LINGUISTIK
FONOLOGI
DOSEN PENGAMPU : Dr. Siti Ainim Liusti, S.Pd., M.Hum.

DISUSUN OLEH :
WANDA ANDITA PUTRI
20017126
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Fonologi” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah
pengantar linguistik. Selain itu, penulis juga berharap makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang konsep dan jenis fonologi dalam ilmu bahasa.
Penulis menyampaikan terima kasih sebesar – besarnya kepada pihak – pihak
yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada
dosen pengampu Dr. Siti Ainim Liusti, S.Pd., M.Hum. yang telah memberikan tugas
dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 5
2.1 Konsep/Definisi Fonologi...................................................................................5
2.2 Jenis-Jenis Fonologi............................................................................................5
2.3 Ruang Lingkup Kajian Fonetik...........................................................................6
2.3.1 Jenis-Jenis Fonetik.....................................................................................6
2.3.2 Klasifikasi Bunyi.......................................................................................7
2.3.3 Pembentukan Vokal, Konsonan, dan Diftong............................................8
2.3.4 Proses Terjadinya Bunyi Bahasa.............................................................11
2.4 Ruang Lingkup Kajian Fonemik.......................................................................12
2.4.1 Realisasi Fonem.......................................................................................12
2.4.2 Variasi Fonem..........................................................................................12
2.4.3 Jenis-Jenis Fonem....................................................................................12
2.5 Perbedaan Antara Fonetik dengan Fonemik....................................................15
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
LINK VIDEO............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan manusia untuk
keperluan komunikasi. Oleh karena itu, pengajaran bahasa Indonesia memiliki
ruang lingkup dan tujuan tertentu, yang dapat meningkatkan kemampuan
penggunaan bahasa yang baik dan benar oleh masyarakat untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan, sehingga masyarakat dapat berkomunikasi dengan baik dan
benar.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang
fonologi. Penulis menyadari pentingnya mempelajari fonologi, karena fonologi
selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat untuk pelatihan
kemampuan berbahasa mahasiswa. Penulis merasa perlu untuk menyusun
makalah ini agar dapat membantu penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi, beberapa
pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan
masalah yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan fonologi ?
2. Apa saja jenis-jenis fonologi ?
3. Apa saja yang termasuk kajian fonetik ?
4. Apa saja yang termasuk kajian fonemik ?
5. Apakah beda fonetik dan fonemik ?

1.3 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah linguistik. Selain itu,
tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian fonologi.
2. Mengetahui jenis-jenis fonologi.
3. Mengetahui ruang lingkup kajian fonetik
4. Mengetahui ruang lingkup kajian fonemik
5. Mengetahui perbedaan antara fonetik dan fonemik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep/Definisi Fonologi


Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang
berarti ‘bunyi’ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Menurut istilah fonologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu phone yang artinya ‘bunyi’, logos yang artinya ‘ilmu’.
Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada
umumnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Fonologi ialah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut
Fromkin & Rodman, definisi Fonologi adalah suatu bidang linguistik yang
mengamati, mempelajari, mengalisa serta membicarakan terkait dengan tata
bunyi bahasa. Menurut Trubetzkoy, Fonologi yaitu studi bahasa yang terkait
dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, dan merupakan suatu fungsi linguistik
bahasa.
Berdasarkan beberapa sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa fonologi
ialah bidang linguisik atau ilmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia berserta fungsinya.

2.2 Jenis – Jenis Fonologi


1. Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap.
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan
bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik
adalah sistem bunyi suatu bahasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi
bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia atau bunyi yang keluar dari mulut
tanpa mendapat hambatan, dan hanya dipengaruhi oleh posisi lidah, bentuk
bibir, dan vokal (a,i,u,e,o).
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi
bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indoenesia, fonemik dapat diartikan sebagai ilmu bahasa (linguistik)
tentang sistem fonem, dan sebagai prosedur untuk menentukan fonem suatu
bahasa.
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional,
artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem dapat juga
dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang
signifikan.
Contoh fonemik adalah fonem /u/ pada kata “palu” dan fonem /a/ pada
kata “pala” telah membedakan makna.

2.3 Ruang Lingkup Kajian Fonetik


2.3.1 Jenis – Jenis Fonetik Berdasarkan Proses Terjadinya Bunyi
1. Fonetik Artikulatoris
Fonetik artikulatoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan
bunyi bahasa. Fonetik artikulatoris menyangkut produksi atau
pembentukan bunyi bahasa oleh alat bicara, bagaimana bunyi bahasa
dibuat atau diucapkan serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasi
berdasarkan artikulasinya.
Contoh : apabila arus udara dihambat pada kedua bibir, dengan cara bibir
bawah (artikulator aktif) merapat pada bibir atas (artikulator pasif), maka
akan menghasilkan bunyi bilabial, seperti [b], [p], [w]. Tetapi apabila bibir
bawah (artikulator aktif) merapat pada gigi atas (artikulator pasif), maka
akan terjadi bunyi bahasa labiodental, yakni bunyi [f] dan [v].
2. Fonetik Akustik
Fonetik akustik ialah fonetik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa
menurut aspek-aspek fisiknya. Bunyi-bunyi itu diselidiki sumbernya,
frekuensinya, getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya. Hal
ini memerlukan peralatan elektronik yang dikerjakan di laboratorium
bahasa.
Contoh : Ketika memetik gitar maka tali gitar akan bergetar, sehingga
menyebabkan udara bergetar pula dan terjadilah bunyi yang dapat kita
dengar.
3. Fonetik Auditoris
Fonetik auditoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme
telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik ini
berkaitan erat dengan proses mendengarkan atau menyimak bidang fonetik
ini cenderung dimasukan kedalam ilmu kedokteran bagian neurologi.
Contoh : Proses suatu bunyi ketika didengar oleh telinga manusia.

2.3.2 Klasifikasi Bunyi


a) Klasifikasi Bunyi Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus
udara dalam saluran suara.
 Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami
rintangan. Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.
 Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.
 Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan,
tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan
murni.
b) Klasifikasi Bunyi Berdasarkan Jalan Keluarnya Arus Udara.
 Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke
luar melalui rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat
keluar melalui rongga hidung.
 Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung
anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga
hidung, sehingga arus udara keluar melalui mulut.
c) Klasifikasi Bunyi Berdasarkan Ada Tidaknya Ketegangan Arus Udara
Saat Bunyi di Artikulasikan.
 Bunyi keras (fortis) yaitu bunyi bahasa yang pada waktu diartikulasikan
disertai ketegangan kuat arus.
 Bunyi lunak (lenis) yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak
disertai ketegangan kuat arus.
d) Klasifikasi Bunyi Berdasarkan Arus Udara.
 Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan
arus udara dari dalam paru-paru. Bunyi egresif dibedakan menjadi :
o Bunyi egresif pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang paru-
paru,otot perut dan rongga dada.
o Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara
sehingga glotis dalam keadaan tertutup.
 Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap udara
ke dalam paru-paru
o Ingresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik
tetapi berbeda pada arus udara.
o Ingresif velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah
ditempatkan pada langit-langit lunak.

2.3.3 Pembentukan Vokal, Konsonan, dan Diftong


1) Pembentuk Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.
Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.Hambatan untuk bunyi vokal
hanya pada pita suara saja. Hambatan pada pita suara yang tidak lazim disebut
artikulasi. Huruf vokal ada 5 yaitu a,i,u,e,o.
Contoh :
 Vokal /a.a/
“Pada masa pendemi ini solat jamaah di masjid tidak diperbolehkan”
 Vokal /a.i/
“Aku terlalu naif menunggu kehadiranmu”
 Vokal /i.a/
“Skala tertinggi dari marahnya seseorang adalah ketika ia mulai diam”
 Vokal /o.o/
“Setiap mahasiswa harus melakukan koordinasi dengan dosen
pembimbing akademik”
 Vokal /e.u/
“Kemenangan Butet dan Owi dalam cabang bulu tangkis di Olimpiade
membawa euforia bagi bangsa Indonesia”
a) Pembentuk Vokal Berdasarkan Posisi Bibir
Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vocal diucapkan, vocal dibedakan atas:
 Vokal bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat.
Misalnya vokal u, o, dan a.
 Vokal tak bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak
bulat atau terbentang lebar. Misalnya vokal i, dan e
 Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak
bundar dan tidak melebar, seperti bunyi vokal a.
b) Pembentukan Vokal Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah
 Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke
rahang atas, misalnya vokal i dan u.
 Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bawah
menjauh sedikit dari rahang atas, misalnya vokal e dan o.
 Vokal rendah atau bawah yang dibentuk apabila rahang bawah
diundurkan lagi sejauh-jauhnya, misalnya vokal a.
c) Pembentuk Vokal Berdasarkan Maju Mundurnya Lidah
 Vokal depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naikknya
lidah bagian depan, seperti vokal i dan e.
 Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian
tengah, misalnya vokal a.
 Vokal belakang yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun
naiknya lidah bagian belakang atau pangkal lidah, seperti vokal u & o.
d) Pembentukan Vokal Berdasarkan Strikturnya
 Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin
mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u]
 Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e] dan
bunyi [o].
 Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ]
dan [c]
 Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah
mungkin, seperti bunyi [a]
2) Pembentuk Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar
keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di
dalam rongga mulut atau rongga hidung.
Contoh :
 Bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah),
sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial.
“Kemandirian pangan sangat diperlukan untuk tetap dapat menjaga
kedaulatan dan integritas politik bangsa”
 Bunyi [d] artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan artikulator
pasifnya adalah gigi atas (dentum), sehingga tempat artikulasinya
disebut apikodental.
“Wanda adalah anak kedua dari empat bersaudara
 Konsonan [h] dengan bunyi laringal, geseran, bersuara.
“Hemat pangkal kaya”
 Konsonan [w] dengan bunyi bilabial, semi vokal, bersuara.
“Sesuatu yang tak dapat kembali adalah waktu”
 Konsonan [r] dengan bunyi apikoalveolar, getar, bersuara.
“Mahasiswa harus gemar membaca agar mendapat banyak
pengetahuan”
a) Pembentukan Konsonan Berdasarkan Daerah Artikulasi
 Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak
sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah p, b,
m, dan w.
 Konsonan lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah
sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f dan v.
 Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung
lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai
titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
 Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan olehe ujung
lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah s, z, r, l.
 Konsonan palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan yang dihasilkan
oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras
sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan c, j, n, dan y.
 Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh
belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah k, g, dan x
 Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dihailkan dengan
posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glottis.
 Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara
terbuka terbuka lebar sehingga udara ruang keluar digesekkan melalui
glottis. Bunyi yang dihasilkan ialah h.
b) Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi
 Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang
dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g.
 Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang
dihasilkan ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z, dan x.
 Konsonan likuida tau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan
dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah l.
 Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan
berulang-ulang sehingga udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan
ialah r.
 Semi-vokal, yaitu konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum
membentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi
bilabial (w) dibentuk dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas
dan bibir bawah.
c) Pembentukan Konsonan Berdasarkan Posisi Pita Suara
 Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar
dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah m, b, v, n, d, r, n, j, dan g.
 Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang
keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah p, t, c, k, f, s, x, dan h.
d) Pembentukan Konsonan Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara
 Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui
rongga mulut. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g, f, s, x,
h, r, l, w, dan y.
 Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui
rongga hidung. Konsonan yang dihasilkan ialah m dan n
3) Pembentuk Diftong
Diftong adalah bunyi vokal angkap yang tergolong menjadi satu suku kata.
Ciri diftong ialah waktu diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu
dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya
lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturya (jarak lidah dengan langit-
langit).
Contoh :
 Diftong /oi/, pengucapannya [oy].
- “Menikmati senja di pantai dan ditemani oleh angin sepoi-sepoi”
  Diftong /ai/, pengucapannya [ay]
- “Salah satu orang yang termasuk mendustakan agama adalah orang
yang lalai dalam solatnya”
- “Jangan lupa pakai masker jika keluar rumah”
- “Aku akan menemanimu sampai aku tutup usia”
 Diftong /au/, pengucapannya [aw].
- “Pulau Mandeh adalah salah satu wisata yang terkenal di Sumatra
Barat dengan keindahannya”
2.3.4 Proses Terjadinya Bunyi Bahasa
1) Proses Pemompaann Udara
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara
keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok
yang di dalamnya terdapat pita suara.
2) Proses Fonasi
Jika udara yang keluar dari paru mengalami hambatan, udara akan
melewati pita suara, menyebabkan pita suara bergetar dan
menghasilkan bunyi.
3) Proses Artikulasi
Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa,
arus udara diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang terdapat di rongga
mulut atau rongga hidung tempat bunyi bahasa tertentu akan
dihasilkan. Tempat bunyi bahasa dihasilkan disebut tempat artikulasi;
proses terjadinya disebut proses artikulasi; dan alat yang digunakan
disebut alat artikulasi atau artikulator.
4) Proses or-nasal
Bunyi keluar melalui rongga mulut (oro; oral) atau rongga hidung
(nasal).

2.4 Ruang Lingkup Kajian Fonemik


Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit
bunyi yang signifikan. Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan
untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna
tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk
 Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
 Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional
atau fonem, biasanya dilakukan melalui “ kontras pasangan minimal”.
Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang
terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang
secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda.
Sekurang-kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem, yakni
 Bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya,
 Bunyi bahasa itu simetris,
 Bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas
fonem yang berbeda,
 Bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam
kelas fonem yang sama.
2.4.1 Realisasi Fonem
Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan
fonologis, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat kaitannya
dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud
pengungkapan dari realisasi fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia
dibedakan atas vokal dan konsonan.
2.4.2 Variasi Fonem
Variasi fonem adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat maupun tak
bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang ditentukan oleh
lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut varian alofonis
atau alofon.
2.4.3 Jenis-Jenis Fonem
1) Fonem Vokal
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi,
setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat
ucap, melainkan hanya dipengaruhi oleh posisi lidah, baik vertikal
maupun horisontal, dan bentuk mulut.
2) Fonem Diftong
Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong menjadi satu suku
kata. Ciri diftong ialah waktu diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang
satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturya (jarak lidah
dengan langit-langit). Berdasarkan perbedaanya itulah maka diftong
diklasifikasikan menjadi diftong naik dan diftong turun dan diftong
memusat.
a) Diftong Naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah
lebih tinggi dari yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga
strikturnya semakin tertutup. Berdasarkan posisi di atas diftong naik
disebut juga sebagai diftong tertutup.
Bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:
 Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata : pakai, lalai,
nilai, sampai, pandal dll.
 Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin
sepoi-sepoi dll.
 Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara,
saudagar, pulau, kacau, surau, dll.
b) Diftong Turun adalah posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi
kedua.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.
Dalam bahasa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:
 Diftong turun membuka-memusat (uә), misalnya dalam kata poor.
 Diftong turun membuka-memusat (iә), misalnya dalam kata ear.
c) Diftong memusat yaitu terjadi jika vocal kedua dipacu oleh sebuah
atau lebih volak yang lebih tingggi, dan juga dipacu oleh sebuah atau
lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat di dalam
bahasa Inggris, seperti [oα] contohnya kata [more] yang secara
fonetis diucapkan dengan [moα].
3) Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus
ujar keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu
di dalam rongga mulut atau rongga hidung. Bunyi konsonan dapat
diklasifikasikan berdasarkan (1) tempat artikulasi, (2) cara artikulasi, (3)
bergetar tidaknya pita suara, dan (4) striktur.
a) Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat
bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi
disebut juga titik artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada
kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat
artikulasinya disebut bilabial.
b) Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus
udara yang baru ke luar dari glotis dalam menghasilkan bunyi
konsonan itu. Misalnya, bunyi [p] dihasilkan dengan cara mula-mula
arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan
dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi
letup.
c) Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses
pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut
bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut
brgetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara.
d) Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator
pasif. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator
aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secara tiba-tiba
dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator
pasif hubungannya renggang dan melebar.

2.5 Perbedaan Antara Fonetik dengan Fonemik


Perbedaan antara Fonetik dan Fonemik dari beberapa aspek yaitu :
a) Dari aspek Pengertian,
Fonetik adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana bunyi dan bagaimana
bunyi diproduksikan tanpa mempermasalahkan makna.
Fonemik adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana bunyi dapat
membedakan makna.
b) Dari aspek Penulisan
Fonetik : Penulisan fonetik menggunakan tanda kurung seperti [….]
Fonemik : Penulisan fonemik menggunakan tanda garis miring seperti /…./
c) Dari aspek Teori
Fonetik : Menemukan kaidah bunyi
Fonemik : Menemukan kaidah bunyi bahasa tertentu
d) Dari aspek Praktis
Fonetik : Menemukan lafal bunyi bahasa
Fonemik : Menemukan ejaan yang sesuai
Contoh dari Fonetik dan Fonemik
a) Fonetik : fonem /e/ dapat diucapkan dalam bunyi [e], [ǝ], dan [ɛ].
b) Fonemik : fonem /u/ pada kata “palu” dan fonem /a/ pada kata “pala” telah
membedakan makna.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan
mengkaji runtunan bunyi-bunyi bahasa. Secara etimologi terbentuk dari kata fon
berarti bunyi, dan logi yang berarti ilmu. Fonologi berbeda dengan fonetik.
Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan
atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,
terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Terdiri dari huruf vokal,
diftong (vokal yang ditulis rangkap), kluster (konsonan yang ditulis rangkap).
Objek studi fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik
yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda
makna atau tidak. Jenis fonetik berdasarkan sudut pandang bunyi bahasa yaitu
fonetik organis, fonetik akustis, fonetik auditoris. Sedangkan fonemik yaitu
cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa denga memperhatikan
fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna bunyi-bunyi ujar merupakan
unsur-unsur bahasa terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata dan yang
sekaligus berfungsi untuk membedakan makna.

DAFTAR PUSTAKA
Husen, Akhlan, dan Yayat Sudaryat. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Resmini, Novi. 2006. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung:
UPI PRESS.
Chaer, Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2015. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Marsono, 2007. Fonetik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

LINK VIDEO PEMBAHASAN MATERI

https://www.youtube.com/watch?v=yCNRECKs7CA

Anda mungkin juga menyukai