Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Rahma Hidayah Halim

NIM : J01219033 / G1.4


MATA KULIAH : PAUP
DOSEN PENGAMPU : Ummu umayyah, M.Psi

Kajian Teori
Focused Coping
1. Pengertian Coping
Menurut Sudarsono (1993) Coping behavior adalah kegugupan akibat kekecewaan
terhadap masalah masalah yang timbul dapat dikurangi dengan perilaku yang tenang.
Dalam kamus psikologi (Chaplin 2006:112) coping behavior diartikan sebagai
Sembarang perbuatan, di mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan suatu tugas atau masalah.
Menurut Lazarus dan Folkman (1989) dalam Thoits (1986:417) coping Belah cara
atau usaha yang dilakukan oleh individu baik secara kognitif maupun perilaku dengan
tujuan untuk menghadapi dan mengatasi tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal
yang dianggap sebagai tantangan atau permasalahan bagi individu.
Pearlin dan Schooler (1978) dalam Safiron (1994:147) Koping merupakan suatu
proses yang bentuk tingkah laku individu untuk melindungi diri dari tekanan tekanan
psikologis yang ditimbulkan oleh problem pengalaman sosial.
Menurut Lararus dalam Smet (1994:147) coping merupakan suatu proses di mana
individu mencoba untuk mengelola cara yang ada di antara tahu ton tahu ton baik itu
tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan dari lingkungan dengan sumber
sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stres.
Aldwin dan Revenson (1997) menyatakan bahwa pengertian strategi coping
merupakan suatu cara atau Methode yang dilakukan oleh tiap individu untuk
mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang
sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta merupakan ancaman
yang bersifat merugikan.
2. Bentuk Strategi Coping
Setiap masalah membutuhkan sebuah penyelesaian. Dalam penyelesaian masalah
tersebut ada banyak cara untuk dilakukan U, dan setiap orang berbeda beda dalam
menanganinya. Dalam suatu penyelesaian masalah dikenal dengan istilah problem
fokus coping di mana problem fokus coping adalah salah satu bentuk strategi Coping.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori mengenai strategi Coping.
Menurut santrock (1996) menerangkan bahwa berdasarkan perilaku yang muncul
strategi Coping dibedakan menjadi dua pertama strategi mendekat. Dalam strategi
mendekat individu cenderung melakukan suatu usaha atau cara kognitif untuk
memahami sumber penyebab hambatan dalam menyesuaikan diri dan berusaha untuk
menghadapi hambatan tersebut beserta konsekuensinya secara langsung. Kedua
strategi menghindar, perlawanan dengan strategi mendekat pada strategi menghindar
individu cenderung untuk menyangkal atau meminimalkan hambatan dan
menyesuaikan diri secara kognitif, kemudian memunculkan usaha dalam bentuk
tingkah laku untuk menarik atau meminimalkan sumber hambatan tersebut.
Dari beberapa teori yang menjelaskan tentang coping, salah satu teori yang popular
mengenai strategi Coping adalah teori yang di kemukakan oleh Lazarus dan
Folkoman dalam Bowman and stern (1995). Secara umum strategi Coping dibagi
menjadi dua yaitu
1 Problem focused coping
Merupakan salah satu bentuk coping Yang lebih berorientasi pada pemecahan
masalah atau problem solving, meliputi usaha untuk mengatur atau mengubah
kondisi obyektif yang merupakan hambatan dalam penyesuaian diri atau
melakukan sesuatu untuk merubah hambatan tersebut.
2 Emotion focused coping
merupakan usaha usaha untuk mengurangi atau mengatur emosi dengan cara
untuk menghindari berhadapan langsung dengan stresor.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk strategi Coping menurut
Lazarus dan folkman adalah approach-coping dan Avoidance-coping.

Self Acceptance
1. Pengertian self acceptance (penerimaan diri)
Menurut Jersild, self acceptance adalah kesediaan untuk menerima dirinya yang
mencakup keadaan fisik, psikologi sosial dan pencapaian dirinya, baik kelebihan
maupun kekurangan yang dimiliki. Ditambahkan lagi oleh Kubler Ross bahwa
Penerimaan merupakan dasar bagi setiap orang untuk dapat menerima kenyataan
hidup, semua pengalaman baik atau buruk. Penerimaan ditandai dengan sikap positif,
adanya pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual serta pengakuan
terhadap tingkah lakunya
Kubler Ross mendefinisikan sikap penerimaan (acceptance) terjadi bila seseorang
mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada tidak adanya harapan.
Menurut Safaria, penerimaan merupakan sikap seseorang yang menerima orang lain
apa adanya secara keseluruhan, tanpa persyaratan danpenilaian.
2. Ciri Penerimaan Diri
Terdapat ciri orang yang menerima orang lain dijelaskan oleh Suhriana yaitu
mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kehidupan, menganggap
orang lain berharga, berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya, menerima
pujian atau celaan secara objektif, dan tidak menyalahkan atas keterbatasan dan tidak
pula mengingkari kelebihan orang lain.
Penerimaan yang diungkapkan oleh Suhriana merupakan ciri yang mudah untuk
diketahui pada individu. Individu tersebut dapat dikatakan menerima orang lain
apabila individu telah menghadapi kehidupan dengan segala kemampuannya,
menganggap bahwa orang lain itu sangat berharga dan ditandai dengan
tindakan-tindakan positif yang dilakukan individu. Dengan demikian ada peluang
untuk membangun penerimaan. Adapun penerimaan diri yang dimaksud peneliti
adalah penerimaan diri orang tua terhadap anak penyandang autis di Pusat Layanan
Autis Kota Kendari.
3. Tahapan penerimaan diri
Menurut Kubler Ross sebelum mencapai pada tahap penerimaan individu akan
melalui beberapa tahapan yakni, tahap denial, anger, bargainning, depression, dan
acceptance.
1 Tahap denial (penolakan)
Penolakan biasanya hanyalah pertahanan sementara bagi individu. Perasaan
ini umumnya diganti dengan kesadaran yang tinggi tentang saat seseorang
dihadapkan dengan beberapa hal seperti pertimbangan keuangan, urusan
yang belum selesai dan kekhawatiran mengenai kehidupan anggota keluaraga
lain nantinya.
2 Tahap anger (marah)
Mengapa aku? Ini tidak adil. Bagaimana ini bisa terjadi padaku. Setelah
berada di tahap kedua, individu mengakui bahwa penolakan tidak dapat
dilanjutkan. Karena rasa marah, membuat orang sangat sulit untuk peduli.
Banyak invidu yang melambangkan kemarahan dalam kehidupan dengan
tunduk pada kebencian dan kecemburuan.
3 Tahap bargainning (tawar-menawar)
Tahap ketiga ini melibatkan harapan bahwa entah bagaimana individu dapat
menunda sesuatu. Pada tahapan ini individu bernegosiasi untuk kehidupan
yang lebih panjang dengan mempertimbangkan informasi-informasi yang di
dapatkan. Biasanya, negosiasi ini diperpanjang dengan kekuatan yang lebih
besar dalam pertukaran gaya hidup.
4 Tahap depression (depresi)
Selama tahap keempat ini, individu mulai memahami kepastian, karena hal
inilah individu mungkin menjadi lebih banyak diam, menolak orang lain dan
menghabiskan waktu menangis dan berduka. Proses ini memungkinkan
orang untuk melepaskan diri dari rasa cinta dan kasih sayang. Tidak
dianjurkan untuk mencoba menghibur individu yang berada pada tahap ini.
Ini adalah waktu yang penting dalam berduka yang memerlukan proses.
5 Tahap acceptance (penerimaan)
Pada tahapan ini, individu mulai hadir dengan kedamaian dan rasa cinta.
Individu mulai menerima. kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam
hidupnya.
Kubler Ross menyatakan tahapan-tahapan tidak selalu urut, atau dilalui semuanya
oleh seorang individu, tapi paling tidak ada 2 tahapan yang pasti akan dilalui.
Seringkali individu akan mengalami beberapa tahapan secara berulang ulang.
DAFTAR PUSTAKA
 Prasetyono, Serba- Serbi Anak Autis, (Yogyakarta: Diva Press, 2008), h. 11.
 Kubler Ross, Teori-Teori Kehilangan atau Berduka, (Jakarta: Permata 1996) h, 4.
 Jasmiati, Penerimaan Diri Anak Terhadap Ayah Tiri, Skripsi Mahasiswa Universitas Islam
Negeri (UIN) Sunan Ampel Yogyakarta, 2012, h, 9.
 James Calhoun, Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan, (Semarang:
IKIP Semarang Press, 1990), h, 20.
 J.p.Chaplin, 2006, Kamus Lengkap psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada
 Richard S Lazarus And Susan Folkman,stress, apprasial, and coping, (springer
publishing company, 1986)

Anda mungkin juga menyukai