S1-3a 1810055 Mega Firda Portofolio
S1-3a 1810055 Mega Firda Portofolio
Disusun oleh :
SURABAYA
2020/2021
Disusun oleh :
NIM. 1810055
TA. 2020/2021
1. SISTEM INTEGUMEN (minimal 2 penyakit)
a. Anatomi fisiologi integumen (singkat, jelas, padat)
Kulit adalah kelenjar holokrin yang cukup besar dan melakukan
respirasi seperti jaringan tubuh lainnya. Organ tubuh ini merupakan
yang paling besar dalam melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus
daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Pada orang dewasa,
kulit memiliki luas 1,6-1,9 m2, dengan tebal 0,05–0,3 cm (Junquera
dkk, 1997). Gambar struktur kulit dapat dilihat pada gambar 1 berikut
ini.
Secara histologis kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan
epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutan. Tidak ada garis tegas
yang memisahkan lapisan dermis dan subkutan. Subkutan ditandai
dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membentuk
jaringan lemak, sedangkan lapisan epidermis dan dermis dibatasi oleh
taut dermoepidermal (Subowo, 1992).
Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis pipih dengan sel epitel
yang mempunyai lapisan tertentu. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan
yaitu lapisan tanduk (stratum korneum), lapisan bening (stratum
lusidum), lapisan berbutir (stratum granulosum), lapisan bertaju
(stratum spinosum), dan lapisan benih (stratum germinativum).
Lapisan bertaju memiliki celah di antara sel-sel taju yang berguna
untuk peredaran jaringan ekstraseluler dan penghantaran butir-butir
melanin (Connor dan Steven, 2003). Pigmen melanin sendiri disintesis
oleh melanosit yang terdapat pada lapisan benih (Junquera dkk, 1997).
Dermis merupakan jaringan ikat fibroelastis yang didalamnya terdapat
pembuluh darah, pembuluh limfa, serat saraf, kelenjar keringat, dan
kelenjar minyak (Connor dan Steven, 2003). Lapisan ini sering disebut
lapisan sebenarnya dan 95% lapisan ini membentuk ketebalan kulit.
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dari lapisan dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel
lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma.
Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan lainnya di
dalam tubuh manusia. Fungsi kulit tersebut antara lain
sebagai pelindung bagian dalam tubuh, mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna atau sisa metabolisme, pengindra, pengatur suhu tubuh
dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding
pembuluh darah kulit, pembentukan pigmen kulit, produksi vitamin K,
dan sebagainya (Madison, 2003; Connor, 2003). Fungsi estetika juga
merupakan fungsi kulit yang perlu diperhatikan karena dapat
meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Pasien yang luka baru maupun luka lama, luka bersih dan
Indikasi luka kotor
Jika
1 kondisi pasien terganggu, stabilisasi harus dilakukan
Kontraindikasi sebelum
. prosedur
a) Fase Imflamasi
Fase imflamasi dimulai setelah perlukaan dan
berakhir hari ke 3-4. Dua tahap dalam fase ini adalah
hemostasis dan fagositosis. Sebagai hasil adanya
satu konstriksi pembuluh darah, berakibat
terjadinya pembekuan darah, berakibat terjadinya
pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti
vasidilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah
ke daerah luka yang di batasi oleh sel darah putih
untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri
dan debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka
Fase sebagian besar sel fagosit (mekrofag) masuk ke
penyembuhan daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis
luka yang merangsang pembentukan anak epitel pada
akhir pembuluh luka sehingga pembentukan anak
epitel pada akhir pembuluh luka sehingga
pembentukan kembali dapat terjadi.
b) Fase Proliferasi
Fase kedua ini muncul setelah fase inflamatori yang
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-21.
Diawali dengan mensontesis kolagen dan substansi
dasar yang disebut proteoglikan setelah 5 hari
terjadinya luka. Kolagen adalah protein penyusun
tubuh manusia yang dapat menambah tegangan
permukaan dari luka. Semakin banyak jumlah
kolagen, semakin bertambah kekuatan permukaan
luka sehingga kecil kemungkinan luka menjadi
terbuka. Jaringan epitel tubuh melintasi
luka(epitalisasi), meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi penting bagi proses
penyembuhan luka.
c) Fase Maturase
Fase ini dimulai dari hari ke-21 berakhir sekitar 1-2
tahun. Fibroblas terus-menerus mensistesis kolagen,
kemudian bekas luka menjadi kecil, kehilangan
elastisitas, dan meninggalkan garis putih.
Terbentuknya kolagen yang baru mengubah bentuk
luka serta meningkatkan kekuatan jaringan.
Terbentuk jaringan parut yang hamper sama kuat
dengan jaringan sebelumnya. Selanjutnya, terdapat
pengurangan secara bertahap pada aktivitas seluler
dan terdapat pengurangan secara berthap pada
aktivitas seluler dan vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.
1
Posisikan
. pasien sehingga luka terlihat
Persiapan
pasien
Harus
1 bersih dan aman, menjaga privasi pasien
dengan
. menutup tirai/pintu
Persiapan
lingkungan
1
Perhatikan
. respon pasien
Evaluasi
Gambar
http://gdghcgcgh.blogspot.com/2014/11/sop-ppk-
Referensi perawatan-luka-bakar.html?m=1
SOP dekubitus
Evaluasi Laporkan adanya perubahan pada luka kepada perawat yang bertanggung
jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien
Gambar
Refrensi https://id.scribd.com/doc/312317658/Sop-Perawatan-Luka-Dekubitus
. Latihan soal
PX dengan BB 50 Kg
Kejadian luka bakar jam 03.00, px sampai RS jam 06.00, luka mengenai : Lengan kiri depan
belakang, Dada, Perut, Keadaan lemah, akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, nadi 88
x/mnt, TD. 100/70 mmHg. Hitung kebutuhan cairan. Tuliskan pemberian cairan dan habis
hingga jam berapa ?
Jawab :
Disusun oleh :
NIM. 1810055
TA. 2020/2021
SOP MELATIH PENGGUNAAN ALAT BANTU BERJALAN
Pengertian tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang mengalami
penurunan kekuatan otot dan patah tulang pada anggota gerak
bawah serta gangguan keseimbangan.
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang
mengalami kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan
oleh penyakit, cedera, maupun cacat.
Kruk adalah alat bantu yang terbat dari logam ataupun kayu dengan
panjang yang cukup untuk diraih dan axilla sampai ketanah atau
lantai. Digunakan secara berpasangan yang diciptakan untuk
mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
Kruk :
1. Pasca amputasi kaki
2. Hemiperese
3. Paraperese
4. Fraktur pada ekstremitas bawah
5. Terpasang gips
6. Pasca pemasangan gips
Kruk :
1. Pastikan panjang kruk sudah tepat
2. Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri
menggunakan kruk sebelum mulai berjalan.
3. Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara berjalan
dengan kruk
4. Perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik memberi
kestabilan pada klien, tetapi memerlukan pertahanan berat
badan pada kedua tungkai. Masing-masing tungkai di
gerakkan secara bergantian dengan masing-masing kruk,
sehingga sepanjang waktu terdapat tiga titik dukungan pada
lantai.
5. Perubahan titik atau cara berjalan tiga titik mengharuskan
klien menahan semua berat badan pada satu kaki. Berat
badan dibebankan pada kaki yang sehat, kemudian pada
kedua kruk dan selanjutnya urutan tersebut diulang. Kaki
yang sakit tidak menyentuh lantai selama fase dini berjalan
tiga titik. Secara bertahap klien menyentuh lantai dan semua
semua beban berat badan bertumpu
6. Cara berjalan dan titik memerlukan sedikitnya pembedahan
berat badan sebagaian pada masing-masing kaki. Kruk
sebelah kiri dan kaki kanan maju bersama-sama. Kruk
sebelah kakan dan kaki kiri maju bersama-sama.
7. Car jalan mengayun ke kruk (swing to gait), klien yang
menglamami paratisi tungkai dan pinggul dapat
menggunakan cara jalan mengayun ini. Penggunaan cara ini
dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi
otot yang tidak terpakai. Minta klien untuk tidak
menggerakan kedua kruk kedepan secara bersamaan.
Pindahkan berat badan kelengan dan mengayun melewati
kruk.
8. Cara jalan mengayun melewati kruk
9. Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan, kekuatan dan
kondisi klien. Minta klien untuk menggerakkan kedua kruk
kedepan secara bersamaan. Pindahkan berat beban ke lengan
dan mengayun melewati kruk
10. Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga.
Tripod :
1. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat
2. Jelaskan pada klien untuk memegang tongkat dengan tangan
yang sehat.
3. Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak
maju dengan tongkat, sehingga berat badan klien terbagi
antara tongkat dan kaki yang terkuat.
4. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat, sehingga
kaki terlemah dan berat klien disokong oleh tongkat dan kaki
terkuat.
5. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Klien
kemungkinan jatuh kearah bagian tungkai yang lemah
tersebut.
6. Ajak klien berjlan selama waktu atau jarak yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan.
7. Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatan dan tidak
segera pulih, masukkan tangan anda keketiak klien, dan
ambil jarak berdiri yang luas untuk mendapatkan dasar
tumpuan yangbaik. Sandarkan klien pada pinggul anda
sampai tiba bantuan, atau rendahkan badan anda dan
turunkan klien secara perlahan kelantai.
Traksi skeletal
Orang dewasa
Jangka panjang
kontraindikasi Hipermobilitas
Efusi sendi
Inflamasi
Fraktur humeri dan osteoporosis
Traksi skeletal :
Zat pembersih untuk perawatan pin
Set ganti balut
Salep anti bakteri
Kantung sampah infeksius
Sarung tangan steril
Lidi kapas
Povidone lodine
Kasa steril
Piala ginjal
Prosedur pelaksanaan Tahap Prainteraksi
Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
Tentukan asistensi yang dibutuhkan
Sebelun dan sesudah tindakan untuk cuci tangan
Siapkan alat
Tahap orientasi
Memeberikan salam dan menyapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
1. Traksi Kulit
cuci tangan dan pasang sarung tangan
cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi
dipasang kembali
lepas sarung tangan
anjurkan klien untuk menggerakan ekstremitas distal
yang terpasang traksi
berikan bantalan dibawah ekstremitas yang tertekan
berikan penyokong kaku dan lepaskan setiap 2jam
lalu anjurkan klien latihan ekstremitas bahwa untuk
fleksi, ekstensi dan rotasi
lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
2. Traksi Skeletal
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus ditempat tidur
untuk mempertahankan tarikan traksi yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan
sarung tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin
menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari
pin
Beri salep anti bakteri jika di perlukan
Tutup kasa dilokasi penusukkan pin
Lepas sarung tangan
Buang alat-alat yang telah digunakan kedalam
plastic khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk
membantu dalam pergerakan ditempat tidur selama
ganti alat dan membersihkan area punggung/bokong
Berikan posisi yang tepat ditempat tidur
SOP ROM
Pengertian Range Of Motion adalah suatu tindakan yang mana perawat atau
pasien menggerakan persendian sampai penuh sesuai rentang sendi
tanpa menyebabkan nyeri
Tujuan Mencegah kontraktor, atoni, dan atrofi otot
Memperlancar sirkulasi dan mencegah pembentukan trobus
dan embolus
Meningkatkan toleransi aktivitas
Mempertahankan kekuatan otot
Indikasi Pasien dengan immobilitas
Alat Handscoon
Bed dengan sandaran
Selimut
Lembar pemeriksaan
Prosedur Tindakan :
1. Mencuci tangan
2. Menjaga prosedur tindakan
3. Memasang sampiran untuk menjaga privacy
4. Mengatur tempat tidur
5. Memakai handscoon
6. Mengatur posisi pasien dan memasang slimut
7. Melakukan gerakan :
Flexi, extensi, dan hiperextensi
Abduction / adduction
Internal/ external rotation
Supination/ pronation
8. Mengatur tempat tidur
9. Mencuci tangan
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
PERSYARAFAN
Disusun oleh :
SURABAYA
2020/2021
Sistem saraf aadalah sisitem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh
kita seperti berjalan, menggerakan tangan, mengunyah makanan dan lainnya.
Sistem syaraf tersusun dari jutan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu
berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf.
Fungsi
Sistem saraf sebegai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu
pengatur/pengendali kerja organ tubuh, pusat pengendalian tanggapan, alat komunikasi dangan
dunia luar.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf yaitu dendrit dan akson (neurit).
Dendrit berfungsi menangkap dan mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek.
A. Pengertian
Urutan tindakan yang dilakukan dalam melakukan pemeriksaan Nervus Cranialis
B. Tujuan
Untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah
ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis.
C. Persiapan
1. Persiapan petugas
Pastikan dan identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan
Cuci tangan sesuai prosedur (6 langkah menurut WHO)
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan
2. Persiapan pasien
Identifikasi pasien (lihat SPO Identifikasi Pasien)
Jaga privacy dan siapkan lingkungan aman dan nyaman
Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Persiapan alat
Handscoon
Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk
Snellen chart
Penlight
Garputala
Kapas dan lidi
Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau
cuka
Spetel tongue
D. Pelaksanaan
Pemeriksaan N.I : olfaktorius (menghidung, membau)
Cara pemeriksaan :
a. Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya
ingus atau polip, karena dapat mengurangi ketajaman penciman.
b. Gunakan zat penegtes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, tembau dan
jeruk.
c. Jangan menggunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N.V) seperti
mentol, alkohol, dan cuka.
d. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan suruh pasien menghirupnya.
e. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung
yang lainnya dengan tangan.
Cara pemeriksaan :
Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan
pemeriksaan juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan
pemeriksaan nervus II, yaitu:
a. Ketajaman penglihatan
- Dilakukan dengan membandingkan ketajaman penglihatan pada pasien
dengan pemeriksaan normal.
- Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding
dan tanyakan pukul berapa.
- Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada dikoran atau di buku.
- Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksaan, maka
dianggap normal.
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan
virus dengan menggunakan gambar snellen.
- Pemeriksaan snellen chart :
Suruh pasien membaca gambar snellen dari jarak 6m
Tentukan sampai barisan mana ia membaca
Bila pasien dapat membaca sanpai barisan paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya normal.
b. Lapangan pandangan
Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan yang dianggap
normal, dengan menggunakan metode konfontasi dari donder.
- Suruh pasien duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksaa dengan
jarak kira-kira 1m
- Tutup salah satu mata untuk melakukan pemeriksaan
- Kemudian pemeriksa menggunakan jari tangannya di bidang pertengahan
antara pemeriksa dan pasien. Lakukan dari arah luar ke dalam.
- Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien
Bila ditemukan kelainan, dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Perlu dilakukan
pemeriksaan oflalmoskopik.
Cara pemeriksaan :
Cara pemeriksaan :
Cara pemeriksaan :
- Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang
di persyarafi.
- Periksa reflek kornea
Disusun oleh :
NIM. 1810055
TA. 2020/2021
Anatomi fisiologi THT
I. ANATOMI TELINGA
Telinga merupakan organ pendengaran dan mempunyai peranan penting dalam proses
mendengar dan keseimbangan.
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Pada liang telinga
sepertiga bagian luar adalah rangka tulang rawan, sedangkan duapertiga bagian
dalam adalah terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3 cm. Membran
timpani mengalami vibrasi dan kemudian akan diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yaitu malleus, incus dan stapes (Soepardi,dkk. 2007).
Daun Telinga
- Helix
- Lobule
- Anti Tragus
- Tragus
- Concha
- Can. Aud. Ext
- Crus of Helix
- Antihelix
2. Telinga Tengah
Terdiri dari membran timpani sampai tuba eustachius, yang terdiri dari tulang-
tulang pendengaran yaitu malleus, incus dan stapes. Tulang telinga tengah saling
berhubungan satu sama lain. Prosesus malleus melekat pada membran timpani,
malleus melekat pada inkus dan inkus melekat ada stapes dan stapes melekat pada
oval window. Saluran eustachius menghubungkan ruang telinga tengah dengan
nasofaring, sehinggan berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua
sisi ruangan tersebut (Soepardi,dkk. 2007).
Membrane timpani
Kavum timpani
Tuba eustakhi
Mastoid
3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa goa setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Koklea : koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35mm. koklea bagian tulang berbentuk 2,5kali putar anyang
mengelilingi sumbunya. Sumbu ini di namakan modiolus, yang terdiri dari
pembuluh darah dan syaraf.
Vestibulum : vesibulum diantara koklea dan kanalis semisirkulasi yang juga
berisi perilimfa.
Kanalis Semisirkulasi : kanalis semisirkulasi vertical (posterior) berbatasan
dengan fossa tengkorak media dan tampak pada permukaan atas os Et rosus
sebagai tonjolan, eminentia bahterauata.
Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum
dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah
dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan
melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator
veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior.
WOC
TONSILITIS
FARINGITIS
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
A. Pengertian
Perawatan post operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina (Hermani B, 2004).
B. TUJUAN
- Untuk mencegah adanya infeksi dan terjadinya perdarahan setelah prosedur
tonsilektomi dilakukan.
- Memastikan pasien untuk tidak makan kasar setelah prosedur tonsilektomi
dilakukan.
C. INDIKASI
Obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil
D. KONTRAINDIKASI
- Gangguan perdarahan
- Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
- Anemia
- Infeksi akut yang berat
E. PERSIAPAN ALAT
- Obat analgesik.
- Minuman dingin.
- Makanan lunak.
F. PERSIAPAN PASIEN
- Penderita dan keluarga diberitahu maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
- Penderita disiapkan sesuai kebutuhan
G. PERSIAPAN LINGKUNGAN
- Tutup ruangan atau pasang sampiran
- Menjaga privacy pasien
H. LANGKAH-LANGKAH
- Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai indikasi
- Kaji dengan sering adanya tanda perdarahan pasca operasi
- Siapkan alat pengisap dan alat nasal untuk berjaga-jaga seandainya terjadi
kedaruratan
- Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri posisi telungkup atau
semi telungkup pada anak dengan kepala dimiringkan ke samping untuk mencegah
aspirasi
- Biarkan anak untuk mendapatkan posisi yang nyaman setelah ia sadar
- Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1-2 jam setelah sadar dari
anestesi. Saat muntah susah berhenti, berikan air jernih dengan hati-hati
- Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah yang paling baik
ditoleransi pada saat ini, kemudian berikan es loli dan air dingin selama 12 sampai
24 jam pertama
- Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah, lepas collar es tersebut
- Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin
- Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase bernoda darah untuk
membantu menurunkan kecemasan
- Anjurkan orangtua agar tetap bersama anak ketika anak sadar
I. EVALUASI
- Evaluasi respon pasien.
- Evaluasi status neurologis : kesadaran; status psikologi; nyeri dan tingkat ansietas,
serta perilaku.
- Evaluasi TTV pasien, di antaranya: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
badan.
- Segera melaporkan pada dokter bila terjadi perubahan umum pada pasien
- Catat ke Rekam Medis Pasien, bubuhkan tanda tangan.
- Tulisan / paraf hanya dibuat oleh perawat yang sudah menyiapkan dan
memberikan obat
- Sesudah dicek, kembalikan kartu obat ke kotak obat, sesuai jam pemberian obat
berikutnya
J. REFERENSI
http://repository.ump.ac.id/8271/3/HANUNG%20MAULANA%20HIDAYATULLOH
%20BAB%20II.pdf
IRIGASI TELINGA
I. Pengertian
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan liang telinga
luar dari nanah, serumen, dan benda - benda asing dengan cara memasukkan cairan dalam
telinga.
II. Tujuan :
2. Sesudah operasi.
V. Kemungkinan Komplikasi
VI. Peralatan:
1. Alat irigasi telinga dengan penghisap (peralatan dapat bervariasi dari sprit balon sampai
water pik) bila tersisa.
2. Sediakan forset telinga.
1. Siapkan Alat.
2. Identifikasi pasien.
4. Tutup sampiran
5. Cuci tangan.
9. Arahkan aliran cairan dari bagian atas liang telinga menggunakan spuit balon/water pik.
3. Bersihkan peralatan.
IX. Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
Disusun oleh :
SURABAYA
2020/2021
Woc fraktur
Absorbsi kalsium
Pemasangan
Cemas tampon pada hidung
Nafsu makan
Gangguan pemenuhan
nutrisi: kekurangan dari
kebutuhan