Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

“PEMBUATAN MEDIA MURASHIGE & SKOOG (MS)”

Oleh :
Nama : Mochamad Dewa Prima
NIM : 185040207111066
Kelas : H/H2
Asisten : Muthia Oktavianita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya tanaman umumnya bertujuan untuk
memperbanyak tanaman dan meingkatkan hasil produksi serta
kualitas tanaman. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan penurunan baik hasil maupun kualitas tanaman. Hal
ini memicu para pemulia tanaman untuk memperbaiki sifat
tanaman, salah satunya dengan teknik kultur jaringan. Kultur
jaringan merupakan teknik perbanyak tanaman secara vegetatif non
konvensional dengan tujuan untuk perbanyakan cepat dalam jumlah
yang banyak dan seragam dengan induknya serta untuk
menghasilkan bibit-bibit baru yang unggul dalam perbaikan
tanaman. Kultur jaringan mempunyai tipe yang berbeda-beda
sehingga media yang digunakan juga akan berbeda.
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan kultur
jaringan. Media satu sama lain mempunyai kandungan yang unik
dan berbeda dengan yang lain. Komposisi media yang digunakan
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media
yang digunakan dalam kultur jaringan diantaranya media MS,
media B5, media Schenk dan Hildebant, media WTM, media N6,
dan lain-lain. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan
unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam
amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik,
dan bahan pemadat seperti agar-agar dan gelrite.
Unsur hara makro dan mikro diberikan dalam bentuk garam-
garam anorganik. Vitamin yang banyak digunakan adalah vitamin
B12 (thiamin), Nicoticic Acid, vitamin B6 (pyridoxine), dan
vitamin E atau C digunakan sebagai antioksidan. Asam amino
dipakai sebagai sumber N organik yang biasa digunakan adalah
glycine, asparagin, glutanin, dan threonin. Tanaman dalam kultur
jaringan tumbuh secara heterotof dan mempunyai laju fotosintesis
yang rendah. Sehingga tanaman tidak cukup mensintesa kebutuhan
karbonnya, perlunya penambahan gula kedalam media sebagai
sumber energi bagi pertumbuhan tanaman. Selain gula, komponen
penting yang menentukan keberhasilan dalam kultur jaringan yaitu
ZTP (zat pengatur tumbuh) berfungsi untuk menumbuhkan dan
menggandakan tunas aksilar atau merangsang tumbuhnya tunas adventif
dalam media. Media yang baik harus selalu berada dalam pH yang optima
yaitu 5,5-5,8. Selain itu, media harus dibuat dalam tempat yang steril.
Autoclave sering dipakai untuk sterilisasi dalam pembuatan media kultur
jaringan. Media yang sudah siap ditempatkan pada botol- botol kaca dan
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoclave. Peranan media
kultur jaringan yang berhubungan dengan penyediaan unsur hara dan
energi serta zat-zat lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan eksplan di dalam botol. Oleh karena itu, pentingnya
praktikum pembuatan media MS yang sangat mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan eksplan dalam kultur jaringan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komponen
penyusun media kultur jaringan beserta fungsinya dan untuk
mempraktekkan cara membuat larutan stok yang digunakan dalam
membuat media kultur jaringan.
1.3 Manfaat
Praktikan dapat mengetahui cara membuat media kultur
jaringan beserta komponen penyusun dan konstentrasinya, sehingga
dapat diterapkan secara langsung melalui praktikum pembuatan
media MS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media Ms


Menurut Inkiriwang et al. (2016) media MS merupakan
media yang mengandung unsur hara makro dan mikro berupa
myoinositol,niacin, pyridoxin HCL, thiamin HCL, glycine serta
glukosa yang banyak digunakan dalam kegiatan kultur jaringan.
Media ini memiliki konsentrasi garam mineral yang tinggi dan
senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+. Menurut Madigan (2003)
komposisi dan fungsi media MS merupakan perbaikan komposisi
dari media skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang
mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan Sedangkan
menurut Karjadi (2009) menyatakan bahwa media MS merupakan
media yang mengandung 40mM N dalam bentuk NO 3 dan 29mM
dalam bentuk NH4+.
2.2 Pembuatan Larutan Stok
Menurut Henuhili (2012), larutan stok merupakan larutan
yang terdiri dari larutan stok mikronutrien, vitamin, besi, ZTP, dan
makronutiren. Cara pembuatan dari larutan-larutan tersebut adalah
dengan cara melarutkan satu persatu bahan pada setiap larutan
dengan aquadest dan diaduk hingga homogen kemudiandiaduk dan
diberi label.
Pendapat lain dari Fauzi et al. (2016), pembuatan larutan
stok media yaitu dengan menimbang bahan-bahan kimia, hara
makro, hara mikro maupun ZTP serta penambhan sukrosa sesuai
konsentrasi. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan aquadest dan
diaduk sampai homogen dengan magnetic stirrer yang kemudian
dimasukkan ke dalam botol kultur dan diberi label. Pembuatan
larutan stok menurut pendapat Harahap (2017) adalah untuk
memudahkan pekerjaan dalam pembuatan media. Larutan stock
terdiri dari larutan A,B,C,D,E,F dan G yang berupa vitamin dan H
yang berupa myo-inositol. .
Vitamin yang sering digunakan yaitu thiamin yang berfungsi
untuk perbanyakan kalus dan akar, dan my-inositol yang berfungsi
untuk mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis kultur
jaringan (Shofa, 2012).

2.3 Fungsi Masing masing Larutan Stok


Larutan stok terdiri dari berbagai macam larutan, seperti larutan
stok makro, larutan stok mikro, larutan stok vitamin, dan larutan stok
ZPT. Stok hara dapat disimpan hingga 2 bulan di tempat gelap
bertemperatur rendah, sedangkan stok ZPT hanya 1 bulan saja
(Mastuti, 2017). Funsi masing-masing larutan stok menurut Inkiriwang,
(2016) diantaranya yaitu;
1. Larutan Stok Makro
Larutan stok makro merupakan larutan yang mengandung unsur
hara makro yaitu yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Usnur hara
makro meliputi unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S) yang memiliki fungsi yang
berbeda-beda pada kultur jaringan. Unsur N digunakan untuk
pembentukan enzim, asam amino dan asam nukleat. Unsur P untuk
pembentukan ATP, asam nukleat, ko-enzim dan phospholipida. Unsur
S untuk sintesis asam amino dan protein serta ko-enzim A. Unsur K
untuk ion pembantu meninggikan aktivitas enzim-enzim pembawa
energi, sintesis enzim, asam amino, pembukaan dinding sel, kofaktor
enzim, dan permeabilitas sel, Unsur Mg untuk aktivator enzim, sintesis
protein dan pembentukan klorofil dna pektin.
2. Larutan Stok Mikro
Larutan stook mikro merupakan larutan yang mengandung
unsur hara mikro yaitu unsur yang dibutuhkkan dalam jumlah sedikit.
Unsur hara mikro meliputi unsur hara tembaga (Cu), mangan (Mn),
besi (Fe), boron (B), molybdenum (Mo), seng (Zn) dan chlor (Cl) yang
memiliki fungsi yang berbeda-beda pada kultur jaringan. Unsur Fe
untuk pembentukan klorofil dan sitokrom, unsur Fe tidak dapat
diberikan secara individu melainkan harus berikatan dalam bentuk
kelat atau Na/Fe-EDTA. Unsur Cl untuk mengendalikan tekanan
osmosis dan keseimbangan ion. Unsur Cu, Mn, Zn untuk aktivator
enzim. Unsur B untuk mempengaruhi kalsium.
3. Larutan Stok Vitamin
Larutan stok vitamin yang sering digunakan yaitu thiamin (vit
B1), nicotic acid (niacin), pyridoxine (vit B6), dan myo-inositol.
Vitamin digunakan untuk menstimulasi partumbuhan dan
perkembangan tanaman. vitamin yang sering digunakan yaitu thiamin
yang berfungsi untuk perbanyakan kalus dan akar, dan my-inositol
yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
kultur jaringan (Shofa, 2012).
4. Larutan Stok ZPT
ZPT merupakan suatu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
menstimulasi pertumbuhan bagian tanaman seperti kalus, embrio
atau organ lainnya. ZPT yang digunakan kebanyakan yaitu jenis auksin
dan sitokinin.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
No. Nama Alat Fungsi
1. Timbangan Untuk menimbang bahan secara teliti
Analitik
2. Pipet Untuk mengambil larutan
3. Beaker Glass Untuk menampung larutan
4. pH Meter Untuk mengukur pH
5. Bola Hisap Untuk membantu menagmbil larutan
menggunakan pipet ukur
6. Magnetik Stirer Untuk mengaduk larutan hingga
homogen
7. Microwave Untuk memanaskan bahan
8. Oven Untuk sterilisasi alat
9. Autoclave Untuk mensterilkan alat dan bahan
menggunakan uap air
10. Spatula Untuk mengambil bahan
11. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan yang
diinginkan
12. Botol Steril Sebagai wadah menempatkan media
13. Sarung tangan Untuk mengambil alat dan bahan yang
panas atau untuk melindungi tangan
dari panas
3.2 Bahan dan Fungsi
No. Nama Bahan Fungsi
1. Plastik Untuk menutup botol yang berisi media
2. Karet Gelang Untuk mengikat antara botol meida
dengan plastik
3. Kertas Label Untuk memberi tanda
4. Aquades Untuk membilas dan menambah
volume larutan
5. Agar-Agar Sebagai bahan baku media
6.. Gula Sebagai sumber energi
7. Larutan Makro Sebagai bahan larutan stok dan untuk
kebutuhan nutrisi
8. Larutan mikro Sebagai bahan larutan stok dan untuk
kebutuhan nutrisi
9. Vitamin Sebagai bahan larutan stok dan untuk
kebutuhan nutrisi
10. Fe, EDTA Sebagai bahan larutan stok
11. ZTP Sebagai zat pengatur tumbuh
3.3 Langkah Kerja
-Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan

Membilas alat dengan aquadest

Siapkan larutan stok

Ambil larutan stok (larutan makro 20ml, larutan mikro


2ml, vitamin 2ml, dan Fe EDTA 2ml

Tambahkan aquadest hingga 200ml

Menambahkan gula pasir 6 gram

Mengukur ph dengan kisaran 5,6-5,8 sambil di stire

Menambahkan 1,4 gram agar-agar


Mengaduk menggunakan stire hingga homogen

Memasukkan beaker glass ke dalam microwave


selama 1-2 menit

Mengeluarkan dari microwave

Menuangkan ke dalam botol steril 20ml pergelas


saat larutan tidak terlalu panas

Menutup botol steril dengan plastik dan ikat dengan karet

Masukkan ke dalam autoclave

- Jelaskan berapa (ml) stok diambil

1. Larutan makro diambil sebanyak 20ml karena kebutuhan


tanaman akan unsur hara makro lebih banyak dibutuhkan daripada
larutan stok yang lainnya

2. Larutan stok mikro diambil sebanyak 2ml karena dibutuhkan


tanaman dalam jumlah yang sedikit

3. Larutan vitamain diambil sebanyak 2ml karena sebagai bahan


organik yang baik terhadap pertumbuhan eksplan dalam kultur
jaringan

4. Fe EDTA diambil sebanyak 2ml karena digunakan sebagai


persediaan untuk pasokan unsur hara mikro besi bagi tanaman
-Jelaskan Pengaruh pH dan Titrasi

Ph optimum yang baik diharuskan 5,6-5,8 yaitu kategori


asam. Tujuan ph tersebut agar unsur hara dalam tanaman dapat
tersedia dan diserap sehingga dapat memacu pertumbuhan eksplan.
Untuk mendapatkan pH yang optimal dapat dilakukan dengan cara
titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N dikarenakan bersifat basa
agar pH meningkat atau menggunakan HCl 0,1 N agar pH menurun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Media Ms

Gambar diatas merupakan hasil dari pembuatan


Media kultur jaringan yaitu Media MS (Murashige
dan Skoog).

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan,


diperoleh hasil bahwa media MS yang siap digunakan tidak mengalami
kontaminasi. Kontaminasi merupakan penyebab utama hilangnya
kultur tanaman sehingga dapat menghambat upaya dalam
meningkatkan skala produksi (scaling up) pada kultur in vitro
(Oratmangun et al., 2017). Hal tersebut ditunjukkan oleh tidak adanya
patogen penyebab penyakit seperti bakteri maupun jamur, dimana
apabila media terkontaminasi akan nampak berupa koloni-koloni di
permukaan medium.
Menurut Oratmangun et al. (2017) media yang terkontaminasi
oleh patogen jamur menunjukkan koloni yang berwarna putih atau biru
pada permukaan media, sedangkan gejala busuk ditunjukkan apabila
terinfeksi bakteri. Yuwono (2008) mengatakan bahwa kontaminasi
dapat terjadi dari eksplan baik eksternal maupun internal,
mikroorganisme yang masuk ke dalam media, ruang kerja dan kultur
atau alat tanam yang kurang steril, ruang kerja dan kulturyang kotor
(mengandung spora di udara ruangan laboratorium) dan kecerobohan
dalam pelaksanaan. Media yang terkontaminasi akan menyebabkan
eksplan juga terkontaminasi dan tingkat keberhasilan tumbuh eksplan
menjadi sangatlah kecil.

4.2 Pembahasan
Media kultur jaringan yang telah dibuat yaitu media MS.
Media MS (Murashige dan Skoog) merupakan jenis media yang
dipergunakan untuk perbanyakan tanaman dan termasuk media padat.
Menurut Nugroho (2004) bahwa faktor penentu dalam pembuatan
media tumbuh eksplan adalah komponen atau komposisi garam
organic, ZPT, dan bentuk fisik media. Media yang digunakan dalam
praktikum ini adalah media MS dimana media ini cocok digunakan
pada media kultur jaringan karena terdiri dari komposisi bahan
campuran aquades, agar-agar, sukrosa, makro, mikro, vitamin, ZPT
Pembuatan media MS menggunakan bahan tambahan yaitu agar-agar
yang fungsinya untuk memadatkan larutan. Larutan yang padat lebih
mudah digunakan dalam kultur jaringan karena eksplan tidak mudah
tenggelam dan bergeser. Media MS juga banyak digunakan dalam
kultur jaringan, karena komposisi yang ada di dalam media tersebut
lebih banyak daripada media lainnya. hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Nursetiadi (2008), bahwa keistimewaan medium MS adalah
kandungan nitrat, kalium, dan ammoniumnya yang tinggi, dan jumlah
hara anorganiknya yang layak untuk memenuhi kebutuhann sel
tanaman dalam kultur. Dalam pembuatan media MS, diawali dengan
pembuatan larutan stok yang terdiri dari larutan makro 20ml, larutan
mikro 2ml, vitamin 2ml, dan Fe EDTA 2ml. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Yuliarti (2010), bahwa cara pembuatan media kultur
jaringan MS diawali dengan pembuatan larutan stok. pH optimum
dalam pembuatan media. MS yaitu 5,5-5,8. Sesuai dengan pendapat
Yuliarti (2010), bahwa media padat tidak akan memadat pada pH
dibawah 4 atau lebih tinggi dari 8. Jika pH media dibawah ukuran yang
dikehendaki maka perlu dinaikkan dengan menggunakan NaOH, dan
jika terlalu tinggi dapat diturunkan dengan menggunakan beberapa
tetes KCl. Pengaturan pH ini juga bertujuan untuk menyediakan pH
yang cocok untuk pertumbuhan eksplan.
Pembuatan media MS membutuhkan kondisi yang steril
dan aseptif agar terhindar dari kontaminasi. Menurut DPP Pontianak
(2019), kontaminasi dapat terjadi akibat dari eksplan, organisme
yang masuk ke dalam kultur jaringan serta alat dan bahan kultur
jaringan yang kurang steril. Media kultur jaringan harus
menerapkan teknik aseptif yaitu bebas mikroorganisme yang
mengganggu pertumbuhan eksplan. Teknik sterilisasi dilakukan
dengan cara mengoven alat-alat sebelum digunakan dan sterilisasi
media. Sterilisasi media pada praktikum ini dilakukan dengan cara
menggunakan autoclave dengan tekanan 1, atm, suhu 120 oC, selama
20 menit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendaryono et al.
(2012), bahwa alat-alat dissecting-set dan glass ware yang akan
digunakan untuk kultur jaringan, setelah dicuci dan dikeringkan
kemudian dibungkus dengan kertas payung dan disterilisasi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa metode pembuatan media MS (Murashige dan
Skoog) diawali dengan pembuatan larutan stok yang terdiri dari
larutan makro, larutan mikro, vitamin, dan Fe EDTA kemudian
dilakukan pegukuran ph dan sterilisasi media menggunakan
autoclave. Pembuatan media MS harus steril dan aseptif agar
terhindar dari kontaminasi dan bisa menumbuhkan eksplan. Media
MS termasuk media padat dengan penambahan bahan agar-agar
sehingga banyak digunakan untuk kultur jaringan karena eksplan
tidak dapat tenggelam dan bergeser.

5.2 Saran
Praktikum ini sudah berjalan dengan baik. Semoga
untuk praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
DPP Pontianak.2019. Penanganan Kontaminasi Pada Kultur
Jaringan. Diakses di (https://pertanian. Pontianakkota.go.id)
pada 26 September 2019.
Fauzy, Eeizka, Mansyur, dan Ali Husni. 2012. Pengaruh
Penggunaan Media Murashige dan Skoog (MS) dan Vitamin
Terhadap Tekstur, Warna, dan Berat Kalus Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum) CV. Hawaaii Pasca Radiasi Sinar
Gamma Pada Dosis LD50 (In Vitro). Fakultas Peternakan.
Univeristas Padjajaran
Harahap E.R., Luthfi A.M.S., Eva S.B. 2013. Pertumbuhan Akar
Pada Perkecambahan Beberapa varietas Tomat Dengan
Pemberian PEG Secara In Vito. Jurnal Online Agroteknologi.
Vol 1 No.3
Hendaryono, Daisy P.S. dan Ari Wijayani. 2012. Teknik Kultur
Jaringan: Pengendalian dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman
Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kanisius
Henuhili V. dan Paramita S. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan.
Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta
Indah P.N. dan Dini E. 2013. Induksi Kalus DaunNyamplung Pada
Beberapa Kombinasi Konsentrasi BAP dan 2,4-D. Jurnal Sains
dan Seni Pomits. Vol 2 No.1
Inkiriwang A.E.B., Jeany M., dan Samuel R. 2016. Substitusi
Media MS Dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk
Pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Secara In Vitro
Karjadi A.K. dan Buchory A.2009. Pengaruh Komposisi Media
Dasar, Penambahan BAP, dan Pikloram Terhadap Induksi
Tunas Bawang Mersh. Jurnal Holtikultura. Vol 12 No.1 Hl:1-9
Madigan. 2003. Teknik Invtro Dalam Hortikultua. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Mastuti, Retno. 2017. Dasar-dasar Kultur Jaringan Tumbuhan.
Malang: UB Press
Nugroho. 2004. Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya
Nursetiadi, Eka. 2008. Kajian Macam media dan Konsentrasi BAP
Terhadap Multiplikasi Tnaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) Secara In Vitro. Skripsi. UNS. Surakarta
Oratmangun, K. M., Dingse Pandiangana., Febby E. K. 2017.
Deskripsi Jenis-Jenis Kontaminan dari Kultur Kalus Catharanthus
roseus (L.) G. Don. Jurnal Mipa Unsrat Online. 6(1): 47-52.
Shofa, A. 2012. Tanaman In Vitro. Bogor: IPB Press.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah
Tangga. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM Press.
DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan
1 Botol sebagai tempat
media kultur jaringan

2 Microwive

3 Timbangan analitik

4 Magnetic stirrer

5 Menimbang bahan media


kultur

6 Mengukur kebutuhan
aquades
7 Mengambil larutan hara
makro, mikro, Fe-etda
dan vitamin

8 Mengukur larutan hara


makro, mikro, Fe-etda
dan vitamin.

9 Menuangkan larutan hara


makro, mikro, Fe-etda
dan vitamin ke dalam
gelas beaker.

10 Mencampur semua
larutan.

11 Menghomogenkan
larutan dengan hot plate
stirrer
12 Menambahkan agar dan
gula pada larutan.

13 Mengukur pH larutan
media

14 Larutan selanjutnya
dipanaskan
menggunakan microwive

15 Menuangkan media
kultur jaringan ke dalam
botol kultur.

16 Menutup botol media


kultur menggunakan
plastik dan diikat
menggunakan karet.
17 Mensterilkan botol yang
berisi media ke dalam
autoclave.

Anda mungkin juga menyukai