Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas

Kedokteran Universitas Halu Oleo (FK UHO), Laboratorium Biokimia FK

UHO, Laboratorium Farmasi UHO, Kendari, Sulawesi Tenggara, dan

Laboratorium Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (RSP

UNHAS), Makassar, Sulawesi Selatan. Proses ekstraksi dan fraksinasi buah

pare dilakukan di Laboratorium Farmasi UHO yang terletak di lantai 1

gedung Fakultas Farmasi UHO. Aklimatisasi hewan coba dilakukan di ruang

Laboratorium Hewan Coba FK UHO. Proses pembuatan larutan STZ serta

sentrifus dan pengukuran kadar glukosa darah menggunakan

spektrofotometer dilakukan di Laboratorium Biokimia FK UHO. Proses

visualisasi ekspresi gen GLUT2 pankreas tikus dilakukan di RSP UNHAS.

Gambar 17. Laboratorium Hewan Coba FK UHO

61
62

Gambar 18. Laboratorium Biokimia FK UHO

Gambar 19. Laboratorium Fakultas Farmasi UHO


63

Gambar 20. Laboratorium RSP UNHAS

B. Hasil Penelitian

Sampel penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar (Rattus

norvegicus) sebanyak 36 ekor yang dibagi dalam 3 kelompok. Setiap

kelompok diberikan perlakuan yang berbeda untuk menilai pengaruh

pemberian FEA buah pare terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus

serta ekspresi gen GLUT2 pada pankreas tikus. Kelompok 1 adalah kelompok

diabetes (STZ) yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB untuk memperoleh hewan

model diabetes. Kelompok 2 adalah kelompok tikus diabetes dengan

penanganan (STZ + FEA Buah Pare) yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB

dengan pemberian Fraksi Etil Asetat Ekstrak buah pare 400 mg/kg BB.

Kelompok 3 adalah kelompok kontrol non-diabetes (normal) yang tidak

diberikan perlakuan apapun.


64

Kelompok yang diinduksi STZ mengalami peningkatan kadar glukosa

darah setelah 24 jam perlakuan (kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl).

Kelompok 1 dan 2 mengalami peningkatan kadar glukosa darah sewaktu

setelah 24 jam penginduksian STZ kemudian dilanjutkan dengan pemberian

FEA buah pare pada kelompok 2. Penurunan kadar glukosa darah sewaktu

pada kelompok 2 terjadi setelah sehari pemberian FEA buah pare. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Parawansah dkk. (2017) yang

melakukan eksperimen terkait penggunaan FEA buah pare dalam

menurunkan kadar glukosa darah hewan model diabetes.

1. Analisis Univariat

Analisis data diawali dengan melakukan uji normalitas dan uji

homogenitas untuk menilai distribusi data. Data terdistribusi normal atau

homogen apabila p value > 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji normalitas

Saphiro-Wilk diketahui bahwa data kadar glukosa darah sewaktu pada

hari terakhir perlakuan kelompok 1 dan 3 terdistribusi normal (p value ≥

0,05), serta kelompok 2 tidak terdistribusi normal (p value ≤ 0,05). Uji

homogenitas didapatkan bahwa varian data sama atau homogen dengan

nilai p = 0,180 (p value > 0,05).

Pada penelitian ini didapatkan sebaran data yang tidak terdistribusi

normal sehingga tidak dapat dilakukan analisis dengan uji t-test

independent dan akan dilanjutkan dengan analisis dengan uji Mann-

Whitney.
65

Grafik Rerata Kadar Glukosa Darah Sewaktu hari terakhir


perlakuan

Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus (mg/dl)


185.575
181.000
161.000
141.000
121.000 113.938
101.000 93.765
81.000
61.000
41.000
21.000
1.000
1 2 3
Kelompok Hewan Uji

RERATA

Gambar 21. Grafik rerata kadar glukosa darah sewaktu tikus.

Berdasarkan gambar 21, dapat dilihat kadar glukosa darah sewaktu

hari terakhir perlakuan (h9) pada kelompok 1 sebanyak 185,575 mg/dl,

pada kelompok 2 sebanyak 93,765 mg/dl, dan pada kelompok 3 sebanyak

113,938 mg/dl. Hal ini menandakan kadar glukosa darah pada kelompok

yang diinduksi STZ (kelompok 1) lebih tinggi dibanding kelompok

normal, serta kadar glukosa darah pada kelompok yang diberikan FEA

buah pare (kelompok 2) lebih rendah dibanding kelompok normal

(kelompok 3) maupun kelompok yang diinduksi STZ (kelompok 1).

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji normalitas

Saphiro-Wilk diketahui bahwa data ekspresi gen GLUT2 pada pankreas

tikus setiap kelompok tidak terdistribusi normal dengan nilai p < 0,001

(p value ≥ 0,05).
66

Rerata ekspresi gen GLUT2 pankreas tikus


20000
17457.03
Tingkat ekspresi GLUT2 18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
1755.14
2000 26.27
0
1 2 3
Kelompok tikus perlakuan

Gambar 22. Grafik rerata Ekspresi GLUT2 pada pankreas tikus

Berdasarkan gambar 22, dapat diamati bahwa ekspresi gen GLUT2

pada pankreas tikus kelompok 1 (rerata 26.2) yang diinduksikan STZ

lebih rendah dibandingkan dengan ekspresi kelompok 2 (rerata 1755.1)

yang diinduksikan STZ dan diberi FEA serta kelompok 3 sebagai

kelompok normal (rerata 17457,03).

2. Analisis Bivariat

a) Uji Mann-Whitney Terhadap Kadar Glukosa Darah

Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui adanya adanya

pengaruh FEA terhadap penurun kadar glukosa darah dengan melihat

perbedaan secara bermakna dari kadar glukosa darah tikus kelompok

diabetes (kelompok 1) dengan kelompok diabetes yang diberi FEA

buah pare (Kelompok 2). Data yang diperoleh dari hasil pengukuran

kadar glukosa darah tikus pada hari terakhir perlakuan (h9).


67

Uji Mann-Whitney dilakukan karena sebaran data kadar glukosa darah

tikus hari terakhir perlakuan (h9) tidak terdistribusi normal (p value ≤

0,05).

Tabel 3. Hasil analisis gula darah dengan uji Mann-Whitney

Median
Kelompok Sampel (n) Nilai p
(minimal-maksimal)

1 12 182 (133,00-239,00)
0,000
2 12 86,5 (72,00-135,00)

Berdasarkan tabel 3 hasil analisis Mann-Whitney dengan nilai p

= 0,000 (p value ≤ 0,05) yang secara statistik terdapat perbedaan kadar

glukosa darah antar kelompok diabetes (kelompok 1) dengan

kelompok diabetes yang diberi FEA buah pare (kelompok 2). Hal ini

menandakan adanya pengaruh pemberian FEA buah pare terhadap

penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes.

b) Uji Mann-Whitney Terhadap Ekspresi Gen GLUT2 Pankreas

Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan secara bermakna dari ekspresi gen GLUT 2 pankreas tikus

diabetes (kelompok 1) dengan kelompok diabetes yang diberi FEA

buah pare (kelompok 2), serta kelompok normal (kelompok 3) sebagai

kelompok kontrolnya yang memiliki sebaran data tidak normal.


68

3.35018

1,00000

0.92345

Gambar 23. Ekspresi relatif gen GLUT2 pada pankreas tikus

Hasil visualisasi RT-PCR gen GLUT2 pankreas tikus pada gambar

23 menandakan ekspresi relatif antar kelompok hewan uji. Pada gambar

tersebut tampak ekspresi gen GLUT2 pada kelompok 1 (STZ) lebih

rendah 0,92345 kali dibanding kelompok 3 (normal), sedangkan pada

kelompok 2 (STZ+FEA buah pare) lebih tinggi 3,35018 kali dibanding

kelompok 3 (normal).

Tabel 4. Hasil analisis ekspresi GLUT2 dengan uji Mann-Whitney

Median
Kelompok Sampel (n) Nilai p
(minimal-maksimal)

1 12 2,52 (0,0004-2,7520)
0,644
2 12 8,31 (0,0001-17,468)
69

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kelompok

diabetes ( kelompok 1) dan kelompok diabetes yang diberi FEA

(kelompok 2) (Mann-Whitney, p = 0,644).

C. Pembahasan

1. Pengaruh fraksi etil asetat ekstrak buah pare terhadap penurunan


kadar glukosa darah tikus

Buah pare mengandung senyawa antioksidan berupa flavonoid,

saponin, tanin, fenol, isoflavon dan polifenol yang dapat memperbaiki

sel- sel penyusun pulau Langerhans pankreas. Flavonoid memiliki

kemampuan dalam menangkap radikal hidroksil yang disebabkan oleh

agen diabetogenik seperti STZ (Studiawan dan Santoso, 2005). Senyawa

yang terkandung di dalam ekstrak buah pare seperti charantine,

polypeptida-p, dan vicine mampu menurunkan kadar glukosa darah pada

tikus putih diabetes mellitus melalui beberapa mekanisme diantaranya

mencegah penyerapan glukosa dalam saluran pencernaan, meningkatkan

penyerapan glukosa dalam jaringan, dan meningkatkan sekresi insulin

(Alam, 2015).

Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus model

diabetes. Sebelum diinduksi STZ kadar glukosa darah tikus berada pada

kisaran normal yaitu 78-150 mg/dl. Peningkatan kadar glukosa darah

tikus diabetes mellitus sedang berkisar antara 200-400 mg/dl, dan

dikatakan diabetes mellitus berat apabila kadar glukosa darah >400mg/dl

(Braslasu dkk., 2007).


70

Respon tikus putih terhadap pemberian STZ tergantung pada

perbedaan kepekaan dan derajat kondisi stress setiap tikus (Suharmiati,

2003). Streptozotocin mampu merusak inti sel dan granul sitoplasmik

melalui mekanisme depolarisasi dan peningkatan penggunaan energi

dalam mitokondria (Cooperstein dan Watskin, 1981).

Pemberian STZ meningkatkan kadar glukosa darah dengan masuk

ke sel beta langerhans pankreas melalui GLUT2 dan menyebabkan

alkilasi DNA yang menghasilkan penurunan ekspresi GLUT2. Penurunan

ekspresi tersebut yang mengakibatkan menurunnya sensitivitas reseptor

insulin serta peningkatan kadar glukosa (Firdaus dkk., 2016).

Pada penelitian ini, diketahui bahwa fraksi etil asetat ekstrak buah

pare 400 mg/kg mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes

melitus setelah hari ke-4 pemberian perlakuan. Penurunan kadar glukosa

darah tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parawansah

dkk. (2017) yang meneliti penurunan kadar glukosa hewan model

diabetes menggunakan ekstrak buah pare berdasarkan tingkat kepolaran

larutan yang digunakan (etanol, etil asetat, dan n-heksan) menunjukkan

hasil optimal penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes melitus

setelah hari ke-4 pemberian fraksi etil asetat ekstrak buah pare 400

mg/kg. Kandungan senyawa yang terkandung bersifat insulinmimetik

(charantin), dimana senyawa tersebut mampu bekerja layaknya insulin

dalam tubuh (Joseph dan Jini, 2013).


71

Kandungan golongan senyawa flavanoid yakni senyawa

kaempferol yang berasal dari kelas flavonol dan isoscutellerein dari kelas

flavone berpotensi memiliki aktivitas sebagai inhibitor alfa-glukosidase

(Peng dkk., 2016; Kawabata dkk., 2003) yang mampu menekan

peningkatan kadar glukosa darah dengan menghambat enzim alfa-

glukosidase yang berperan mengubah polisakarida/oligosakarida dalam

usus menjadi monosakarida (glukosa) (Sarian dkk., 2017).

2. Ekspresi gen GLUT2 pada pankreas tikus

GLUT2 pada membran sel β pankreas bertanggung jawab pada

transport glukosa yang akan menstimulasi sekresi insulin (Widyasti,

2018). Level ekspresi gen GLUT2 dalam pankreas didefiniskan sebagai

penanda untuk tingkat kerentanan terhadap STZ pada hewan model

(Marghani dkk., 2019). Penurunan ekspresi gen GLUT2 merupakan

pertanda morfologi awal sel beta pada Noninsulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) dan berkaitan dengan disfungsi sel beta pankreas

(Thorens dkk., 1992). Sehingga kelompok hewan coba yang dinduksi

dengan STZ mengalami disfungsi sel beta pada kelompok model diabetes

melitus tipe 2.

Kelompok hewan coba yang mengalami hiperglikemik setelah

dimodel diabetes akan mengalami penurunan ekspresi GLUT2 pada sel

beta penkreasnya. Sedangkan pada kelompok normoglikemik ekspresi

gen GLUT2 hanya meningkat sedikit sejalan dengan penelitian Thorens

dkk. (1992).
72

Pada penelitian ini, didapat hasil visualisasi RT-PCR gen GLUT2

sesuai dengan gambar 23 yang menandakan ekspresi relatif antar

kelompok hewan uji. Pada gambar tersebut tampak ekspresi gen GLUT2

pada kelompok 1 (STZ) lebih rendah 0,92 kali dibanding kelompok 3

(normal), sedangkan pada kelompok 2 (STZ+FEA buah pare) lebih tinggi

3,35 kali dibanding kelompok 3 (normal). Namun hasil uji statistik yang

dilakukan, tidak terdapat perbedaan secara bermakna antar kelompok uji.

Hasil visualisasi RT-PCR pada penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Thorens dkk (1992) yang mendapatkan hasil

bahwa terjadi penurunan ekspresi gen GLUT2 pada pankreas tikus yang

diinduks STZ menjadi hewan model diabetes.

Penurunan ekspresi GLUT2 pada kelompok diabetes (kelompok 1)

disebabkan oleh efek toksik dari STZ yang diinduksikan. Gugus gula

pada senyawa STZ akan membawa masuk STZ ke dalam sel beta

pankreas melalui transporter gula yakni GLUT2 yang terletak pada

membran sel beta pankreas (Thorens dkk., 1992). Disamping itu,

kandungan methylnitrosurea (MNU) yang ada pada STZ menjadikan

senyawa tersebut mampu merusak sel beta dengan efek toksik yang

dimiliki termasuk mengganggu GLUT2 yang ada pada sel beta pankreas

sehingga menyebabkan penurunan ekspresi pada GLUT2, pembentukan

radikal bebas akibat efek dari STZ mengakibatkan pembatasan

pembentukan ATP pada mitokondria sehingga dapat mengganggu

biosintesa insulin pada sel beta pankreas (Goyal dkk., 2016).


73

Peningkatan ekspresi GLUT2 pada kelompok FEA pare terjadi

karena perbaikan pada sel beta pankreas akibat dari kandungan flavanoid

yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mengubah radikal bebas

berupa ROS menjadi H2O sehingga dapat mengurangi produksi ROS

yang berlebihan (Subahar, 2004).

D. Keterbatasan Penelitian

Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan whole blood setiap

harinya memberikan tekanan pada hewan coba sehingga dapat mempengaruhi

hasil pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai