Anda di halaman 1dari 17

UJIAN TENGAH SEMESTER

MORFOLOGI KOTA

Analisis Morfologi Suatu Kawasan

(LOKASI STUDI JALAN HANGTUAH, KOTA PALU)

Andi Febriani Hi. Andi Baso. P

F23119074

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

Univrsitas Tadulako

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Analisis
Morfologi Kota Suatu Kawasan” dengan lancar dan tepat waktu.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Ujian Tengah
Semester (UTS) mata kuliah Morfologi Kota. Rasa terima kasih saya ucapkan kepada semua
pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini .

Harapan saya bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan
keterbatasan yang saya miliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan dari para pembaca.

Sekian, Terima kasih

Wassalamu’alaikum wr.wb

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Ruusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................................. 8

A. Analisis Komponen Morfologi ............................................................................ 8


B. Analisis Bentuk Morfologi .................................................................................. 9
C. Analisis Perubahan Bentuk Kota (Urban Sprawl) ................................................. 10

BAB 4 PENUTUP .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Morfologi terdiri dari dua suku kata yaitu morf yang berarti bentuk dan logos yang
berarti ilmu secara sederhana morfologi kota adalah ilmu yang mempelajari produk
bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi merupakan pendekatan dalam
memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spatial. Disebabkan
karena setiap karakteristik sosial-spatial disetiap tempat berbeda-beda maka istilah
morfologi sangat erat kaitannya dengan istilah tipologi. Bentuk morfologi pada suatu
kawasan tercermin pada pola tata ruang bentuk arsitektur bangunan dan elemen-elemen
fisik kota lainnya pada seleruhan konteks perkembangan kota. Setelah itu terjadilah
aktivitas sosial, ekonomi, budaya, politik dalam masyarakat sehingga, membawa
implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi kawasan kota. Waktu juga
mempengaruhi perkembangan khusus pada aspek yang berhubungan langsung dengan
penggunan lahan perkotaan maupun lahan pedesaan.
Perkembangan suatu kota pada umumnya berbeda-beda hal ini dikarenakan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut pada setiap wilayah kota berbeda.
Faktor-faktor tersebut antara lain : kondisi geografis, topografi wilayah, jumlah
penduduk, kondisi sosial ekonomi penduduk dan peran pemerintah. Dalam
perkembangannya suatu kota memiliki karakteristik bentuk, karakteristik bentuk itu biasa
disebut dengan morfologi kota. Morfologi kota dapat terbentuk karena adanya interaksi
baik secara spasial atau sosial ekonomi masyarakat didalamnya. Morfologi kota yang
terbentuk berupa wujud fisik kota tersebut, wujud fisik kota itu terbentuk utamanya
karena kondisi fisik wilayah dan juga kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Analisis morfologi kota didasarkan pada areal yang secara fisik menunjukan
kenampakan perkotaan (townscape). Areal yang berbatasan dengan areal yang bukan
kota disebut built up area. Percepatan pertumbuhan kenampakan fisik kekotaan tidak
sama untuk setiap bagian terluar kota, maka bentuk morfologi kota yang terbentuk akan
sangat bervariasi. Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan perkotaan akan terus
mengalami perubahan dan terus bergerak untuk mencari ruang-ruang baru dalam
pembentukan wilayah perkotaan. Batas garis administrasi kota akan relatif sama dalam

1
periode waktu yang lama, batas garis administrasi ini dapat digunakan sebagai penentuan
batas permasalahanpermasalahan perkotaan yang timbul, sehingga mempermudah dalam
mencari solusi atau pemecahan masalah. Permasalahan yang kerap timbul dalam
perkembangan kota adalah persoalan politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan
fisik. Batas fisik wilayah yang masuk dalam kategori perkotaan selalu berubah setiap
saat, maka sering sekali terlihat batas fisik wilayah perkotaan telah berada jauh diluar
batas administrasi suatu wilayah.
B. Rumusan Masalah
- Menganalisis Komponen Morfologi
- Menganalisis Bentuk Morfologi
- Menganalisis Perubahan Bentuk Kota (Urban Sprawl)
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menganalisis morfologi kota kawasan Kota Palu. Dan,
untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Morfologi Kota.
- Untuk Mengetahui Analisis Komponen Morfologi
- Untuk Mengetahui Analisis Bentuk Morfologi
- Untuk Mengetahui Analisis Perubahan Bentuk Kota (Urban Sprawl)

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi kota merupakan kajian ilmu yang tidak bersifat statis, yaitu hanya membahas
tentang bentuk fisik seperti ketinggian bangunan, susunan jaringan jalan, serta komposisi dan
proporsi bangunan dalam suatu bentang kota (townscape), melainkan justru berusaha
menggali proses yang melatarbelakangi perubahan dan dinamika terbentuknya lingkungan
perkotaan dengan lingkungan fisik sebagai representasinya.

Teori morfologi sendiri telah berkembang dalam beberapa fase yang secara umum
dapat dijelaskan sebagai berikut (Moudon, 1997) :
1. Italian school. Kajian mengenai bentuk diawali dengan keprihatinan atas meluasnya
paham dan dampak arsitektur modern yang berkembang setelah masa perang dunia
kedua khususnya di Eropa (Cataldi, 2003). Arsitektur modern yang mendorong
tumbuhnya internasionalisme dalam desain bangunan dan lingkungan dinilai
mengancam kelestarian aspek lokalitas dari arsitektur. Muratori kemudian
mengembangkan metode untuk menggali kekayaan bentuk-bentuk dalam arsitektur
lokal untuk kemudian dipergunakan sebagai bentuk dasar dari komponen-komponen
lingkungan yang baru. Metode ini dikenal dengan nama typologi dan mahzab yang
mempergunakan metode ini dikenal dengan nama Muratorian. Pada masa ini analisis
mengenai bentuk lebih berorientasi pada bangunan sebagai representasi dari arsitektur.
2. French school. Metodologi mengenai kajian bentuk terus berkembang dimana
memasukkan unsur growth. Dalam fase ini, mulai berkembang kesadaran mengenai
pentingnya memperhatikan unsur pertumbuhan populasi dan masalah sosial di
dalamnya yang mempengauruhi pertumbuhan bentang kota (townscape).
3. English school. Kompleksitas kawasan perkotaan menuntut penjelasan yang lebih
komprehensif mengenai penyebab dan bagaimana strategi pengendaliannya. Pada fase
ini, metodologi kajian bentuk diperkaya dengan substansi geografi yang diperkenalkan
oleh M.R.G.Conzen yang kemudian lebih dikenal dengan mahzab Conzenian. Pada
mahzab ini, bentuk kota dipahami sebagai representasi proses yang didorong oleh
beberapa komponen geografis antara lain struktur bangunan, fungsi bangunan atau
lahan, ukuran kapling dan jaringan jalan. Pada era ini, istilah morphology mulai
dikenal.

3
Meskipun masing-masing mahzab di atas memiliki fokus amatan yang berbeda, tetapi
masing-masing menerapkan disiplin yang sama, yaitu adanya skala observasi dan komponen
observasi. Skala observasi merupakan penjenjangan tingkat kedetailan pengamatan (resolusi)
yang berimplikasi pada jenis komponen fisik dasar yang observasi. Secara umum, resolusi
pengamatan dalam analisis morfologi antara lain terdiri dari :
- PLOT, merupakan skala pengamatan morfologi dengan resolusi yang paling rendah
karena hanya fokus ke komponen-komponen fisik yang berada pada potongan lahan
yang sama. Objek-objek dalam sebuah plot tidak dibatasi oleh ruas jalan apapun, dengan
demikian kita dapat menemukan komponen bangunan dan guna lahan di dalamnya. Plot
yang terdiri dari beberapa beberapa kapling biasanya disebut blok.
- DISTRIK, merupakan sekumpulan plot beserta komponen fisik di dalamnya yang
dihubungkan oleh ruas-ruas jalan. Distrik sudah dapat memperlihatkan kompleksitas
kawasan karena didalamnya dapat diamati sebaran blok dengan karakteristik fisik
lingkungan dan demografi.
- KOTA, secara morfologis merupakan satu kesatuan wilayah dengan kompleksitas
struktur dan pola ruang sebagai pusat permukiman.
- WILAYAH, merupakan satu kesatuan wilayah yang tersusun dari pusat-pusat
permukiman secara berjenjang.

Komponen-komponen dalam morfologi kota ada 3 pendekatan yaitu komponen


muratorian, komponen conzenian, dan komponen typo-morphology. Ketiga komponen ini
menggunakan aspek analisis yang berbeda yaitu :

1. Komponen Muratorian
Pendekatan ini mempergunakan empat aspek analisis, antara lain:
- Elemen Desain, yaitu komponen-komponen yang mendukung kelengkapan desain,
misalnya bangunan terdiri dari atap, pintu, dan lain sebagainya.
- Struktur Internal Elemen, yaitu posisi atau hubungan antara elemen desain.
- Hubungan Antara Bentuk dan Kegunaan, yaitu komponen yang menjelaskan
bagaimana dimensi dan proporsi ruang serta komponen fisik lainnya dapat
mengakomodasi fungsi ruang.
- Aspek Formal Atau Perwujudan Fisik, yaitu bagaimana desain bangunan dan kawasan
secara fisik mencerminkan makna dan kegunaan.
2. Komponen Conzenian

4
Menurut, M.G.R. Conzen bahwa sangat perlu untuk memperhatikan empat komponen
morfologi, yaitu :
- Guna lahan (land uses), merupakan komponen pokok dalam pertumbuhan kawasan.
- Stuktur Bangunan. Komponen ini merupakan representasi dari typology dalam
analisis morfologi dan dapat dibahas dalam dua aspek, antara lain penataan massa dan
arsitektur bangunan.
- Pola Plot. Komponen ini dapat dibahas dari aspek ukuran (dimensi) dan sebarannya.
- Jaringan Jalan. Komponen ini merupakan fungsi derivatif dari guna lahan. Sebagai
jalur penghubung, jaringan jalan sangat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas fungsi
kawasan.
3. Komponen Typo-Morphology
Moudon menjelaskan bahwa pendekatan tipo-morfologi merupakan refleksi dari
dialektik antara tipologi bangunan dengan morfologi kota. Dalam kajian kontemporer
mengenai perkotaan, pendekatan ini dapat dipergunakan untuk menguraikan Komponen
Place dengan memasukkan komponen baru yaitu persepsi mengenai makna.
Carmona et al (2003: 89) menjelaskan konsep yang dipergunakan Kevin Lynch
dalam menguraikan komponen place dengan mempergunakan tiga buah atribut, yaitu
identitas, struktur dan makna. Ketiga atribut ini secara jelas mendefenisikan susunan
ruang perkotaan dalam lima tipologi, yaitu district, edge, path, landmark dan node.

Seperti halnya komponen citra yang mampu memperlihatkan bagaimana secara


kognitif, pengguna ruang mampu men-struktur-kan kawasan perkotaan yang dengan jelas
merepresentasikan morfologi kawasan.
Peta mental yang dibentuk dari proses berpikir (kognisi) menangkap komponen-
komponen arsitektur kota (tipologi) seperti desain bangunan, taman, pola jalan, dan lain
sebagainya dan merangkainya sedemikian rupa untuk menjelaskan pola keterhubungan antara
komponen-komponen tersebut dalam bentuk morfologi kawasan. Contoh kasus seperti
MONAS (Monumen Nasional) yang menjadi ciri khas suatu kawasan Kota Jakarta, Bundaran
HI yang menjadi simpul pertemuan aktivitas transportasi di Kota Jakarta.

Bentuk morfologi suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur
bangunan, dan elemen-elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan
kota. Pada tahap selanjutnya, terjadilah aktivitas sosial, ekonomi, budaya dalam
masyarakatnya sehingga membawa implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi
kawasan pusat kota. Sebuah kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

5
Pendekatan Morfologi kota adalah suatu kajian ekspresi bentuk keruangan kota. Tidak
hanya mencakup aspek fisik tetapi juga aspek-aspek non-fisik (sejarah, kebudayaan, sosial,
dan ekonomi) penduduk yang dapat mempengaruhi perubahan bentuk ruang kota. Melalui
pemahaman terhadap morfologi kota, akan didapatkan gambaran fisik arsitektural yang
berkaitan dengan sejarah pembentukan dan perkembangan suatu kawasan mulai dari awal
terbentuk hingga saat ini dan juga akan diperoleh pemahaman tentang
kondisi masyarakatnya. Pendekatan Morfologi kota dapat dilakukan melalui Tissue Analysis.
Dalam Tissue Analysis ini termuat beberapa informasi terkait dengan hal-hal yang mendasari
terbentuknya suatu kawasan yang meliputi pola guna lahan, persebaran fasilitas, jaringan
jalan, dan permukiman dimana informasi-informasi ini nantinya sangat berguna dalam
membantu menganalisis morfologi suatu kawasan. Terdapat 3 langkah dalam Tissue
Analysis ini :
- Proses, dalam konteks ini dijelaskan bahwa munculnya suatu kota tidak terjadi secara
langsung, namun membutuhkan suatu proses yang memiliki kurun waktu tertentu.
Terdapat suatu perkembangan sejarah yang melatarbelakanginya hingga dapat muncul
seperti saat ini.
- Produk, dalam hal ini kota yang ada ada tidak terjadi secara abstrak, namun
merupakan hasil dari produk desain massa dan ruang yang berwujud 3 dimensi.
- Behavior, dalam konteks ini keberadaan suatu ruang dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat yang menghuninya. Bentuk kota yang ada merupakan hasil perpaduan
budaya, aktivitas sosial dan ekonomi masyarakatnya sehingga menciptakan ruang.
Perubahan ruang kota juga dapat terjadi yaitu karena dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi yang akan berdampak pula bagi perubahan kehidupan dan perilaku
penghuni kota.
Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota.
Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan bentuk kawasan
secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat berharga bagi
penanganan perkembangan suatu kawasan kota.
Cakupan aspek morfologi kota antara lain:
- Aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota)
- Aspek tata bentuk kota/townscape (terutama pola tata ruang, komposisi lingkungan
terbangun terhadap pola bentuk di sekitar kawasan studi)

6
- Aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan
dinamika kawasan kota

Perkembangan morfologi suatu kota dipengaruhi oleh banyak faktor.


- Faktor-faktor yang berkembang umumnya memiliki karakter tertentu yang
mempengaruhi wajah kota dalam kurun waktu yang sangat panjang.
- Kompleksitas wajah kota dalam suatu kronologis waktu dipengaruhi diantaranya oleh
sejarah, gaya bangunan, peraturan, struktur jalan, teknologi membangun,
perkembangan regional, ataupun karena suatu landasan kosmologi yang berkembang
di suatu daerah.
- Morfologi sifatnya never ending dalam artian terus berkembang dan waktu ke waktu.
Perkembangan kota (dengan menggunakan pendekatan morfologi kota) Ditekankan
pada bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan,
sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan. Townscape, Urban sprawl, Pola jalan sebagai
indikator untuk melihat urban form, pola fisik atau susunan elemen fisik kota. Kota dapat
diklasifikasikan sebagai kota dengan “bentuk kompak” dan “tidak kompak”.

7
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Analisis Komponen Morfologi


Perubahan morfologi di sebabkan karena pekembangan perumahan dan
permukiman sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan intensitas pembangunan yang
semakin meningkat.

Komponen morfologi terdiri dari tiga elemen yaitu penggunaan lahan, pola
jaringan jalan, dan bangunan (pola dan kepadatan). Identifikasi bertujuan untuk
mengetahui karakteristik tiap komponen pembentuk morfologi yang ada pada kawasan
permukiman wilayah jalan Hangtuah. Karakter tiap komponen ini menjadi masukan
dalam analisis bentuk morfologi kawasan permukiman wilayah jalan Hangtuah.
Penggunaan Lahan, Penggunaan lahan pada kawasan dibedakan dalam
penggunaan lahan terbangun dan penggunaan lahan tidak terbangun. Penggunaan lahan
pada kawasan di jalan Hangtuah Kota Palu, di dominasi oleh penggunaan lahan sebagai
kawasan permukiman. Berdasarkan pengamatan dari sumber peta, penggunaan lahan
berkisar 75%. Kemudian, presentasi sisanya adalah RTH dan penggunaan lahan sebagai
sarana pendidikan dan pariwisata. Dapat di amati dari sumber peta citra di atas bahwa
penggunaan lahan terbangun meliputi permukiman penduduk, sarana pendidikan, dan
sarana pariwisata. Sedangkan penggunaan lahan tidak terbangun yaitu, RTH dan RTP
serta persawahan yang ada di pinggiran pantai.

8
Pola Jaringan Jalan, Pola jaringan jalan merupakan kenampakan struktur jalan
yang membentuk suatu tatanan tertentu. Pola jaringan jalan dibentuk dari kenampakan
fisik atau struktur jaringan jalan utama dan dimensi jalan (lebar jalan). Dimensi lebar
jaringan jalan pada kawasan permukiman wilayah jalan Hangtuah beragam, yaitu adanya
jalan kolektor yang lebih lebar, dan jalan primer lainnya. Jaringan jalan ditinjau dari
bentuk dasar jalan utama dan dimensi lebar pada kawasan permukiman wilayah jalan
Hangtuah memiliki pola jalan spinal. Pola spinal diidentifikasi dari jalan kolektor
sekunder pada kawasan permukiman sebagai jalan utama. Hal tersebut dikarenakan jalan
yang berada di pusat kawasan yang kemudian memiliki cabang dengan fungsi jalan yang
lebih rendah yaitu jalan lokal primer.
Bangunan (Kepadatan dan Pola), Kepadatan bangunan merupakan persentase
kawasan terbangun dengan total luas lahan keseluruhan kawasan terbangun. Pola
kepadatan kawasan permukiman wilayah jalan Hangtuah adalah tidak teratur. Hal
tersebut ditunjukan tidak adanya keseragaman kepadatan pada kawasan ini. Namun pada
sebagian kawasan dekat dengan jaringan jalan utama kepadatannya tinggi sekitar 70-
80%, menurun pada kepadatan di belakangnya sekitar 60-70%, dan sebanding dengan
jarak jalan utama. Pola bangunan menuntut keseimbangan dan keteraturan. Kawasan ini
jika ditinjau dari bentuk bangunan maka dapat dikatakan belum sepenuhnya seimbang
dan teratur namun memiliki bentuk utama persegi atau persegi panjang. Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa pola bangunan pada kawasan permukiman wilayah jalan
Hangtuah merupakan pola heterogen.

B. Analisis Bentuk Morfologi


Bentuk morfologi ditinjau dari 3 komponen yaitu penggunaan lahan, pola jaringan
jalan, dan pola bangunan. Karakteristik ketiga komponen tersebut yang menjadi masukan
dalam analisis bentuk morfologi. Karakteristik komponen memiliki peran atau kontribusi
masing-masing dalam bentuk morfologi. Perpaduan hasil karakteristik komponen
morfologi yang telah diidentifikasi pada tahapan sebelumnya. Berdasarkan hasil dari
identifikasi tahapan sebelumnya, kawasan permukiman wilayah jalan Hangtuah memiliki
bentuk linear menerus.

9
C. Analisis Perubahan Bentuk Morfologi Kota (Urban Sprawl)
Analisis ini menggunakan rentan waktu 3 tahun yaitu 2014, 2017, dan 2020.
Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah
penduduk akan selalu diiringi dengan meningkatnya standar kualitas dan kuantitas
kebutuhan hidup dan peningkatan kebutuhan ketersediaan fasilitas yang
menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan dan juga akan mempengaruhi
perubahan pada bentuk morfologinya sehingga menimbulkan terjadinya Urban Sprawl.
Peta Citra Tahun 2014

Peta yang telah di deliniasi

Peta Citra Tahun 2017

10
Peta yang telah dideliniasi

Peta Citra Tahun 2020

Peta yang telah dideliniasi

11
Berdasarkan 3 peta citra di atas (tahun 2014, 2017, 2020), dapat kita lihat bahwa
terdapat perubahan penggunaan lahan yang awalnya adalah kawasan RTH berubah
menjadi kawasan pendidikan dan permukiman serta pembangunan jaringan jalan.
Berdasarkan perubahan penggunaan lahan ini, dapat diidentifikasi bahwa pola
perkembangan kota yang terjadi pada kawasan permukiman wilayah jalan Hangtuah
yaitu perembetan yang meloncat (Leapfrog Development). Dimana perkembangan
lahannya terjadi berpencaran secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan
pertanian sehingga menyulitkan untuk pembangunan sarana dan prasarana karena tidak
kompak, namun cepat atau lambat daerah antar non-urban tersebut akan menyatu dan
membentuk “urban landscapes” yang kompak.
Urban sprawl salah satunya memiliki pengaruh dalam perubahan bentuk kota.
Bentuk Kota wilayah jalan Hantuah sebelum terjadi urban sprawl sebelum tahun 2020
termasuk bentuk linear menerus. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa
karena adanya perembetan aktivitas yang meloncat (Leapfrog Development) sebagai
bukti urban sprawl di wilayah Jalan Hangtuah membawa konsekuensi terhadap
perubahan bentuk Kota yaitu terjadi perkembangan pembangunan ke arah timur. Namun
demikian bentuk wilayah jalan Hangtuah masih tergolong dalam kategori liniear
memanjang.

12
BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen morfologi
pada kawasan ini meliputi penggunaan lahan yang lebih di dominasi oleh kawasan
permukiman dengan pola jaringan jalan yaitu pola spinal yang diidentifikasi dari jalan
kolektor sekunder pada kawasan permukiman sebagai jalan utama, dan memiliki kepadatan
penduduk yang belum seragam sehingga pola bangunan dapat dikatakan pola heterogen.

Dari analisis komponen ini juga dapat menjadi acuan dalam analisis bentuk kota.
Berdasarkan hasil dari identifikasi tahapan sebelumnya yaitu, kawasan permukiman wilayah
jalan Hangtuah memiliki bentuk linear menerus.

Dan, terjadinya Urban sprawl memiliki pengaruh dalam perubahan bentuk kota.
Bentuk Kota wilayah jalan Hantuah sebelum terjadi urban sprawl sebelum tahun 2020
termasuk bentuk linear menerus. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa
karena adanya perembetan aktivitas yang meloncat (Leapfrog Development) sebagai bukti
urban sprawl di wilayah Jalan Hangtuah membawa konsekuensi terhadap perubahan bentuk
Kota yaitu terjadi perkembangan pembangunan ke arah timur. Namun demikian bentuk
wilayah jalan Hangtuah masih tergolong dalam kategori liniear memanjang.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/32125/4/BAB%20I.pdf

http://mfsuprapto.blogspot.com/2017/03/makalah-morfologi-kota-padang-sumatra.html

http://taufiqnashrullah.blogspot.com/2013/07/morfologi-kota.html

file:///C:/Users/acer/Downloads/720-2184-1-PB.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai