Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan
terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah
pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber
dari hasil analisis dari epidemiologi. Pencegahan penyakit berkembang secara
terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada penyakit infeksi
saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti yang dianjurkan oleh
James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar untuk mencegah penyakit
scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan pada fenomena non-
penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan penduduk dengan keluarga
berencana.
Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan
individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi
secara etimologi berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang
sebelum atau antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sbegai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau kerugian
bagi seseorang atau masyarakat. (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 : 145).
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan.
Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat
pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada
peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan
terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan
gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.

1
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan
penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya
pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di
masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian sehat sakit?
2. Bagaimana konsep pencegahan penyakit?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sehat sakit
2. Untuk mengetahui konsep pencegahan penyakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP SEHAT SAKIT


1. Pengertian Sehat

Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan


perspektif yang Iebih Iuas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan,
hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa
berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).
Pengertian sehat dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah:
1. WHO (1947)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, social tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
2. White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit
dan kelainan.
3. Pender (1982)
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
4. Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri secara adekuat.
5. UU No.23 (1992) tentang Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

3
6. UU N0. 36 (2009) tentang kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Menurut UU No.36/2009, kesehatan itu mencakup 5 aspek, yakni: fisik,
mental, spiritual, sosial dan ekonomi. Wujud atau lndikator dari 5 dimensi
sehat, antara lain:
a. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik mengandung arti bahwa seseorang tidak merasa sakit
dan memang secara klinis tidak ada penyakit atau dengan kata lain semua
organ tubuh normal dan tidak ada gangguan
fungsi tubuh.
b. Kesehatan Mental
Kesehatan liwa (Mental Health) adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang-orang lain (Pasal 1 UU N0. 3 Tahun 1966 tentang
Kesehatan Jiwa).
c. Kesehatan spiritual
Kesehatan spiritual mengandung arti bahwa seseorang mampu
mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang
pencipta.
d. Kesehatan Sosial
Kesehatan Sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat sedemikian
rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk
memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan
keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya bekerjadan

4
menikmati hiburan pada waktunya (Penjelasan Pasal 3 UU N0. 9 Tahun
1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan).
Kesehatan sosial juga bisa diartikan seseorang mampu berinteraksi
dengan orang Iain atau kelompok tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.
e. Kesehatan Ekonomi
Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang yang sudah
dewasa, mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi
yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang sudah
pensiun atau usia lanjut, sehat ekonomi terlihat dari perilaku produktif
secara sosial, yakni mempunyai kegiatan.
Dari 5 dimensi sehat di atas terlihat bahwa kesehatan seseorang tidak
hanya diukur dari aspek fisik, mental, spiritual dan sosial saja, tetapi juga
diukur dari produktifitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau
menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja,
anak dan remaja atau bagi yang sudah pensiun atau usia lanjut, berlaku
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau
kuliah bagi anak dan remaja dan kegiatan sosial bagi usia lanjut. Kelima
dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan
tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau masyarakat sehingga
kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh.
Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994 M) :
1) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2) Memandang sehat dengan mengidentifikasi Iingkungan internal dan
eksternal.
3) Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
2. Definisi Sakit
1. Parkins (1937)

5
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas
jasmani, rohani dan sosial.
2. Reverlly Susan
Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara Iingkungan dengan individu.
3. Bauman (1965)
Seseorang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka
sakit:
a. Adanya gejala seperti Naiknya suhu, rasa nyeri, mual.
b. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan apakah baik, buruk,
atau sakit.
c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari apakah
mengganggu aktivitas bekerja, sekolah atau aktivitas sehari-hari.
4. Pemons (1972)
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian
sosialnya.
5. New Webster Dictionary
Sakit adalah suatu keadaan yang ditandai dengan suatu perubahan
gangguan nyata yang normal.

3. Definisi Penyakit
1. Cassell
Penyakit adalah sesuatu yang didapatkan oleh seorang pasien sepulang
dari dokter setelah merasakan gejala-gejala. Jadi penyakit adalah sesuatu
yang dimiliki dan dirasakan oleh suatu organ.
2. Kleinmen
Penyakit adalah gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses
biologis dan psikofisiologis pada seseorang.

6
Dari definisi di atas, dapat dibedakan konsep antara sakit dan penyakit
seperti berikut:
1. Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu
organisme, benda asing atau lika (injury). Hal ini adalah suatu fenomena
objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi tubuh sebagai organisme
biologis.
2. Sakit (Hines) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan
dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan
fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling
unwell).
Kombinasi Alternatif Antara Sakit Dan Penyakit
Kombinasi alternative Tidak ada penyakit Ada penyakit
Tidak dirasa sakit Area 1 Area 2
Dirasakan sakit Area 3 Area 4

Interprestasi dari tabel di atas adalah:


a. Area 1 (No disease and no illness)
Seseorang tidak menderita penyakit (secara klinis) dan tidak merasa sakit,
dalam arti seseorang sehat.
b. Area 2 (Disease but no illness)
Seseorang menderita penyakit, tetapi tidak merasakan sakit, kenyataan ini
banyak terjadi dalam masyarakat. Dari hal ini muncul konsep sehat-sakit menurut
masyarakat yaitu:
1. Konsep sehat masyarakat, menyatakan bahwa sehat adalah orang yang dapat
bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
2. Konsep sakit masyarakat menyatakan bahwa sakit adalah seseorang yang
tidak dapat bangkit dari tempat tidur, tidak dapat menjalankan pekerjaannya
sehari-hari.

7
Area 2 ini yang menyebabkan munculnya perbedaan konsep sehat-sakit antara
masyarakat dengan petugas kesehatan.
c. Area 3 (illness but no disease)
Seseorang merasa sakit, tetapi secara klinis tidak ada penyakit di tubuhnya,
kenyataan ini banyak dalam masyarakat karena gangguan psikis, umumnya
ditemui di negara maju.
d. Area 4 (illness with disease)
Seseorang merasa sakit dan secara klinis memang ada penyakit di tubuhnya,
dalam arti seseorang sakit.
3. Konsep Sehat-sakit Secara Umum Yang Berada Di Masyarakat
Konsep sehat secara umum yang berada di masyarakat adalah bila
seseorang tidak ada gangguan fisik; masih mampu beraktivitas walaupun ada
ganggun fisik; masih mampu beraktivitas walaupun ada ganggun psikis;
melakukan aktivitas dengan anggota fisik yang tidak lengkap.
Konsep sakit secara umum yang berada di masyarakat adalah bila seseorang
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari; bila fisik terasa tidak
nyaman dan benar-benar sakit; bila psikis merasa ada gangguan; bila terdapat
ketidakseimbangan antara fisik dengan psikis sehingga tidak mampu
mengendalikan aktivitas.
4. Perbedaan Persepsi Sehat-sakit Antara Petugas Dan Masyarakat
Persepsi Sehat-Sakit Menurut Petugas Kesehatan, adalah:
1. Deteksi kebutuhan masyarakat akan upaya kesehatan merupakan tahap
awal.
2. Orang masih sehat membutuhkan upaya kesehatan untuk mencegah
timbulnya penyakit.
Persepsi Sehat-Sakit Menurut Masyarakat, adalah:
1. Baru merasa membutuhkan upaya kesehatan bila dalam tahap parah.
2. Tidak bisa diatasi dengan beristirahat dan minum jamu saja atau obat-obatan
tradisional Iainnya.

8
3. Setelah tidak sembuh dengan pengobatan dukun atau ahli obat tradisional
Iainya.

5. Dampak Sakit
Dampak sakit terhadap seseorang adalah:
a. Terhadap Perilaku individu sakit
Ketika seseorang sakit maka Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-
beda tergantung pada asal penyakit. Penyakit dengan jangka waktu yang
singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit
perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang lbu
yang mengalami sakit gigi, akan merasakan nyeri yang hebat dan mengalami
penurunan kesabaran dan mungkin akan Iebih memilih menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya dapat
menimbulkan perubahan perilaku yang lebih luas, seperti penolakan, marah,
dan menarik diri.
b. Terhadap Emosi individu sakit
Respon seseorang terhadap penyakit yang dideritanya dapat menimbulkan
perubahan emosi. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak
mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan emosi pada
klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami radang sendi
mempunyai dampak bersifat emosional dan mungkin mempunyai keterkaitan
dengan rasa takut dan perasaan menderita fisik maupun mental yang Iebih
kuat daripada rasa sakit yang dialami. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika
mengancam kehidupannya dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku
yang Iebih Iuas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah.
c. Terhadap Peran dan Dinamika Keluarga
Peran seseorang dalam keluarga bervariasi, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Ketika
mengalami penyakit, peran-peran tersebut dapat mengalami perubahan, di

9
mana perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau
terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Perubahan jangka pendek,
biasanya klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan,
tetapi pada perubahan jangka panjang klien memerlukan proses penyesuaian
yang lama.
Dinamika Keluarga merupakan proses di mana keluarga melakukan fungsi
keluarga, seperti mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota
keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup
sehari-hari. Misalnya jika Ayah sakit maka pengambilan keputusan akan
tertunda. jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus
membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
Misalnya: seorang anak akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika
ibunya sakit, karena tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman
pada anak.
d. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu:
e. Citra tubuh (body image)
Citra tubuh adalah cara individu melihat dan berpikir mengenai dirinya
sendiri pada waktu sekarang ini. Sering juga disebut cermin diri. lndividu
bertindak sesuai dengan bayangan/gambar yang muncul di dalam cermin.
f. Peran diri (role)
Peran adalah Serangkaian pola perilaku yang diharapkan di berbagai
Iingkungan sosial yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial.
g. ldentitas diri (identity)

10
ldentitas diri adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesinambungan, kesatuan, konsistensi dan
keunikan individu.
h. Ideal diri (self ideal)
Ideal diri adalah gabungan dari semua kualitas serta ciri kepribadian
orang yang sangat dikagumi atau merupakan gambaran dari sosok yang
sangat diinginkan untuk menjadi sepertinya.
i. Harga diri (self esteem)
Harga diri adalah komponen yang bersifat emosional dan paling
penting dalam menentukan sikap dan kepribadian individu atau bisa
disebut seberapa suka dan hormat seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran
yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan
spiritual diri. Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat
kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota
keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri
karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan
keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.
Akibatnya anggota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misalnya Klien yang menderita kanker payudara dan dilakukan operasi
pengangkatan payudara akan merasa konsep diri dan citra tubuh terganggu
karena merasa setelah payudaranya diangkat dia tidak menjadi wanita
seutuhnya.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan Dan Tindakan Seseorang
Tentang Sehat
Ada 2 faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan seseorang
tentang sehat yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal

11
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang
mempengaruhi keyakinan dan tindakan terhadap kesehatan.
1. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Keyakinan dan tindakan seseorang tentang kesehatan dapat ditentukan
oleh faktor tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan dengan
usia seseorang.
Contoh: Balita dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan
dan mengatasinya sehingga perlu dibantu untuk mendapatkan
penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit.
2. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi
oleh pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.
Contoh: seseorang yang mengetahui cara penyebaran TBC melalui
percikan air Iudah maka orang tersebut akan melakukan upaya
pencegahan dengan menutup hidung ketika ada orang yang batuk atau
bersin.
3. Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi
oleh cara seseorang merasakan fungsi fisiknya, apakah merasakan fungsi
organ-organ tubuhnya penting atau tidak. Contoh: seseorang dengan
penyakit ginjal yang kronis merasa bahwa tingkat kesehatan mereka
berbeda dengan orang yang hanya menderita batuk dan pilek biasa.
Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan
kesehatan pada masing-masing orang tersebut cenderung berbeda-beda.
Selain itu, individu yang sudah sembuh dari penyakit yang parah mungkin
akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan tindakan
mereka dalam memandang fungsi tubuhnya.
4. Faktor Emosi

12
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor emosi yang berbeda-beda. Contoh:
a) Seseorang yang memiliki emosi yang tenang cenderung mempunyai
respon emosional yang kecil selama ia sakit.
b) Seseorang yang memiliki emosi yang tidak stabil cenderung
menyalahkan keadaan ketika sakit.
c) Spiritual
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor spiritual seseorang karena hal ini akan mempengaruhi cara pandangnya
terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Ada beberapa agama
yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, seperti KB,
euthanasia, imunisasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri seseorang yang
mempengaruhi keyakinan dan tindakan terhadap kesehatan.
1. Kebiasaan di Keluarga
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor kebiasaan di keluarga dalam cara keluarga dalam melaksanakan
kesehatannya. Contoh: Jika seorang ibu sering mengajak anaknya melakukan
pemeriksaan gigi rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang
sama.
2. Faktor Sosioekonomi
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor sosioekonomi, di mana yang termasuk faktor sosial adalah stabilitas
perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja sedangkan yang termasuk
faktor ekonomi adalah penghasilan, pekerjaan.
Faktor sosioekonomi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mengartikan dan bereaksi terhadap
penyakitnya. Contohnya: Orang yang status sosial ekonominya rendah

13
biasanya kurang memahami
mengenai kesehatan, tidak mampu membeli makanan yang bergizi, tidak
mampu membeli obat dan tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan.
3. Budaya/kultur
Keyakinan dan tindakan seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor budaya/kultur, di mana tiap-tiap kultur memiliki pandangan tentang
sehat dan diturunkan dari orang tua ke anak-anak. Contoh: ada budaya
tertentu yang melakukan penanganan terhadap kejang dengan cara mengikat
penderita dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur.

7. Riwayat Alamiah Penyakit


1. Definisi
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat
penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu
intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah
penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif.
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat
alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka
bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun
mengatasi problem penyakit tersebut. Perkembangan secara alamiah suatu
penyakit (tanpa intervensi/campur tangan medis) sehingga suatu penyakit
berlangsung secara natural.
Proses perjalanan penyakit secara umum dapat dibedakan atas :
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage Of Susceptibility)

14
Terjadi interaksi antara host – bibit penyakit –lingkungan , interaksi di
luar tubuh manusia. Penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih
kuat, sudah terancam dengan adanya interaksi tersebut.(tahap ini kondisi
masih sehat)
2. Tahap Inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)
Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh host, gejala penyakit belum
nampak.  Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi berbeda-beda. Beberapa
jam, hari, minggu, bulan  sampai bertahun-tahun. Tahap inkubasi dimulai dari
masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum timbulnya gejala. Daya tahan
tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus terjadi gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh, sehingga penyakit makin bertambah hebat dan timbul gejala.
Horison Klinik ialah garis yang membatasi antara tampak atau tidaknya gejala
penyakit.
3. Tahap Penyakit Dini (Stage Of Clinical Disease)
b. Dihitung dari munculnya gejala penyakit.
c. Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan), penderita masih
dapat melakukan aktifitas (tidak berobat).
d. Perawatan
Cukup dengan obat jalan menjadi masalah besar dunia kesehatan (jika
tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat rendah) mendatangkan
masalah lanjutan yang makin besar Penyakit makin parah berobat
memerlukan perawatan relatif mahal.
e. Akibat lain bahaya masyarakat luas menularkan kepada orang lain dan
dapat menimbulkan KLB atau wabah.
4. Tahap Penyakit Lanjut
a. Penyakit makin bertambah hebat
b. Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
c. Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).
5. Tahap Akhir Penyakit

15
a. Perjalanan penyakit akan berhenti.
b. Berakhirnya perjalanan penyakit dengan beberapa keadaan yaitu :
1) Sembuh sempurna baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula
seperti keadaan sebelum sakit;
2) Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh kesembuhan tidak sempurna  ditemukan cacat pada
pejamu. Kondisi cacat cacat fisik, fungsional dan sosial.
3) Karier
Perjalanan penyakit seolah‐olah terhenti gejala penyakit   tidak tampak
(dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit) suatu saat
penyakit dapat timbul kembali  (daya tahan tubuh menurun).
4) Kronis
Perjalanan penyakit tampak berhenti, gejala penyakit tidak berubah,
tidak bertambah berat ataupun ringan.
5) Meninggal Dunia
Terhentinya perjalanan penyakit, pejamu meninggal dunia.(keadaan
yang tidak diharapkan).
Informasi riwayat alamiah penyakit bermanfaat untuk:
a. Diagnostik : Masa inkubasi pedoman penentuan jenis penyakit
b. Pencegahan : Mengetahui rantai perjalanan penyakit mudah dicari titik potong yg
penting dalam upaya pencegahan penyakit
c. Terapi : fase paling awal, lebih awal diberikan lebih baik hasil yang diharapkan.

B. Konsep Pencegahan Penyakit


1. Klasifikasi dari Penyakit dan Masalah Kesehatan

Penyakit dan masalah kesehatan dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara.


Masyarakat sering mengklasifikasikan penyakit berdasarkan organ atau sistem
organ, misalnya, penyakit ginjal, penyakit hati, infeksi saluran pernapasan dan

16
sebagainya. Metode lain klasifikasi berdasarkan agens penyebabnya˗˗penyakit
viral, keracunan bahan kimia, cedera fisik, dan sebagainya. Dalam hal ini, agens
penyebab bisa saja berupa agens biologis, kimia, atau agens fisik.

a. Penyakit Menular Versus Penyakit Tidak Menular


Sistem klasifikasi penting lainnya membagi penyakit menular dan
penyakit tidak menular. Penyakit menular (infeksius) merupakan penyakit
yang agens biologis atau produknya menjadi penyebab dan yang dapat
ditularkan dari satu individuk ke individu lain. Proses penyakit dimulai saat
agens siap menetap dan tumbuh atau bereproduksi dengan tubuh pejamu.
Proses penetapan dan pertumbuhan mikroorganisme atau virus di dalam tubuh
pejamu disebut infeksi.
Penyakit tidak menular (non-infeksius) atau kesakitan merupakan penyakit
yang tidak dapat ditularkan dari orang yang terkena pada orang yang rentan.
Penetapan penyebab penyakit tidak menular ini sering kali lebih sulit karena
adanya beberapa, atau bahkan banyak, faktor yang ikut berkontribusi dalam
perkembangan kondisi kesehatan tidak menular. Faktor pengkontribusi itu
berupa faktor genetic, lingkungan, ataupun faktor perilaku. Karena alasan itu,
bebrapa kondisi kesehatan tidak menular disebut penyakit penyebab ganda,
misalnya, penyakit jantung. Faktor lingkungan genetic, misalnya stress, dan
perilaku pilihan, misalnya diet yang buruk dan kurang olahraga dapat ikut
menyebabkan penyakit jantung.
6. Penyakit dan Kesakitan Akut Versus Penyakit dan Kesakitan Kronis
a. Agens Penyebab Penyakit dan Cedera

Agens Biologi Agens Kimia Agens Fisik


Virus Pestisida Panas
Rickettsia Zat aditif makanan Cahaya
Bakteri Zat farmakologis Radiasi
Jamur Zat kimia industry Suara
Protozoa Polutan udara Getaran

17
Metazoa Asap rokok Objek berkecepatan
b. Klasifikasi Penyakit

Tipe Penyakit Contoh


a. Penyakit
Akut
Menular Salesma, pneumonia, gondong, campak, pertussis,
demam tifoid, kolera
Tidak Menular Usus buntu, keracunan, cedera (akibat tabrakan
kendaraan bermotor, api, tembakan, dan sebagainya)
b. Penyakit
Kronis
Menular AIDS, lyme disease, tuberculosis, sifilis, demam
rematik akibat infeksi streptokokus, hepatitis B
Tidak menular Diabetes, penyakit jantung coroner,
osteoarthritis,sirosis hati akibat konsumsi alkohol

2. Penyakit Menular

Istilah infektivitas mengacu pada kemampuan agens biologis untuk menetap


dan bertumbuh di dalam pejamu, istilah patogenisitas mengacu pada kemampuan
agens penyakit infeksius untuk menimbulkan penyakit.

Unsur-unsur di dalam model penyakit menular antara lain agens, pejamu, dan
lingkungan. Dalam model ini, agens merupakan unsur yang harus ada agar
penyakit terjadi. Contoh, virus influenza harus ada dalam diri seseoranga agar
orang itu menderita sakit influenza. Pejamu adalah organisme rentan apapun yang
disusupi agens infeksius. Lingkungan mencakup semua faktor lain yang
menghalangi atau memicu penularan penyakit. Penularan penyakit menular terjadi
jika seorang pejamu rentan dan suatu agens patogenik berada di dalam suatu
lingkungan yang kondusif untuk penularan penyakit.

1. Mata Rantai Infeksi

18
Penularan penyakit menular merupkan suatu proses yang rumit tetapi
dapat dikaji dengan baik yang pemahamannya paling baik didapat melalui
model konsep yang dikenal sebagai mata rantai infeksi. Dengan menggunakan
model mata rantai infeksi ini, kita dapat memvisualisasikan tahapan proses
yang dijalani penyakit menular untuk menyebar dari individu yang terinfeksi
pada orang tidak terinfeksi di dalam masyarakat. Agens patogenik (penyebab
penyakit) meninggalkan reservoirnya (pejamu yang terinfeksi) melalui
gerbang keluar (portal of exit). Penularan terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung, dan agens patogenik masuk ke dalam tubuh pejamu yang
rentan melalui gerbang masuk (portal of entry) untuk menimbulkan suatu
penyakit. Agens (virus selesma) meninggalkan reservoir (tenggorok orang
yang terinfeksi), mungkin saat pejamu bersin. Portal of exitnya adalah hidung
dan mulut. Penularan dapat terjadi secara langsung jika droplet air liur
memasuki ke saliran pernapasan pejamu yang rentan di dekatnya atau
penularan berjalan tidak langsung jika droplet menjadi kering dan menjadi
bawaan udara (airborne). Portal of entrynya dapat berupa hidung, mulut dari
pejamu yang rentan. Agens masuk, dan infeksi barupun terjadi.
2. Cara Penularan
a. Penularan Langsung, menyiratkan adanya perpindahan langsung agens
penyakit antara individu yang terinfeksi dan individu yang rentan melalui
kontak langsung, misalnya sentuhan, gigitan, ciuman, senggama, atau
karena pancaran langsung droplet ke dalam konjungtiva atau ke atas
membrane mukosa mata, hidung atau mulut selara bersin, batuk, meludah,
bernyanyi atau berbicara. Contoh penyakit dengan cara penularan secara
langsung antara lain, AIDS, Sipilis, gonore, rabies, dan selesma
b. Penularan Tidak Langsung dapat berupa salah satu dari 3 jenis berikut:
1) Penularan bawaan udara adalah penyebaran aerosol microbial ke
portal of entry yang sesuai, biasanya saluran pernapasan. Tuberkolosis,
influenza, histoplasmosis, dan legionellosis merupakan contoh
penyakit bawaan udara
2) Penularan bawaan media, materi atau objek yang terkontaminasi
berperan sebagai media˗objek tidak hidup yang menjadi sumber

19
perpindahan agens menular ke pejamu yang rentan. Contoh media
antara lain, mainan, saputangan, pakaian kotor, seprei, peralatan
makan, dan peralatan bedah. Hampir semua penyakit dapat ditularkan
meluli media, termasuk penyakit yang cara utama penularannya
melalui kontak langsung, misalnya disentri dan hepatitis.
3) Penularan bawaan vector adalah perpindahan penyakit melalui
organisme hidup seperti, nyamuk, lalat, atau kutu. Penularannya dapat
berlangsung secara mekanis, melalui bagian mulut yang
terkonytaminasi atau kaki dari vector, atau secara biologis, yang
melibatkan perubahan multiplikasi atau perkembangan agens dalam
vector sebelum penularan berlangsung. Contoh, organisme penyebab
disentri, polio, kolera, dan demam tifoid telah diisolasi dari serangga
seperti kecoa dan lalat rumah dan diperkirakan tersimpan pada
makanan yang disiapkan konsumsi manusia.
4) Penularan biologis, perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan
agens penyakit berlangsung dalam vector sebelum penularan terjadi.
Penularan biologis jauh lebih penting daripada penularan mekanis jika
dikaitkan dengan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Contoh
vector biologis antara lain nyamuk, pinjal, kutu, tungau, lalat, dan
serangga lain. Nyamuk menularkan virus yang menyebabkan
yellowfever dan demam berdarah dengue, sekaligus menularkan 200
virus lainnya.

3. Penyakit Tidak Menular


Etiologi komplek dari banyak penyakit tidak menular, misalnya penyakit
jantung coroner, terilustrasi dengan baik dalam model penyakit berpenyebab
ganda. Dalam model ini, manusia pejamu digambrkan di tengah-tengah
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam tubuh pejamu, terdapat perkembangan
genetic unik yang tidak dapat diubah, keberadaan pejamu di lingkungan
membentuk besaran faktor yang dapat berkontribusi dalam proses penyakit.
a. Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Dikenal juga dengan penyakit kardiovaskular (CVD). Selama lebih dari 50
tahun terakhir, pemahaman yang lebih lengkap mengenai proses yang terlibat
dalam kejadian CVD mengakibatkan 56% penurunan kasus kematian akibat
penyakit jantung dan stroke. Banyak faktor resiko telah teridentifikasi. Walau
beberapa faktor tersebut tidak dapat diubah melalui pengubahan gaya hidup
atau perilaku, faktor lainnya dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah

20
meliputi usia, jenis kelamin, ras, dan kecendrungan genetic terhadap
perkembangan penyakit ini. Faktor yang dapat dimodifikasi termasuk
merokok, tekanan darah tinggi, kolestrol darah yang tinggi, secara fisik tidak
aktif, obesitas, diabetes, dan stress
b. Neoplasma Malignan (kanker)
Neoplasma Malignan terjadi jika sel-sel lepas control terhadap
pertumbuhan dan pembelahannya. Sel normal terhalang untuk terus
tumbuh dan membelah karena kontaknya dengan sel tetangga. Sel-sel
malihgnan (ganas) tidak begitu terhalangi; sel itu terus tumbuh dan
membelah, sampai akhirnya bertumpu dalam pertumbuhan baru, disebut
neoplasma atau tumor.
c. Masalah penyakit tidak menular lain
a. Penyakit paru obstruktif kronis dan kondisi terkait
b. Diabetes mellitus
c. Sirosis dan penyakit hati kronis

4. Prioritas Upaya Pencegahan dan Pengendalian


a. Penyebab utama kematian
National Center For Health Statistic (NCHS) secara berkala menerbitkan
daftar penyebab utama kematian. Selama lebih dari 50 tahun penyebab utama
kematian di amerika serikat adalah penyakit jantung. Hampir satu dari setiap
tiga kasus kematian disebabkan oleh kanker. Kanker (neoplasma ganas)
merupakan pembunuh utama nomer 2 hampir dari satu setiap 4 kasus
kematian disebabkan oleh kanker. Penyakit serebrovaskuler (stroke)
menempati urutan ketiga penyakit paru obstruktif kronis peringkat keempat,
dan kecelakaan pada peringkat ke 5
b. Tahun Kehidupan Potensial yang Hilang
Pendekatan lain untuk menempatkan prioritas masalah pelayanan
kesehatan masyarakat adalah dengan menggunakan statistic tahun kehidupan
potensial yang hilang (years of potential life loss, YPLL). Dengan
menggunakan metode ini, penyakit yang membunuh penduduk dari semua
kelompok usia menjadi sama pentingnya dengan penyakit yang membunuh

21
khususnya lansia. Contoh, kita lihat bahwa neoplasma ganas atau kanker
merupakan penyebab utama YPLL di Amerika Serikat dan menyebabkan
hampir 20% total˗75 dengan CVD, yang hanya menyebabkan sekitar 15,5%.
Cedera tak disengaja merupakan penyebab YPLL ketiga terbesar
menyebabkan 14% YPLL total.
c. Beban Ekonomi Bagi Masyarakat
Masih ada cara lain untuk mengevaluasi dampak penyakit atau
masalah kesehatan tertentu yaitu dengan memperkirakan beban biaya eonomi
bagi kota atau masyarakat. Data beban ekonomi susah didapat dan terkadang
bahkan para pakar tidak dapat menyetujui perkiraan yang didapat. Contoh,
perkiraan beban biaya masyarakat akibat penggunaan dan penyalahgunaan
alcohol dan obat-obatan sebesar $414 miliyar pertahun, lebih dari $1 miliyar
perhari. Angka ini mencakup bukan saja biaya pengobatan dan hilangnya
produktifitas tetapi juga biaya penegakkan hukum, pengadilan, penjara, dan
kerja sosial.
d. Pencegahan, Intervensi, Pengendalian, dan Pemberantasan Penyakit
Sasaran epidemiologi adalah mencegah, mengendalikan, dan pada
kasus2 khusus, memberantas penyakit dan cedera. Pencegahan mengacu
pada perencanaan dan pelaksanaan tindakan untuk mencegah atau
menghambat kejadian kasus yang tidak diinginkan dan oleh karenanya
lebih diinginkan dari pada intervensi, pelaksanaan tindakan selama
kejadian berlangsung. Contoh pelaksanaan imunisasi untuk mencegah
penyakit lebih dipilih dibanding konsumsi antibiotic untuk
menyembuhkan penyakit itu. Pengendalian merupakan istilah umum
untuk pematangan suatu penyakit dan dapat mencakup tindakan baik
pencegahan maupun intervensi. Istilah pengendalian sering diartikan
membatasi penyebaran penyakit menular. Pemberantasan atau
eradikasiadalah pemusnahan atau penghapusan total penyakit dari
populasi dari manusia. Sasaran ini memang sangat sulit dicapai, dan

22
termasuk salah satu tujuan yang pencapaiannya jarang terjadi. Cacar
merupakan satu-satunya penyakit menular yang berhasil di berantas.
e. Tingkatan Pencegahan
Pencegahan primer adalah mencegah awitan suatu penyakit atau
cedera selama masa prapatogenesis (sebelum proses suatu penyakit
dimulai). Contoh pencegahan primer antara lain, program pendidikan
kesehatan dan promosi kesehatan, proyek rumah aman, dan
pengembangan personalitas dan pembentukan karakter. Pencegahan
sekunder adalah diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit sebelum
penyakit itu berkembang dan disbilitas menjadi parah. Salah satu tindakan
pencegaha sekunder yang paling penting adalah skrining kesehatan.
Tujuan skrining ini bukan untuk mencegah terjadinya penyakit tetapi lebih
untuk mendeteksi keberadaannya selama masa pathogenesis awal,
sehingga intervensi (pengobatan) dini dan pembatasan dis\abilitas dapat
dilakukan. Tujuan pencegahan tersier adalah melatih kembali, mendidik
kembali, dan merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen.
Tindakan pencegahan tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah
berlangsungnya masa payogenesis. Terapi untuk pasien jantung
merupakan contoh pencegahan tersier
1. Pencegahan penyakit menular
a. Pencegahan primer penyakit menular. Contoh tindakan masyarakat
antara lain; klorinasi persediaan air, pemeriksaan restoran dan pasar,
bahan makanan eceran, program imunisasi yang mencakup semua
pnduduk, pemeliharaan sistem saluran pembuangan yang berfungsi
dengan baik, pembuangan limbah padat secara tepat, dan pengendalian
vector serta binatang pengerat. Kedalamnya juga ditambahkan upaya
personal dalam pencegahan primer, misalnya cuci tangan, pemasakan
makanan dengan benar, perumahan dan pakaian yang adekuat,

23
penggunaan kondom, dan upaya mendapatkan semua imunisasi
tersedia untuk melawan penyakit tertentu
b. Pencegahan sekunder penyakit menular
Langkah-langkah pencegahan sekunder terhadap penyakit menular
bagi individu melibatkan diagnosis sendiri dan pengobatan sendiri
dengan obat yang ada di rumah, tanpa obat dari resep dokter, atau
diagnosis dan pengbatan dengan antibiotic yang diresepkan dokter.
Upaya pencegahan sekunder yang dilaksanakan oleh masyarakat
terhadap penyakit menular biasanya ditunjukan untuk mengendalikan
atau membatasi penyebaran suatu epidemic. Contohnya antara lain
pemeliharaan secara cermat, ctatan kasus dan mematuhi semua
kebijakan yang mengharuskan pelaporan penyakit yang harus
dilaporkan dan melakukan investigasi kasus serta kontak-mereka yang
mungkin terinfeksi melalui kontak dekat dengan kasus yang positif
c. Pencegahan tersier penyakit menular
Upaya pencegahan tersier untuk pengendalian penyakit menular
bagi individu mencakup upaya pemulihan dari infeksi penyembuhan
sehat total, dan kembali menjalankan aktifitas normal. Contoh,
dibeberapa Negara misalnya, republic korea, penderita salesma atau
flu mengenakan masker tipis di tempat umum untuk mengurangi
penyebaran penyakit
2. Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Baik individu maupun masyarakat dapat memberikan kontribusi
bermakna dalam pencegahan dan pengendalian penyakit berpenyebab
ganda. Masyarakat dapat menyediakan lingkungan yang pro kesehatan
fisik, ekonomi dan sosial yang didalamnya setiap orang akan lebih mudah
mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.
3. Pencegahan Primer Penyakit Tidak Menular

24
Upaya pencegahan primer untuk penyakit tidak menular mencakup
persediaan makanan dan energi yang adekuat, kesempatan yang baik
dalam pendidikan, pekerjaan, dan perumahan, layanan komunitas yang
efisien. Selain dasar-dasar tersebut, komunitas harus menyediakan
program promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan, layanan kesehatan
dan medis, dan perlindungan terhadap bahaya lingkungan dan pekerjaan.
4. Pencegahan Sekunder Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan sekunder yang dapat dilakukan masyrakat
mencakup pelaksanaan skrining masal untuk penyakit kronis, upaya
penemuan kasus, dan penyediaan tentang fasilitas, perlengkapan, tenaga
kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Tugas individu di dalam
pencegahan sekunder mencakup skrining pribadi, meisalnya periksa
sendiri payudara atau testis (untuk kanker pada organ tersebut), hemocult
test (untuk kanker kolon dan rectum), dan skiring medis seperti pap test
(untuk kanker serviks), tes PSA untuk kanker prostat, mammografi dan
skrining untuk diabetes, glukoma, atau hipertensi.
5. Pencegahan Tersier Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat mencakup ketersediaan
fasilitas, layanan, dan tenaga medis kedaruratan yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang didalamnya upaya pencegahan
primer dan sekunder sudah tidak ampuh. Contohnya, mencakup layanan
ambulan rumah sakit, dokter dan dokter bedah, perawat dan tenaga
professional kesehatan yang lain.

BAB III
STUDY KASUS

25
A. Kasus

Kasus campak terjadi sepanjang tahun di Cirebon, setiap bulan selalu


ada laporan suspek kasus campak. Berdasarkan karakteristik tempat (place),
tempat yang sering terjadi kejadian kasus campak adalah tempat yang
cakupan imunisasinya rendah.

1. Analisa

Status imunisasi campak setiap individu akan berpengaruh terhadap


perlindungan kelompok dari serangan penyakit campak di wilayah tersebut.
Dengan tersedianya vaksin yang sangat poten maka imunisasi merupakan
salah satu cara yang paling efektif untuk menanggulangi penyakit campak di
masyarakat. Program imunisasi campak menganjurkan pemberian vitamin A,
karena infeksi campak juga dikaitkan dengan penurunan kadar vitamin A, dan
rendahnya kadar vitamin A dikaitkan dengan peningkatan mortalitas anak.

2. Penyelesaian

Pengobatan Campak

 Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi


 Beri vitamin A
 Beri dosis pertama antibiotic (sesuai resep dokter)
 Jika ada kekeruhan pada kornea atau mata bernanah, bubuhi tetes atau
salep mata kloramfenikol/tetrasiklin tanpa kortikosteroid. (sesuai resep
dokter)
 Banyak istirahat dan hindari sinar matahari selama mata masih sensitif
terhadap cahaya.
 Minum obat penurun demam dan obat pereda sakit serta nyeri.
 Rujuk segera (jika semakin parah)

26
3. Pncegahan Penyakit Campak
Campak juga dikenal dengan rubeola atau campak merah. Saat ini telah
tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini. Vaksin untuk campak termasuk
dalam bagian dari vaksin MMR (campak, gondongan, campak Jerman).
Vaksinasi MMR adalah vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan
campak Jerman. Vaksinasi MMR diberikan dua kali. Pertama, diberikan
ketika Si Kecil berusia 15 bulan dan dosis vaksin MMR berikutnya diberikan
saat mereka berusia 5-6 tahun atau sebelum memasuki masa sekolah dasar.
Vaksin memiliki fungsi yang cukup penting dalam mencegah campak.
Selain itu juga Pemerintahan kota atau Dinas Kesehatan dapat meningkatkan
respon kewaspadaan pada kelurahan risiko tinggi kasus campak,
meningkatkan cakupan imunisasi campak di seluruh kelurahan di setiap kota,
terutama pada kelompok umur dibawah lima tahun serta pemberian
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi campak.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Konsep Sehat Sakit

Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan


perspektif yang Iebih Iuas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan,
hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa

27
berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).
Pengertian sehat dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah:
1. WHO (1947)
2. White (1977)
3. Pender (1982)
4. Paune (1983)
5. UU No.23 (1992) tentang Kesehatan
6. UU N0. 36 (2009) tentang kesehatan
f. Kesehatan Fisik
g. Kesehatan Mental
h. Kesehatan spiritual
i. Kesehatan Sosial
j. Kesehatan Ekonomi
Definisi sakit
1. Parkins (1937)
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas
jasmani, rohani dan sosial.
2. Reverlly Susan
Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara Iingkungan dengan individu.

2. Konsep Pencegahan Penyakit


Penyakit dan masalah kesehatan dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara.
Masyarakat sering mengklasifikasikan penyakit berdasarkan organ atau sistem
organ, misalnya, penyakit ginjal, penyakit hati, infeksi saluran pernapasan dan
sebagainya. Metode lain klasifikasi berdasarkan agens penyebabnya˗˗penyakit
viral, keracunan bahan kimia, cedera fisik, dan sebagainya. Dalam hal ini,
agens penyebab bisa saja berupa agens biologis, kimia, atau agens fisik.

28
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Utami, Atik, dkk. 2007. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit
buku Kedokteran EGC.
Ali, Zaidin, H. 2001 Dasar-dasar keperaatan Profesional Jakarta, Widya Medika
http://mytanuraisah.blogspot.com/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

29

Anda mungkin juga menyukai