PENDAHULUAN
pada tahun 2007 pasien stroke di Indonesia sebanyak 1,9 juta orang,
sedangkan pada tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi 2,8 juta orang
Mamoru, 2010).
yang ditandai dengan adanya kesulitan ataupun rasa tidak nyaman saat
pada saat fase kronik, disamping itu terdapat aspirasi tersembunyi yang
terjadi pada 38% - 48% pasien setelah dua sampai tiga bulan setelah
serangan stroke. Oleh sebab itu biasanya pasien disfagia stroke terpasang
nutrisi pasien, namun pemasangan NGT dalam waktu lama justru akan
NGT pada pasien disfagia stroke, terjadi peningkatan resiko infeksi dan
perdarahan lambung sebesar 43%. Lebih lanjut, Wang, Wu, Chang, Hsiao,
3
pasien disfagia stroke. Demikian halnya dengan Shah et al. (2012) yang
Untuk itulah perlu adanya terapi untuk melatih koordinasi sistem syaraf
dan otot yang berfungsi untuk proses menelan (DeFabrizio & Rajappa,
2010).
stroke dengan cara melatih stimulasi saraf dan kekuatan otot yang
berfungsi dalam proses menelan, yang terdiri dari teknik postural, the
saraf vagus, serta saraf laring superior menjadi lebih efektif, yang pada
spinkter esofagus bagian atas menjadi lebih cepat, selain itu juga dapat
4
oral karena tidak dapat menstimulasi respon mengunyah dan kontrol lidah
fisiologis pada pasien yang mengalami disfagia oral. Hal itu disebabkan
(Momosaki, Abo, & Kobayashi, 2013). Hal tersebut sejalan dengan hasil
sebesar 1.873 – 19.510 N/m2, tingkat kohesivitas sebesar 0,13 – 0,67 J/m3,
5
8781 N/m2 serta viskositas sebesar 39312 mPa s sehingga sangat aman
yaitu tidak adanya suatu prosedur baku berupa teknik-teknik tertentu yang
berguna untuk melatih stimulasi saraf kranial yang berperan dalam proses
2014).
kritis, namun dibalik hal itu masih terdapat kelemahan dari masing-masing
terapi yang telah ada yaitu terapi strategi kompensasi dan nutrisi semisolid
6
untuk pasien disfagia stroke pada kondisi kritis. Tujuan dari terapi
menelan adalah untuk melatih koordinasi saraf dan kekuatan otot yang
disfagia stroke.
yang dijalani (Langhorne, Bernhardt, & Kwakkel, 2011). Lebih lanjut, hal
Demikian halnya dengan hasil penelitian Power et al. (2006) yang berjudul
perdarahan yang dimulai rata-rata 6,5 hari sejak onset terjadi, memberikan
merupakan rumah sakit yang memiliki unit khusus untuk perawatan pasien
7
stroke. Berdasarkan data rekam medis di Unit Stroke RSUD. Dr. Harjono
Ponorogo tercatat bahwa pada tahun 2014 jumlah pasien stroke yang
pasien disfagia stroke. Data menunjukkan bahwa kurang lebih 30% pasien
disfagia stroke yang dirawat dari bulan Juli hingga Desember 2015
pencegahan aspirasi pada pasien disfagia stroke di Unit Stroke RSUD Dr.
Harjono Ponorogo.
8
aspirasi pada pasien disfagia stroke di Unit Stroke RSUD Dr. Harjono
aspirasi pada pasien disfagia stroke di Unit Stroke RSUD Dr. Harjono
kontrol
9
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru terutama yang terkait
dengan pencegahan aspirasi pada pasien disfagia stroke pada fase akut
serta mampu menjadi sumber yang dapat merangsang ide-ide baru untuk
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu inovasi baru
akut
akut