PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang mana konsekuensi dari hal tersebut diatas adalah segala perbuatan dan
tingkah laku dari seluruh komponen masyarakat harus sesuai dan sejalan
dengan nilai hukum yang berlaku. Sebagai negara hukum yang dalam
melawan segala jenis kejahatan yang semakin hari semakin berkembang yang
sehingga apa yang menjadi tujuan hukum yaitu kepastian hukum, keadilan
saat ini tidak saja diedarkan di kota-kota besar tetapi sudah sampai ketingkat
1
pedesaan dan pelaku penyalahgunaan narkotika tidak saja mereka yang telah
dewasa namun telah meluas keseluruh lapisan masyarakat mulai dari pelajar,
karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang.
Indonesia yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat
arus transportasi yang sangat maju dan penggeseran nilai matrialistis dengan
2
sudah ada dimana-mana. Sepertinya tidak ada lagi wilayah kelurahan atau
desa di Republik ini yang steril dari narkoba. Disadari atau tidak, narkoba
dan mental, dan apabila digunakan dengan dosis yang tepat dan di bawah
Pengaruh langsung dari narkotika, selain merusak moral dan fisik juga
penyakit yang mematikan, yaitu HIV atau AIDS sebagai efek samping dari
penggunaan narkotika.
takaran/dosis akan dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi yang
itu sendiri. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
psikotropika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang sangat bermanfaat
3
Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib
mental, dan sosial pecandu, dengan tujuan akhir dengan sembuhnya pecandu
perawatan.
bahwa mereka juga adalah korban yang melekat dengan segala hak-hak yang
harus diperjuangkan. Hal ini berarti bahwa walaupun seseorang itu pengguna
karena hak tersebut melekat dari hakikat dan martabatnya sebagai manusia.
rehabilitasi.
4
a. Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke
dalam:
1) Narkotika Golongan I;
Undang ini.
Menteri.
5
“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA
B. Rumusan Masalah
maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah
tentang Narkotika?
C. Tujuan Penelitian
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
tentang Narkotika
D. Manfaat Penelitian
dapat digunakan bagi penulis dan masyarakat luas. Besarnya manfaat positif
6
1. Manfaat dalam ilmu teoritis.
yang diperoleh.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu Strafbaar feit. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata,
yakni straf, baar dan feit. Straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum.
penghukuman.
1
Adami Chazawi, 2007, Pelajaran Hukum Pidana 1, PT. Raja Grafindo, Jakarta,
Hlm. 69
2
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, 2014, Hukum Pidana, Kencana, Jakarta, Hlm 35
3
Adami Chazawi, Op.Cit, Hlm. 72
4
Ibid
8
b. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan di dalam
ketentuan hukum.
dalam Undang-Undang.
Menurut Simons, dua unsur tindak pidana yaitu unsur objektif dan
unsur subjektif. Unsur objektif antara lain perbuatan orang, akibat yang
kelihatan dari perbuatan itu, mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai
9
Pengertian penjatuhan pidana merupakan pengertian yang umum, yang
orangnya.
memperingan pidana.
6
Adami Chazawi, Op.Cit, Hlm. 81
7
Ibid
10
Kepustakaan hukum pidana, umumnya para ahli hukum pidana
11
untuk selesainya pencurian digantungkan pada selesainya
perbuatan mengambil.9
9
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Op.Cit, Hlm. 46
12
1) Delik dolus yaitu delik yang memuat unsur kesengajaan,
menyembunyikannya.10
dan membakar.
10
Adami Chazawi, Op.Cit, Hlm. 136
13
1) Delik aduan yaitu delik yang penuntutannya hanya
pegaduan.
1. Pengertian Narkotika
14
Narkotika secara etimologis berasal dari bahasa Inggris narcose
berasal dari Bahasa Yunani yaitu narke yang berarti terbius sehingga
adalah kata drug yaitu sejenis zat yang bila dipergunakan akan membawa
menimbulkan halusinasi.12
11
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk
Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju, Bandung, Hlm. 35.
12
Soedjono, D, 1997, Narkotika dan Remaja, Alumni, Bandung, Hlm. 3.
13
Anton M. Moelyono, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, Hlm. 609.
14
Ibid
15
penurunan sampai hilangnya kesadaran dan rasa sakit (nyeri)
zat sintetis dan semi sintetis yang terkenal adalah heroin yang
2009 tentang Narkotika, narkotika adalah : “zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis,
bahwa narkotika merupakan zat yang berasal dari tanaman atau bukan
15
Soedjono D, 1977, Segi Hukum tentang Narkotika di Indonesia, Karya Nusantara,
Bandung, Hlm. 5
16
Wilson Nadaek, 1983, Korban dan Masalah Narkotika, Indonesia Publing House,
Bandung, Hlm. 122.
16
2. Jenis Golongan Narkotika
ganja.
Menurut KUHAP
17
Pasal 6 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
17
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan
masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika
dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-
ketahanan nasional.
18
medis dan sosial. Namun, dalam kenyataannya tindak pidana Narkotika di
yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat
umumnya.18
18
Undang-undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Mahardika,
Yogyakarta, 2011, hal 4
19
merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan
19
Mahardika, 2011, Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Yogyakarta, Hlm 4
20
Undang-Undang diatur juga peran serta masyarakat dalam usaha
seksama.20
21
mengambil keputusan berdasarkan bukti-bukti dan keyakinannya, sesuai
menurut sistem pembuktian yang dianut dalam hukum acara pidana kita.
dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Dalam
seorang hakim,yaitu:
Penyalahgunaan Narkotika.
22
a. Psikologis atau kejiwaan
Penyalahgunaan Narkotika.
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
suatu keputusan, hakim harus mempunyai alasan dan dasar putusan serta
Untuk mengambil suatu alasan dan dasar suatu putusan, hakim terlebih
23
dahulu harus mempunyai dasar-dasar pertimbangan yang berhubungan
dengan terdakwa.
Putusan
disamping itu terdapat juga manfaat bagi para pihak yang bersangkutan
sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan
cermat. Jika pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka
mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak akan bisa
21
Mukti Aro, 2004, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta Hlm.140.
24
tersebut benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga
serta alat bukti dipersidangan serta keyakinan hakim atas suatu perkara.
Oleh sebab itu hakim memiliki peran sentral dalam menjatuhkan putusan
meringankan terdakwa ini diatur dalam Pasal 197 huruf d dan 197 huruf f
secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang
terdakwa”.
22
Ibid, Hlm. 141
23
Nurhafifah dan Rahmiati, 2015, Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana
Terkait Hal Yang Memberatkan Dan Meringankan Putusan. Jurnal Ilmu Hukum. No. 66. Fakultas
Hukum. UNSYIAH. Hlm. 344.
25
Sebagai penegak hukum, hakim mempunyai tugas dibidang
diputus oleh hakim yang propesional dan memiliki integritas moral yang
dipidana.
24
Sutiyoso Bambang, 2006, Metode Penemuan Hukum, UII Pres, Yogyakarta, Hlm.
5.
26
pintar, melebihi orang lain (jaksa, pembela, ataupun
terdakwa).
hakim tersebut.26
25
Yahya Harahap, sebagaimana dikutip M. Syamsudin, 2012, Konstruksi Baru
Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum Progresif, Kencana, Jakarta, Hlm. 93.
26
LH Permana, 2016, Analisis Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Penjatuhan
Pidana Di Bawah Minimum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaa,. Jurnal Fakultas Hukum.
Universitas Lampung, Lampung, Hlm. 9.
27
keyakinan serta didukung oleh adanya alat-alat bukti yang sah sehingga
banyak hal, baik itu yang berkaitan dengan perkara yang sedang
1. Pengertian Pemidanaan
tersebut sebagai berikut :27 “Hukum pidana materil terdiri atas tindak
27
Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika,.
Jakarta, Hlm. 2.
28
Ibid, Hlm 3
28
a. Hukum pidana materil adalah kumpulan aturan hukum yang
pelanggaran pidana.
sedangkan hukum pidana formil dalah aturan hukum yang mengatur cara
Pidana dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat tetapi agar pelaku
kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut melakukan
kejahatan serupa.
29
Pernyataan di atas, terlihat bahwa pemidanaan itu sama sekali
2. Tujuan Pemidanaan
pemidanaan pada Buku Kesatu Ketentuan Umum dala Bab II dengan judul
Prodjodikoro, yaitu:29
Bandung, Hlm. 16
30
b. Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang melakukan
tiga pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu
pemidanaan, yaitu:
kejahatan, dan
diperbaiki lagi”.
atas tiga. Pada bagian ini penulis akan menguraikan teori tersebut sebagai
berikut :
31
Teori pembalasan membenarkan pemidanaaan karena
32
kesalahan yang ringan, maka si pembuat kejahatan sudah
pidana;
masa mendatang. Penganjur teori ini antara lain Paul Anselm Van
sekali dengan teori absolut (mutlak). Kalau dalam teori absolut itu
33
tindakan pidana dihubungkan dengan kejahatan, maka pada teori relatif
kembali.30
kepentingan masyarakat.
seperti dikemukakan di atas, yakni teori absolut dan teori relatif, ada
Pelopor teori ini adalah Rossi (1787 - 1884). Teori Rossi disebut teori
asas dari pidana dan bahwa beratnya pidana tidak boleh melampaui
30
Samidjo, 1985, Pengantar Hukum Indonesia, Armico, Bandung, Hlm.153.
34
1) Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi
pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
31
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, Hlm 32
35
Penelitian hukum normatif yang nama lainnya adalah penelitian
hukum doktrinal yang disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi
bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.32 Data yang digunakan
undangan, putusan pengadilan, teori hukum, dan pendapat para ahli hukum.
B. Pendekatan Penelitian
pendekatan yaitu :
32
Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju,
Bandung, Hlm. 97.
33
Peter Mahmud Marzuki.Op.cit,Hlm. 93
36
3. Pendekatan kasus (case approach), yaitu dilakukan dengan cara
Jenis bahan hukum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tertier. Dalam penelitian ini,
undangan dan putusan hakim, dalam penelitian ini bahan hukum primer
Pidana Indonesia
34
Ibid, Hlm. 133-135.
37
Bahan hukum sekunder yaitu Bahan hukum yang memberikan
adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar
hukum skunder, dalam hal ini terdiri dari : Kamus Besar Bahasa
35
Ibid.,Hlm.142
36
Ibid.,Hlm.21
38
sekunder berupa penjelasan bahan hukum primer, dilakukan dengan cara
penulisan ini.
penilaian mengenal benar atau salah menurut hukum terhadap fakta atau
peristiwa hukum dari hasil penelitian, dan mempelajari tujuan hukumn nilai
Hukum.37
37
Ibid, Hlm. 22
39
BAB IV
A. Kasus Posisi
Pada hari Senin tanggal 5 Agustus 2019, sekitar pukul 00.30 WIB,
pada saat dirumah kos Ds. Megawon, Kec. Jati, Kab. Kudus, Terdakwa Denni
Dewantara Bin Toto Sukanto mendapat telpon dari Sdr. Purnomo (DPO
turut Ds. Rendeng, Kec. Kota, Kab. Kudus, selanjutnya terdakwa langsung
berangkat dengan naik grab menuju jalan Jendral Sudirman turut Desa
40
memberikannya kepada temannya Sdr. Purnomo, kemudian tepatnya pada
Sekitar pukul 01.00 WIB saksi Rozikhan, SH Bin Nor Kholis bersama
plastik klip berisi serbuk Kristal diduga narkotika jenis shabu dalam bungkus
plastik klip yang di isolasi warna hitam dalam kantong baju sebelah kiri, 1
(satu) buah pipet kaca dalam kantong jaket sebelah kiri, 1 (satu) unit hand
phone merk Nokia warna putih Nomor 082 333 446 447 dalam genggaman
tangan kiri, dan setelah dilakukan intrograsi terdakwa mengaku bahwa barang
berupa 5 (Lima) bungkus plastik klip berisi serbuk Kristal diduga narkotika
jenis shabu dalam bungkus plastik klip yang diisolasi warna hitam tersebut
Polres Kudus.
pemeriksa Drs. Teguh Prihmono, H.M, Ibnu Sutarto, S.T, dan Eko Fery
41
Golongan I (satu) Nomor urut 61 lampiran Undang-Undang Republik
tanggal 5 Agustus 2019, sekitar pukul 01.00 WIB atau setidak-tidaknya pada
waktu lain dalam bulan Agustus tahun 2019 bertempat di jalan Jendral
setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum
ini, tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut : Bermula pada hari Senin tanggal
5 Agustus 2019, sekitar pukul 00.30 WIB, pada saat dirumah kos Ds.
shabu di dalam bambu tiang umbul-umbul di jalan Jendral Sudirman turut Ds.
dengan naik grab menuju jalan Jendral Sudirman turut Desa Rendeng
42
tersebut di simpan sekitar pukul 00.50 WIB, selanjutnya terdakwa mengambil
tanggal 5 Agustus 2019. sekitar pukul 01.00 WIB saksi ROZIKHAN, SH Bin
narkotika jenis shabu dalam bungkus plastik klip yang di isolasi warna hitam
dalam kantong baju sebelah kiri, 1 (satu) buah pipet kaca dalam kantong jaket
sebelah kiri, 1 (satu) unit hand phone merk Nokia warna putih Nomor 082
333 446 447 dalam genggaman tangan kiri, dan setelah dilakukan intrograsi
berisi serbuk Kristal diduga narkotika jenis shabu dalam bungkus plastik klip
seorang pemesan yang tidak ia kenal, selanjutnya terdakwa dan barang bukti
43
tersebut diatas adalah mengandung METAMFETAMINA terdaftar dalam
atas tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang. Sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (1) UndangUndang Nomor 35 Tahun
Drs. TEGUH PRIHMONO, H.M, IBNU SUTARTO, S.T, dan EKO FERY
44
Narkotika. Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan
alternatif kedua sebagaimana diatur dalam Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang
sebagai berikut:
1. Setiap orang;
Menimbang, bahwa “Setiap orang” yang dimaksud dalam perkara ini adalah
Terdakwa Denni Dewantara bin Toto Sukanto yang diajukan oleh Penuntut
orang yang sehat jasmani dan rohani, dan terhadap Terdakwa dapat
45
Berdasarkan pertimbangan hakim, bahwa unsur ini bersifat alternatif,
fakta-fakta yang diperoleh selama persidangan dan apabila salah satu unsur
telah terpenuhi oleh perbuatan terdakwa maka unsur ini telah terpenuhi
menurut hukum; Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan tanpa hak adalah
tidak memiliki izin yang diberikan oleh pihak yang berwenang sedangkan
penyaluran adalah:
46
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35
barang bukti, pada tanggal 5 Agustus 2019, anggota Satuan Reserse Narkoba
plastik klip berisi serbuk Kristal diduga shabu yang diisolasi warna hitam
barang tersebut atas pesanan dari Purnomo (DPO) untuk kemudian diserahkan
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2017 Sebagai Pedoman
47
“Dalam hal penuntut umum tidak mendakwakan Pasal 127 (1) Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tetapi fakta hukum yang
pada Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2015 angka 1, sebab
Ekotomo, S.H., M.H. berpendapat lain, yaitu bahwa Terdakwa dalam kasus in
casu hanyalah sebagai pelaksana perintah dari orang lain yaitu Purnomo
melakukan perbuatan itu karena disuruh orang lain, sehingga pada diri
ditahan dan penahanan terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, dan
tidak ditemukan alasan yang cukup untuk melepaskan Terdakwa dari tahanan
48
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, maka perlu ditetapkan agar
berupa 5 (lima) bungkus plastik klip berisi serbuk Kristal narkotika jenis
shabu yang di isolasi warna hitam dengan berat keseluruhan 1,99252 gram,
(satu) buah pipet kaca, 1 (satu) buah botol plastik yang berisi urine milik
kejahatan dan merupakan hasil dari kejahatan maka perlu ditetapkan agar
(satu) unit hand phone merk Nokia warna putih Nomor SIM 082333446447
ekonomis, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dirampas untuk
D. Putusan Hakim
MENGADILI
49
1. Menyatakan Terdakwa Denni Dewantara bin Toto Sukanto, telah terbukti
-5 (lima) bungkus plastik klip berisi serbuk Kristal narkotika jenis shabu
-1 (satu) buah botol plastik yang berisi urine milik Denni Dewantara Bin
-1 (satu) unit hand phone merk Nokia warna putih Nomor SIM
E. Analisis Penulis
50
Penjatuhan Pidana Penjara Dalam Perkara Nomor
Kds telah sesuai dengan ketentuan Pasal 112 Ayat 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Terdakwa dalam kasus ini didakwa oleh
penuntut umum yaitu melanggar ketentuan Pasal 112 ayat (1) Undang-
Undang No. 35 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
didakwakan oleh jaksa penuntut umum dan unsur-unsur Pasal 112 ayat (1)
didakwakan yaitu Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 lebih sesuai
setuju apabila Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 dikenakan kepada
51
pengguna narkotika dan terdakwa pantas dijatuhi hukuman sebagai pengguna
Menurut Penulis unsur setiap orang dalam ketetantuan Pasal 112 ayat
dikenakan Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 selama unsur-unsur
dalam pasal itu telah terpenuhi. Unsur yang kedua tanpa hak atau melawan
berarti tidak memiliki hak, tidak memiliki kewenangan, atau tidak memiliki
bertentangan dengan hukum yang berlaku. Sifat melawan hukum dalam kasus
melawan hukum secara formil yaitu bertentangan dengan hukum positif yang
dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP. Perbuatan tanpa hak dan atau
melawan hukum berarti melakukan salah satu atau beberapa atau seluruhnya
52
yang disebutkan dalam Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 yaitu
bukan tanaman”. Sesuai dengan Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Nomor
penggeledahan badan. Hal itu yang menjadi dasar terdakwa didakwa dengan
penuntut umum yaitu Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 bersifat kaku
menguasai narkotika. Tidak ada penjelasan secara rinci tentang narkotika itu
untuk dijual, diedarkan, atau untuk dipakai sendiri sehingga hakim dapat
menafsirkan pasal tersebut. Apabila Pasal 112 ayat (1) tidak memberi
penjelasan secara rinci mengenai maksud dan tujuan seseorang memiliki atau
53
Undang No. 35 Tahun 2009 yang bertujuan untuk memberantas dan
muda pada umumnya. Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara
yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional
pidana minimum khusus, pidana penjara 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara
karena tindak pidana narkotika merupakan salah satu kejahatan yang berat
54
dan serius. Pemberatan sanksi pidana dalam UU No. 35 Tahun 2009 dapat
dilihat dari sifatnya yaitu kumulatif yang berarti bahwa apabila seseorang
pidana penjara dan pidana denda. Narkotika Golongan I yaitu narkotika yang
relatif sedikit yaitu 0,5 gram (di bawah 1 gram). Hal itu memberi keyakinan
majelis hakim bahwa terdakwa hanya pengguna atau pemakai narkotika jenis
shabu. Jumlah narkotika yang relatif sedikit tidak menjamin bahwa seseorang
itu hanya pengguna atau pemakai narkotika. Selain itu, berdasarkan hasil
KUHP. Majelis hakim tetap memutus terdakwa dengan Pasal 112 ayat (1) UU
No. 35 Tahun 2009 karena hakim tidak boleh menjatuhkan pidana terhadap
55
Menurut penulis apabila hakim berpendapat bahwa Pasal 112 ayat (1)
Tahun 2009 tidak ada dalam dakwaan jaksa penuntut umum. Hal itu sesuai
dengan Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa jika pengadilan
pidana sesuai dengan perbuatannya dan sesuai dengan pasal yang didakwakan
lainnya.38 Hal itu berarti putusan pengadilan oleh hakim harus sesuai dengan
hukum yang bersangkutan, dalam kasus ini yaitu Pasal 112 ayat (1) UU No.
disparitas pidana. Hakim memutus terdakwa berdasarkan Pasal 112 ayat (1)
38
Oemar Seno Adji, Loc.Cit.
56
UU No. 35 Tahun 2009 dengan ketentuan pidana penjara minimal 4 (empat)
tahun tetapi pada putusan ini hakim hanya menjatuhkan pidana penjara 1
(satu) tahun. Hal itu akan dijadikan patokan oleh terdakwa lain dalam kasus
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa:
Golongan I bukan tanaman” sesuai dengan Pasal 112 ayat (1) UU No. 35
Tahun 2009.
2. Putusan hakim tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 112 ayat (1) UU No.
57
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana denda paling
kepada terdakwa.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini yaitu
dengan ketentuan pidana minimum khusus yang telah diatur dalam undang-
58
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adami Chazawi, 2007, Pelajaran Hukum Pidana 1, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju,
Bandung.
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk
Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju,
Bandung.
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, 2014, Hukum Pidana, Kencana, Jakarta.
59
Mahardika, 2011, Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Yogyakarta.
Mukti Aro, 2004, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Wilson Nadaek, 1983, Korban dan Masalah Narkotika, Indonesia Publing House,
Bandung.
PERATURAN PERUNDANG-UDANGAN
60
LH Permana, 2016, Analisis Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Penjatuhan
Pidana Di Bawah Minimum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaa,.
Jurnal Fakultas Hukum. Universitas Lampung, Lampung.
Nurhafifah dan Rahmiati, 2015, Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terkait
Hal Yang Memberatkan Dan Meringankan Putusan. Jurnal Ilmu Hukum. No. 66.
Fakultas Hukum. UNSYIAH.
61