Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Melitus
Gejala khas dari diabetes melitus adalah poliuria, polifagia, polidipsia dan
2017).
sulit sembuh, gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan
di dunia mencapai 425 juta pada tahun 2017 dan diperkirakan mengalami
peninggatan 48% pada tahun 2045 sebanyak 629 juta jiwa. Jumlah
9
10
juta jiwa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
64 tahun mencapai 6,3% dan pada usia 65-74 tahun sebesar 6,0%
faktor resiko yang dapat menyebabkan DM Tipe 2 yaitu faktor resiko yang
dapat diubah dan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor
atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
a) Obesitas (kegemukan)
b) Hipertensi
c) Riwayat Keluarga
d) Dislipidemia
pasien Diabetes,
e) Umur
tahun,
f) Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi
> 4000gram,
12
g) Faktor Genetik
meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara
diabetes yang sering pada anak-anak dan usia remaja. Hanya sekitar 5-
sel β terjadi secara cepat pada bayi dan anak-anak sedangkan pada usia
(PERKENI, 2015).
dari produksi insulin yang tidak memadai dan ketidak mampuan tubuh
melitus tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua,
2. Selain otot, hati dan sel β, organ lain seperti: jaringan lemak
(PERKENI, 2015).
tetapi ada hubungan yang kuat dengan kelebihan berat badan dan
obesitas dan dengan bertambahnya usia begitu juga dengan etnis dan
Diabetes lipoatrofik.
Aldosteronom.
Reseptor Insulin.
berperan yaitu :
a) Resistensi insulin
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita DM tipe 2 dapat juga terjadi
insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
keluhan klasik :poliuria, polidipsi, polifagi dan berat badan turun tanpa
18
sebab. Keluhan lain seperti lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita
nilai kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis berdasarkan
PERKENI (2015).
setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Tes toleransi glukosa oral
mmol/L).
Program (NGSP).
(GDPT).
berikut:
a) Diet
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
c) Pendidikan kesehatan
1) Insulin
ke dalam sel.
2) Golongan sulfonilurea
4) Golongan biguanida
(Perkeni, 2015).
sel β pulau Langerhans berasal dari pro insulin. Pro insulin disintesis
2005).
Gambar 1. Metabolisme Glukosa dan sekresi insulin pada sel beta pancreas (Jinzi
dan Liang, 2015)
Liang, 2015).
telah dibuktikan bahwa tingginya asam lemak bebas dalam darah dapat
2005).
growth factor 1, glukosa, kortisol dan asam lemak bebas dapat mengurangi
retensi air dan natrium. Ini merangsang produksi IGF-1 di hati, kelenjar
hipofisis anterior dan jaringan penghasil IGF (Bonefeld dan Moller, 2011).
26
dan fungsi seperti insulin dan dapat dibagi menjadi IGF-1 dan IGF-2.
Lokasi : Kromosom 12
memiliki efek endokrin, parakrin dan autokrin. Sekitar 75% IGF-1 yang
fungsi endokrin dan sekitar 25% IGF-1 yang disintesis dalam tulang,
tulang rawan, sistem saraf pusat, ginjal, ovarium dan prekursor sel eritroid
melakukan fungsi autokrin dan parakrin (Wahab dkk, 2015). Sintesis IGF-
1 dirangsang oleh nutrisi dan growth hormon (GH) di hati dan jaringan
lain. IGF-1 dalam plasma dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis
kelamin, usia, status gizi, dan adanya penyakit kronik (Jian-Bo, dkk.,
2004).
Gambar 2. Distribusi Insulin-like Growth Factor 1 di jaringan atau organ tubuh manusia
(Pusche dan Castilla-Cortazar, 2012)
dan B isoform, reseptor IGF tipe 1 (IGF1R), dan reseptor hibrid (IRA-
seperti insulin (IGF1R) dan insulin reseptor, tetapi afinitas untuk insulin
reseptor 100 – 1000 kali lebih rendah dari afinitas insulin. Namun,
konsentrasi IGF-1 dalam plasma masih 100 kali lebih tinggi dari insulin.
Rasio ini dapat berubah pada keadaan postprandial karena kadar insulin
2016). IGFBP-3 mengikat sekitar 95% dari IGF-1 yang beredar. IGFBPS
Gambar 3. Jalur Pensinyalan insulin dan Insulin-like growth factor 1 (Pavelic, dkk.,
2007)
Reseptor insulin terdiri dari dua subunit α dan dua subunit β, yang
substrat dan satu dari jalur pensinyalan utama dimulai dengan fosforilasi
p110. Efektor hilir utama jalur ini adalah Akt kinase yang ketika
Gambar 4. Skematis dari GH, IGF-1 dan pensinyalan insulin (Trobec, dkk., 2011).
dan IGF-1R dapat mengikat insulin tetapi dengan afinitas yang lebih
dan rekrutmen protein adabtor seperti insulin substrat reseptor (IRS) dan
jalur mitogen protein aktif kinase (MAPK). Kedua jalur ini memediasi
tikus yang memiliki kadar glukosa darah yang dikontrol secara normal.
Ekspresi gen IGF-1 akan menurun secara bertahap pada tikus yang
Kingdom : Plantae
Class : Dycotiledonae
Family : Cucurbetaceae
Genus : Momordica
33
assorossie, ampalaya, nigauri atau goya, kho gua, sora, balsam apple,
pear atau balsamina, pare, dan lain lain (lihat Taylor, 2002 dalam
Sing, 2011).
warna hijau dan saat matang berwarna jingga. Bagian dalam buah
terdapat rongga berisi biji yang dilapisi oleh pemvungkus tipis yang
34
berwarna putih saat belum matang dan merah saat sudah matang
didapatkan bahwa hasil dari fraksi etil asetat buah pare mampu
1) Flavanoid
tipe II, memiliki mekanisme kerja adalah pada terget seperti alfa-
insulin.
dkk., 2016).
37
2) Charantine
3) Saponin
2016). Saponin secara kimia terdiri dari dua bagian aglikon dan
(Subahar, 2004).
42
5. Streptozotocin
GLUT2 yang berlimpah pada membran plasma sel β. Oleh karena itu, sel β
pankreas adalah target spesifik dari STZ. Karena GLUT2 juga ada di hati
dan ginjal pada tingkat yang lebih rendah, STZ dosis tinggi juga dapat
efektif induksi diabetes 96,5% pada tikus post induksi STZ selama 5 hari
mg/kg pada rats dan 20 mg/kg pada mice terdapat kasus kematian
pemberian diet tinggi lemak diikuti dengan low-dose STZ injection, dan
oksidatif. Tahap awal induksi STZ pada tikus diabetes ialah pembentukan
radikal bebas termasuk Reactive oxygen dan nitrogen species (ROS dan
(ONOO-) yang menginduksi stres oksidatif pada tikus diabetes. Uric acid
terbentuk sebagai hasil dari degradasi ATP oleh xanthine oxidase (XOD)
selama metabolisme STZ. Pembebasan O2- dan OH- berasal dari dismutasi
agent. Kerusakan DNA yang dipicu oleh STZ melalui proses poly ADP-
mereduksi ATP dan menghambat sintesa dan sekresi insulin. STZ induksi
peningkatan enzim AST dan ALT secara signifikan pada hewan yang
pemberian STZ pada 2-3 minggu setelah pemberian. Namun, masih belum
jelas, apakah perubahan fungsi hati tikus diabetes ini mencerminkan efek
tidak langsung melalui diabetes mellitus yang diinduksi akibat kerusak sel
Chain Reaction (PCR). Teknik ini mampu melipat gandakan untai DNA
templat awal dengan akurasi dan sensitivitas tinggi pada rentang dinamis
yang luas. Hasil RT-PCR dapat bersifat kualitatif (ada atau tidak adanya
real time dimulai dari isolasi RNA atau DNA sampai analisis data. Prinsip
dapat dipantau dengan mencatat jumlah emisi fluoresen pada setiap siklus
(Pardal, 2010).
ekspresi target gen maka deteksi emisi fluoresen makin cepat terjadi
(Pardal, 2010).
48
B. Kerangka Teori
Buah Pare
Reseptor GH
Sekresi GH
Ekspresi gen
Keseimbangan Signaling PI3K
nitrogen Insuli-like Growth
dan MAPK
Factor 1
Radikal bebas
Glikolisis
Hormone steroid
Sensitivitas insulin
Oksidasi lipid
Asam lemak bebas
Diabetes Melitus
tipe 2
Keterangan : Mengakibatkan
Menghambat
C. Hipotesis
1. HO : Tidak terdapat perbedaan tingkat ekspresi gen IGF-1 pada hati tikus
diabetes yang diberi fraksi etil asetat ekstrak buah pare dan tikus
diabetes yang diberi fraksi etil asetat ekstrak buah pare dan tikus
2. HO : Tidak terdapat perbedaan tingkat ekspresi gen IGF-1 pada hati tikus
diabetes yang diberikan fraksi etil asetat buah pare dan tikus diabetes
diabetes yang diberikan fraksi etil asetat buah pare dan tikus diabetes
B. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Fraksi etil asetat ekstrak
buah pare (Momordica Ekspresi gen IGF-1 pada hati
charantia L.) tikus Diabetes Melitus
Variabel terikat
Variabel antara