Anda di halaman 1dari 105

Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar

pada An. H dengan Gastroenteritis di Paviliun Badar


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Jakarta Pusat

Disusun Oleh :
SUSI OKTAVIYANI
2013750047

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………. 1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………..... 4
1. Tujuan Umum……………………………………………………..... 4
2. Tujuan Khusus…………………………………………………….... 4
C. Ruang Lingkup………………………………………………………... 5
D. Metode Penulisan……………………………………………………… 5
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS………………………………………………….. 8
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia……………………………. 8
1. Konsep Dasar Manusia…………………………………………... 8
2. Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia pada Anak dengan
Gastroenteritis……………………………………………………. 10
B. Konsep Dasar Gastroenteritis………………………………………… 11
1. Pengertian………………………………………………………... 11
2. Etiologi…………………………………………………………… 12
3. Patofisiologi……………………………………………………… 14
4. Klasifikasi.………………………………………………………... 16
5. Manifestasi Klinis………………………………………………... 17
6. Komplikasi……………………………………………………….. 17
7. Penatalaksanaan………………………………………………….. 18
8. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………... 20
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun…………………… 21
D. Konsep Dampak Hospitalisasi …………………………................... 24
E. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Gastroenteritis………………………………………………………… 26
1. Pengkajian Keperawatan…………………………………………. 26
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………… 29
3. Perencanaan Keperawatan……………………………………… 30
4. Pelaksanaan Keperawatan………………………………………. 34
5. Evaluasi Keperawatan…………………………………………... 35
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………. 36
A. Pengkajian Keperawatan…………………………………………….. 36
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………. 46
C. Perencanaan Keperawatan…………………………………………… 47
D. Pelaksanaan Keperawatan…………………………………………… 52
E. Evaluasi Keperawatan………………………………….................... 75
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………. 82
A. Pengkajian Keperawatan…………………………………………….. 82
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………. 84
C. Perenanaan Keperawatan…………………………………………….. 86
D. Pelaksanaan Keperawatan……………………………………………. 87
E. Evaluasi Keperawatan………………………………………………... 88
BAB V PENUTUP……………………………………………………………….. 90
1. Kesimpulan…………………………………………………….... 90
2. Saran…………………………………………………………….. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FORMAT PENGKAJIAN
SAP
LEAFLEAT
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan pada anak Toddler yang termasuk dalam rentang usia
balita dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan pola hidup anak. Paparan terhadap
lingkungan yang kurang baik dan prilaku hidup bersih dan sehat yang kurang
diterapkan oleh orang tua pada anaknya, dapat meningkatkan paparan virus,
bakteri, parasit pada anak. Paparan tersebut dapat menyebabkan infeksi enteral,
yaitu infeksi saluran pencernaan, yang mengakibatkan munculnya gangguan
pada sistem pencernaan diantaranya adalah gastroenteritis.

Penyakit Gastroenteritis atau sering dikenal diare merupakan penyakit yang


sering terjadi pada bayi dan anak. Di Indonesia gastroenteritis merupakan
penyakit endemis dan penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang
menyebabkan kematian akibat dehidrasi (Sodikin, 2011).

Menurut Nursalam (2005) menyatakan bahwa diare sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di
negara maju. Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan
ekonomi masyarakat tetapi insiden diare tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta
episode diare setiap tahunnya dan menempati peringkat ketiga dari daftar
keluhan klien pada ruang praktek dokter, WHO memperkirakan ada sekitar 4
milyar kasus diare setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka
itu diterapkan di Indonesia, berarti setiap tahun sekitar 100 juta episode diare
pada orang pertahunnya. Penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan
pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang
menjadi penyebab utama dari kematian (Hudenizia, 2010).
Periode prevalence diare pada Riskesdas 2007 adalah 8,0 %, meningkat pada
Riskesdas 2013 menjadi 8,6 %. Lima provinsi dengan insiden dan periode
prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2%
dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%) dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Insiden diare balita di Indonesia 6,7 persen.
Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
(9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan Banten (8,0%).

Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di DKI Jakarta adalah 4,3 % dan
priode prevalence diare di DKI Jakata adalah 8,6 %. Kabupaten atau kota
dengan insiden maupun periode prevalence diare tertinggi berturut-turut adalah
Jakarta Timur (5,3 % dan 10,6 %), Jakata Utara (4,0% dan 9,5%), Jakarta Selatan
(4,9% dan 8, 6%), Kepulauan Seribu (5,3% dan 7,6 %), Jakarta Pusat (4,3% dan
7,6%) dan Jakarta Barat (2,7% dan 5,9%). Berdasarkan karakteristik penduduk
kelompok usia balita mendominasi jumlah penduduk dengan diare. Insiden diare
balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (Riskesdas DKI Jakarta,
2013).

Pada usia tersebut, menutut Sigmon Freud anak berada pada fase oral dan anal,
dimana anak memiliki kepuasan untuk memasukan segala sesuatu kedalam
mulut dan senang memainkan daerah anal, sehingga kuman penyebab
gastroenteritis akan mudah masuk kedalam saluran cerna melalui kebiasaan anak
tersebut, ditunjang dengan daya tahan tubuh yang belum berkembang dengan
sempurna.

Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta
Pusat khususnya di Paviliun Badar selama dua bulan terakhir, terhitung dari
bulan April sampai dengan Mei 2016 didapatkan data bahwa anak yang
menderita Gastroenteritis sebanyak 40 kasus dari 139 anak yang pernah dirawat,
dengan uraian sebagai berikut: anak usia 0-1 tahun sebanyak 8 anak, usia 1-3
tahun sebanyak 27 anak, usia 4-6 tahun sebanyak 3 anak dan usia 7-12 tahun
sebanyak 2 anak. Data tersebut sesuai dengan data yang didapat dari Riskesdas
(2013), dimana kejadian tertinggi terdapat pada rentang usia 1-3 tahun.

Umumnya anak dengan gastroenteritis mengalami gangguan dalam pemenuhan


kebutuhan dasar diantaranya adalah defisit volume cairan dan elektrolit,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan kemungkinan terjadinya
kerusakan integritas kulit. Keterlambatan dalam penanganan pada kasus
gastroenteritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi diantaranya adalah
dehidrasi, hipokalemia, hiponatremia, syok hipovolemik, asidosis bahkan dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi tersebut dapat dicegah atau diminimalkan
dengan cara memenuhi kebutuhan dasar melalui pendekatan proses asuhan
keperawatan secara cepat dan tepat. Mengingat anak merupakan individu yang
utuh sama seperti halnya orang dewasa, maka asuhan keperawatan pada anakpun
khususnya anak dengan gastroenteritis harus diberikan asuhan secara
komprehensif yang meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual.

Aplikasi teori dan konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan


dasar pada anak dengan gastroenteritis dapat dilakukan melalui 4 upaya yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh, dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada orang tua, keluarga, dan anak tentang PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Upaya preventif, dapat dilakukan dengan
cara memberikan informasi kepada keluarga dalam penggunaan air bersih untuk
minum, memperbaiki cara menyimpan dan menyajikan makanan, mencuci
tangan sebelum makan, mencuci tangan sesudah BAB dan BAK. Upaya kuratif
dilakukan dengan cara memberikan rehidrasi dan terapi cairan rumat dengan
tujuan untuk menggantikan cairan dan elektrolit serta pemberian nutrisi yang
sesuai. Upaya yang terakhir adalah rehabilitatif yaitu meningkatkan status nutrisi
dan gizi pada anak, dalam upaya memulihkan status kesehatan anak.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis sebagai salah satu calon perawat,
tertarik untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada anak dengan
gastroenteritis melalui pendekatan asuhan keperawatan oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengambil judul KTI dengan “ Asuhan Keperawatan
dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An. H dengan Gastroenteritis Di
Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat’’

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak An. H dengan gangguan sistem
pencernaan: Gastroenteritis melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Pemehuhan kebutuhan Dasar melalui proses pendekatan
keperawatan penulis dapat:
a. Mampu melakukan tahap pengkajian pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: Gastroenteritis tanpa mengabaikan konsep tumbuh kembang
dan dampak hospitalisasi pada anak.
b. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi atau alternative pemecahan masalah pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar pada anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastroenteritis

C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya kasus pada anak dan keterbatasan waktu serta kemampuan
penulis, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada satu kasus
yaitu “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An. H Dengan Gastroenteritis di
Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat”, yang
dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 26-28 Mei 2016.

D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan Karya Tulis lImiah ini adalah
studi kepustakaan dan metode deskriptif, yaitu metode yang mempelajari,
menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan membandingkan dengan hasil
studi kepustakaan.

Pengambilan data diperoleh dengan menggunakan tekhnik sebagai berikut:


1. Studi kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku
dan literatur yang berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis
2. Studi kasus
a. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan serta hasil
dari tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga klien,
perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain yang terkait.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis


A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
B. Konsep dasar terdiri dari: Pengertian, Etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan
penatalaksanaan.
C. Konsep Tumbuh Kembang
D. Konsep Dampak Hospitalisasi
E. Konsep asuhan keperawatan meliputi pendekatan proses
keperawatan meliputi: Pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III : Tinjauan Kasus


Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis yang meliputi
Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi sesuai dengan kasus.
Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara BAB II dan BAB III
Meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi sesuai dengan kasus.

Bab V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Pemenuan Kebutuhan Dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
Gastroenteritis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Saran
Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki
dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Pada BAB ini penulisan menguraikan mengenai konsep dasar yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada anak dengan Gastroenteritis. Adapun uraian tersebut sebagai
berikut:
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan
merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk
menjaga homeostatis dalam kehidupan itu sendiri. Abrahan Maslow seorang
psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia
yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow.
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)


Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi
akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan
yang lain. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh
h. Kebutuhan seksual
2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai
aspek, baik fisiologis, maupun psikologis.
Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing

3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
c. Kehangatan
d. Persahabatan
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta lingkungan
social

4. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs)


Kebutuhan ini meliputi:
a. Perasaan tidak bertanggung pada orang lain
b. Kompeten
c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need For Self Actualization)


Kebutuhan ini meliputi:
a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
c. Tidak emosional
d. Mampunyai dedikasi yang tinggi
e. Kreatif
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya

Adapun kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan gastroenteritis


mencakup:
1) Gangguan kebutuhan fisiologis
Beberapa kebutuhan fisiologis yang terganggu pada anak dengan
gastroenteritis adalah, sebagai berikut:
a) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Gastroenteritis merupakan infeksi pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh mikroorganisme, diantaranya adalah virus, jamur dan
bakteri. Mikroorganisme yang masuk ke saluran pencernaan akan
berkembang biak dan menghasilkan toksin. Toksin dapat menstimulus
terjadinya hipersekresi, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit
dari dinding usus ke rongga usus. Peningkatan volume rongga usus
menyebabkan peristaltik usus meningkat segingga tidak ada kesempatan
usus untuk mengabsorbsi cairan yang dimanifestasikan dengan
peningkatan frekuensi BAB dengan konsistensi yang cair, hal tersebut
dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Kondisi ini dapat
diperparah dengan adanya muntah, karena intake cairan menjadi tidak
adekuat dan tidak dapat menggantikan cairan yang hilang melalui feses.
b) Kebutuhan nutrisi
Pada umumnya anak yang mengalami gastroenteritis terjadinya
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hal ini dikarenakan
terjadinya peningkatan peristaltik usus akibat dari tekanan osmotik yang
meningkat dalam rongga usus. Peningkatan peristaltik usus yang sering
dikenal dengan istilah hyperperistaltik dapat mempengaruhi obsorbsi
nutrisi. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi gangguan pemenuhan
nutrisi pada anak dengan gastroenteritis adalah kondisi vili usus yang
mengalami lisis sehingga menurunkan fungsinya dalam menyerap nutrisi,
hal ini sering terjadi sebagai malabsorbsi sekunder.

2) Kebutuhan rasa aman dan nyaman


Peningkatan frekuensi BAB dan penurunan pH feses akibat dari malabsorbsi
laktosa dapat menyebabkan iritasi pada daerah perianal, hal ini dapat
menyebabkan resiko infeksi dan gangguan rasa nyaman: nyeri akibat adanya
iritasi yang dimanifestarikan dengan anak menjadi rewel dan sering mennngis.

Kehilangan salah satu dari unsur elektrolit seperti kalium dapat menyebabkan
peristaltic usus mengalami penurunan, sehingga evakuasi gas dari abdomen
menjadi terhambat. Abdomen menjadi penuh dengan adanya penumpukan
gas, hal ini menyebabkan terjadinya distensi abdomen. Kondisi ini
menyebabkan anak menjadi tidak nyaman karena adanya peningkatan tekanan
intra abdominal yang berpengaruh terhadap diapragma dan ekspansi paru,
selain itu juga akan berpengaruh terhadap regurgitasi yang dimanifstasikan
dengan peningkatan mual dan muntah.

B. Konsep Dasar
1. Pengertian
Istilah Gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan anak yang
mengalami perkembangan diare. Istilah ini mengacu pada proses inflamasi dalam
lambung dan usus, yang disebabkan karena infeksi virus dan kuman – kuman
patogen, yang ditandai dengan gejala diare disertai peningkatan suhu tubuh.
Diare yang dimaksud ialah defekasi cair lebih dari 3 kali sehari, dengan atau
tanpa disertai lendir dan darah dalam feses (Sodikin, 2011).
Gastroenteritis merupakan pengeluaran fases yang sering, berupa cairan
abnormal, ditandai dengan peningkatan volume, defekasi encer, serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah. Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang
melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare tersebut
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong,
2009).

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.


Gastroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus disertai
muntah – muntah, yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Lynn Betz,
2009).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah


suatu keadaan dimana terjadi inflamasi dalam lambung dan usus, yang
disebabkan karena infeksi virus dan kuman – kuman patogen yang ditandai
dengan frekuensi BAB pada neonates lebih dari 4 kali sehari dan pada anak lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa disertai
lendir atau darah.

2. Etiologi
Menurut buku kuliah ilmu kesehatan anak, FKUI Wahidiyat (2005) penyebab
gastroetritis dibagi 4 faktor:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enternal ini meliputi :
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yesirnia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi Virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus dan lain-lain.
c) Infestasi parasite: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupaka penyebab diare sering pada bayi dan anak.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas, walupun jarang terjadi tetapi dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
Menurut Sudarti (2010) mengatakan bahwa:
a. Gangguan Ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga
timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang
akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
sehingga timbul diare.
c. Gangguan Molititas Usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi
apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus
akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam
rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.
Bagan patofisiologi
4. Klasifikasi
Kalasifikasi Diare menurut Susilaningrum dkk (2013) mengatakan bahwa:
a. Diare Akut
Diare yang mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari atau kurang dari
14 hari. Diare akut terdiri dari :
1) Diare Dehidrasi Berat
Terdapat dua atau lebih tanda:
a) latargis/tidak sadar
b) Mata cekung
c) Tidak bisa minum atau malas minum
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)

2) Diare Dehidrasi Ringan atau Sedang


Terdapat dua atau lebih tanda :
a) rewel, gelisah
b) Mata cekung
c) Haus, minum dengan lahap
d) Cubitan kulit kembali dengan lambat
3) Diare Tanpa Dehidrasi
Tidak terdapat tanda-tanda seperti deidrasi berat, ringan/sedang. Anak
yang mengalami kondisi ini masih lincah dan minum seperti biasa.

b. Diare Kronik
bila diare berlangsung lebih dari 14 hari
Jika diare 14 hari atau lebih, di klasifiksikan sebagai berikut:
1) Diare persisten berat (ada dehidrasi)
2) Diare persisten (tanpa dehidrasi)
3) Disentri (terdapat darah dalam tinja)
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis diare berdasarkan menurut Suriadi dan Yuliani (2006)
mengatakan bahwa:
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Tugor kulit jelek (elastisitas kulit menurun)
c. Ubun-ubun dan mata cekung
d. Membrane mukosa mulut kering
e. Keram abdominal (distensi abdomen)
f. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
g. Mual dan muntah (umumnya tidak lama) dan anorexia
h. Kelemahan
i. Pucat
j. Perubahan tanda-tanda vital: nadi dan pernafasan cepat, suhu meningkat
k. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
l. Dehidrasi

6. Komplikasi
Komplikasi akibat terjadi diare menurut Suriadi dan Yuliani (2006) dan Sudarti
(2010) mengatakan bahwa:
a. Dehidrasi
1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB
2) Dehidrasi sedang apabila <5%-10% BB
3) Dehidrasi berat apabila 10% BB-15%BB
b. Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactose karena
kerusakan vili mukosa usus halus. Dengan gejala yang muncul antara lain:
1) Gejala meterismus
2) Hipotoni otot lemah
3) Bradikardia
c. Renjatan Hipovolemik
Akibat menurunya volume darah mencapai 15% BB-25%BB akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
d. Kejang
malnutrisi energy protein karena selain diare dan muntah, biasanya
mengalami kelaparan.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Ngastiyah (2005) mengatakan bahwa:
Dasar pengobatan diare adalah:
Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberi cairan, jumlah pemberiannya.
1) Pemberian cairan: pada anak diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum
a) Cairan per oral: pada anak dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO 3,
KCI dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur
6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan/ sedang kadar Natrium 50-60 mEq/L.
Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang data
dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan
gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula,
untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa berobat
kerumah sakit/ pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih
jauh.
b) Cairan parenteral: sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak misalnya untuk bayi atau
anak yang MEP. Tetapi kesemuannya itu tergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu
tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pembarian
cairan seberapa banyak yang diberikan tergantung dari
berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
c) Pemberian cairan anak MEP tipe marasmik: kwashiorkor dengan
diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10kg, umur 1
bulan-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.kecepatan tetesan
4 jam pertama idem pada anak MEP jenis cairan DG aa. 20 jam
berikutnya : 150 ml/ kg BB/ 20 jam atau 7ml/ kg BB/ jam atau 1

tetes/ kg BB/ menit (1ml = 15 menit) atau 2 tetes/ kg BB/ menit (1ml

= 20 tetes). Selain pemberian cairan pada anak-anak yang telah


disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada anak lainya
misalnya bronkopneumonia dengan diare atau anak dengan kelainan
jantung bawaan, yang memerlukan jenis cairan yang berbeda dan
kecepatan pemberiannya yang berlainan pula. Bila kebetulan
menjumpai anak-anak tersebut sebelum memasang infus hendaknya
menanyakan dahulu kepada dokter.

2) Pengobatan dietetik (cara pemberian makan): untuk anak dibawah 1


tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a) susu (ASI dan atau susu formula yang menganduk laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis
lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak minum susu karena dirumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan klainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh.
3) Obat-obatan: prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/ tahun dengan dosis
minimum 30 mg Klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari.
2) Obat spasmolitik dan lain- lain. Umumnya obat spasmolitik seperti
papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin,
charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare,
sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin
25-50 mg/ kg BB/ hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat
penyakit penyerta seperti : OMA faringitis, bronkhitis atau
bronchopneumonia.

b. Pemeriksaaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Menurut Suriadi dan Yuliani (2006)
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopi dan mikroskopi
b) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada
diare persisten)
2) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit
(terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
4) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun
Menurut Narendra (2010) mengatakan bahwa:
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang dapat diukur dengan
ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic.
a. Tinggi badan
1) Rata-rata toddler bertambah tinggi sekitar 7.5 cm per tahun
2) Rata-rata tinggi toddler usia 2 tahun 86.6 cm. Tinggi badan pada usia 2
tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang di harapkan.
b. Berat badan
1) Rata-rata pertambahan berat badan toddler adalah 1.8-2.7 kg per tahun
2) Rata-rata berat badan toddler usia 2 tahun adalah 12.5 kg
3) Pada usia 2.5 tahun berat badan toddler mencapai empat kali berat badan
lahir

2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

a. Perkembangan motorik
1) Motorik kasar
a) Toddler berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan
b) Toddler berjalan menaiki tangga dengan berpegangan pada satu tangan
saat usia 18 bulan
c) Toddler berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan satu langkah
pada saat usia 15 bulan
d) Toddler melompat dengan dua kaki pada usia 30 bulan
2) Motorik halus
a) Toddler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secara
spontan pada usia 15 bulan
b) Toddler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18
bulan
c) Toddler meniru coretan vertical ada usia 24 bulan
d) Toddler membangun menara delapan blok dan meniru tanda silang
pada usia 30 bulan
3) Sosialisasi
a) Ritualisme, negativism, dan kemandirian mendominasi interaksi pada
toddler
b) Ansietas perpisahan memuncak saat toddler mulai membedakan dirinya
dari orang terdekat. Objek transisi adalah penting, terutama selama
periode berpisah, seperti tidur siang
c) Toddler dapat menggunakan tantrum untuk menunjukkan
kemandiriannya
d) Negativism merupakan hal yang umum. Cara terbaik menurunkan
jumlah kata “tidak” yaitu dengan menurunkan jumlah pertanyaan yang
mengarah jawaban “tidak”
4) Bahasa
a) Toddler menggunakan bahasa ungkapan khusus (yi, “kata-kata”
ungkapan buatan toddler sendiri untuk berekpresi) pada usia 15 bulan
b) Toddler mengatakan sekitar 300 kata, mengungkapkan dua atau tiga
frase, dan menggunakan kata ganti pada usia 2 bulan
c) Toddler menyebutkan nama depan dan akhir, dan menggunakan kata
benda jamak pada usia 2.5 bulan
5) Kognitif
a) Toddler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secara
spontan pada usia 15 bulan
b) Toddler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18
bulan
c) Toddler meniru coretan vertical pada usia 24 bulan
d) Toddler membangun menara delapan blok dan meniru tanda silang
pada usia 30 bulan

b. Perkembangan psikososial
1) Erikson member istilah psikososial yang di hadapi toddler antara usia 1 dan
3 tahun sebagai “otonomi versus rasa malu dan ragu”.
2) Toddler mulai menguasai keterampilan social
3) Toddler sering menggunakan kata “tidak” bahkan ketika bermaksud “ya”
untuk mengungsualkan kebebasannya (perilaku negativistic)
4) Toddler sering terus menerus mencari benda familier yang melambangkan
rasa aman, seperti selimut, selama waktu stress dan perasaan tidak
menentu.

c. Perkembangan psikoseksual
Perkembangan psikoseksual menurut freud adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan tahap anak dimulai pada usia 8 bulan sampai 4 tahun.
2) Zona erogenous terdiri dari anus dan bokong, dan aktivitas seksual
berpusat pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh.
3) Okus toddler berganti dari area oral ke anal.
4) Toddler mengalami kepuasan dan frustasi saat menahan dan mengeluarkan,
memasukan, dan melepaskan.
5) Konflik antara “menahan” dan “ melepas” secara bertahap di selesaikan
seiring dengan kemajuan latihan defekasi.
3. Kebutuhan nutrisi
a. Kecepatan pertumbuhan berkurang secara dramatis sehingga kebutuhan
toddler terhadap kalori, protein, dan cairan menurun
b. Kebutuhan kalori adalah 102 kkal/kg/hari
c. Kebutuhan protein adalah 1,2 g/kg/hari
d. Susu harus dibatasi tidak lebih dari sekitar 1 liter setiap hari untuk membantu
menjamin asuhan makanan yang kaya zat besi, pemeriksaan hematokrit harus
dilakukan untuk skrining anemia
e. Toddler dengan diet vegetarian tidak menerima protein nabati yang cukup.
Mereka harus dirujuk ke ahli gizi.

D. Konsep Dampak Hospitalisasi


Menurut Wong (2009) mengatakan bahwa:
1. Reaksi terhadap penyakit
a. Toddler kurang mampu mengidentifikasi konsep tentang citra tubuh,
terutama batasan tubuh. Oleh sebab itu, prosedur yang sangat mengganggu
akan menimbulkan kecemasan.
b. Bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi, dan pengalaman sebelumnya
dapat mempengaruhi toddler dengan baik. Toddler juga dapat merasa sedih
jika mereka hanya merasa akan mengalami nyari.
2. Terhadap hospitalisasi
a. Dalam berespon kejadian yang menegangkan, seperti hospitalisasi
mekanisme pertahanan primer toddler adalah regresi
b. Toddler juga dapat merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan
fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, dan takut terhadap cedera atau
nyeri pada tubuh.
c. Perpisahan mempengaruhi kebanyakan toddler, yang menganggap tersebut
sebagai ditinggalkan. Hospitalisasi yang dapat meningkatkan ansietas
perpisahan, memiliki 3 fase:
1) Protes. Toddler secara verbal menagis kepada orang tua, menyerang
orang lain secara verbal atau fisik, berusaha untuk menemukan orang tua,
memegang orang tua erat-erat dan tidak dapat ditenangkan.
2) Putus asa. Toddler tidak tertarik dengan lingkungan dan permainan serta
menunjukkan sikap yang pasif, depresi, dan kehilangan nafsu makan.
3) Penolakan (penyangkalan). Toddler membuat keputusan yang dangkal
dan menunjukkan minat dengan jelas tetapi tetap menolak. Fase ini
biasanya terjadi setelah perpisahan dalam waktu lama dan jarang terlihat
pada anak yang dirawat.

3. Penatalaksanaan keperawatan
a. Berikan intervensi umum
1) Berikan toddler menyalurkan protesnya dan rawat gabung dengan
bersama orang tua
2) Anjurkan penggunaan objek transisi atau milik orang tua (hal-hal yang
menghubungkan toddler dengan orang tua) yang dapat ditinggalkan
bersama toddler.
3) Minta orang tua untuk tidak pernah menyelinap keluar dari ruangan atau
pergi dari rumah sakit sementara toddler tertidur.
4) Bersikap jujur tentang waktu kembalinya orang tua.
5) Cari dan gunakan kata-kata yang biasa toddler gunakan.
6) Usahakan untuk melanjutkan rutinitas didalam rumah semaksimal
mungkin.
E. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Gastroenteritis
1. Pengkajian keperawatan
Menurut hasan dan alatas (2007) buku kuliah ilmu kesehatan anak dengan
Gastroenteritis menyatakan bahwa Pengkajian adalah pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang anak, agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah kebutuhan dan
keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan yang meliputi:
a. Identifikasi anak dan keluarga
1) Anak: nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
diagnosa keperawatan.
2) Orang tua: nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan
3) Sibling Rivallry: Urutan anak dalam keluarga umur, kedaan
(hidup/meninggal)

b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Serangan awal
Anak mengalami diare atau BAB> 3x/hari, anak cengeng, gelisah,
sering menagis, dan kadang muncul muntah yang sering kemudian
suhu tubuh meningkat.
b) keluhan utama
Anak BAB sering dengan frekuensi >3x/hari pada anak dan >4x/hari
pada bayi dengan konsistensi feses cair atau encer, bisa mengandung
darah atau lender, warna feses kuning kehijauan, mual muntah, anak
tidak nafsu makan, dan disertai demam.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat penyakit yang diderita dan berkaitan dengan penyakit
sekarang, kecuali bila penderita diare kronis, yaitu diawali dengan
diare yang timbul perlahan-lahan, berlanjut berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan baik menetap/bertambah berat.
b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap penyakit
imunisasi diberikan pada usia dari 0-14 bulan dengan macam-macam
imunisasi yaitu BCG, DPT I, II, III, dan campak pada usia 9 buln,
hepatitis serta polio.
3) Keadaan psikososial keluarga
a) Emosi anak ditandai anak akan menagis, perasaan gelisah, tidak mau
diatur, interaksi anak dengan keluarga yang lain berkurang.
b) Tingkat perkembangan, mekanisme koping kebiasaan anak (pola
makan, pola tidur, mainan yang disukai)
4) Kebutuhan Dasar
a) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya anak akan mengalami perubhan yaitu
buang air besar>3x/hari, buang air kecil sedikit atau jarang/olguri
bahkan anuri pada anakdengan dehidrasi berat.
b) Pola Nutrisi
Pada anak diare biasanya disertai mual muntah dan tidak nafsu
makan yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.
c) Pola tidur atau istirahat
Pola tidur atau istirahat pada anak yang mengalami diare akan
terganggu karena seringnya BAB dan adany distensi abdomen yang
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga anak rewel dapat
mengganggu istirahat tidur.
d) Kebersihan diri dan lingkungan
Jarang membersihkan rumah serta lingkungan dan membuang
sampah sembarangan , jarang cuci tangan sebelum dan sesudah
aktivitas, kurang kebersihan ibu dalam memberikan ASI/PASI
e) Pola aktivitas
Pada anak dengan diare akan terganggu atau berkurang dikarenakan
kondisi tubuh lemah akibat dari BAB yang terus menerus.

5) Pemeriksaan Fisik
a) Fisiologis
keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmetis bahkan bisa
berlanjut menjadi koma, suhu tinggi, nadi cepat, dan lemah,
pernafasan agak cepat.
b) Pemeriksaan sistimatika
1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun cekung, selaput lender mulut
dan kulit tampak kering, BB menurun anus dan sekitarnya
kemerahan dan lecet karena seringnya defikasi.
2) Perkusi: adanya distensi abdomen
3) Palpasi: tugor kulit kembali segera/sangat lambat
4) Auskultasi: terdengar bising usus (>20x/menit)
c) Pemeriksaan singkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak
penderita diare biasanya mengalami gangguan pada pertumbuhan
fisiknya karena anak mengalami dehidrasi sehigga berat badan
menurun, namun jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan cepat
maka anak akan mengalami gangguan perkembangan.

6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan tinja
1) Makroskopi dan mikroskopi
2) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika
(pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit
(terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
d) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Asmadi (2011) menyatakan bahwa diagnose kepeawatan adalah
penyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang
masalah atau status kesehatan anak, baik actual maupun potensial, yang
ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan
diagnose keperawatan harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan
anak berikut penyebab yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan.
Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi
masalah (problem), penyebab (etiologi), dan data (sign and symtom), atau bisa
disingkat dengan PES.

Diagnosa Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastroenteritis menurut


(Sodikin, 2011) sebagai berikut:
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
melalui fases atau emesis.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan yang tidak adekuat.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan pengeluaran feses yang berlebih atau
sering BAB
d. Takut pada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua
lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stess.
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang
penegtahuan.
3. Perencanaan keperawatan
Menurut Asmadi (2011), mengatakan bahwa perencanaan keperawatan
merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap anak sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan, tahap perencanaan dapat
disebut juga sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan. Tahap perencanaan
ini memiliki beberapa tujuan penting diantaranya sebagai alat komunikasi antara
sesama perawat dan tim kesehatan lainnya, meningkatkan keseimbangan asuhan
keperawatan bagi anak, serta mendokumentasikan proses keperawatan dan
kriteria hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai.

a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan


melalui feses atau emesis.
Tujuan:
Anak tidak dehidrasi, bebas dari deficit cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil:
1) yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai
2) pengisian kembali kapiler (capillary refill) kurang dari 2 detik
3) tugor kulit elastis, membrane mukosa lembab
4) dan berat badan tidak menunjukan penurunan
5) cubitan perut kembali cepat
6) mukosa bibir lembab
Rencana Tindakan:
1) Kaji tanda-tanda vital
2) Kaji status dehidrasi: ubun-ubun, mata, tgor kulit, dan membrane mukosa
3) Kaji adanya tanda-tanda syok dan status mental setiap 4 jam atau sesuai
indikasi untuk mengkaji hidrasi
4) Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi
5) Kaji intake dan output (Urine, feses, dan emesis)
6) Kaji pengeluaran urine: grafitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020)
atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg bb
7) Berikan larutan dehidrasi oral untuk dehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan. Berikan LRO sedikit tapi sering
8) Berikan cairan rendah natrium, seperti air, ASI, formula bebas laktosa
9) Kolaborasi dalam pemberian cairan dan elektrolit
10) Kolaborasi dalam pemberian obat anti diare dan antibiotic
11) Pemeriksaan lab sesuai program: elektrolit, Ht, Ph, dan serum albumin

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


masukan yang tidak adekuat.
Tujuan:
konsumsi anak menjadi adekuat
Kriteria Hasil:
1) BB anak sesuai dengan tingkat usia
2) Pemasukan makanan dan minuman kembali normal
3) Anak tidak muntah
4) Porsi makan anak dapat dihabiskan
Rencana Tindakan:
1) Mengkaji status nutrisi
2) Timbang berat badan anak setiap hari
3) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
4) Setelah dehidrasi berikan anak minum oral dengan sering dan makan
yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan
5) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik
6) Bagi bayi ASI tetap di teruskan
7) Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formulas yang rendah laktosa
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feses yang
berlebih atau sering BAB
Tujuan:
Kulit anak tetep utuh
Kriteria Hasil:
Tidak ada kemerahan pada daerah anus dan sekitarnya
Rencana Tindakan:
1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk
memberikan anus setiap buang air besar
3) Hindari dari pemakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
4) Ganti popok /kain apabila lembab atau basah
5) Gunakan cream pada daerah yang lecet
6) Hindari penggunaan bedak
7) Jaga popok agar selalu kering
8) Biarkan daerah anus terbuka selama 5 menit-10 menit

d. Takut pada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua


lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.
Tujuan:
Anak menunjukan tanda-tanda distress fisik atau emosional yang minimal,
orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak sepenuhnya.
Kriteria Hasil:
1) Anak merasa nyaman
2) Anak dapat berkomunikasi dengan baik
3) Anak dapat bermain sesuai usia
Rencana Tindakan:
1) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan
cemas : dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan
terapeutik
2) Gunakan komunikasi terapeutik : kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
3) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
5) Alihkan perhatian pada saat akan melakukan tindakan dengan
memberikan terapi bermain.

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang


penegtahuan.
Tujuan:
Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal tentang pembatasan diit
kemungkinan komplikasi dan cara-cara penanganan diare.
Kriteria Hasil:
Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal tentang pembatasan diit
kemungkinan komplikasi dan cara-cara penanganan diare.
Rencana Tindakan:
1) Kaji tingkat pemahaman orang tua tentang penyakit diare
2) Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan makanan
formula dengan tepat
3) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi
4) Berikan penyuluhan tentang diare
5) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
6) Jelaskan pentingnya kesehatan
4. Pelaksanaan keperawatan
Didalam buku konsep dasar keperawatan menurut Asmadi (2011). Implementasi
adalah tahap ketika pearawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan
kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu anak mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

Kemampuan yang harus dimilik perawat pada tahap implementasi adalah


kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling bantu, kemampuan untuk melakukan teknik
psikomotorik, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan
evaluasi.
Adapun prinsip–prinsip implementsi pada anak dengan Gastroenteritis adalah:
a. Mempertahankan cairan dan elektrolit seimbang
b. Mempertahankan status nutrisi
c. Mempertahankan integritas kulit
d. Meminimalkan dampak hospitalisasi
e. Memberikan informasi dan orangtua anak untuk mengenal penyakitnya
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah suatu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan
keperawatan terhadap anak. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif atau
evaluasi proses yang dilihat setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat
setiap hari sedangkan evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat
mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Adapun evaluasi yang bisa diharapkan pada anak diare adalah:
a. Status cairan dan elektrolit seimbang
b. Nutrisi anak terpenuhi atau adekuat
c. Gangguan integritas kulit pada daerah anus dapat diatasi
d. Rasa takut anak berkurang
e. Orang tua menyatakan pemahamannya tentang penyakit diare bertambah
BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini penulis melaporkan hasil Asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An.H dengan Gastroenteritis di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih Jakarta Pusat. Pelaksanaan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar ini dilakukan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 26 - 28 Mei 2016.
Untuk melengkapi data-data yang diperoleh penulis melakukan berbagai cara guna
memperoleh data yang akurat yaitu dengan melakukan wawancara pada keluarga atau
orang tua, perawat yang bertugas, melakukan observasi, melihat catatan medis dan
catatan keperawatan. Laporan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang terdiri
dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
melakukan evaluasi keperawatan.

A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar (Terlampir)
2. Resume
Anak dengan inisial An.H jenis kelamin laki-laki, umur 1 tahun 3 bulan datang
ke UGD bersama keluarganya pada tanggal 25 Mei 2016 jam 08.00 WIB dengan
keluhan utama buang air besar 5 kali konsistensi cair, berwarna kuning
kehijauan, ada lendir dan tidak ada darah, demam dengan suhu 38.7 0C sudah
lebih dari 3 hari disertai demam naik turun terutama pada sore hari, tidak ada
batuk dan pilek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: kesadaran
composmetis, keadaan umum lemah, hasil observasi di TTV: suhu: 38.7 0C, RR:
25x/menit, nadi: 92x/menit, ubun-ubun tidak cekung, mukosa bibir lembab,
konjungtiva ananemis, cubitan dinding perut kembali lambat (3 detik), bising
usus 20x/menit,akral teraba dingin,kapilarey refill kembali <2 detikdan hasil
pemeriksaan labolatorium: hemoglobin: (L) 10.7 g/dL, leukosit: 8.55 103µl,
hematokrit: (L) 32%, trombosit: 487 ribu/µl , natrium 139 mEg/L, kalium:
4.3mEg/L dan klorida: 102 mEg/L. Masalah keperawatan yang muncul pada An.
H yaitu defisit volume cairan dan elektrolit, sudah diakukan tindakan
keperawatan yaitu diberikan terapi cairan Assering 20 Tpm mikrodrip per 25
jam, dokter UGD menganjurkan bahwa anak harus dirawat dengan diagnosa
GED ringan-sedang.

Anak dipindahkan ke paviliun badar kamar 09 pada pukul 10.00 WIB dilakukan
pengkajian yang dilakukan oleh Tim perawat di Paviliun Badar tanggal 25 Mei
2016 jam 10.05 dengan keluhan ibu anak mengatakan” anaknya masih BAB 5
kali dengan bentuk cair, tidak ada ampas berwarna kuning kehijauan, anak
menghabiskan makan 4-5 sendok/tiap kali makan dan tidak ada muntah, panas
naik tutun , minum ASI kuat dan susu formula sudah habis 400 cc.

Penulis melakukan pengkajian pada anak merupakan hari perawatan ke 2 Pada


tanggal 26 Mei 2016 jam 08.30 dilakukan pengkajian dengan keluhan ibu
mengatakan” An. H sudah BAB 4 kali dengan konsistensi cair namun sudah ada
ampasnya, demam, dan batuk pilek sudah tidak ada. Adanya kemerahan pada
daerah sekitar anus, minum anak kuat sudah habis 400cc, An. H tidak bisa tidur
karena baru pertama kali tidur dan dirawat di rumah sakit’’.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan data:kesadaran komposmentis, keadaan


umum sakit sedang, konjungtiva ananemis, kelopak mata tampak cekung,
mukosa bibir lembab, akral teraba hangat, bising usus 20x/menit, kulit elastis,
anak tampak terpasang infus di tangan kiri dengan cairan Assering 20
tpmmikrodrip per 25 jam, tindakan yang telah dilakukan yaitu: memonitor
tanda-tanda vital : S: 370 C, N: 92 x/menit, RR: 25x/menit, BB sebelum sakit 8
kg, BB saat ini 7,3 kg, LK: 44 cm, LD: 45cm, LL 15 cm. Anak mendapatkan
terapi oral dari dokter yang merawat yaitu Zinkid syr (oral) 1x1, Probiokid (oral)
2x1, Sanmol (oral) 3x08cc, Invomit (IV) 3x1mg, Antrain (IV) 3x100mg, dan
mendapatkan obat tambahan pada tanggal 27 Mei 2016 Elpilef (IV)
1x500mg.Hasil feses GE: Bakteri (+) dan Infeksi batang gram negative dan erosi
mukosa usus.

Diagnosa keperawatan yang munculadalah defisit volume cairan dan elektrolit


berhubungan dengan output yang berlabih, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, gangguan
integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat, takut pada anak
berhubungan dengan takut orang asing dan prosedur tindakan, kecemas pada
orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit anak.
Tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
mengobservasi TTV, mengukur intake dan output, mengkaji tanda-tanda
dehidrasi, membantu memenuhin kebutuhan anak, menganjurkan ibu untuk
mengingatkan intake peroral.

3. Data fokus
a. Data Subjektif
Orang tua anak mengatakan: “anak saya sekarang masih buang-buang air
besar sudah 5x/hari dari malam sampai pagi ini, warnanya kuning kehijauan,
cair, ada lender dan tidak ada darah, anak saya buang air kecil sudah 5x hari
ini, warnanya kuning jernih, badan anak saya sudah tidak panas lagi, makan
hanya ½ porsi yang dapat dihabiskan, muntah 2x warnanya putih susu,
minum ASI sebanyak ±8 kali/hari, BB anak saya sebelum sakit 8kg, suka
memasukan jari kemulut orang lain, di daerah anus dan lipatan paha agak
kemerahan, kadang suka rewel, anak saya belum pernah dirawat baru
pertama kali dirawat, saya merasa cemas dengan kondisi anak saya saat ini’
b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan didapatkan data:
Keadaan umum sakit sedang (lemah), kesadaran composmetis, TTV: nadi :
92x/menit, RR: 25x/menit, suhu: 37 oC, BB awal 8 kg, BB sakit 7,3 kg,
lingkar kepala 44cc, lingkar dada 45cm, lingkar lengan 15cm, tinggi badan
76cm, konjungtiva ananemis, kelopak mata tampak cekung, kukosa bibir dan
mulut lembab, ubun-ubun kepala tidak cekung, cubitan dinding perut kembali
lambat (>3detik), bising usus 20x/menit, capillary refill <3 detik, makanan
habis ½ porsi, anak terlihat rewel, akral hangat, tampak kemerahan pada
daerah sekitar anus, feses berwarna kuning kehijauan, cair, berlendir, dan
tidak ada darah.
Intake dan Output dalam 24 jam
1) Intake:
Infuse : 20x1x24 = 480 cc
Minum : 100x8 = 800 cc +
Total intake = 1280 cc

2) Output:
BAB : 100 x 5 = 500cc
BAK : 50 x 5 = 250cc
IWL : (30-1,3)x16 = 459,2 cc
Muntah :2x100 = 200 cc +
Total Output = 1409,2 cc

3) Balance cairan = I-O= 1280-1409,2 = -129,2 cc

4) BBI : 2n + 8 = 2 x 1,3 + 8 = 10,6 kg

5) Menegtahui Dehidrasi :
6) Kebutuhan cairan 7,3 kg x 100/hari = 730cc/hari
7) Kebutuhan kalori 7,3 kg x 100/hari = 730cc/hari
a) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan tanggal 25 Mei 2016 jam 10:07
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
1. HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7L g/dL 10,8 – 12,8
3
Leukosit 8,55 10 µl 6.00 - 17.00
Hematokrit 32L % 35 – 43

2. ELEKTROLIT
Natrium (Na) 139 mEq/L 135 – 147
Kalium (Ka) 4.3 mEq/L 3.5 - 5.0
Klorida (Cl) 102 mEq/L 94 – 111

Hasi Feses GE Pemeriksaan tanggal 25 Mei 2016 jam 20:32

Pemeriksaan Hasil
1. Karakteristik
a. Makroskopik
Warna Hijau
Konsistensi Encer
Darah (-) Negatif
Lendir (+) Positif
Pus (-) Negatif
Busa

b. Mikroskopik
Leukosit 60 – 65
Eritrosit 3–5
Bakteri (+) Positif
Epitel (-) Negatif
Lemak (-) Negatif
Amilum (-) Negatif
Serat otot (-) Negatif
Serat tumbuhan (-) Negatif
Jamur (-) Negatif
Terur cacing (-) Negatif
Parasit (-) Negatif

2. Pemeriksaan Terinci
a. Kimia
pH 5.0
Glukosa (-) Negatif
Lemak (FGE) (-) Negatif
b. Pewarnaan
Gram Negatif Batang
Spora (FL) (-) Negatif
Jamur (-) Negatif

3. Diagnose Kerja
WD/(FL) 1. Infeksi Batang Gram Negatif
2. Erosi Mukosa Usus
b) Penatalaksanaan
Terapi oral
Zinkid syrup 1 x 1 sdk jam (06)
Probiokid puyer 2 x 1 bks jam (06, 18)
Sanmol syrup 3 x 0,8ml jam (06, 12, 18)

Terapi injeksi
Invomit 3x1mg jam (06, 14, 22)
Antrain 3x100mg jam (08, 16, 24)
Elpilef 1x500mg jam (12) [ Resep baru diberikan pada tanggal 27
Mei 2016]

4. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1 DS: Defisit volume Output berlebih
Orang tua anak mengatakan: cairan dan
“anak saya masih BAB 5 x/hari elektrolit
dengan bentuk cair, buang air
kecil 5x, feses berwarna kuning
kehijauan, ada lendir, minum ASI
dan susu formula, muntah sudah
2x berwarna putih, tubuh anak
saya sudah tidak panas lagi.

DO:
- Keadaan umum lemah,
kesadaran composmetis
- TTV: suhu: 370C, Nadi:
92 x/menit, RR:25x/menit
- Mata tampak cekung,
bibir lembab, cubitan
dinding abdomen kembali
lambat
( >3 detik)
- Capillary reffil < 3 detik
- Balance cairan: - 129.2 cc
- Status dehidrasi:
(Dehidrasi Sedang)
- Pemeriksaan penunjang
feses GE dan Lab tanggal
25 Mei 2016: feses
terdapat lendir positif,
Bakteri positif, Infeksi
Batang Garam Negatif,
Natrium: 139 mEq/L,
Kalium: 4.3 mEq/L,
Klorida:102 mEq/L

2 DS: Perubahan Intake yang


Orang tua anak mengatakan: nutrisi kurang tidak adekuat
“nafsu makan anak saya dari kebutuhan
bertambah, namun jika makan tubuh
kadang masih ada muntah, makan
½ porsi, berat badan sebelum
sakit 8kg”.

DO:
- A: BB saat ini: 7.3 kg
BBI: 10.6
Status nutrisi:
TB: 76cm, LLA:15cm,
- B:Hasil Lab Tanggal 25
Mei 2016:
Pemeriksaan Lab:
Hemglobin: L 10.7g/dl,
- C: Keadaan umum anak
sakit sedang, kesadaran
composmetis, rambut
berwarna hitam dan tidak
mudah rontok,
konjungtiva ananemis,
mukosa mulut pucat, bibir
lembab, gusi tidak ada
pendarahan, lidah bersih,
kelengkapan gigi blm ada,
kulit elastis, tidak ada
stomatitis, tidak ada
odem.
- D:sebelum sakit: pola
makan 2x sehari, jenis
makanan tim, habis 1
porsi.
Sesudah sakit: makan 3x,
jenis makanan tim, habis
½ porsi.
3 DS: Gangguan Frekuensi BAB
Orang tua anak mengatakan: integritas kulit meningkat
“anak saya masih BAB 5x/hari,
di daerah anus anak saya terdapat
kemerahan”.

DO:
- Anak tampak rewel
- Terdapat kemerahan
disekitar anus
PH feses: 5.0

4 DS: Takut (Pada Prosedur


Orang tua anak mengatakan: anak) tindakan dan
“anak saya takut bila perawat orang asing
masuk ruangan, sering rewel dan (Dampak
menangis saat perawat ingin Hospitalisasi)
melakukan tindakan”.

DO:
- Anak tampak rewel
- Anak terlihat takut saat
didekati perawat
- Anak menangis jika
perawat melakukan
tindakan

5 DS: Cemas pada Kurang


Orang tua anak mengatakan: orang tua terpaparnya
“saya khawatir dengan kondisi informasi
anak saya, saya kurang tahu tentang penyakit
tentang penyakit anak saya, kata anak
dokter anak saya terkena bakteri,
saya baru pertama kali melihat
anak saya dirawat”.

DO: - Ekspresi wajah orang tua


terlihat khawatir
- Orang tua anak terlihat
kebingungan saat ditanya
tentang penyakit anaknya
- Orang tua tampak cemas
sedang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisa data, maka dapat
ditentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan pada kasus diatas adalah
sebagai berikut:
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat
4. Takut pada anak berhubungan dengan orang asing dan prosedur tindakan
5. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit anak
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan maka disusun rencana
keperawatan sebagai berikut:
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebih
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.H
selama 2x24 jam diharapkan masalah defisit volume
cairan dan elektrolit dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Anak tidak lemas
b. TTV anak normal (usia anak 1-3 tahun: RR: 20-30x/menit, Nadi:
<120x/menit, Suhu: 36,5-37,5oC)
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (mata tidak cekung, mukosa mulut
lembab, kulit elastis, cubitan<2 detik)
d. Intake dan output seimbang
e. BAB 1x/hari dengan konsistensi semi padat
f. Hasil elektrolit dalam batas normal: Kalium 3,5-5,0 mEq/L, Natrium:135-
147 mEq/L, dan Klorida: 94-111mEq/L.
Rencana Tindakan :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Memonitor tanda-tanda peningkatan dehidrasi (BB menurun, tugor kulit
kurang elastis, mata cekung, nadi cepat, mukosa bibir kering, output urine
menurun).
c. Catat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/8 jam
d. Berikan cairan rendah natrium, seperti air, ASI, formula bebas laktosa
e. Pantau cairan infuse assering 20Tpm/25 jam
f. Timbang berat badan setiap hari
g. Anjurkan pada orang tua untuk memberi ASI sesering mungkin dan
meningkatkan pemberian cairan peroral
h. Pantau hasil lab elektrolit: Na, Ka, Cl
i. Berikan terapi oral:
1) Zinkid 1x1 (Jam 06)
2) Probiokid 2x1 (Jam 06,18)
3) Sanmol 3x0.8 (Jam 06,12,18)
j. Berikan terapi injeksi:
1) Antrain 3x100mg (Jam 08,16,24)
2) Elpilef 1x500mg (Jam 12)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.H
selama 3x24 jamdiharapkan perubahan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. BB anak menjadi ideal sesuai dengan tingkatan usia
b. Intake makanan dan minuman kembali normal
c. Tidak ada muntah porsi makan anak dapat dihabiskan
d. Konjungtiva ananemis
e. Hematologi dalam batasnormal :Hemoglobin: 10,8-12,8 g/dL,
Hematokrit: 35-43 %.
Rencana Tindakan :
a. Observasi status nutrisi anak
b. Timbang berat badan anak
c. Monitor Intake – Output nutrisi/24 jam
d. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk mengkaji
toleransi pemberian makanan
e. Jelaskan kepada orang tua manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan
f. Motivasi orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
g. Berikan diit yang sesuai : Rendah Serat TKTP
h. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik sesuai diit
i. Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum memberikan makanan anaknya
j. Berikan terapi sesuai dengan program: Invomit 3x1mg (Jam 06, 14, 22)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.H
selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit baik.
Kriteria Hasil :
a. Frekuensi BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lunak (normal)
b. pH feses dalam batas normal (6-7)
Rencana tindakan:
a. Monitor daerah bokong
b. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
c. Anjurkan ibu menggunakan kapas lembut dan sabun bayi untuk
membersihkan anus setiap buang air besar
d. Anjurkan ibu untuk menghindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur
yang lembab
e. Anjurkan ibu mengganti popok/kain apabila kotor lembab atau basah
f. Ajarkan orang tua cara perawatan perenial hygiene pada anak
g. Anjurkan daerah anus terbuka selama 5-10 detik setelah dibersihkan &
sebelum menggunakan celana
h. Jaga popok agar selalu kering
i. Kolaborasi dalam pemberian obat cream pada daerah yang lecet atau bila
perlu untuk perawatan perinial atau gunakan alternative obat lain yang
dianjurkan
4. Takut (pada anak) berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada
orang asing dan prosedur tindakan)
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan paada An.H
selama 3 hari diharapkan dampak hospitalisasi pada anak
dapat terarasi
Kriteria hasil :
a. Anaktampak nyaman dan aman saat berkomunikasi dengan perawat
b. Anak dapat bermain sesuai dengan usia
c. Anak dapat kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan tidak menangis
atau rewel.
Rencana Tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan pada anak
b. Bina hubungan saling percaya
c. Perkenalan nama sebelum melakukan tindakan
d. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
e. Lakukan kontak singkat tapi sering
f. Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan
istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan
g. Anjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur
tindakan
h. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi anak

5. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang informasi tentang


penyakit anak
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan kecemasan orang tua berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
a. Keluarga atau orang tua dapat menegtahui tentang penyakit anak dari
definisi samapai dengan cara perawatan
b. Orang tua tidak cemas
c. Orang tua dapat menjawab setiap pertanyaan yang diberikan tentang
penyakit anak
d. Expresi orang tua terkait berkurang kecemasannya
Rencana Tindakan:
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua
b. Kaji tingkat pendidikan orang tua
c. Kaji tingkat kecemasan orang tua
d. Berikan kesempatan pada orang tua mengepresikan kecemasannya
e. Jelaskan pada orang tua setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan
pada orang tua
f. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga
tentang kondisi dan penyakit anaknya
g. Berikan penyuluhan tentang penyakit diare dan pengertian sampai dengan
cara pencegahan dan perawatan anak dirumah
h. Beri kesempatan pada orang tua anak untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengertinya
i. Ajarkan ibu memcuci tangan yang benar dengan 6 langkah
j. Fasilitasi keluarga untuk dapat berkomunikasi pada dokter yang merawat
k. Libatkan orang tua dalam merawat anaknya
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanan tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat, maka penulis melakukan tindakan keperawatan
selama 3 hari dari tanggal 26 – 28 Mei 2016. Dalam melaksanaan tindakan
keperawatan penulis bekerja sama dengan tim keperawatan di Paviliun Badar
Rumah Sakit Islam Jakarta juga dengan tim kesehatan lainnya.
Hari/Tanggal Jam Dx Tindakan Keperawan dan Hasil Paraf
Kamis, 08.20 4 Membina hubungan saling percaya SUSI
26 Mei 2016 dengan anak dan keluarga&
Memperkenalan nama sebelum
melakukan tindakan
Hasil/Respon :
DS: keluarga anak menanyakan nama
perawat, ibu mengatakan bahwa
“nama Ny. M dan suami saya Tn.
S dan ibu mengatakan bahwa
An.H takut dengan perawat”
DO: Orangtua anakterlihat dapat
menerima kehadiran
perawat/mahasiswa, dan anak
tidak ada kontak mata dengan
perawat, anak tampak rewel dan
takut.

08.30 1,4 Memonitor TTV & memanggil nama SUSI


anak dan laukan sentuhan
Hasil/Respon :
DS: Orangtua anak mengatakan :
“badan anak saya sudah tidak
panas”
DO: S: 37,00C, N: 92x/menit.
08.35 1 Memberikan obat Antrain 100mg SUSI
Hasil/respon:
DS: -
DO: obat masuk via intravena sesuai
dosis, anak menagis saat dierikan
obat

09.20 1 Mencatat frekuensi defekasi. SUSI


Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan:
“anak saya dari tadi pagi sudah
BAB 4x”.
DO: Feses tampak berwarna kuning
kehijauan, cair, ada lendir, tidak
ada darah.

09.25 1 Menganjurkan orangutuauntuk SUSI


memberikan minum An. H , sesuai
tumbang
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan
memberikan minum yang cukup.
DO: An. H terihat sedang meminum
ASI ibunya.

09.30 3 Menganjurkan ibu untuk menghindari SUSI


dari pakaian dan pengalas tempat tidur
lembab
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan
“sudah menghindari dari pakaian
dan pengalas yang lembab dan
basah.
DO:Orangtua anak tampak mengerti
dan kooperatif

09.45 1 Memonitor tanda-tanda peningkatan SUSI


dehidrasi
Hasil/Respon:
DS: orangtua anakmengatakan “anak
sudah minum susu hanya habis
400cc, BAB sudah 4x
DO: anak lemas, mukosa bibir terlihat
lembab, mata sedikit cekung,
tugor kulit elastis, cubitan perut
kembali segera 3 detik, adanya
distensi abomen.

10.55 2 Menimbang BB An. H SUSI


Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan berat
badan anak saya sebelum sakit
8kg.
DO: Berat badan sekarang 7,3kg.

11.00 1 Memantau hasil lab elektrolit (Na, Ka, SUSI


Cl)
Hasil / Respon:
DS: -
DO: Na: 139mEq/L, Ka: 4.3mEq/L,
Cl: 102 mEq/L
11.10 4 Memanggil nama anak sesuai dengan SUSI
nama panggilan An. Ali dan mengajak
main
Hasil/Respon:
DS: -
DO: Anak hanya melihat perawat dan
hanya diam saja.

11.15 3 Menganjurkan orangtua mengganti SUSI


popok/kain apabila lembab atau basah
Hasil /Respon:
DS: Orangtua klien mengatakan “
sudah mengganti popok yang
lembab dan basah dengan
secepatnya”
DO: orangtua klien tampak paham dan
kooperatif dalam perawatan
popok

11.25 2 Memotivasi & menganjurkan kepada SUSI


orangtua untuk memberi makanan
secara bertahap sedikit demi sedikit
tapi sering.
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan saya
mengerti dengan apa yang
dijelaskan.
DO: Orangtua anak tampak mengerti.

11.35 3 Menganjurkan ibu menggantikan SUSI


popok anak dengan sering/setiap BAB
dan menganjurkan ibu menggunakan
kapas lembut dan sabun bayi untuk
membersihkan anus sesudah BAB
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan
daerah sekitar bokong ada
kemerahan.
DO: Orangtua tampak membersihkan
bokong anak sehabis BAB dan
menggunakan sabun.

11.40 3 Mengkolaborasi dalam pemberian SUSI


obat cream pada daerah yang lecet
atau bila perlu untuk perawatan
perinial atau gunakan obat alternative
obat yang lain dianjurkan
Hasil/Respon:
DS: Orangtua mengatakan “ bisa pakai
oil kelapa atau tidak”
DO: orangtua tampak bertanya dan
memberikan oil kelapa pada
daerah selangkangan yang
terdapat kemerahan

12.00 1 Memberikan obat oral Sanmol 0,8cc SUSI


Hasil /Respon:
DS: -
DO: obat masuk via oral sesuai
dengan dosis 0,8cc, An. H
tampak diam
12.20 1,2 Mencatat intake output dan memonitor SUSI
intake output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan “BAB
4x cair, tidak berlendir dan tidak
berdarah, anak menggunakan
pempers, minum susu 600cc.
DO: Intake: Cairan infus :250cc
Makanan: ½ porsi
Minum: 400cc+
Output: BAB :400cc
BAK: 200cc
Muntah :200cc
BC:-200

12.25 5 Mengkaji tingkat pengetahuan orang SUSI


tua tentang penyakit diare & Mengkaji
tingkat pendidikan orangtua
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan saya
hanya tahu BAB nya mencret
karena air susu formula yang
sudah lama di taruh di kulkas,
dan mengatakan pendidikan
terakhir SMK
DO: Orangtuaanak sering bertanya
kepada perawat dan menceritakan
kejadiannya, orang tua
mengatakan pendidikan terahir
SMK
13.30 1,4 Memonitor tanda-tanda vital& SUSI
memanggil nama anak dan laukan
sentuhan
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak menegatakan
alhamdulilah An.H sudah tidak
panas lagi
DO: An.H tampak tidak rewel, S: 37,6
RR: 28x/menit, Nadi:
100x/menit.

14.00 2 Memberikan obat Invomit 1mg SUSI


Hasil /Respon:
DS: -
DO: obat masuk via intravena sesuai
dosis, anak menagis saat
diberikan obat

14.10 3 Menganjurkan orang tua cara SUSI


perawatan perennial hygiene pada
anak
Hasil /Respon:
DS: -
DO: orang tua tampak memperhatikan
apa yang dijelaskan, dan orang
tua tampak bertanya-tanya dan
paham

15.20 1 Memantau cairan infus Assering SUSI


20Tpm.
Hasil/Respon:
DS: -
DO: Terpasang infus Assering 20Tpm,
tidak ada udara di selang infus,
dan cairan menetes lancar.

16.00 1 Memberikan obat Antrain 100mg SUSI


Hasil /Respon:
DS: -
DO: obat masuk via intravena sesuai
dosis, anak menagis saat
diberikan obat

16.15 4 Mengkaji tingkat kecemasan pada SUSI


anak
DS:orang tua mengatakan anak
kadang rewel kadang tidak
DO: anak tamopak terlihat rewel dan
tidak bisa diam,

18.00 1 Memberikan obat Oral Probiokid TIM


1bks, dan obat Sanmol 0,8ml
Hasil /Respon:
DS:-
DO: obat masuk via oral 1 sendok/5cc

18.30 1,2 Mencatat intake output& memonitor TIM


intake dan output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan anak
saya tadi ganti popok dari jam
12.00-18.00 sudah ganti 3x,
minumsudah habis 1 botol, tidak
ada muntah,pada pagi hari makan
habis 6 sendok.
DO:.Intake: Cairan infus :250cc
Makanan: 1/5 porsi
Minum: 300cc
Output: BAB :300cc
BAK: 150cc
Muntah :-
BC:100cc

19.00 1 Memonitor TTV TIM


Hasil/Respon:
DS: anak saya sudah tidak panas lagi
DO: suhu 37o C, RR: 26x/menit, N:
110x/menit

21.00 1 Memantau cairan infus & mengganti TIM


cairan infus
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan
infusannya mau habis.
DO: mengganti cairan infus Assering,
Cairan 20Tpm/25 jam (mikro),
tetesan lancar tidak ada udara di
selang infus.

22.00 2 Memberikan terapi obat invomit 1mg TIM


Hasil/Respon:
DS: -
DO: obat masuk via intravena dan
anak tertidur saat diberikan obat.

24.00 1 Memberikan obat Antrain 3x100mg TIM


Hasil /Respon:
DS:-
DO: obat masuk via intravena dan
anak terbangun dan rewel saat
diberikan obat.

Jumat, 06.05 1,2 Memberikan terapi obat oral zinkid SUSI


27, Mei 2016 1sdc dan Probiokid 1sdc, Obat sanmol
0,8cc dan obat intravena Invomit
1mg.
Hasil/ Respon :
DS: orang tua anak mengatakan anak
masih tidur.
DO: obat oral belum masuk, dan obat
invomit sudah masuk via
intravena sesuai dengan dosis
1mg. anak tampak terbangun dan
rewel.

06.30 4 Menjelaskan prosedur dan pelaratan SUSI


yang tidak dikenal pada anak dengan
istilah yang sesuai dengan tahap
perkembangan & Memberikan terapi
bermain sesuai tingkat usia dan
kondisi anak
Hasil/Respon:
DS: Orangtua mengatakan “An. H jika
sudah kenal tidak rewel tetapi
menjadi ingin tahu
DO: anak tidak menagis saat
digendong dan An. H
menggenggam thermometer

07.00 1,2 Mencatat intake output cairan & SUSI


memonitor intake output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon:
DS:orang tua anak mengatakan dari
jam sore sampai dengan pagi
sekarang sudah 2x ganti pempes,
BAB masih cair, ada ampas
sedikit, ada lendir, dan tidak ada
darah. Makanan hanya habis ½
porsi, minum susu formula 1
botol (400cc)
DO: intake : makan: ½ porsi
Minum: 400cc
Infus : 200cc+
600cc
Output: BAB:200cc
BAK: 100cc
Muntah:-
BC:300cc

07.05 1 Mengingatkan kembali orang tua SUSI


untuk memberikan obat Zinkid dan
Probiokid, dan Sanmol
Hasil/Respon:
DS: Orangtuaanak mengatakan
“hampir saja saya lupa, untung
suster susi kesini lagi”
DO: Orangtuaanak tampak
memberikan obat zingkid,
Probiokid, dan Sanmol kepda
An.H

07.25 5 Mengkaji tingkat kecemasan orang tua SUSI


Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan “ anak
saya masih BAB cair, dan anak
saya malem suda bisa tidur
DO: Orangtua anak tampak cemas dan
perihatin kepada anaknya,
orangtua tampak bertanya-tanya

08.00 1 Memonitor tanda-tanda vital SUSI


Hasil/Respon:
DS:-
DO: S: 36,8oC, N: 110x/menit, RR:
28x/menit

09.00 4 Memberikan terapi bermain SUSI


danmengenalkan alat ukur suhu
thermometer
Hasi/Respon:
DS: orang tua kien mengatakan sudah
tidak takut lagi dan ibuanak
mengatakan An. H kalau sudah
kenal mau digendong dan tidak
rewel lagi.
DO: anak tampak memegang
thermometer dan terdiam, anak
sudah mau dan tidak takut rewel
lagi saat digendong.

09.10 1 Memantau cairan infus Assering SUSI


20Tpm.
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan jalan
infusnya jalan ko sus,
DO: Terpasang infus Assering
20Tpm/ 25 jam, tidak ada udara
di selang infus, dan cairan
menetes lancar.

10.00 3 Menganjurkan ibu daerah anus SUSI


terbuka selama 5-10 detik setalah
dibersihkan & sebelum menggunakan
celana
Hasil/ Respon:
DS: Orangtuaanak mengatakan akan
membiarkan daerah sekitar anus
terbuka setelah membersihkannya
DO: Orangtuaanak tampak
membiarkan daerah anus terbuka,
lalu menutup kembali setelah
dibersihkan, daerah anus tampak
kemerahan

11.00 2,5 Menganjurkan ibu mencuci tangan SUSI


sebelum memberikan makan anaknya
dan mengajarkan cara mencuci tangan
yang benar dengan 6 langkah
Hasil/Respon:
DS: Orangtua anak mengatakan akan
mencuci tangan sebelum
memberikan makanan kepada
anaknya
DO:Orangtua anak tampak koperatif
dan memperagakan kembali apa
yang sudah di ajarkan, anak
tampak mengerti

11.25 2 Menganjurkan orang tua untuk SUSI


mendampingi anak selama prosedur
tindakan & memotivasi,
menganjurkan orangtua untuk
memberikan makanan sedikit tpi
sering
Hasil /Respon:
DS: orang tua anak mengatakan “akan
memberikan makan anak sesuai
dengan yang disarankan
diparawat.
DO: memberikan penjelasan informasi
kepada keluarga anak tentang
manfaat nutrisi

11.30 2 Memberikan diit bubur rendah serat SUSI


dan TKTP
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan,
makan hanya habis 4 sendok
DO: makanan masih tersisa 1/5 porsi

12.00 1 Memberikan terapi obat Elpilef SUSI


1x500mg &BU
Hasil/Respon: ENDAH
DS: Orangtuaanak mengatakan An. H
tidur
DO: anak tampak terbangun dan rewel
saat diberikan obat Elpilef via
intaravena dan ibu anak tampak
kebingungan mendampingi An.H

12.50 1,2 Mencatat intake output & memonitor SUSI


intake output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan pagi
s/d sekarang sudah BAB 3x ganti
pempers, warna kuning
kehijauan, cairan lendir sedikit +
ampas, tidak ada darah
DO: Intake: Cairan infus :200cc
Makanan: ½ porsi
Minum: 600cc
Output: BAB :300cc
BAK: 150cc
Muntah :-
BC:350cc

13.00 2 Menimbang BB An. H SUSI


Hasil/Respon:
DS: Orangtuaanak mengatakan
kayanya sekrng tambah gendut
saat dirawat disni
DO: berat badan anak bertambah 3kg,
awal masuk rumah sakit 7,3 k.
sekarang menjadi 7,6 kg.

14.00 5 Mengkaji tingkat pngetahuan orang SUSI


tua tentang penyakit anak
Hasil/ Respon:
DS: orang tua anak mengatakan,”
tidak tau cara perawatan anak
diare bagaimana. Takut karena
demam anak naik turun. Dan baru
pertama kali ini saya membawa
anak saya dengan keluahan diare.
DO: orang tua tampak cemas, orang
tua banyak bertanya-tanya
tentang penyakit anak

14.15 1 Memantau cairan infus & SUSI &


menganjurkan pd ibu untuk BU
mendampingi anak selama prosedur ENDAH
tindakan (Meng up infus anak An. H)
Hasil/Respon:
DS: Orangtuaanak mengatakan “
kayanya bengkak ya sus”
DO: saat membuka infusan An.H
tampak rewel dan menagis, orang
tua anak tampak menenangkan
anaknya. Adanya bengkak pada
daerah sekitar, infus masuk 300cc

15.00 5 Memberikan penyuluhan tentang SUSI


penyakit diare dari pengertian sampai
dengan cara pencegahan dan
perawatan anak dirumah
Hasil/Respon:
DS: orang tua mengatakan” sudah
mulai mengerti tentang penyakit
anak”
DO: orang tua sangat komperatif dan
bertanya Tanya tentang enyakit
diare

16.05 3 Mengkaji kerusakan kulit atau iritasi SUSI


setiap buang BAB/BAK (keadaan
anus anak)
Hasil / Respon:
DS: orang tua anakmengatakan”
masih aanya kemerahan pada
anus dan selangkangan, kalu
dikasi minyak kelapa boleh sus?”
DO: anak menggunakan pempes,
tampak agak kemerahan pada
anus dan selangkangan, dan ibu
anak memberikan minyak kelapa
pada daerah selangkangan An.H,
PH: 5.0

18.00 1 Memberikan obat oral Probiokit 1bks TIM


Hasil/Respon:
DS: -
DO: obat masuk via oral 1 sdc,

20.00 1,2 Mencatat intake Output& memonitor TIM


intake output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon;
DS: Orangtua anak mengatakan
“minum sudah habis 200cc+ASI,
sudah ganti 2x pempesrs, tidak
ada muntah, makan habis 6
sendok, BAB 2x, dan BAK 2x.
DO: intake: infuse:-
Makan: 6 sendok
Minum: 200cc+ASI
Output :BAB: 200cc
BAK:100cc
Muntah:-
BC:-100cc

Sabtu, 06.30 1,2 Mencatat intake output& memonitor SUSI


28 Mei 2016 intake output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan dari
malem sampai pagi ini blm BAB,
BAK 1x, tidak ada muntah dan
minum sudah habis 1 botol susu.
DO: Intake: Cairan infus :-
Makanan: 6 sendok
Minum: 600cc
Output: BAB :-
BAK: 50cc
Muntah :-
BC:550cc

07.00 1 Memonitor tanda-tanda vital SUSI


Hasil/Respon:
DS:Orangtua anak mengatakan anak
saya sudah tidak panas.
DO: S:37OC, N:100x/menit, RR:
28x/menit

08.00 3 Memonitor daerah bokong dan SUSI


perineal An.H
Hasil/Respon:
DS: orangtua anak mengatakan saya
selalu mengganti pempers jika
anak saya BAB
DO: pempers tampak bersih,
kemerahanberkurang, orangtua
anak tampak memberikan minyak
kelapa di daerah selangkangan
dan memberikan bedak di daerah
bokong anak

08.25 4 Melakukan sentuhan kontak singkat SUSI


tapi sering pada An. H
Hasil/Respon:
DS: orangtua anak mengatakan anak
saya sekrng mulai berani dengan
perawat dan tidak takut lagi
karena sering bertemu jadi sudah
kenal
DO:anak tersenyum dan tertawa
dengan perawat, anak tidak
menagis saat di gendong perawat.

10.30 2 Menjelaskan kepada orang tua SUSI


manfaat nutrisi dan ASI pada anak
proses penyembuhan
Hasil/Respon:
DS: orangtua anak mengatakan
“menerti apa yang dijelaskan
perawat”
DO: ibu tampak semangat
memberikan makan anak dan
tampak menegrti tentang apa
yang dijelaskan manfaat nutrisi
dan asi pada proses penyembuhan
penyakit anak dan anak tampak
bertanya tanya.

11.00 2 Memberikan diit bubur rendah serat SUSI


TKTP
Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan “
Anak makan ½ porsi
DO: makanan masih tersisa ½ porsi

12.00 1 Memberikan therapy obat Elpilef SUSI


Hasil/Respon:
DS: -
DO: anak tidak diberikan obat Elilef
karena anak sudah tidak
memasang infus dan sudah boleh
pulang oleh dokter

12.10 1,2 Mencatat intake output& memonitor SUSI


intake output nutrisi/8 jam
Hasil/Respon:
DS:orangtua anak mengatakan dari
pagi sampai saat ini sudah BAB
1x, BAB sudah tidak cair, sudah
ada amasnya, tidak ada lendir dan
darah, makan hanya habis ½
porsi, minum air putih 500cc
DO:intake: Cairan Infus:-
Makan: ½ porsi
Minum: 500cc
Output: BAB:100cc
BAK:50cc
Muntah:-
BC:450cc

13.00 2 Menimbang berat badan anak SUSI


Hasil/Respon:
DS: orang tua anak mengatakan An. H
gemukan saat dirawat di RS
DO: berat badan anak bertambah 3kg,
awal masuk rumah sakit 7,3 k.
sekarang menjadi 7,6 kg.

13.20 2 Mengkaji & mencatat status SUSI


Nutrisianak
Hasil/Respon:
DS: orang tua mengatakan anak sudah
mau makan, alhamdulilah
DO: usia anak 1,3th, Berat badan saat
ini: 7,8kg.BBI: ( 2n+8)=2x1,3+
8= 10,6kg.
Kebutuhan
kalori:7,6x100/hari=760cc/hari.

14.00 3 Mengajak An.H bermain dan SUSI


berkomunikasi dengan keluarga An.H
Hasil/Respon:
DS: kelurga anak mengatakan An.H
tampak kalau ada mainan.
DO: anak tampak sehat, tidak rewel
dan nagis saat digendong
perawat. Dan anak tidak takut
lagi

14.30 5 Memberikan pendidikan kesehatan & SUSI


berkomunikasi kepada keluarga dan
anak, dan mengingatkan kembali
penyakit pada anak.
Hasil/Respon:
DS: orangtua anak mengatakan masih
ingat apa yang dikasih tau
perawat
DO: orangtua anak tampak paham dan
ingat apa yang telah diajarkan,
keluarga anak tampak peduli
demgam penyakit anak. orang tua
anak tampak antusias kepada
perawat apa yang telah
dibicarakan.

15.00 5 Memberikan orangtua dalam merawat SUSI


anaknya
Hasil /Respon:
DS: Orangtua akan memperhatikan
perawatan anaknya dan lebih
teliti dalam memberikan segala
sesuatu pada anaknya
DO: Orang tua tampak mengerti apa
yang dijelaskan dan orang tua
sudah mengerti cara perawatan
yang baik dirumah

15.20 5 Memfasilitasi keluarga untuk dapat SUSI &


berkomunikasi pada dokter yang TIM
merawat.
Hasil/Respon:
DS: orang tua klien menanyakan
kehadiran dokter untuk
berkomunikasi tentang resep obat
An.H
DO: orang tua klien tampak mencari
dokter, dan menanyakan resep ke
perawat dan mengurus surat
pulang
E. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf

1. Jumat, 11.00 S:Orangtua mengatakan “An.H BAB dari SUSI


27 Mei 2016 pagi sampai sekarang sudah 4x, warna
kunimg kehijauan, cair, ada lendir, dan
tidak ada darah, makan habis ½ porsi,
minum 600cc dan muntah 2x, anak
saya sudah tidak panas lagi”
O: Kesadaran composmetis,
keadaanumum lemah, Mukosa bibir
lembab , mata agak sedikit cekung,
tugor kulit elastis, kapilery refile <3
detik, adanya distensi abdomen, Suhu:
37OC, terpasang infus Assering
20Tpm.
Intake – Output:
Intake : Minum: 900cc/24 jam
Infuse: 250cc/24 jam
Jumlah:1150cc/24 jam

Output: BAK :350cc/24 jam


BAB :700cc/24 jam
IWL :459,2 cc
Muntah :- cc/24 jam
Jumlah: 1509,2cc/24 jam
Balance cairan: - 359,2cc
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Memonitor tanda-tanda
peningkatan dehidrasi (BB
menurun, tugor kulit kurang elastis,
mata cekung, nadi cepat, mukosa
bibir kering, output urine
menurun).
c. Mencatat intake dan output (urine,
feses, dan emesis)
d. Berikan cairan rendah natrium,
seperti air, ASI, formula bebas
laktosa
e. Berikan terapi oral:
1) Zinkid 1x1 (Jam 06)
2) Probiokid 2x1 (Jam 06,18)
3) Sanmol 3x0.8 (Jam 06,12,18)
g. Berikan terapi injeksi:
1) Antrain 3x100mg (Jam
08,16,24)
2) Elpilef 1x500mg (Jam 12)

2 11.10 S: Orangtua anak mengatakan “An.H SUSI


makan habis ½ porsi, masih muntah,
BB anak sebelum sakit 8kg, sesudah
sakit 7,3kg”
O: BB sebelum sakit 8kg, sesudah sakit
7,3kg, konjungtiva ananemis,
makanan masih tersisa, anak tampak
lemas. BBI:10,6 kg
A: Masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensia
a. Observasi status nutrisi anak
b. Timbang berat badan anak
c. Monitor Intake – Output nutrisi/24
jam
d. Observasi dan catat respon
terhadap pemberian makanan untuk
mengkaji toleransi pemberian
makanan
e. Jelaskan kepada orang tua manfaat
nutrisi untuk proses penyembuhan
f. Motivasi orang tua untuk
memberikan makanan sedikit tapi
sering
g. Berikan diit yang sesuai : Rendah
Serat TKTP
h. Sajikan makanan dalam keadaan
hangat dan menarik sesuai diit
i. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum memberikan makanan
anaknya
j. Berikan terapi injeksi: Invomit
3x1mg (Jam 06, 14, 22)

3 11.20 S: Orangtua anak mengatakan SUSI


“kemerahan di daeah anus anak saya
sudah hilang, tetapi dilipatan paha
masih ada sedikit”
O: kemerahan masih ada dilipatan paha
anak, anak tampak rewel
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a. Monitor daerah bokong
b. Kaji kerusakan kulit atau iritasi
setiap buang air besar
c. Kolaborasi dalam pemberian obat
cream pada daerah yang lecet atau
bila perlu untuk perawatan perinial
atau gunakan alternative obat lain
yang dianjurkan

4 11.30 S: Orangtua anak mengatakan “ anak SUSI


sudah tidak takut dan rewel ketika
perawat datang”
O: Anak tertawa dan tidak takut saat
didekati perawat
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan pada anak
b. Lakukan kontak sering tapi sering
c. Berikan terapi bermain sesuai

5 11.45 S: Orangtua mengatakan “ sekarang saya SUSI


sudah menegerti tentang penyakit diare,
dan cara perawatan yang sederhana
pada anak diare”
O: Kemampuan penegtahuan orang tua
anak bertambah, Orangtua mampu
menjawab pertanyaan dari perawat,
orang tua kooperatif.
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan Intervensi
1 Sabtu, S: Orangtua anak mengatakan “ An.H SUSI
28 Mei 2016 13.00 BAB dari pagi sampai sekarang baru
1x, warna kuning kehijauan,
lembek+ampas. ada lendir, tidak ada
darah, makan habis ½ porsi, minum
habis 1 botol susu, anak saya sudah
tidak panas lagi”
O: Mukosa bibir lembab, mata sudah tidak
cekung, tugor kulit elastis, kapilery
refile <3 detik, Suhu 37OC, tidak
terpasang infus.
Intake – Output:
Intake : Minum: 600cc/24 jam
Infuse: -
Jumlah:600cc/24 jam

Output: BAK :50cc /24 jam


BAB :100 /24 jam
IWL :459,2 cc
Muntah : -
Jumlah: 609,2 cc/24 jam
Balance cairan: -9,2 cc/ jam
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Memonitor tanda-tanda
peningkatan dehidrasi (BB
menurun, tugor kulit kurang elastis,
mata cekung, nadi cepat, mukosa
bibir kering, output urine
menurun).
c. Mencatat intake dan output (urine,
feses, dan emesis)
d. Berikan cairan rendah natrium,
seperti air, ASI, formula bebas
laktosa
e. Berikan terapi injeksi:
1) Elpilef 1x500mg (Jam 12)

2 13.10 S: Orangtua anak mengatakan “ An.H SUSI


makan habis ½ porsi, tidak ada mual dan
muntah
O: BB saat sakit 7,3kg, BB saat ini 7,6kg,
konjungtiva ananemis makanan masih
tersisa
A:Masalah teratasi
P:Pertahankan Intervensi

3 13.20 S: Orangtua anak mengatakan SUSI


“kemerahan di daeah anus anak saya
sudah hilang, dilipatan paha agak sedikit
berkurang”
O: kemerahan masih ada dilipatan paha
anak, anak tampak rewel
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a. Monitor daerah bokong
b. Kaji kerusakan kulit atau iritasi
setiap buang air besar
c. Kolaborasi dalam pemberian obat
cream pada daerah yang lecet atau
bila perlu untuk perawatan perinial
atau gunakan alternative obat lain
yang dianjurkan

4 11.30 S: Orangtua anak mengatakan “ An.H SUSI


sudah tidak takut dan rewel ketika perawat
datang
O: Anak tampak tertawa dan tidak takut
saat disekati perawat
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan Intervensi

5 11.40 S: Orangtua anak mengatakan “ saya lebih SUSI


menegrti tentang penyakit anak saya
diare”
O: Orag tua dapat menyebutkan
pengertian diare, penyebab, dan akibat.
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas berbagai masalah dan kesenjangan yang
diperoleh antara kasus dengan landasan teoritis asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An.H dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis yang
dilakukan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada pengkajian yang menjadi sumber
penulis yaitu BAB II. Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan
kesulitan, karena tersediannya format pengkajian, status klien, catatan
keperawatan dan medis, keluarga klien yang terbuka terhadap perawat dan
perawat ruangan yang membantu dalam pengkajian dan tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh penulis. Pada saat pengkajian penulis melakukan pengkajian
secara komprehensif yang meliputi bio, psiko, social, kultural, dan spiritual
sebagai dasar dalam merumuskan diagnosa keperawatan pada An.H.

Pada tahap pengkajian ini, penulis menemukan beberapa kesenjangan atau


ketidak sesuain antara teori dengan kasus An. H. Perbedaan yang didapatkan
antara lain: Pada landasan teori didapatkan manifestasi klinis berupa, tugor kulit
jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun cekung, dan kelopak mata cekung,
membrane mukosa mulut kering, pucat, keram abdominal, menurun atau tidak
ada pengeluaran urine, dehidrasi. Sedangkan pada kasus tidak didapatkan
manifestasi klinis tersebut. Hal ini dikarenakan pada An. H masih dalam status
dehidrasi sedang. Sementara tanda-tanda diatas menunjukan status dehidrasi
berat.
Manifestasi klinis yang terjadi pada An. H ialah sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, demam, mual dan muntah, anorexia, kelemahan,
perubahan tanda-tanda vital (terutama peningkatan suhu tubuh) mukosa bibir dan
mulut lembab, frekuensi bising usus meninkat (20x/menit), terdapat kemerahan
di area perianal dan terjadinya penurunan BB.

Pada etiologi yang terdapat di tinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada,
yang terjadi pada penyebab diare anak adalah faktor infeksi bakteri yang sudah
didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang feses GE pada anak. Hasil
pemeriksaan fases GE pada An. H terdapat bakteri batang gram negative.
Bakteri didapat melalui kebiasaan orang tua yang mengabaikan prilaku hidup
bersih dan sehat. Pada saat pengkajian didapatkan data sebagai berikut: Orang
tua klien mengatakan saat dirumah memberikan susu formula pada anaknya yang
sudah disimpan di kulkas selama 4 jam, kebiasaan orang tua yang tidak mencuci
tangan saat menyadiakan makanan dan minuman serta saat memberikan ASI. Hal
tersebut, kemungkinan merupakan beberapa penyebab terjadinya diare. Etiologi
yang terjadi pada An. H sesuai dengan tinjauan teori.

Dalam pemeriksaan penunjang, pada kasus ini ada yang belum sesuai dan ada
yang sudah sesuai. Salah satu yang tidak sesuai antara tinjauan teoritis dengan
kasus An.H adalah tidak dilakukan pembiakan duodenal intubation. Pemeriksaan
ini tidak diperlukan karena A.H tidak mengalami Gastroenteritis Kronis,
sedangkan pembiakan kuman dan duodenal incubation hanya diperlukan jika
klien mengalami Gastroenteritis kronik. Klien juga tidak dilakukan pemeriksaan
urinalisis, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, hal ini dikarenakan An.H
tidak mengalami gangguan fungsi ginjal sebagai dampak dari kondisi dehidrasi
berat, sedangkan An.H masih dalam kondisi dehidrasi sedang (kehilangan cairan:
8,75%), sehingga pemeriksaan tersebut tidak perlu dilakukan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada An.H adalah pemeriksaan feses
GE yang meliputi pemeriksan makroskopik, mikroskopik dan pH feses.
Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit, hal ini
sesuai dengan tinjauan teori.

Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian ini ialah informasi dari orang
tua dan catatan pengkajian keperawatan diruangan yang didokumentasikan
sehingga membantu penulis dalam melengkapi data-data secara lengkap dan
valid.

B. Diagnosa Keperawatan
Dari 5 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam tinjauan teoritis seluruhnya
muncul pada tinjauan kasus yaitu: defisit volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan output berlebih, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Intake yang tidak adekuat, gangguan integritask kulit
berhubungan dengan iritasi pada anus (frekuensi BAB berlebih), takut (pada
anak) berhubungan dengan prosedur tindakan dan orang asing (dampak
hospitalisasi), cemas pada orang tua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang penyakit anak.

Pada prioritas masalah penulis mendapatkan diagnosa keperawatan yaitu defisit


volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih menjadi
diagnosa prioritas, karena menurut teori Maslow kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan oksigen dan
pertukaran gas, jika kebutuhan dasar cairan terganggu maka harus segera
ditangani. Menurut penulis tanda dan gejala yang muncul pada klien memenuhi
syarat, tetapi dari status hidrasi anak sudah dehidrasi sedang dan didapatkan
balance cairan dengan hasil yang negatif, sehingga penulis mengangkat masalah
ini menjadi masalah prioritas.
Sebagian besar dari tubuh anak terdiri dari cairan, kekurangan cairan akan
menyebabkan dehidrasi yang ditandai dengan tugor kulit buruk, membrane
mukosa mulut dan bibir kering, cubitan abdomen kembali lambat >2 detik, mata
cekung. Devisit volume cairan dan elektrolit juga dapat mempengaruhi oleh
peningkatan suhu tubuh.

Kemudian pada diagnosa kedua, penulis mengangkat diagnosa perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Menurut teori data yang menunjang untuk mengangkat masalah ini yang sesuai
dengan kasus anak adalah nafsu makan anak menurun, makan hanya habis 6
sendok kadang ½ porsi, konjungtiva ananemis, BB saat ini: 7.3 kg, BBI: 2n+8=
2 x 1.3 + 8= 10.6, TB: 76cm, LL:15cm, LK: 44cm, LD: 15cm, Hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 25 Mei 2016: Hemglobin: L 10.7g/dl.

Pada diagnosa ketiga yaitu didapatkan masalah gangguan integritas kulit


berhubungan dengan iritasi pada anus (frekuensi BAB berlebih). Pengkajian
pada kasus ini sesuai dengan tinjauan teoritis. Didapatkan data dari kasus yaitu
BAB cair, berwarna kuning kehijauan, tidak ada lendir dan darah, di daerah
sekitar anus tampak kemerahan, dan hasil pH : 5,0.

Pada diagnosa keempat, penulis mengangkat masalah takut (Pada anak)


berhubungan dengan prosedur tindakan dan orang asing (dampak hospitalisasi).
Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang mendukung pada masalah anak
yang sesuai dengan sumber penulis di tinjauan teoritis yaitu, anak tampak rewel,
anak terlihat takut saat didekati perawat, anak menangis jika perawat melakukan
tindakan.

Pada diagnosa kelima, penulis mengangkat masalah cemas pada orang tua
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit anak.
Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang mendukung pada masalah orang
tua yang sesuai dengan sumber penulis di tinjauan teoritis yaitu, Orang tua
tampak cemas, ekspresi wajah orang tua klien terlihat khawatir, orang tua klien
terlihat kebingungan saat ditanya tentang penyakit anaknya. Faktor pendukung
dalam menegakan diagnosa pada An.H yaitu adanya data-data cukup menunjang
dan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada anak.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat dalam
tinjauan teoritis perencanaan terdiri dari 5 tahap yaitu menentukan prioritas
masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan merencanakan tindakan
keperawatan. Dalam pembuatan rencana tindakan ini penulis bekerja sama
dengan perawat ruangan sehingga ada komunikasi dan kesepakatan dalam
mengambil keputusan masalah yang dialami An. H adapun yang menjadi
prioritas masalah pada An. H defisit volume cairan, diagnosa ini diprioritaskan
karena data-data yang menunjang baik, pemeriksaan fisik, maupun hasil
laboratorium merupakan masalah yang terjadi saat ini yang mengancam
keselamatan anak dan merupakan masalah yang terjadi saat ini yang mengancam
keselamatan anak dan merupakan kebutuhan dasar yang utama berdasarkan 5
kebutuhan dasar menurut maslow.

Pada tahap perencanaan ini tidak terdapat kesengajaan yang berarti. Adapun
faktor yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk
menuliskan rencana tindakan, sehingga tidak terjadi miskomunikasi secara
langsung antara perawat satu dengan perawat lainnya dalam hal perencanaan
terhadap An. H dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil sudah dibuat sesuai
tinjauan teoritis yaitu mencakup variable SMART sehingga tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat bersifat spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, dan mencakup
batas waktu pencapaian tujuan yang diharapkan dari setiap masalah keperawatan
yang ada.

Tujuan yang ditetapkan pada masing-masing diagnosa disesuaikan berdasarkan


kondisi klien, beratnya masalah sehingga waktu yang ditentukan untuk setiap
diagnosa berbeda-beda. Hal ini dibuat dengan tujuan jika tujuan tersebut belum
teratasi pada waktu yang ditentukan, maka rencana tindakan yang telah dibuat
dapat dilimpahkan kepada perawat ruangan tempat klien dirawat. Sedangkan
dalam merencanakan tindakan keperawatan, penulis tidak banyak menemui
kesulitan, hal ini dikarenakan keluarga klien dan perawat ruangan kooperatif dan
mau diajak bekerja sama serta tersedianya ruangan yang cukup memadai
khususnya yang terkait dengan prosedur tindakan keperawatan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam rangka memberi asuhan keperawatan yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat, maka penulis dalam melaksanakan rencana
keperawatan selama klien dirawat mengacu pada tindakan yang ada pada
tinjauan teoritis. Pelaksanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga,
perawat ruangan, dokter dan tim kesehatan lain, walupun keadaan anak kurang
kooperatif.

Kerjasama yang dilakukan penulis dengan perawat ruangan yaitu untuk


melakukan pendokumentasian didalam catatan keperawatan ataupun catatan
perkembangan, untuk terus memantau perkembangan kondisi klien khususnya
An. H selama 24 jam. Penulis juga merasa perlu memberitahukan kembali
kepada perawat ruangan agar dapat mencatat semua jenis tindakan dan respon
klien setiap kali setelah melakukan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada An. H.
Faktor hambatan pada saat pelaksanaan keperawatan pada An. H antara lain:
perawat memberikan terapi obat yang menjadikan kemunduran waktu sehingga
tidak tepat dengan pemberian yang telah direncanakan. Hal ini dikarenakan
adanya ketidak sesuaian antara perawat dank klien dalam memenuhi kebutuhan
klien. Faktor penghambat kedua, perawat ruangan tidak mendokumentasikan
semua tindakan yang telah dilakukan disertai dengan respon yang muncul dan
tidak hanya berorientasi pada tindakan yang sifatnya rutinitas dan tindakan
kolaboratif, hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan klien selama 24
jam.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi ini dilihat dan perkembangan yang telah terjadi setelah
dilakukan tindakan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dirumuskan. Pada
kasus yang penulis hadapi setelah dievaluasi malasah teratasi sebagian dan
tindakan keperawatan perlu dilanjutkan oleh perawat ruangan.

Evaluasi yang penulis dapatkan setelah tindakan keperawatan adalah sebagai


berikut:
1. Masalah defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebih melalui
feses masih teratasi sebagian karena cubitan abdomen kembali segera <3
detik, mukosa mulut bibir lembab, mata tidak cekung, kapilery refile <3
detik, suhu: 37oC, tidak terpasang infus.
2. Malalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan
intake yang tidak adekuat, masalah perubahan nutrisi teratasi dikarenakan
makanan habis ½ porsi, tidak ada mual dan muntah, BB saat sakit 7,3kg, BB
saat ini 7,6kg.
3. Masalah gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada anus
teratasi sebagian, dikarenakan di bokong An. H masih terdapat sedikit
kemerahan dan perlunya dilakukan tindak lanjut kepada An. H
4. Masalah takut pada anak berhubungan dengan orang asing dan prosedur
tindakan. Masalah ini teratasi karena anak dapat kooperatif saat dilakukan
prosedur tindakan tidak menagis atau rewel.
5. Masalah kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit anak. Masalah ini teratasi karena orang tau klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, dan orang tua
klien tampak paham apa yang sudah dijelaskan pada perawat dan penulis.
Masalah- masalah tersbut dapat teratasi karena adanya sikap keluarga yang
kooperatif selama dilakukan prosedur tindakan keperawatan dan juga atas
bantuan perawat diruangan selama proses dilakukan. Adapun yang terjadi
kendala adalah evaluasi yang terdapat dalam catatan keperawatan diruangan
kurang terperinci untuk setiap diagnosa yang ditegakan, sehingga penulis
berupa dengan cara mengkaji kembali tentang keluhan klien yang terkait
dengan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
BAB V
PENUTUP

Setelah Penulisan membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan An. H


dengan gangguan Gastroenteritis di Pavilium Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih,
baik dari segi tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus, maka didapatkan kesimpulan dan
saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi dalam lambung
dan usus, yang disebabkan karena infeksi virus dan kuman – kuman patogen
yang ditandai dengan frekuensi BAB pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan
pada anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsisten feses encer, dengan atau
tanpa disertai lendir darah. Dengan disertai manifestasi klinik sering buang air
besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, tugor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa mulut kering, keram
abdominal (distensi abdomen) dan demam (mungkin ada, mungkin tidak).

Dari 5 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori, penulis mengangkat 5


diagnosa keperawatan yang sesuai dengan masalah anak yaitu devisit volume
cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih teratasi sebagian,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat teratasi, gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi
BAB yang meningkat teratasi sebagian, takut pada anak berhubungan dengan
prosedur tindakan dan orang asing teratasi, cemas orang tua berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak dengan diare teratasi.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. H selama 3 hari belum semua
masalah teratasi, sehingga penulis bekerja sama dengan tim perawat yang ada di
ruangan. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada dasarnya dilakukan dengan teliti
dan seksama dengan memperhatikan kondisi dan masalah yang ada pada anak.

Evaluasi yang dilakukan menggunakan evaluasi proses dan evaluasi akhir.


Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada An. H setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dan evaluasi akhir dilakukan pada
tanggal 28 Mei 2016.

Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian ini ialah informasi dari orang
tua sehingga membantu penulis dalam melengkapi data – data secara lengkap
dan valid. Sedangkan faktor penghambatnya ialah pengunduran waktu dalam
memberikan terapi obat dan catatan pegkajian keperawatan diruangan yang di
dokumentasikan kurang lengkap

B. Saran
Dari beberapa hambatan yang ditemui selama melakukan asuhan keperawatan
pada An. H maka, penulis menganggap perlu adanya peningkatan pelayanaan
asuhan keperawatan yang diharapkan dapat membantu klien untuk meningkatkan
dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal. Penulis memberikan
beberapa saran yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien, khususnya pada anak dengan penyakit gastroenteritis.
Saran tersebut diantaranya yaitu:

1. Untuk Rumah Sakit


Untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal hendaknya ada
kesesuaian antara rasio perawatan dan klien, hendaknya perawat dapat
melakukan pendokumentasian secara lengkap (respon subjektif dan respon
objektif), agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat terlaksana secara
optimal dan perkembangan klien dapat temonitor.
2. Untuk Perawat
Khususnya dokumentasi dengan anak yang ada masalah dengan cairan dan
nutrisi di dokumentasikan dengan akurat. hal ini juga bertujuan untuk dapat
memberikan pelayanan khususnya pada pemberian obat dapat diberikan
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

3. Untuk Institusi
Diharapkan untuk menambah literature buku keperawatan anak dengan
sumber yang lebih lengkap dengan tahun penerbit terbaru yaitu sejenak tahun
2010-2015 di perpustakaan, sehingga dapat membantu dalam tugas akhir.

4. Untuk Penulis
Untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal khususnya pada
kasus diare, maka penulis hendaknya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait dengan hal tersebut.

5. Untuk masyarkat
Supaya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anaknya di
lingkungan rumah sendiri maupun diluar rumah. Contoh dengan cara
sederhana yaitu mencuci tangan yang baik dan benar sebelum dan sesudah
makan, sebelum dan sesudah BAB/BAK, menyajikan makanan dan minuman
yang sehat dengan menu seimbang dan menjaga lingkungan yang bersih serta
nyaman dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Hassan & Alatas. (2007). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Hidayat, Aziz,A, Uliyah,Musrifatul.(2014). Pengantar Kebutuhan Dasar


Manusi.Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Azis Alimul. (2010). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika

Lynn Betz. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Mubarao, Wahit, Chayatin, Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC

Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nursalam & Utami. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. cetakan kedua.Jakarta:
Salemba Medika

Rita & Suriadi. (2006). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta: ISBN

Sodikin. (2010). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastroentestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Sudarti. (2010). Kelainan dan penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Muha Medika

Suriadi, dkk.(2010). Asuhan keperawatan pada Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Wong, Donna. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013.


http://depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesdas%202013.pd
f. Diunduh pada 17 juni 2016 pukul 14.30 wib
Daftar Riwayat Hidup
I. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Susi Oktaviyani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat,tanggal lahir : Jakarta, 04Oktober 1995
Agama : Islam
No HP, e-mail : 083808527074, susioktaviyani30@yahoo.com
Alamat :JL. Yossudarsolorong x Timur No. 10 RT.10/001
Kel.KojaKec. Koja Jakarta Utara
Riwayat Pendidikan
A. Pendidikan Umum
1. SDN Tanjung Priok 06 Pagi Tahun 2001-2007
2. SMPN 30 Jakarta Utara Tahun 2007-2010
3. SMAN 75 Jakarta Utara Tahun 2010-2013
4. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tahun 2013-2016
B. Pendidikan Tambahan
1. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2015
2. Pelatihan Dasar Kepeminpinan Mahasiswa Tahun 2013
3. Course National English Center Tahun 2013-2016
4. PelatihanDarulArqomDasarTahun 2013

II. Pengalaman Organisasi


1. Pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa Progam Studi DIII Keperawatan
RSIJ FIK UMJ periode 2014-2015
2. Pengurus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kom-kes FKK 2014-2015
A. Susunan keluarga ( genogram 3 generasi )

Tn. S (43th) Ny. M (40th)

An. S (17th) An. A (14th) An. W (12th) An. H (1th 3bln)

KETERANGAN

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah
--------

: Klien
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

I. Topik : Diare
II. Waktu : 30 Menit
III. Sasaran : Orang Tua An.H

A. Tujuan instruksional umum


Setelah diberikan penyuluhan selama ± 30 menit, keluarga klie mengerti
dan memahami cara menaggulangi diare pada anak.

B. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilakukan penyuluhan keluarga klien mampu :
1. Menyebutkan pengertian diare pada anak
2. Menyebutkan apa penyebab diare pada anak
3. Menyebutan factor predisposisi terjadinya diare
4. Menyebutkan bagaimana cara penularan diare
5. Menyebutkan bahaya diare
6. Mengetahui pencegahan diare
7. Mengetahui cara pembuatan oralit

IV. Materi (terlampir)

V. Metode dan Media


1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Leaflet
VI. Tabel Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar
Waktu Tahap Kegiatan Kegiatan

Penyuluhan Sasaran
5 Menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Mendengarkan penyuluh
2. Menyampaikan topik dan menyampaikan tujuan
tujuan Penkes kepada
sasaran
3. Menyetujui kesepakatan
waktu pelaksanaan
3. Kontrak waktu untuk
kesepakatan pelaksanaan
Penkes dengan sasaran

10 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan penyuluh


Menit penyuluhan kepada menyampaikan materi
sasaran
2. Menanyakan hal-hal yang
2. Memberikan kesempatan tidak dimengerti dari
kepada sasaran untuk materi penyuluhan
menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti dari
materri yang dijelaskan
penyuluh

5 Menit Evaluasi/penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan


kepada sasaran tentang yang diajukan
materi yang sudah penyuluhan
disampaikan penyuluh
2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan materi penyampaian kesimpulan
penyuluhan yang sudah
disampaikan kepada
sasaran 3. Mendengarkan penyuluh
menutup acara dan
menjawab salam
3. Menutup acara dengan
mengucapkan salam serta
terima kasih kepada
sasaran

VII. Evaluasi :
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
4. Butir pertanyaan :
a. Apa pengertian diare ?
b. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan diare ?
c. Apa bahaya diare ?
d. Bahan apa saja yng digunakan unutk membuat larutan gula-garam ?
MATERI LAMPIRAN :

1. Pengertian
Diare adalah defekasi cair lebih dari 3x/hari dengan atau tanpa pendarahan atau
lender dalam tinja.

2. Penyebab Terjadinya Diare


a. Faktor infeksi (virus, bakteri dan parasit)
b. Faktor mal absorpsi karbohidrat, lemak dan protein
c. Faktor makanan

3. Faktor Predisposisi Terjadinya Diare


a. Tidak cukup tersedianya air bersih
b. Hygiene perseorangan dan lingkungan yang jelek
c. Cara penyediaan dan penyimpanan makanan yang tidak hygiene
d. Cara penyapihan bayi yang kurang baik

4. Bagaimana Cara Penularan Diare


a. Lewat makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman
b. Kontrak langsung dengan penderita atau makanan yang tercemar oleh tinja
c. Kontak tak langsung yaitu melalui lalat atau alat-alat makanan dan minuman

5. Bahaya Diare
a. Kematian klien karena kekurangan cairan
b. Kurang gizi karena :
1) Zat makanan yang digunakan untuk memperbaiki jaringan yang rusak
bukan untuk pertumbuhan
2) Anak yang diare jarang merasa lapar
6. Pencegahan
a. Makanan harus dicuci bersih
b. Makanan harus dimasak sempurna
c. Air minum harus bersih dan dimasak terlebih dahulu
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
e. Pakai alas kali bila anak sedang bermain

7. Cara Membuat Larutan Gula Garam


a. Ambil satu gelas berisi air matang, campurkan kedalamnya :
b. Satu sendok teh gula pasir
c. Seperempat sendok teh garam dapur ( air harus didinginkan terlebih dahulu ),
lalu aduk sampai larut

Anda mungkin juga menyukai