Disusun Oleh :
SUSI OKTAVIYANI
2013750047
LEMBAR PERSERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………. 1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………..... 4
1. Tujuan Umum……………………………………………………..... 4
2. Tujuan Khusus…………………………………………………….... 4
C. Ruang Lingkup………………………………………………………... 5
D. Metode Penulisan……………………………………………………… 5
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS………………………………………………….. 8
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia……………………………. 8
1. Konsep Dasar Manusia…………………………………………... 8
2. Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia pada Anak dengan
Gastroenteritis……………………………………………………. 10
B. Konsep Dasar Gastroenteritis………………………………………… 11
1. Pengertian………………………………………………………... 11
2. Etiologi…………………………………………………………… 12
3. Patofisiologi……………………………………………………… 14
4. Klasifikasi.………………………………………………………... 16
5. Manifestasi Klinis………………………………………………... 17
6. Komplikasi……………………………………………………….. 17
7. Penatalaksanaan………………………………………………….. 18
8. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………... 20
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun…………………… 21
D. Konsep Dampak Hospitalisasi …………………………................... 24
E. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Gastroenteritis………………………………………………………… 26
1. Pengkajian Keperawatan…………………………………………. 26
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………… 29
3. Perencanaan Keperawatan……………………………………… 30
4. Pelaksanaan Keperawatan………………………………………. 34
5. Evaluasi Keperawatan…………………………………………... 35
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………. 36
A. Pengkajian Keperawatan…………………………………………….. 36
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………. 46
C. Perencanaan Keperawatan…………………………………………… 47
D. Pelaksanaan Keperawatan…………………………………………… 52
E. Evaluasi Keperawatan………………………………….................... 75
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………. 82
A. Pengkajian Keperawatan…………………………………………….. 82
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………. 84
C. Perenanaan Keperawatan…………………………………………….. 86
D. Pelaksanaan Keperawatan……………………………………………. 87
E. Evaluasi Keperawatan………………………………………………... 88
BAB V PENUTUP……………………………………………………………….. 90
1. Kesimpulan…………………………………………………….... 90
2. Saran…………………………………………………………….. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FORMAT PENGKAJIAN
SAP
LEAFLEAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan pada anak Toddler yang termasuk dalam rentang usia
balita dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan pola hidup anak. Paparan terhadap
lingkungan yang kurang baik dan prilaku hidup bersih dan sehat yang kurang
diterapkan oleh orang tua pada anaknya, dapat meningkatkan paparan virus,
bakteri, parasit pada anak. Paparan tersebut dapat menyebabkan infeksi enteral,
yaitu infeksi saluran pencernaan, yang mengakibatkan munculnya gangguan
pada sistem pencernaan diantaranya adalah gastroenteritis.
Menurut Nursalam (2005) menyatakan bahwa diare sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di
negara maju. Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan
ekonomi masyarakat tetapi insiden diare tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta
episode diare setiap tahunnya dan menempati peringkat ketiga dari daftar
keluhan klien pada ruang praktek dokter, WHO memperkirakan ada sekitar 4
milyar kasus diare setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka
itu diterapkan di Indonesia, berarti setiap tahun sekitar 100 juta episode diare
pada orang pertahunnya. Penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan
pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang
menjadi penyebab utama dari kematian (Hudenizia, 2010).
Periode prevalence diare pada Riskesdas 2007 adalah 8,0 %, meningkat pada
Riskesdas 2013 menjadi 8,6 %. Lima provinsi dengan insiden dan periode
prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2%
dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%) dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Insiden diare balita di Indonesia 6,7 persen.
Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
(9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan Banten (8,0%).
Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di DKI Jakarta adalah 4,3 % dan
priode prevalence diare di DKI Jakata adalah 8,6 %. Kabupaten atau kota
dengan insiden maupun periode prevalence diare tertinggi berturut-turut adalah
Jakarta Timur (5,3 % dan 10,6 %), Jakata Utara (4,0% dan 9,5%), Jakarta Selatan
(4,9% dan 8, 6%), Kepulauan Seribu (5,3% dan 7,6 %), Jakarta Pusat (4,3% dan
7,6%) dan Jakarta Barat (2,7% dan 5,9%). Berdasarkan karakteristik penduduk
kelompok usia balita mendominasi jumlah penduduk dengan diare. Insiden diare
balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (Riskesdas DKI Jakarta,
2013).
Pada usia tersebut, menutut Sigmon Freud anak berada pada fase oral dan anal,
dimana anak memiliki kepuasan untuk memasukan segala sesuatu kedalam
mulut dan senang memainkan daerah anal, sehingga kuman penyebab
gastroenteritis akan mudah masuk kedalam saluran cerna melalui kebiasaan anak
tersebut, ditunjang dengan daya tahan tubuh yang belum berkembang dengan
sempurna.
Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta
Pusat khususnya di Paviliun Badar selama dua bulan terakhir, terhitung dari
bulan April sampai dengan Mei 2016 didapatkan data bahwa anak yang
menderita Gastroenteritis sebanyak 40 kasus dari 139 anak yang pernah dirawat,
dengan uraian sebagai berikut: anak usia 0-1 tahun sebanyak 8 anak, usia 1-3
tahun sebanyak 27 anak, usia 4-6 tahun sebanyak 3 anak dan usia 7-12 tahun
sebanyak 2 anak. Data tersebut sesuai dengan data yang didapat dari Riskesdas
(2013), dimana kejadian tertinggi terdapat pada rentang usia 1-3 tahun.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis sebagai salah satu calon perawat,
tertarik untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada anak dengan
gastroenteritis melalui pendekatan asuhan keperawatan oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengambil judul KTI dengan “ Asuhan Keperawatan
dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An. H dengan Gastroenteritis Di
Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat’’
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak An. H dengan gangguan sistem
pencernaan: Gastroenteritis melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Pemehuhan kebutuhan Dasar melalui proses pendekatan
keperawatan penulis dapat:
a. Mampu melakukan tahap pengkajian pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: Gastroenteritis tanpa mengabaikan konsep tumbuh kembang
dan dampak hospitalisasi pada anak.
b. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Gastroenteritis
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi atau alternative pemecahan masalah pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar pada anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastroenteritis
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya kasus pada anak dan keterbatasan waktu serta kemampuan
penulis, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada satu kasus
yaitu “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An. H Dengan Gastroenteritis di
Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat”, yang
dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 26-28 Mei 2016.
D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan Karya Tulis lImiah ini adalah
studi kepustakaan dan metode deskriptif, yaitu metode yang mempelajari,
menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan membandingkan dengan hasil
studi kepustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Pemenuan Kebutuhan Dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
Gastroenteritis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Saran
Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki
dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pada BAB ini penulisan menguraikan mengenai konsep dasar yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada anak dengan Gastroenteritis. Adapun uraian tersebut sebagai
berikut:
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan
merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk
menjaga homeostatis dalam kehidupan itu sendiri. Abrahan Maslow seorang
psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia
yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow.
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:
3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
c. Kehangatan
d. Persahabatan
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta lingkungan
social
Kehilangan salah satu dari unsur elektrolit seperti kalium dapat menyebabkan
peristaltic usus mengalami penurunan, sehingga evakuasi gas dari abdomen
menjadi terhambat. Abdomen menjadi penuh dengan adanya penumpukan
gas, hal ini menyebabkan terjadinya distensi abdomen. Kondisi ini
menyebabkan anak menjadi tidak nyaman karena adanya peningkatan tekanan
intra abdominal yang berpengaruh terhadap diapragma dan ekspansi paru,
selain itu juga akan berpengaruh terhadap regurgitasi yang dimanifstasikan
dengan peningkatan mual dan muntah.
B. Konsep Dasar
1. Pengertian
Istilah Gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan anak yang
mengalami perkembangan diare. Istilah ini mengacu pada proses inflamasi dalam
lambung dan usus, yang disebabkan karena infeksi virus dan kuman – kuman
patogen, yang ditandai dengan gejala diare disertai peningkatan suhu tubuh.
Diare yang dimaksud ialah defekasi cair lebih dari 3 kali sehari, dengan atau
tanpa disertai lendir dan darah dalam feses (Sodikin, 2011).
Gastroenteritis merupakan pengeluaran fases yang sering, berupa cairan
abnormal, ditandai dengan peningkatan volume, defekasi encer, serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah. Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang
melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare tersebut
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong,
2009).
2. Etiologi
Menurut buku kuliah ilmu kesehatan anak, FKUI Wahidiyat (2005) penyebab
gastroetritis dibagi 4 faktor:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enternal ini meliputi :
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yesirnia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi Virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus dan lain-lain.
c) Infestasi parasite: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupaka penyebab diare sering pada bayi dan anak.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas, walupun jarang terjadi tetapi dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
Menurut Sudarti (2010) mengatakan bahwa:
a. Gangguan Ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga
timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang
akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
sehingga timbul diare.
c. Gangguan Molititas Usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi
apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus
akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam
rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.
Bagan patofisiologi
4. Klasifikasi
Kalasifikasi Diare menurut Susilaningrum dkk (2013) mengatakan bahwa:
a. Diare Akut
Diare yang mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari atau kurang dari
14 hari. Diare akut terdiri dari :
1) Diare Dehidrasi Berat
Terdapat dua atau lebih tanda:
a) latargis/tidak sadar
b) Mata cekung
c) Tidak bisa minum atau malas minum
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
b. Diare Kronik
bila diare berlangsung lebih dari 14 hari
Jika diare 14 hari atau lebih, di klasifiksikan sebagai berikut:
1) Diare persisten berat (ada dehidrasi)
2) Diare persisten (tanpa dehidrasi)
3) Disentri (terdapat darah dalam tinja)
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis diare berdasarkan menurut Suriadi dan Yuliani (2006)
mengatakan bahwa:
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Tugor kulit jelek (elastisitas kulit menurun)
c. Ubun-ubun dan mata cekung
d. Membrane mukosa mulut kering
e. Keram abdominal (distensi abdomen)
f. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
g. Mual dan muntah (umumnya tidak lama) dan anorexia
h. Kelemahan
i. Pucat
j. Perubahan tanda-tanda vital: nadi dan pernafasan cepat, suhu meningkat
k. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
l. Dehidrasi
6. Komplikasi
Komplikasi akibat terjadi diare menurut Suriadi dan Yuliani (2006) dan Sudarti
(2010) mengatakan bahwa:
a. Dehidrasi
1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB
2) Dehidrasi sedang apabila <5%-10% BB
3) Dehidrasi berat apabila 10% BB-15%BB
b. Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactose karena
kerusakan vili mukosa usus halus. Dengan gejala yang muncul antara lain:
1) Gejala meterismus
2) Hipotoni otot lemah
3) Bradikardia
c. Renjatan Hipovolemik
Akibat menurunya volume darah mencapai 15% BB-25%BB akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
d. Kejang
malnutrisi energy protein karena selain diare dan muntah, biasanya
mengalami kelaparan.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Ngastiyah (2005) mengatakan bahwa:
Dasar pengobatan diare adalah:
Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberi cairan, jumlah pemberiannya.
1) Pemberian cairan: pada anak diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum
a) Cairan per oral: pada anak dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO 3,
KCI dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur
6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan/ sedang kadar Natrium 50-60 mEq/L.
Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang data
dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan
gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula,
untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa berobat
kerumah sakit/ pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih
jauh.
b) Cairan parenteral: sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak misalnya untuk bayi atau
anak yang MEP. Tetapi kesemuannya itu tergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu
tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pembarian
cairan seberapa banyak yang diberikan tergantung dari
berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
c) Pemberian cairan anak MEP tipe marasmik: kwashiorkor dengan
diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10kg, umur 1
bulan-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.kecepatan tetesan
4 jam pertama idem pada anak MEP jenis cairan DG aa. 20 jam
berikutnya : 150 ml/ kg BB/ 20 jam atau 7ml/ kg BB/ jam atau 1
tetes/ kg BB/ menit (1ml = 15 menit) atau 2 tetes/ kg BB/ menit (1ml
b. Pemeriksaaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Menurut Suriadi dan Yuliani (2006)
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopi dan mikroskopi
b) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada
diare persisten)
2) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit
(terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
4) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun
Menurut Narendra (2010) mengatakan bahwa:
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang dapat diukur dengan
ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic.
a. Tinggi badan
1) Rata-rata toddler bertambah tinggi sekitar 7.5 cm per tahun
2) Rata-rata tinggi toddler usia 2 tahun 86.6 cm. Tinggi badan pada usia 2
tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang di harapkan.
b. Berat badan
1) Rata-rata pertambahan berat badan toddler adalah 1.8-2.7 kg per tahun
2) Rata-rata berat badan toddler usia 2 tahun adalah 12.5 kg
3) Pada usia 2.5 tahun berat badan toddler mencapai empat kali berat badan
lahir
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
a. Perkembangan motorik
1) Motorik kasar
a) Toddler berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan
b) Toddler berjalan menaiki tangga dengan berpegangan pada satu tangan
saat usia 18 bulan
c) Toddler berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan satu langkah
pada saat usia 15 bulan
d) Toddler melompat dengan dua kaki pada usia 30 bulan
2) Motorik halus
a) Toddler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secara
spontan pada usia 15 bulan
b) Toddler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18
bulan
c) Toddler meniru coretan vertical ada usia 24 bulan
d) Toddler membangun menara delapan blok dan meniru tanda silang
pada usia 30 bulan
3) Sosialisasi
a) Ritualisme, negativism, dan kemandirian mendominasi interaksi pada
toddler
b) Ansietas perpisahan memuncak saat toddler mulai membedakan dirinya
dari orang terdekat. Objek transisi adalah penting, terutama selama
periode berpisah, seperti tidur siang
c) Toddler dapat menggunakan tantrum untuk menunjukkan
kemandiriannya
d) Negativism merupakan hal yang umum. Cara terbaik menurunkan
jumlah kata “tidak” yaitu dengan menurunkan jumlah pertanyaan yang
mengarah jawaban “tidak”
4) Bahasa
a) Toddler menggunakan bahasa ungkapan khusus (yi, “kata-kata”
ungkapan buatan toddler sendiri untuk berekpresi) pada usia 15 bulan
b) Toddler mengatakan sekitar 300 kata, mengungkapkan dua atau tiga
frase, dan menggunakan kata ganti pada usia 2 bulan
c) Toddler menyebutkan nama depan dan akhir, dan menggunakan kata
benda jamak pada usia 2.5 bulan
5) Kognitif
a) Toddler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secara
spontan pada usia 15 bulan
b) Toddler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18
bulan
c) Toddler meniru coretan vertical pada usia 24 bulan
d) Toddler membangun menara delapan blok dan meniru tanda silang
pada usia 30 bulan
b. Perkembangan psikososial
1) Erikson member istilah psikososial yang di hadapi toddler antara usia 1 dan
3 tahun sebagai “otonomi versus rasa malu dan ragu”.
2) Toddler mulai menguasai keterampilan social
3) Toddler sering menggunakan kata “tidak” bahkan ketika bermaksud “ya”
untuk mengungsualkan kebebasannya (perilaku negativistic)
4) Toddler sering terus menerus mencari benda familier yang melambangkan
rasa aman, seperti selimut, selama waktu stress dan perasaan tidak
menentu.
c. Perkembangan psikoseksual
Perkembangan psikoseksual menurut freud adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan tahap anak dimulai pada usia 8 bulan sampai 4 tahun.
2) Zona erogenous terdiri dari anus dan bokong, dan aktivitas seksual
berpusat pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh.
3) Okus toddler berganti dari area oral ke anal.
4) Toddler mengalami kepuasan dan frustasi saat menahan dan mengeluarkan,
memasukan, dan melepaskan.
5) Konflik antara “menahan” dan “ melepas” secara bertahap di selesaikan
seiring dengan kemajuan latihan defekasi.
3. Kebutuhan nutrisi
a. Kecepatan pertumbuhan berkurang secara dramatis sehingga kebutuhan
toddler terhadap kalori, protein, dan cairan menurun
b. Kebutuhan kalori adalah 102 kkal/kg/hari
c. Kebutuhan protein adalah 1,2 g/kg/hari
d. Susu harus dibatasi tidak lebih dari sekitar 1 liter setiap hari untuk membantu
menjamin asuhan makanan yang kaya zat besi, pemeriksaan hematokrit harus
dilakukan untuk skrining anemia
e. Toddler dengan diet vegetarian tidak menerima protein nabati yang cukup.
Mereka harus dirujuk ke ahli gizi.
3. Penatalaksanaan keperawatan
a. Berikan intervensi umum
1) Berikan toddler menyalurkan protesnya dan rawat gabung dengan
bersama orang tua
2) Anjurkan penggunaan objek transisi atau milik orang tua (hal-hal yang
menghubungkan toddler dengan orang tua) yang dapat ditinggalkan
bersama toddler.
3) Minta orang tua untuk tidak pernah menyelinap keluar dari ruangan atau
pergi dari rumah sakit sementara toddler tertidur.
4) Bersikap jujur tentang waktu kembalinya orang tua.
5) Cari dan gunakan kata-kata yang biasa toddler gunakan.
6) Usahakan untuk melanjutkan rutinitas didalam rumah semaksimal
mungkin.
E. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Gastroenteritis
1. Pengkajian keperawatan
Menurut hasan dan alatas (2007) buku kuliah ilmu kesehatan anak dengan
Gastroenteritis menyatakan bahwa Pengkajian adalah pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang anak, agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah kebutuhan dan
keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan yang meliputi:
a. Identifikasi anak dan keluarga
1) Anak: nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
diagnosa keperawatan.
2) Orang tua: nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan
3) Sibling Rivallry: Urutan anak dalam keluarga umur, kedaan
(hidup/meninggal)
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Serangan awal
Anak mengalami diare atau BAB> 3x/hari, anak cengeng, gelisah,
sering menagis, dan kadang muncul muntah yang sering kemudian
suhu tubuh meningkat.
b) keluhan utama
Anak BAB sering dengan frekuensi >3x/hari pada anak dan >4x/hari
pada bayi dengan konsistensi feses cair atau encer, bisa mengandung
darah atau lender, warna feses kuning kehijauan, mual muntah, anak
tidak nafsu makan, dan disertai demam.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat penyakit yang diderita dan berkaitan dengan penyakit
sekarang, kecuali bila penderita diare kronis, yaitu diawali dengan
diare yang timbul perlahan-lahan, berlanjut berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan baik menetap/bertambah berat.
b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap penyakit
imunisasi diberikan pada usia dari 0-14 bulan dengan macam-macam
imunisasi yaitu BCG, DPT I, II, III, dan campak pada usia 9 buln,
hepatitis serta polio.
3) Keadaan psikososial keluarga
a) Emosi anak ditandai anak akan menagis, perasaan gelisah, tidak mau
diatur, interaksi anak dengan keluarga yang lain berkurang.
b) Tingkat perkembangan, mekanisme koping kebiasaan anak (pola
makan, pola tidur, mainan yang disukai)
4) Kebutuhan Dasar
a) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya anak akan mengalami perubhan yaitu
buang air besar>3x/hari, buang air kecil sedikit atau jarang/olguri
bahkan anuri pada anakdengan dehidrasi berat.
b) Pola Nutrisi
Pada anak diare biasanya disertai mual muntah dan tidak nafsu
makan yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.
c) Pola tidur atau istirahat
Pola tidur atau istirahat pada anak yang mengalami diare akan
terganggu karena seringnya BAB dan adany distensi abdomen yang
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga anak rewel dapat
mengganggu istirahat tidur.
d) Kebersihan diri dan lingkungan
Jarang membersihkan rumah serta lingkungan dan membuang
sampah sembarangan , jarang cuci tangan sebelum dan sesudah
aktivitas, kurang kebersihan ibu dalam memberikan ASI/PASI
e) Pola aktivitas
Pada anak dengan diare akan terganggu atau berkurang dikarenakan
kondisi tubuh lemah akibat dari BAB yang terus menerus.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Fisiologis
keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmetis bahkan bisa
berlanjut menjadi koma, suhu tinggi, nadi cepat, dan lemah,
pernafasan agak cepat.
b) Pemeriksaan sistimatika
1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun cekung, selaput lender mulut
dan kulit tampak kering, BB menurun anus dan sekitarnya
kemerahan dan lecet karena seringnya defikasi.
2) Perkusi: adanya distensi abdomen
3) Palpasi: tugor kulit kembali segera/sangat lambat
4) Auskultasi: terdengar bising usus (>20x/menit)
c) Pemeriksaan singkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak
penderita diare biasanya mengalami gangguan pada pertumbuhan
fisiknya karena anak mengalami dehidrasi sehigga berat badan
menurun, namun jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan cepat
maka anak akan mengalami gangguan perkembangan.
6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan tinja
1) Makroskopi dan mikroskopi
2) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika
(pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit
(terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
d) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Asmadi (2011) menyatakan bahwa diagnose kepeawatan adalah
penyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang
masalah atau status kesehatan anak, baik actual maupun potensial, yang
ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan
diagnose keperawatan harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan
anak berikut penyebab yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan.
Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi
masalah (problem), penyebab (etiologi), dan data (sign and symtom), atau bisa
disingkat dengan PES.
Dalam BAB ini penulis melaporkan hasil Asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An.H dengan Gastroenteritis di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih Jakarta Pusat. Pelaksanaan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar ini dilakukan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 26 - 28 Mei 2016.
Untuk melengkapi data-data yang diperoleh penulis melakukan berbagai cara guna
memperoleh data yang akurat yaitu dengan melakukan wawancara pada keluarga atau
orang tua, perawat yang bertugas, melakukan observasi, melihat catatan medis dan
catatan keperawatan. Laporan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang terdiri
dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
melakukan evaluasi keperawatan.
A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar (Terlampir)
2. Resume
Anak dengan inisial An.H jenis kelamin laki-laki, umur 1 tahun 3 bulan datang
ke UGD bersama keluarganya pada tanggal 25 Mei 2016 jam 08.00 WIB dengan
keluhan utama buang air besar 5 kali konsistensi cair, berwarna kuning
kehijauan, ada lendir dan tidak ada darah, demam dengan suhu 38.7 0C sudah
lebih dari 3 hari disertai demam naik turun terutama pada sore hari, tidak ada
batuk dan pilek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: kesadaran
composmetis, keadaan umum lemah, hasil observasi di TTV: suhu: 38.7 0C, RR:
25x/menit, nadi: 92x/menit, ubun-ubun tidak cekung, mukosa bibir lembab,
konjungtiva ananemis, cubitan dinding perut kembali lambat (3 detik), bising
usus 20x/menit,akral teraba dingin,kapilarey refill kembali <2 detikdan hasil
pemeriksaan labolatorium: hemoglobin: (L) 10.7 g/dL, leukosit: 8.55 103µl,
hematokrit: (L) 32%, trombosit: 487 ribu/µl , natrium 139 mEg/L, kalium:
4.3mEg/L dan klorida: 102 mEg/L. Masalah keperawatan yang muncul pada An.
H yaitu defisit volume cairan dan elektrolit, sudah diakukan tindakan
keperawatan yaitu diberikan terapi cairan Assering 20 Tpm mikrodrip per 25
jam, dokter UGD menganjurkan bahwa anak harus dirawat dengan diagnosa
GED ringan-sedang.
Anak dipindahkan ke paviliun badar kamar 09 pada pukul 10.00 WIB dilakukan
pengkajian yang dilakukan oleh Tim perawat di Paviliun Badar tanggal 25 Mei
2016 jam 10.05 dengan keluhan ibu anak mengatakan” anaknya masih BAB 5
kali dengan bentuk cair, tidak ada ampas berwarna kuning kehijauan, anak
menghabiskan makan 4-5 sendok/tiap kali makan dan tidak ada muntah, panas
naik tutun , minum ASI kuat dan susu formula sudah habis 400 cc.
3. Data fokus
a. Data Subjektif
Orang tua anak mengatakan: “anak saya sekarang masih buang-buang air
besar sudah 5x/hari dari malam sampai pagi ini, warnanya kuning kehijauan,
cair, ada lender dan tidak ada darah, anak saya buang air kecil sudah 5x hari
ini, warnanya kuning jernih, badan anak saya sudah tidak panas lagi, makan
hanya ½ porsi yang dapat dihabiskan, muntah 2x warnanya putih susu,
minum ASI sebanyak ±8 kali/hari, BB anak saya sebelum sakit 8kg, suka
memasukan jari kemulut orang lain, di daerah anus dan lipatan paha agak
kemerahan, kadang suka rewel, anak saya belum pernah dirawat baru
pertama kali dirawat, saya merasa cemas dengan kondisi anak saya saat ini’
b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan didapatkan data:
Keadaan umum sakit sedang (lemah), kesadaran composmetis, TTV: nadi :
92x/menit, RR: 25x/menit, suhu: 37 oC, BB awal 8 kg, BB sakit 7,3 kg,
lingkar kepala 44cc, lingkar dada 45cm, lingkar lengan 15cm, tinggi badan
76cm, konjungtiva ananemis, kelopak mata tampak cekung, kukosa bibir dan
mulut lembab, ubun-ubun kepala tidak cekung, cubitan dinding perut kembali
lambat (>3detik), bising usus 20x/menit, capillary refill <3 detik, makanan
habis ½ porsi, anak terlihat rewel, akral hangat, tampak kemerahan pada
daerah sekitar anus, feses berwarna kuning kehijauan, cair, berlendir, dan
tidak ada darah.
Intake dan Output dalam 24 jam
1) Intake:
Infuse : 20x1x24 = 480 cc
Minum : 100x8 = 800 cc +
Total intake = 1280 cc
2) Output:
BAB : 100 x 5 = 500cc
BAK : 50 x 5 = 250cc
IWL : (30-1,3)x16 = 459,2 cc
Muntah :2x100 = 200 cc +
Total Output = 1409,2 cc
5) Menegtahui Dehidrasi :
6) Kebutuhan cairan 7,3 kg x 100/hari = 730cc/hari
7) Kebutuhan kalori 7,3 kg x 100/hari = 730cc/hari
a) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan tanggal 25 Mei 2016 jam 10:07
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
1. HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7L g/dL 10,8 – 12,8
3
Leukosit 8,55 10 µl 6.00 - 17.00
Hematokrit 32L % 35 – 43
2. ELEKTROLIT
Natrium (Na) 139 mEq/L 135 – 147
Kalium (Ka) 4.3 mEq/L 3.5 - 5.0
Klorida (Cl) 102 mEq/L 94 – 111
Pemeriksaan Hasil
1. Karakteristik
a. Makroskopik
Warna Hijau
Konsistensi Encer
Darah (-) Negatif
Lendir (+) Positif
Pus (-) Negatif
Busa
b. Mikroskopik
Leukosit 60 – 65
Eritrosit 3–5
Bakteri (+) Positif
Epitel (-) Negatif
Lemak (-) Negatif
Amilum (-) Negatif
Serat otot (-) Negatif
Serat tumbuhan (-) Negatif
Jamur (-) Negatif
Terur cacing (-) Negatif
Parasit (-) Negatif
2. Pemeriksaan Terinci
a. Kimia
pH 5.0
Glukosa (-) Negatif
Lemak (FGE) (-) Negatif
b. Pewarnaan
Gram Negatif Batang
Spora (FL) (-) Negatif
Jamur (-) Negatif
3. Diagnose Kerja
WD/(FL) 1. Infeksi Batang Gram Negatif
2. Erosi Mukosa Usus
b) Penatalaksanaan
Terapi oral
Zinkid syrup 1 x 1 sdk jam (06)
Probiokid puyer 2 x 1 bks jam (06, 18)
Sanmol syrup 3 x 0,8ml jam (06, 12, 18)
Terapi injeksi
Invomit 3x1mg jam (06, 14, 22)
Antrain 3x100mg jam (08, 16, 24)
Elpilef 1x500mg jam (12) [ Resep baru diberikan pada tanggal 27
Mei 2016]
4. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1 DS: Defisit volume Output berlebih
Orang tua anak mengatakan: cairan dan
“anak saya masih BAB 5 x/hari elektrolit
dengan bentuk cair, buang air
kecil 5x, feses berwarna kuning
kehijauan, ada lendir, minum ASI
dan susu formula, muntah sudah
2x berwarna putih, tubuh anak
saya sudah tidak panas lagi.
DO:
- Keadaan umum lemah,
kesadaran composmetis
- TTV: suhu: 370C, Nadi:
92 x/menit, RR:25x/menit
- Mata tampak cekung,
bibir lembab, cubitan
dinding abdomen kembali
lambat
( >3 detik)
- Capillary reffil < 3 detik
- Balance cairan: - 129.2 cc
- Status dehidrasi:
(Dehidrasi Sedang)
- Pemeriksaan penunjang
feses GE dan Lab tanggal
25 Mei 2016: feses
terdapat lendir positif,
Bakteri positif, Infeksi
Batang Garam Negatif,
Natrium: 139 mEq/L,
Kalium: 4.3 mEq/L,
Klorida:102 mEq/L
DO:
- A: BB saat ini: 7.3 kg
BBI: 10.6
Status nutrisi:
TB: 76cm, LLA:15cm,
- B:Hasil Lab Tanggal 25
Mei 2016:
Pemeriksaan Lab:
Hemglobin: L 10.7g/dl,
- C: Keadaan umum anak
sakit sedang, kesadaran
composmetis, rambut
berwarna hitam dan tidak
mudah rontok,
konjungtiva ananemis,
mukosa mulut pucat, bibir
lembab, gusi tidak ada
pendarahan, lidah bersih,
kelengkapan gigi blm ada,
kulit elastis, tidak ada
stomatitis, tidak ada
odem.
- D:sebelum sakit: pola
makan 2x sehari, jenis
makanan tim, habis 1
porsi.
Sesudah sakit: makan 3x,
jenis makanan tim, habis
½ porsi.
3 DS: Gangguan Frekuensi BAB
Orang tua anak mengatakan: integritas kulit meningkat
“anak saya masih BAB 5x/hari,
di daerah anus anak saya terdapat
kemerahan”.
DO:
- Anak tampak rewel
- Terdapat kemerahan
disekitar anus
PH feses: 5.0
DO:
- Anak tampak rewel
- Anak terlihat takut saat
didekati perawat
- Anak menangis jika
perawat melakukan
tindakan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisa data, maka dapat
ditentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan pada kasus diatas adalah
sebagai berikut:
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat
4. Takut pada anak berhubungan dengan orang asing dan prosedur tindakan
5. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit anak
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan maka disusun rencana
keperawatan sebagai berikut:
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebih
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.H
selama 2x24 jam diharapkan masalah defisit volume
cairan dan elektrolit dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Anak tidak lemas
b. TTV anak normal (usia anak 1-3 tahun: RR: 20-30x/menit, Nadi:
<120x/menit, Suhu: 36,5-37,5oC)
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (mata tidak cekung, mukosa mulut
lembab, kulit elastis, cubitan<2 detik)
d. Intake dan output seimbang
e. BAB 1x/hari dengan konsistensi semi padat
f. Hasil elektrolit dalam batas normal: Kalium 3,5-5,0 mEq/L, Natrium:135-
147 mEq/L, dan Klorida: 94-111mEq/L.
Rencana Tindakan :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Memonitor tanda-tanda peningkatan dehidrasi (BB menurun, tugor kulit
kurang elastis, mata cekung, nadi cepat, mukosa bibir kering, output urine
menurun).
c. Catat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/8 jam
d. Berikan cairan rendah natrium, seperti air, ASI, formula bebas laktosa
e. Pantau cairan infuse assering 20Tpm/25 jam
f. Timbang berat badan setiap hari
g. Anjurkan pada orang tua untuk memberi ASI sesering mungkin dan
meningkatkan pemberian cairan peroral
h. Pantau hasil lab elektrolit: Na, Ka, Cl
i. Berikan terapi oral:
1) Zinkid 1x1 (Jam 06)
2) Probiokid 2x1 (Jam 06,18)
3) Sanmol 3x0.8 (Jam 06,12,18)
j. Berikan terapi injeksi:
1) Antrain 3x100mg (Jam 08,16,24)
2) Elpilef 1x500mg (Jam 12)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.H
selama 3x24 jamdiharapkan perubahan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. BB anak menjadi ideal sesuai dengan tingkatan usia
b. Intake makanan dan minuman kembali normal
c. Tidak ada muntah porsi makan anak dapat dihabiskan
d. Konjungtiva ananemis
e. Hematologi dalam batasnormal :Hemoglobin: 10,8-12,8 g/dL,
Hematokrit: 35-43 %.
Rencana Tindakan :
a. Observasi status nutrisi anak
b. Timbang berat badan anak
c. Monitor Intake – Output nutrisi/24 jam
d. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk mengkaji
toleransi pemberian makanan
e. Jelaskan kepada orang tua manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan
f. Motivasi orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
g. Berikan diit yang sesuai : Rendah Serat TKTP
h. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik sesuai diit
i. Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum memberikan makanan anaknya
j. Berikan terapi sesuai dengan program: Invomit 3x1mg (Jam 06, 14, 22)
Pada BAB ini penulis akan membahas berbagai masalah dan kesenjangan yang
diperoleh antara kasus dengan landasan teoritis asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An.H dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis yang
dilakukan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada pengkajian yang menjadi sumber
penulis yaitu BAB II. Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan
kesulitan, karena tersediannya format pengkajian, status klien, catatan
keperawatan dan medis, keluarga klien yang terbuka terhadap perawat dan
perawat ruangan yang membantu dalam pengkajian dan tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh penulis. Pada saat pengkajian penulis melakukan pengkajian
secara komprehensif yang meliputi bio, psiko, social, kultural, dan spiritual
sebagai dasar dalam merumuskan diagnosa keperawatan pada An.H.
Pada etiologi yang terdapat di tinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada,
yang terjadi pada penyebab diare anak adalah faktor infeksi bakteri yang sudah
didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang feses GE pada anak. Hasil
pemeriksaan fases GE pada An. H terdapat bakteri batang gram negative.
Bakteri didapat melalui kebiasaan orang tua yang mengabaikan prilaku hidup
bersih dan sehat. Pada saat pengkajian didapatkan data sebagai berikut: Orang
tua klien mengatakan saat dirumah memberikan susu formula pada anaknya yang
sudah disimpan di kulkas selama 4 jam, kebiasaan orang tua yang tidak mencuci
tangan saat menyadiakan makanan dan minuman serta saat memberikan ASI. Hal
tersebut, kemungkinan merupakan beberapa penyebab terjadinya diare. Etiologi
yang terjadi pada An. H sesuai dengan tinjauan teori.
Dalam pemeriksaan penunjang, pada kasus ini ada yang belum sesuai dan ada
yang sudah sesuai. Salah satu yang tidak sesuai antara tinjauan teoritis dengan
kasus An.H adalah tidak dilakukan pembiakan duodenal intubation. Pemeriksaan
ini tidak diperlukan karena A.H tidak mengalami Gastroenteritis Kronis,
sedangkan pembiakan kuman dan duodenal incubation hanya diperlukan jika
klien mengalami Gastroenteritis kronik. Klien juga tidak dilakukan pemeriksaan
urinalisis, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, hal ini dikarenakan An.H
tidak mengalami gangguan fungsi ginjal sebagai dampak dari kondisi dehidrasi
berat, sedangkan An.H masih dalam kondisi dehidrasi sedang (kehilangan cairan:
8,75%), sehingga pemeriksaan tersebut tidak perlu dilakukan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada An.H adalah pemeriksaan feses
GE yang meliputi pemeriksan makroskopik, mikroskopik dan pH feses.
Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit, hal ini
sesuai dengan tinjauan teori.
Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian ini ialah informasi dari orang
tua dan catatan pengkajian keperawatan diruangan yang didokumentasikan
sehingga membantu penulis dalam melengkapi data-data secara lengkap dan
valid.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari 5 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam tinjauan teoritis seluruhnya
muncul pada tinjauan kasus yaitu: defisit volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan output berlebih, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Intake yang tidak adekuat, gangguan integritask kulit
berhubungan dengan iritasi pada anus (frekuensi BAB berlebih), takut (pada
anak) berhubungan dengan prosedur tindakan dan orang asing (dampak
hospitalisasi), cemas pada orang tua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang penyakit anak.
Pada diagnosa kelima, penulis mengangkat masalah cemas pada orang tua
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit anak.
Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang mendukung pada masalah orang
tua yang sesuai dengan sumber penulis di tinjauan teoritis yaitu, Orang tua
tampak cemas, ekspresi wajah orang tua klien terlihat khawatir, orang tua klien
terlihat kebingungan saat ditanya tentang penyakit anaknya. Faktor pendukung
dalam menegakan diagnosa pada An.H yaitu adanya data-data cukup menunjang
dan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada anak.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat dalam
tinjauan teoritis perencanaan terdiri dari 5 tahap yaitu menentukan prioritas
masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan merencanakan tindakan
keperawatan. Dalam pembuatan rencana tindakan ini penulis bekerja sama
dengan perawat ruangan sehingga ada komunikasi dan kesepakatan dalam
mengambil keputusan masalah yang dialami An. H adapun yang menjadi
prioritas masalah pada An. H defisit volume cairan, diagnosa ini diprioritaskan
karena data-data yang menunjang baik, pemeriksaan fisik, maupun hasil
laboratorium merupakan masalah yang terjadi saat ini yang mengancam
keselamatan anak dan merupakan masalah yang terjadi saat ini yang mengancam
keselamatan anak dan merupakan kebutuhan dasar yang utama berdasarkan 5
kebutuhan dasar menurut maslow.
Pada tahap perencanaan ini tidak terdapat kesengajaan yang berarti. Adapun
faktor yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk
menuliskan rencana tindakan, sehingga tidak terjadi miskomunikasi secara
langsung antara perawat satu dengan perawat lainnya dalam hal perencanaan
terhadap An. H dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil sudah dibuat sesuai
tinjauan teoritis yaitu mencakup variable SMART sehingga tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat bersifat spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, dan mencakup
batas waktu pencapaian tujuan yang diharapkan dari setiap masalah keperawatan
yang ada.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam rangka memberi asuhan keperawatan yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat, maka penulis dalam melaksanakan rencana
keperawatan selama klien dirawat mengacu pada tindakan yang ada pada
tinjauan teoritis. Pelaksanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga,
perawat ruangan, dokter dan tim kesehatan lain, walupun keadaan anak kurang
kooperatif.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi ini dilihat dan perkembangan yang telah terjadi setelah
dilakukan tindakan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dirumuskan. Pada
kasus yang penulis hadapi setelah dievaluasi malasah teratasi sebagian dan
tindakan keperawatan perlu dilanjutkan oleh perawat ruangan.
A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi dalam lambung
dan usus, yang disebabkan karena infeksi virus dan kuman – kuman patogen
yang ditandai dengan frekuensi BAB pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan
pada anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsisten feses encer, dengan atau
tanpa disertai lendir darah. Dengan disertai manifestasi klinik sering buang air
besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, tugor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa mulut kering, keram
abdominal (distensi abdomen) dan demam (mungkin ada, mungkin tidak).
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. H selama 3 hari belum semua
masalah teratasi, sehingga penulis bekerja sama dengan tim perawat yang ada di
ruangan. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada dasarnya dilakukan dengan teliti
dan seksama dengan memperhatikan kondisi dan masalah yang ada pada anak.
Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian ini ialah informasi dari orang
tua sehingga membantu penulis dalam melengkapi data – data secara lengkap
dan valid. Sedangkan faktor penghambatnya ialah pengunduran waktu dalam
memberikan terapi obat dan catatan pegkajian keperawatan diruangan yang di
dokumentasikan kurang lengkap
B. Saran
Dari beberapa hambatan yang ditemui selama melakukan asuhan keperawatan
pada An. H maka, penulis menganggap perlu adanya peningkatan pelayanaan
asuhan keperawatan yang diharapkan dapat membantu klien untuk meningkatkan
dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal. Penulis memberikan
beberapa saran yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien, khususnya pada anak dengan penyakit gastroenteritis.
Saran tersebut diantaranya yaitu:
3. Untuk Institusi
Diharapkan untuk menambah literature buku keperawatan anak dengan
sumber yang lebih lengkap dengan tahun penerbit terbaru yaitu sejenak tahun
2010-2015 di perpustakaan, sehingga dapat membantu dalam tugas akhir.
4. Untuk Penulis
Untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal khususnya pada
kasus diare, maka penulis hendaknya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait dengan hal tersebut.
5. Untuk masyarkat
Supaya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anaknya di
lingkungan rumah sendiri maupun diluar rumah. Contoh dengan cara
sederhana yaitu mencuci tangan yang baik dan benar sebelum dan sesudah
makan, sebelum dan sesudah BAB/BAK, menyajikan makanan dan minuman
yang sehat dengan menu seimbang dan menjaga lingkungan yang bersih serta
nyaman dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan & Alatas. (2007). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hidayat, Azis Alimul. (2010). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
Mubarao, Wahit, Chayatin, Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nursalam & Utami. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. cetakan kedua.Jakarta:
Salemba Medika
Rita & Suriadi. (2006). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta: ISBN
Sudarti. (2010). Kelainan dan penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Muha Medika
Wong, Donna. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC
KETERANGAN
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
--------
: Klien
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
I. Topik : Diare
II. Waktu : 30 Menit
III. Sasaran : Orang Tua An.H
Penyuluhan Sasaran
5 Menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Mendengarkan penyuluh
2. Menyampaikan topik dan menyampaikan tujuan
tujuan Penkes kepada
sasaran
3. Menyetujui kesepakatan
waktu pelaksanaan
3. Kontrak waktu untuk
kesepakatan pelaksanaan
Penkes dengan sasaran
VII. Evaluasi :
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
4. Butir pertanyaan :
a. Apa pengertian diare ?
b. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan diare ?
c. Apa bahaya diare ?
d. Bahan apa saja yng digunakan unutk membuat larutan gula-garam ?
MATERI LAMPIRAN :
1. Pengertian
Diare adalah defekasi cair lebih dari 3x/hari dengan atau tanpa pendarahan atau
lender dalam tinja.
5. Bahaya Diare
a. Kematian klien karena kekurangan cairan
b. Kurang gizi karena :
1) Zat makanan yang digunakan untuk memperbaiki jaringan yang rusak
bukan untuk pertumbuhan
2) Anak yang diare jarang merasa lapar
6. Pencegahan
a. Makanan harus dicuci bersih
b. Makanan harus dimasak sempurna
c. Air minum harus bersih dan dimasak terlebih dahulu
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
e. Pakai alas kali bila anak sedang bermain