id
Linda Riyanti
H 0307010
Ir. Suprapto Mei Tri Sundari, SP. M.Si Ir. Sugiharti Mulya H. MP
NIP. 19500612 198003 1 001 NIP. 19731017 200312 1 002 NIP. 19650626 199003 2 001
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to Pujiasmanto,
Prof. Dr. Ir. Bambang user M.S
NIP. 19560225 198601 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi
pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensinya
sebagai penghasil devisa negara. Rukmana (1994) menjelaskan bahwa bawang
merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan tanaman
sayuran dataran rendah di Indonesia. Bawang merah digunakan sebagai
bumbu dan rempah-rempah. Selain itu, bawang merah juga digunakan sebagai
bahan obat tradisional.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), konsumsi bawang
merah penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan
bawang merah akan terus meningkat (dengan perkiraan 5% per tahun) seiring
dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat karena adanya
pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya industri makanan
jadi dan pengembangan pasar ekspor bawang merah. Kebutuhan terhadap
bawang merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang
potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan
produksi bawang merah.
Salah satu sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah
Kabupaten Brebes. Pada tahun 2009, Kabupaten Brebes memberikan
kontribusi 75,58% terhadap produksi bawang merah Provinsi Jawa Tengah.
Hal tersebut menjadikan bawang merah sebagai komoditas hortikultura yang
merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD) Kabupaten Brebes. Adanya
faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman, menjadikan
tanaman bawang merah cocok dibudidayakan di Kabupaten Brebes.
Produksi bawang merah Kabupaten Brebes berasal dari produksi
beberapa varietas bawang merah yang ditanam di Kabupaten Brebes, yaitu
meliputi varietas Bima, Kuning dan varietas bawang merah impor seperti dari
Filipina dan Bangkok. MenurutcommitDinas
to userPertanian Tanaman Pangan dan
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Petani di Kabupaten Brebes dalam berusahatani bawang merah
varietas Bima bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Varietas Bima
merupakan varietas yang digunakan sebagian besar petani (80%) di Kabupaten
Brebes. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sangat sesuai
dengan kondisi alam Kabupaten Brebes. Selain itu, varietas Bima mempunyai
umur panen yang cepat (50-60 hari setelah tanam), sehingga diharapkan
dengan menanam varietas Bima maka petani cepat memperoleh hasil
(keuntungan) dari kegiatan usahataninya. Hal tersebut merupakan potensi
yang dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pada dasarnya usahatani bawang merah varietas Bima tidak berbeda
dengan usahatani bawang merah varietas lainnya, hanya saja untuk
pemanenan produksi bawang merah varietas Bima dapat dilakukan pada usia
50-60 hari setelah tanam. Pada usahatani bawang merah varietas Bima,
besarnya produksi yang dihasilkan berkaitan dengan besarnya faktor-faktor
produksi yang digunakan. Namun, petani dihadapkan pada permasalahan
bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksinya secara optimal untuk
menghasilkan produksi yang optimal sehingga keuntungan yang diperoleh
maksimal. Hal ini dikarenakan petani dalam melakukan usahataninya
menghadapi keterbatasan berupa keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu,
dalam melakukan usahatani seorang petani harus memperhatikan apakah
penggunaan penggunaan faktor-faktor produksinya optimal, sehingga
keuntungan yang diperoleh maksimal atau dengan kata lain kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksinya mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima di
commit to user
Kabupaten Brebes, berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan
usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan,
benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan
pestisida cair terhadap produksi bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes.
3. Mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi
luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk
ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan terutama terkait dengan bahan penelitian. Di samping itu,
penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang
merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah
varietas Bima.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan di sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman
bahan makanan.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan bahan pertimbangan pada penelitian dengan
masalah yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian. Bentuknya dapat
berupa memelihara ternak atau dengan bercocok tanam (Firdaus, 2008).
Salah satu tanaman yang diusahakan sebagai usahatani adalah bawang
merah yang merupakan tanaman semusim berbentuk rumput dan berakar
serabut. Daunnya memanjang serta berongga seperti pipa. Pangkal
daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis (Sunarjono, 2004).
Salah satu varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia
adalah varietas Bima. Varietas ini berasal dari daerah Brebes dan cocok
ditanam di daerah dataran rendah. Varietas Bima mempunyai nama lokal
Bima Curut dan memiliki karakteristik, yaitu tinggi tanaman berkisar
antara 25-44 cm, jumlah anakan antara 7-12, daun tanaman berbentuk
silindris berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 14-50 helai, dan umur
panen kurang lebih 60 hari setelah tanam (Pitojo, 2000).
Bawang merah varietas Bima mempunyai susut bobot umbi 22%
dari bobot panen basah. Umbinya berwarna merah muda, berbentuk
lonjong, dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Varietas Bima tahan
terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii), tetapi peka terhadap
penyakit busuk daun (Phytophtora porii) (Rahayu dan Nur, 2004).
Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-
450 di atas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat
tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi
lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah
(Sutarya dan Grubben, 1995).
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Pd = TR – TC
Keterangan: Pd : pendapatan usahatani
TR : total penerimaan
TC : total biaya
Sudarmanto (1992) menjelaskan perhitungan keuntungan adalah
selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya yang terdiri dari
biaya eksplisit dan biaya implisit. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai
berikut:
p = TR – TC
= TR – (EC + IC)
Keterangan: p : keuntungan
TR : total penerimaan (total revenue)
TC : total biaya (total cost)
EC : total biaya eksplisit (explicit cost)
IC : total biaya implisit (implicit cost)
3. Produksi, Faktor Produksi dan Fungsi Produksi
Kegiatan produksi adalah perubahan faktor produksi menjadi
barang produksi. Usaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu dengan
menghasilkan barang dengan biaya yang paling rendah untuk suatu jangka
waktu tertentu. Efisiensi dari proses produksi itu tergantung dari proporsi
faktor produksi yang digunakan dan jumlah masing-masing faktor
produksi serta produktivitas masing-masing faktor produksi untuk setiap
tingkat penggunaannya (Suparmoko, 1998).
Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi produksi suatu
usahatani dapat berupa:
a. Luas lahan
Mubyarto (1989) menjelaskan lahan sebagai salah satu faktor
produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usahatani.
Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh
luas lahan yang digunakan. Namun, bukan berarti semakin luas lahan
commit to user
pertanian maka semakin efisien lahan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
b. Benih
Faktor benih memegang peranan yang penting untuk
menunjang keberhasilan produksi tanaman. Penggunaan benih yang
bermutu tinggi merupakan langkah awal peningkatan produksi.
Penggunaan benih yang terlalu banyak akan berdampak pada
penurunan jumlah produksi karena jarak tanam menjadi rapat sehingga
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik (Rahayu dan Nur, 2004).
c. Tenaga kerja
Penggunaan tenaga kerja ditentukan oleh pasar tenaga kerja
yang dipengaruhi upah tenaga kerja dan harga hasil produksi.
Pengusaha cenderung menambah tenaga kerja selama produk marjinal
(nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga
kerja) lebih tinggi daripada cost yang dikeluarkan (Nopirin, 1996).
d. Pupuk
Pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan ke dalam tanah dan
secara langsung atau tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan
tanaman yang tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk merupakan
usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman, sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Pemberian pupuk yang tepat dan
berimbang akan menghasilkan produksi yang optimal (Kasirah, 2007).
e. Pestisida
Penggunaan faktor produksi pestisida sampai saat ini
merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengendalian
hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan, penggunaan pestisida
merupakan cara yang paling mudah dan efektif, dengan penggunaan
pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang memuaskan.
Namun, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap
lingkungan. Dampak negatifnya dapat dihindari dengan penggunaan
pestisida dengan dosis yang tepat (Sulistiyono, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Ep<0
Ep>1
0<Ep<1 TPL
I
Ep=1 Ep=0
MPmax
APmax
APL
MP=AP
Tenaga
0 x* x** x*** Kerja
MPL
tetap positif selama TPL positif. Sedangkan kurva MPL mula-mula juga
naik, mencapai maksimum (sebelum APL mencapai maksimum) dan
kemudian turun. MPL menjadi nol bila TPL mencapai maksimum dan
negatif bila TPL mulai menurun. Bagian kurva MPL yang menurun
menggambarkan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law
of deminishing returns) (Salvatore, 2007).
Menurut Sudarman (1992) salah satu fungsi produksi yang sering
digunakan untuk penelitian ekonomi adalah fungsi Cobb Douglas. Secara
umum hubungan antara faktor produksi modal dan tenaga kerja dengan
kuantitas produksi pada fungsi Cobb Douglas ditulis sebagai berikut:
Q = f (K,L) = A.Ka.Lb
Dimana:
Q : kuantitas produksi
K : modal
L : tenaga kerja
A,a,b : besaran yang diduga
Fungsi Cobb Douglas dapat digunakan untuk meneliti returns to
scale yaitu dengan penjumlahan derajat dari fungsi Cobb Douglas. Jika
berderajat lebih dari satu maka menunjukkan skala dengan hasil meningkat
(increasing returns to scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi
akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Jika
derajatnya sama dengan satu maka menunjukkan skala dengan hasil
konstan (constant returns to scale), artinya penambahan proporsi
penambahan faktor produksi akan sama dengan proporsi penambahan
produksi yang diperoleh. Jika derajatnya kurang dari satu maka fungsi
menunjukkan skala dengan hasil yang menurun (decreasing returns to
scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan
tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil (Soekartawi, 2003).
Soekartawi (2003) menjelaskan hubungan antara produksi dengan
faktor produksi pada fungsi Cobb Douglas dapat diketahui dengan
melakukan analisis regresicommit
linier. to user tersebut dilakukan dengan cara
Analisis
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
x2
Px2
A Kombinasi Optimum
x2*
isoquant
isocost
x1
0 Px1
x1*
Gambar 2. Kurva Isoquant dan Isocost dengan Kombinasi Faktor-Faktor
Produksi dengan Biaya Minimum Jatuh di Titik A
Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan apabila suatu produksi
menggunakan sebanyak n input, maka analisisnya menjadi rumit dan tidak
dapat digambarkan dengan grafik. Meskipun demikian, syarat untuk
kombinasi biaya minimal (least cost combination) untuk n input dapat
dijelaskan secara matematik yaitu sebagai berikut:
MPPx 1 MPPx 2 MPPx n
= = .............. =
Px 1 Px 2 Px n
Kesamaan perbandingan antara produk marjinal input dengan
harga masing-masing input merupakan syarat bagi biaya minimum dalam
menghasilkan sejumlah produk yang menggunakan input sebanyak n.
Apabila terdapat input mempunyai harga sama dan salah satunya lebih
produktif daripada input lainnya, maka pembelian input tersebut akan
lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan dengan penambahan satuan
input yang berproduk marjinal lebih tinggi, maka produk marjinal akan
berkurang sampai perbandingan antara produk marjinal dengan harga
input menjadi sama bagi semua input.
Meskipun demikian, berproduksi pada suatu taraf tertentu dengan
biaya minimal, tidak berarti tercapai taraf produksi yang menghasilkan
keuntungan maksimal. Penentuan tingkat produksi yang memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
bawang merah di Desa Sukasari Kaler adalah lahan 15,735 ha, bibit
2.189,55 kg dan pupuk buatan 1.988,45 kg.
Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan penelitian
terkait efisiensi ekonomi usahatani bawang merah dan hasil penelitian dari
kedua penelitian terdahulu menyatakan bahwa kombinasi penggunaan
faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai
efisiensi ekonomi tertinggi. Hal tersebut dapat memberikan gambaran
tentang tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani bawang merah varietas
Bima.
mengalikan produksi pada satu musim tanam (Y) dengan harga produksi (Py)
dan dinyatakan dalam rupiah.
Pendapatan usahatani selama satu musim tanam dihitung dengan
mengurangi penerimaan dengan total biaya yang secara riil dikeluarkan (biaya
eksplisit) dan dirumuskan sebagai berikut:
Pd = TR – TC
= (Y.Py) - EC
Keterangan:
Pd : pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)
TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)
TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)
Py : harga produksi usahatani (Rp/Kg)
Y : produksi usahatani (Kg/Ha/MT)
EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)
Selanjutnya untuk menghitung keuntungan yang didapatkan dari
usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam, yaitu
dengan cara penerimaan dikurangi dengan total biaya yang terdiri dari biaya
eksplisit dan biaya implisit. Adapun rumusnya, yaitu sebagai berikut:
p = TR – TC
= TR – (EC + IC)
Keterangan:
p : keuntungan usahatani (Rp/Ha/MT)
TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)
TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)
EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)
IC : total biaya implisit usahatani (Rp/Ha/MT)
Pengkajian hubungan penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas
lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan
pestisida cair dengan produksi bawang merah varietas Bima menggunakan
model berbentuk kepangkatan yang merupakan modifikasi fungsi produksi
commit to user
Cobb Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
uji standar koefisien regresi, tujuannya untuk mengetahui faktor produksi yang
paling berpengaruh diantara faktor-faktor produksi yang lain.
Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas
Bima mencapai efisiensi ekonomi tertinggi atau belum. Adapun rumusnya:
NPMx1 NPMx2 NPMx3 NPMx4 NPMx5 NPMx6 NPMx7
= = = = = = =1
Px1 Px2 Px3 Px4 Px5 Px6 Px7
Keterangan:
NPMxi : nilai produk marjinal untuk faktor produksi xi
Pxi : harga faktor produksi xi
Dengan ketentuan:
NPMxi
= 1, berarti penggunaan faktor produksi xi mencapai efisiensi
Pxi
ekonomi tertinggi.
NPMxi
≠ 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien secara
Pxi
ekonomi.
Apabila terdapat kendala sehingga kombinasi penggunaan faktor-
faktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, maka dilakukan
analisis optimalisasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas
Bima mencapai kombinasi optimal atau belum. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut:
PFMx1 PFMx2 PFMx3 PFMx4 PFMx5 PFMx6 PFMx7
= = = = = =
Px1 Px2 Px3 Px4 Px5 Px6 Px7
Keterangan:
PFMxi : Produk Fisik Marjinal faktor produksi xi
Pxi : harga faktor produksi xi
Berdasarkan konsep mengenai kerangka teori pendekatan masalah,
maka dapat disusun kerangka berpikir seperti pada Gambar 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Faktor-Faktor Produksi
X1 : luas lahan (Ha)
X2 : benih (Kg) Usahatani Pendapatan
X3 : tenaga kerja (HKP) Bawang Merah Biaya Eksplisit
Usahatani
X4 : pupuk urea (Kg) Varietas Bima
X5 : pupuk NPK Mutiara (Kg)
X6 : pupuk ZA (Kg)
X7 : pestisida cair (Ltr) Biaya Usahatani
D. Asumsi-Asumsi
1. Petani bertindak secara rasional, yaitu selalu berusaha memperoleh
keuntungan yang maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
E. Pembatasan Masalah
Data yang dikaji pada penelitian ini adalah data produksi bawang
merah varietas Bima di Kabupaten Brebes selama satu musim tanam yaitu
pada bulan Oktober sampai Desember 2010.
commit 2010.
tanam Oktober sampai Desember to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
13. Luas lahan (X1) adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan
untuk usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam
dan dinyatakan dengan satuan hektar (Ha).
14. Benih (X2) adalah banyaknya benih yang digunakan dalam usahatani
bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan
dengan satuan kilogram (Kg). Harga benih dinyatakan dengan satuan
rupiah (Rp).
15. Tenaga kerja (X3) adalah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam
usahatani bawang merah varietas Bima, selama satu musim tanam baik
tenaga kerja keluarga, maupun tenaga kerja luar dan dinyatakan dalam
satuan Hari Kerja Pria (HKP). Nilai tenaga kerja dihitung berdasarkan
upah per HKP dan dinyatakan dalam rupiah per Hari Kerja Pria (Rp/HKP).
16. Pupuk urea (X4) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam
usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan
dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk urea dinyatakan
dengan satuan rupiah (Rp).
17. Pupuk NPK Mutiara (X5) adalah jumlah pupuk NPK Mutiara yang
digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu
musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk
NPK Mutiara dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).
18. Pupuk ZA (X6) adalah jumlah pupuk ZA yang digunakan dalam usahatani
bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan
dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk ZA dinyatakan dengan satuan
rupiah (Rp).
19. Pestisida cair (X7) adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam
usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan
dinyatakan dengan satuan liter (Ltr). Harga pestisida dinyatakan dengan
satuan rupiah (Rp).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
adalah sampel yang ukurannya ≥ 30, sehingga ukuran sampel petani pada
penelitian ini adalah 30 yang diambil dari tiga desa di Kecamatan
Wanasari yaitu Desa Siasem, Desa Wanasari dan Desa Sisalam.
Pengambilan sampel petani dari tiap desa menggunakan metode
proportion random sampling. Menurut Soekartawi (1995), metode
proportion random sampling adalah cara pengambilan sampel dari tiap-
tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub
populasi tersebut dan pengambilannya dilakukan secara random. Adapun
rumus menghitung ukuran sampel petani pada tiap desa, yaitu:
Nk
Ni = ´ 30
N
Keterangan:
Ni : ukuran sampel petani
Nk : jumlah petani yang memenuhi syarat pada desa ke-i
N : jumlah populasi petani dari ketiga desa
Petani yang diambil sebagai sampel merupakan petani bawang
merah varietas Bima berstatus pemilik penggarap dan mengusahakannya
secara monokultur di lahan sawah. Berdasarkan data sekunder, maka
ukuran sampel petani bawang merah varietas Bima untuk tiap desa di
Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran Sampel Petani Bawang Merah Varietas Bima untuk Tiap
Desa di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes
Populasi Petani Ukuran Sampel Petani
No. Desa
(Nk) (Ni)
1 Siasem 309 5
2 Wanasari 790 13
3 Sisalam 681 12
Jumlah 1780 30
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3, Halaman 93)
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari petani yang
mengusahakan bawang merah varietas Bima maupun pihak lain yang
commit to user
berhubungan dengan usahatani bawang merah varietas Bima. Datanya
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
= (Y.Py) – EC
Keterangan:
Pd : pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)
TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)
TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)
Py : harga produksi usahatani (Rp/Kg)
Y : produksi usahatani (Kg/Ha/MT)
EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)
Analisis besarnya keuntungan usahatani bawang merah varietas
Bima menggunakan rumus sebagai berikut:
p = TR – TC
= TR – (EC + IC)
Keterangan:
p : keuntungan usahatani (Rp/Ha/MT)
TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)
TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)
EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)
IC : total biaya implisit usahatani (Rp/Ha/MT)
2. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Produksi dengan Produksi
Pengkajian hubungan penggunaan faktor-faktor produksi berupa
luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk
ZA dan pestisida cair dengan produksi bawang merah varietas Bima
digunakan model berbentuk kepangkatan yang merupakan modifikasi
fungsi produksi Cobb Douglas, dan dirumuskan sebagai berikut:
Y = b0. X1b1. X2b2. X3b3. X4b4. X5b5. X6b6. X7b7
Keterangan:
Y : produksi bawang merah varietas Bima (Kg)
X1 : luas lahan (Ha)
X2 : benih (Kg)
X3 : tenaga kerja (HKP)
commit to user
X4 : pupuk urea (Kg)
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
v 2 = 1 – (1 – R2) n - 1
R
n-k
Keterangan:
v2
R : R2 yang disesuaikan
R2 : R2 yang belum disesuaikan
n : ukuran sampel
k : jumlah variabel
(Gujarati, 2007).
b. Uji serentak (Uji F)
Uji F yang digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor
produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi bawang
commit to user
merah varietas Bima. Menutut Gujarati (2007) rumus uji F, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
ESS/(k-1)
Fhitung =
RSS/(n-k)
Keterangan:
ESS : jumlah kuadrat yang dijelaskan (∑yi2)
RSS : jumlah kuadrat residu (∑ei2)
n : ukuran sampel
k : jumlah variabel
Dengan hipotesis yang diuji:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0
Ha : minimal ada satu bi ≠ 0
Pada tingkat kepercayaan 95%, maka:
1) Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya
faktor-faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima.
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya
faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap produksi bawang merah varietas Bima.
c. Uji individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
faktor produksi terhadap produksi bawang merah varietas Bima.
Menurut Arief (1993) rumus uji t adalah sebagai berikut:
bi
thitung =
Si
Keterangan:
bi : koefisien regresi ke-i
Si : standard error koefisien regresi ke-i
Dengan hipotesis yang diuji:
Ho : bi = 0
Ha : bi ¹ 0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
bi* = bi
i
Keterangan:
bi* : standard koefisien regresi
bi : koefisien regresi untuk faktor produksi ke-i
σi : standard deviasi faktor produksi ke-i
σy : standard deviasi produksi
Nilai standard koefisien regresi yang paling besar merupakan faktor
produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi bawang merah
varietas Bima.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi yang sangat kuat antar variabel bebas pada model regresi.
Deteksinya diketahui dari matriks pearson correlation. Apabila
matriks pearson correlation tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 maka
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Nisfiannoor, 2009).
b. Uji autokorelasi
Menurut Sulaiman (2002), uji autokorelasi digunakan untuk
commit tokorelasi
mengetahui apakah terdapat user antara anggota serangkaian
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Keadaan Geografis
1. Lokasi Daerah Penelitian
Kabupaten Brebes merupakan daerah strategis di Provinsi Jawa
Tengah, yang ditinjau dari aspek letak daerah, sosial dan ekonomi, serta
merupakan pintu masuk jalur utara dari Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta
menuju Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Letak geografis Kabupaten Brebes terletak diantara antara 108º 41’ 37”-
109º 11’ 29” Bujur Timur (BT) dan 6º 44’ 56,5”-7º 20’ 51,48” Lintang
Selatan (LS) dengan jarak terjauh dari utara ke selatan 87 km dan dari
barat ke timur 50 km.
Wilayah administrasi Kabupaten Brebes terbagi menjadi 17
kecamatan yang terdiri dari 297 desa dan 5 kelurahan dengan luas wilayah
166.296 ha atau 5,10% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang sebesar
3.254.412 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Brebes adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal dan Kota Tegal
Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat
Kecamatan Wanasari merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Brebes dengan luas 7.444 ha atau 4,48% dari luas wilayah
Kabupaten Brebes. Kecamatan Wanasari terletak di sebelah barat Ibukota
Kabupaten Brebes dengan jarak 4 km. Wilayah Kecamatan Wanasari
disebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Larangan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Brebes dan Kecamatan Jatibarang, dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Bulakamba. Kecamatan Wanasari terdiri dari 20 desa yang
semuanya berpotensi sebagai penghasil bawang merah varietas Bima.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
2. Topografi Daerah
Wilayah Kabupaten Brebes memiliki topografi yang bervariasi
yaitu datar, bergelombang, curam dan sangat curam. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Brebes mempunyai topografi datar dengan kemiringan
0-2% dan luasnya 71.441 ha atau 43,02% dari wilayah Kabupaten Brebes.
Luas wilayah dengan topografi bergelombang (kemiringan 2-15%) adalah
30.641 ha atau 18,45% dari wilayah Kabupaten Brebes. Luas wilayah
dengan topografi curam (kemiringan 15-40%) adalah 38.442 ha atau
23,15% dari wilayah Kabupaten Brebes, dan luas wilayah dengan
topografi sangat curam (kemiringan > 40%) adalah 25.542 ha atau 15,38%
dari wilayah Kabupaten Brebes.
Wilayah Kabupaten Brebes terletak pada ketinggian mulai dari 0
meter (garis pantai) sampai dengan daerah pegunungan dengan ketinggian
875 meter di atas permukaan laut (Kecamatan Sirampog). Sebagian besar
(97.895 ha atau 58,87%) wilayah Kabupaten Brebes merupakan daerah
pantai yang mempunyai ketinggian 0-25 m dpl, untuk dataran tinggi
wilayahnya sebesar 61.698 ha atau 37,10% dengan ketinggian 101-500 m
dpl, dan untuk daerah pegunungan wilayahnya sebesar 6.703 ha atau
4,03% yang berada pada ketinggian >500 m dpl.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Brebes merupakan hasil
proses pembentukan tanah masa lampau dengan pH tanah antara 5,15-7,0.
Jenis tanah di Kabupaten Brebes terdiri dari tiga macam, yaitu:
a. Tanah aluvial umumnya terdapat di dataran rendah, pelembahan, daerah
cekungan, dan sepanjang daerah aliran sungai besar. Tanah ini berwarna
kelabu sampai kecoklat-coklatan, dan tekstur tanahnya liat atau liat
berpasir. Jenis tanah aluvial terdapat di 11 kecamatan di Kabupaten
Brebes, yaitu Kecamatan Larangan, Kecamatan Ketanggungan,
Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung,
Kecamatan Kersana, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari,
Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Songgom dan Kecamatan Brebes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
B. Keadaan Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang menjadi subyek
sekaligus obyek dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di suatu
daerah. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi kekuatan sekaligus
juga dapat menjadi beban dalam menunjang keberhasilan pembangunan di
suatu daerah. Jumlah penduduk di Kabupaten Brebes dan Kecamatan
Wanasari dapat dilihat pada Tabel 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
C. KeadaanPertanian
1. Tata Guna Lahan
Pada tahun 2009 Kabupaten Brebes mempunyai luas lahan total
sebesar 166.296 ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di
commit to user
Kabupaten Brebes dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
sawah dan lahan bukan sawah. Tata guna lahan di Kabupaten Brebes dan
Kecamatan Wanasari tahun 2009 disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Tata Guna Lahan di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari
Tahun 2009
Kabupaten Kecamatan
Brebes Wanasari
No. Tata Guna Lahan
Luas Luas
% %
(Ha) (Ha)
1. Lahan Sawah 62.703 37,71 3.926,24 52,74
a. Irigasi Teknis 26.553 15,97 2.100,48 28,22
b. Irigasi ½ Teknis 10.697 6,43 849,22 11,41
c. Irigasi Sederhana 8.837 5,31 24,00 0,32
d. Tadah Hujan 16.616 9,99 952,54 12,80
2. Lahan Bukan Sawah 103.593 62,29 3.518,18 47,26
a. Bangunan/Pekarangan 19.250 11,58 1.644,50 22,09
b. Tegal/Kebun 17.499 10,52 66,53 0,89
c. Ladang/Tanah Semen-
tara Tidak diusahakan 279 0,17 - -
d. Tambak/Kolam 9.001 5,41 1.579,10 21,21
e. Hutan Rakyat 5.557 3,34 - -
f. Hutan Negara 46.708 28,09 - -
g. Perkebunan Negara/
Swasta 1.252 0,75 - -
h. Lain-lain 4.047 2,43 228,05 3,06
Jumlah 166.296 100,00 7.444,42 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar lahan di
Kabupaten Brebes merupakan lahan bukan sawah, sedangkan di
Kecamatan Wanasari sebagian besar lahannya merupakan lahan sawah.
Luas lahan sawah yang cukup besar sangat menunjang dalam peningkatan
produksi pertanian, khususnya tanaman bawang merah. Hal ini
dikarenakan, mayoritas petani di Kabupaten Brebes melakukan usahatani
bawang merah di lahan sawah. Hal ini menjadikan bawang merah menjadi
komoditas hortikultura yang merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD)
Kabupaten Brebes.
2. Produksi Tanaman Sayuran
Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan yang terbentang dari
commit
wilayah utara (Pantura) ke arah to user (daerah pegunungan), sehingga
selatan
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
tahun 2010, luas panen bawang merah Kabupaten Brebes mencapai 49.969
ha dengan produksi 4.128.128 kw.
Pada tahun 2010, Kecamatan Wanasari hanya menghasilkan dua
jenis tanaman sayuran, yaitu bawang merah dan cabe besar. Luas panen
bawang merah mencapai 8.734 ha dengan produksi 1.326.830 kw.
Kecamatan Wanasari menyumbang 32,14% dari produksi bawang merah
Kabupaten Brebes, dan hal tersebut menjadikan Kecamatan Wanasari
merupakan kecamatan dengan luas panen dan produksi tertinggi di
Kabupaten Brebes. Sedangkan untuk tanaman cabe besar, pada tahun 2010
luas panennya mencapai 500 ha dengan produksi 70.840 kw. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar petani Kecamatan Wanasari
mengantungkan mata pencahariannya pada usahatani bawang merah dan
cabe besar. Tidak beragamnya tanaman sayuran di Kecamatan Wanasari
dikarenakan keadaan geografinya yang memang hanya cocok untuk
pertumbuhan kedua tanaman tersebut, serta mempunyai harga jual yang
cukup tinggi.
D. Keadaan Perekonomian
Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes dari tahun ke tahun terus
berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan
kesejahteraan penduduk Kabupaten Brebes. Kondisi perekonomian di
Kabupaten Brebes dapat dilihat dari pendapatan perkapita penduduk untuk
mengetahui tingkat kemakmuran penduduk dan sarana perekonomian yang
ada di Kabupaten Brebes.
1. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita digunakan untuk menunjukkan
perkembangan tingkat kemakmuran di suatu daerah. Suatu daerah
dikatakan mengalami pertambahan kemakmuran masyarakatnya, apabila
pendapatan per kapita terus menerus bertambah. Pendapatan per kapita di
Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari atas dasar harga konstan 2000
tahun 2005-2009 disajikan pada Tabel 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
bedengan lagi (ungkap II). Hal ini dilakukan untuk pembentukan guludan
di atas bedengan sebagai media tanam bawang merah dengan tinggi sekitar
20 cm dari permukaan air yang ada di parit. Kemudian tanah didiamkan
kembali sekitar 1 minggu agar tanah menjadi kering.
Pengolahan tanah ketiga adalah tanah di atas bedengan dicangkul
kembali (cocrok) agar lebih remah dan diratakan, serta ditambahkan
dengan pupuk dasar dan disemprot dengan herbisida. Pupuk dasar yang
digunakan adalah pupuk kompos (1.111,11 kg/ha) dan pupuk KCL (43,80
kg/ha), sedangkan herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak pra
tumbuh dengan merk dagang Goal 240 EC dan dosisnya 3,53 liter/ha.
Selanjutnya tepi guludan dipadatkan dengan lumpur yang diambil dari
dalam parit, tujuannya agar tidak mudah longsor.
2. Penanaman
Jarak tanam yang digunakan untuk menanam bawang merah
varietas Bima adalah 10 x 15 cm dengan penggunaan benih 1.633,74
kg/ha. Penanaman bawang merah varietas Bima berasal dari benih yang
kemudian dipotong ujung umbinya (perompesan). Perompesan dilakukan
1-2 hari sebelum tanam dengan tujuan untuk memecahkan masa dormansi
dan mempercepat proses keluarnya tunas secara serempak. Penanaman
benih dilakukan dengan cara gerakan memutar sekrup sampai ujung umbi
sama dengan permukaan tanah dan posisi umbi menghadap ke atas. Setiap
lubang tanaman dengan satu benih.
3. Pemeliharaan tanaman
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk budidaya bawang merah varietas
Bima adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik
yang digunakan terdiri dari pupuk urea, pupuk ZA, pupuk NPK
Mutiara, pupuk Kamas dan pupuk KCL. Pupuk organiknya berupa
pupuk kompos. Pupuk kompos dan pupuk KCL digunakan sebagai
pupuk dasar dan diberikan saat pengolahan tanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
Tenaga kerja harian digunakan pada pengolahan tanah cocrok dan besar
penggunaannya untuk tenaga kerja harian dalam 2,90 HKP/UT atau 3,72
HKP/Ha dan tenaga kerja harian luar 34,51 HKP/UT atau 44,25 HKP/Ha.
A+ Incon- Incon- A-
clusio clusio
d
0 1,21 1,65 2 2,161 2,35 2,79 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
Hal ini berarti penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, benih,
tenaga kerja dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes tidak efisiensi secara ekonomi tertinggi. Dengan demikian,
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor
produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima belum mencapai
efisiensi ekonomi tertinggi diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
H. Pembahasan
Usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes,
merupakan usahatani yang dilakukan secara monokultur dilahan sawah.
Varietas Bima sebagai varietas yang banyak digunakan mempunyai
keunggulan, yaitu umur panen yang cepat sekitar 50-60 hari. Hal ini menjadi
alasan utama untuk memilih varietas Bima, karena petani ingin cepat
mendapatkan keuntungan dari usahataninnya. Keuntungan yang didapat dari
suatu usahatani berkaitan dengan produksi yang dihasilkan dan penggunaan
faktor produksi yang berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan.
1. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Bawang
Merah Varietas Bima
Macam dan jumlah faktor produksi yang digunakan akan
mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk usahatani. Konsep
biaya yang digunakan untuk analisis usahatani bawang merah varietas
Bima adalah biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan
biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama usahatani bawang
merah varietas Bima. Komponen biaya ini terdiri dari biaya untuk
pembelian pupuk, pestisida, perata, upah tenaga kerja luar dan tenaga kerja
borongan, serta pengeluaran untuk pembayaran bunga modal pinjaman,
pajak tanah, biaya irigasi dan biaya transportasi.
Rata-rata besarnya biaya eksplisit untuk usahatani bawang
merah varietas Bima, yaitu biaya eksplisit yaitu Rp 23.186.082,41/UT/MT
atau Rp 29.725.746,68/Ha/MT. Biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya
tenaga kerja. Usahatani ini membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah
banyak, karena jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani
sedikit dan kepemilikan lahan yang cukup luas. Biaya tenaga kerja terdiri
commit to user
dari biaya untuk tenaga kerja harian luar sebesar Rp 8.009.405,56/UT/MT
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
bentuk ikatan yang sudah dijemur selama 10-14 hari (tergantung cuaca)
atau disebut dengan bawang merah berat kering askip dengan harga jual
Rp 12.000,00/Kg.
Penerimaan usahatani bawang merah varietas Bima sebesar
Rp 63.401.200,00/UT/MT atau Rp 81.283.589,74/Ha/MT. Dengan
demikian, penerimaan masih lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh petani. Penerimaan dapat langsung diterima oleh petani,
karena hasilnya dibeli langsung oleh pedagang. Namun, penerimaan ini
masih merupakan pendapatan kotor, karena belum dikurangi dengan biaya.
Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan pendapatan dan
keuntungan. Pendapatan dihitung dengan cara penerimaan dikurangi biaya
eksplisit. Pendapatannya diartikan sebagai nilai nominal yang diperoleh
petani dari pengeluaran biaya yang hanya secara nyata dikeluarkan oleh
petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Berdasarkan hasil
perhitungan, rata-rata pendapatan usahatani bawang merah varietas Bima
di Kabupaten Brebes adalah Rp 40.215.117,59/UT/MT atau
Rp 51.557.843,07/Ha/MT. Pendapatan usahatani ini dapat dikatakan
sangat besar, karena besarnya 70,89% dari penerimaan dan 29,11%
merupakan biaya eksplisit. Secara nyata pendapatan petani yang diterima
oleh petani lebih tinggi karena benih yang digunakan berasal dari hasil
panen sendiri, padahal besarnya biaya benih 38,18% dari total biaya
usahatani. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan keuntungan dengan
tujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan riil yang diterima petani.
Perhitungan keuntungan dengan cara penerimaan dikurangi total
biaya (biaya eksplisit ditambah biaya implisit). Berdasarkan perhitungan,
besarnya keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima, yaitu
Rp 11.614.483,26/UT/MT atau Rp 14.890.363,15/Ha/MT. Meskipun
demikian, pada dasarnya besarnya keuntungan dan pendapatan yang
diperoleh tergantung pada pengeluaran biaya produksi dan harga jual
bawang merah. Kendalanya ketika harga jual bawang merah mengalami
commitpetani
penurunan, maka dikhawatirkan to usermengalami kerugian. Kenyataanya
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
petani hanya sebagai price taker, sehingga yang dapat dilakukan adalah
mengontrol besarnya biaya usahatani dengan mengkombinasikan
penggunaan faktor-faktor produksinya seefisien mungkin, sehingga biaya
yang dikeluarkan dapat ditekan serendah mungkin dengan harapan
keuntungan yang diperoleh lebih besar.
2. Hubungan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dengan Produksi Bawang
Merah Varietas Bima
Analisis hubungan faktor-faktor produksi dengan produksi
menggunakan model kepangkatan modifikasi dari fungsi produksi Cobb
Douglas. Faktor produksi yang dimasukkan ke dalam model fungsi
produksi adalah luas lahan (X1), benih (X2), tenaga kerja (X3), pupuk urea
(X4), pupuk NPK Mutiara (X5), pupuk ZA (X6) dan pestisida cair (X7).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh model pendugaan fungsi produksi:
Y = 74,473. X10,215. X20,314. X30,247. X4-0,114. X50,164. X60,002. X70,278
Berdasarkan persamaan fungsi produksinya dapat diketahui bahwa
return to scale sebesar 1,054. Jadi, usahatani bawang merah varietas Bima
berada pada kondisi increasing return to scale. Artinya, proses produksi
usahatani bawang merah varietas Bima berada pada tahap produksi dengan
skala yang semakin meningkat atau proporsi kenaikan penggunaan faktor-
faktor produksi memberikan proporsi kenaikan produksi yang lebih besar.
Model fungsi produksi di atas didapatkan dari analisis regresi linier
berganda, sehingga untuk memastikan modelnya tidak terdapat
penyimpangan asumsi klasik, maka dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji
multikolinieritas menggunakan matriks pearson correlation. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa semua matriks pearson correlation antar
variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Pengujian autokorelasi menggunakan nilai DW (Durbin Watson).
Berdasarkan hasil analisis nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut terletak
diantara 1,65 < DW <commit 2,35,to sehingga
user disimpulkan tidak terjadi
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
a. Luas lahan
Berdasarkan hasil analisis, faktor produksi luas lahan
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima (Ha
diterima). Nilai elastisitas produksi luas lahan dalam fungsi produksi
sebesar 0,215 yang artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1%
akan meningkatkan produksi bawang merah varietas Bima sebesar
0,215% cateris paribus. Hal ini berarti faktor produksi luas lahan
berpengaruh positif terhadap produksi bawang merah varietas Bima.
Lahan merupakan tempat dimana proses produksi usahatani
berlangsung. Pada lahan yang lebih luas akan lebih banyak
menampung benih daripada lahan yang sempit, sehingga semakin
banyak benih yang ditanam maka akan diperoleh produksi yang
semakin tinggi. Akan tetapi, usaha perluasan lahan di Kabupaten
Brebes terkendala dengan ketersediaan lahan yang terbatas karena
adanya kecenderungan berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi
lahan menjadi pemukiman, tempat industri dan baru-baru ini untuk
pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang yang menghubungkan antara
Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Oleh karena itu, usaha untuk
meningkatkan produksinya dengan cara lain, yaitu mengkombinasikan
faktor-faktor produksi yang digunakan secara optimal, sehingga pada
luasan lahan yang ada diperoleh produksi yang optimal.
b. Benih
Hasil analisis menunjukkan, faktor produksi benih berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima (Ha diterima).
Nilai elasitisitas produksinya sebesar 0,314, yang berarti setiap
penambahan 1% penggunaan benih, maka akan meningkatkan
produksi sebesar 0,314% cateris paribus. Hasil analisis uji standar
koefisien regresi juga menunjukkan bahwa faktor produksi benih
mempunyai pengaruh terbesar terhadap produksi bawang merah
varietas Bima dibandingkan faktor produksi lainnya, sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani bawang merah varietas
Bima di Kabupaten Brebes dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya eksplisit usahatani bawang merah varietas Bima sebesar
Rp 29.590.009,50/Ha/MTdan biaya implisit Rp 37.071.515,44/Ha/MT,
sehingga total biaya usahataninya Rp 66.661.524,94/Ha/MT. Penerimaan
usahatani bawang merah varietas Bima Rp 101.642.564,10/Ha/MT,
pendapatan usahataninya sebesar Rp 72.052.554,61/Ha/MT dan
keuntungan usahataninya Rp 34.981.039,16/Ha/MT.
2. Faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK
Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Secara individual,
menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja dan
pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas
Bima, sedangkan faktor produksi pupuk Urea, pupuk NPK Mutiara dan
pupuk ZA tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah
varietas Bima.
3. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang
merah varietas Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi petani bawang merah varietas Bima
a. Di Kabupaten Brebes ketersediaan lahan usahatani bawang merah
varietas Bima terbatas, sehingga untuk meningkatkan produksinya
dengan cara mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksinya,
yaitu pada lahan seluas 0,78 ha dengan penggunaan benih 1.421,68 kg,
tenaga kerja 559,16 HKP dan pestisida cair 20,57 liter, sehingga
commit to user
usahatani bawang merah varietas Bima berada pada kondisi optimal.
86
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
commit to user