Anda di halaman 1dari 14

1.

Tanda-tanda in partu
Jawab :
Ibu hamil disebut telah memasuki persalinan bila terdapat gejala dan tanda persalinan(in
partu), yaitu :
1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
makin pendek sehingga menimbulkan rasa skit yang lebih hebat.
2. Keluarnya cairan lendir bercampur darah lebih banyak melalui vagina.
3. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan lengkap.

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

2. SC :
a. Indikasi Sectio Caesarea :
- Indikasi Mutlak
 Indikasi ibu :
o Panggul sempit absolut
o Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi
o Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
o Stenosis serviks atau vagina
o Placenta previa
o Disproporsi sefalopelvik
o Ruptur uteri membakat
 Indikasi janin :
o Kelainan letak
o Gawat janin
o Prolapsus placenta
o Perkembangan bayi yang terhambat
o Mencegah hipoksia janin misalnya karena preeclampsia
- Indikasi relativ
o Riwayat Sectio caesarea sebelumnya
o Presentasi bokong
o Distosia
o Fetal distress
o Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
o Ibu dnegan HIV positif sebelum inpartu
- Indikasi Sosial
o Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
o Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko
kerusakan dasar panggul.
o Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality
image setelah melahirkan.
b. Kontra indikasi
- Janin mati
- Syok
- Anemia berat
- Kelainan kongenital berat
- Infeksi piogenik pada dinding abdomen
- Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea.

Sumber : Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan
Adneksa. Jakarta : CV Sagung Seto.

c. Komplikasi
 Komplikasi pada ibu
o Infeksi puerperal. Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas; atau bersifat berat, seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum
pembedahan sudah ada gejala – gejala yang merupakan presdisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
vaginal sebelumnya).
o Perdarahan. Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
o Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru –
paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
o Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik.
 Komplikasi pada bayi
o Nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio Caesarea banyak tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan Sectio Caesarea.

Sumber : Winkjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka


Prawirohardjo.

3. Penyebab HPP :
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
a. Atonia Uteri. Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium
untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Sumber : Winkjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Prawirohardjo.

Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan


perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi miometrium
yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau persalinan
yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat anti-
inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik, dan nifedipin juga
dapat menghambat kontraksi miometrium. Penyebab lain adalah situs implantasi
plasenta di segmen bawah rahim, korioamnionitis, endomiometritis, septikemia,
hipoksia pada solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi massif
Sumber : Rueda CM, Rodriguez L, Jarquin JD, Barboza A, Bustillo MC, Marin
F, et al. 2013. Severe postpartum hemorrhage from uterine atony: a multicentric
study. Journal of Pregnancy.

Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar 70% kasus.
Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun persalinan
abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi pada
persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan vaginal.
Sumber : Edhi MM, Aslam HM, Naqvi Z, Hashmi H. 2013. Post partum
hemorrhage: causes and management. BMC Research Notes. 6(236): 1-6.

b. Laserasi jalan lahir. Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan
dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan
pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau
karena versi ekstraksi.
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu :


 Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
 Derajat dua Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot perineum.
 Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
 Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
Sumber : Rohani, Saswita R, Marisah. 2011. Asuhan kebidanan pada masa
persalinan. Jakarta: Salemba Medika.

c. Retensio plasenta. Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio
plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% - 30%
kasus). Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retensio plasenta sering
dikaitkan dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat
kesalahan diagnosis. Pada retensio plasenta, resiko untuk mengalami HPP 6 kali lipat
pada persalinan normal
Sumber : Ramadhani NP, Sukarya WS. 2011. Hubungan antara karakteristik
pasien dengan kejadian retensio plasenta pada pasien yang dirawat di rumah
sakit Al – Ihsan Bandung periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2010. Prosiding
SnaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan. 2(1): 25-32.

Terdapat jenis retensio plasenta antara lain :


 Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
 Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
 Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan serosa dinding uterus.
 Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
serosa dinding uterus.
 Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

Sumber : Saifuddin. 2010. Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
d. Koagulopati. Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul dengan
tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan darah dapat pula
menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan
penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa
berupa penyakit keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa
hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP),
HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional coagulopathy.
Sumber : Winkjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Prawirohardjo dan Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa kondisi kehamilan lain
seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia dan sepsis intrauteri, kematian
janin lama, emboli air ketuban, transfusi darah inkompatibel, aborsi dengan NaCl
hipertonik dan gangguan koagulasi yang sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang
potensial menimbulkan gangguan koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya
sehingga persiapan untuk mencegah terjadinya PPP dapat dilakukan sebelumnya.
Sumber : Anderson JM, Pula NRV. 2008. Post partum hemorrhage. In Family
Medicine Obstetrics. USA: Mosby Elsevier.

4. Tanda dan gejala kehamilan :


Tanda dan gejala kehamilan yaitu :
a. Tanda pasti kehamilan
 Gerakan janin yang dapat dilihat / diraba / dirasa, juga bagian-bagian janin.
 Denyut jantung janin
- Didengar dengan stetoskop monoral leannec.
- Dicatat dan didengar alat Doppler.
- Dicatat dengan feto elektrokardiogram.
- Dilihat pada ultrasonografi (USG).
 Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
b. Tanda tidak pasti kehamilan (persumptive)
 Amenorea. Umur kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT) dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung
menggunakan rumus naegele yaitu TTP = (HPHT + 7) dan (bulan HT + 3).
 Nausea and Vomiting. Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari, maka disebut
morning sickness.
 Mengidam. Ibu hamil sering meminta makanan / minuman tertentu terutama
pada bulan-bulan triwulan pertama, tidak tahan suatu bau-bauan.
 Pingsan. Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa
pingsan.
 Anoreksia. Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian
nafsu makan timbul kembali.
 Fatigue.
 Mammae membesar. Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri
disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan
alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat membesar.
 Miksi. Miksi sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.
 Konstipasi / obstipasi. Konstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun oleh
pengaruh hormon steroid.
 Pigmentasi kulit. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta, dijumpai di muka (Chloasma gravidarum), areola payudara, leher
dan dinding perut (linea nigra=grisea).
 Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi.
 Pemekaran vena-vena (varises). Terjadi pada kaki, betis dan vulva.
Keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
c. Tanda kemungkinan hamil
 Perut membesar.
 Uterus membesar.
 Tanda Hegar. Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus
segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain.
 Tanda Chadwick. Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi
kebiru- biruan.
 Tanda Piscaseck. Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus
karena embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan bimanual akan terasa
benjolan yang asimetris.
 Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton hicks).
 Teraba ballotement.
 Reaksi kehamilan positif.

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

5. Interpretasi pemeriksaan :
Vital sign dan pemeriksaan Lab :
 Tekanan darah 180/100 mmHg : TD tinggi. TD normal ibu hamil adalah 120/80
mmHg
 Nadi 96x/menit : normal
 Pernafasan 24x/menit : normal
 Suhu 37℃ : normal
 DJJ melemah : DJJ normal 120-160x/menit
 Protein urin positif : kemungkinan disebabkan oleh kelaian glomerulus pada
ginjal
6. ANC :
a. Indikasi Ante Natal Care (ANC) yaitu untuk semua ibu hamil.
b. Tujuan Ante Natal Care (ANC) :
Tujuan yang bisa didapatkan diantaranya:
- Terbangunnya rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
- Terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
- Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
- Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
- Pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualtas kehamilan dan
merawat bayi
- Terhindar dari gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan
keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
c. Manfaat Ante Natal Care (ANC)
ANC bermanfaat untuk menurunkan angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi.
Tujuan dari ANC ini adalah untuk menyiapkan wanita yang sedang hamil dengan sebaik-
baiknya dari sisi fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan diharapkan tanpa kesulitan dan pengawasan pada masa nifas,
sehingga keadaan ibu dan bayi postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental.
d. Prosedur pemeriksaan Ante Natal Care (ANC)
Pemeriksaan rutin berupa pencatatan data klien dan keluarganya serta pemeriksaan fisik
dan obstetrik.
a. Identifikasi dan Riwayat Kesehatan
 Data Umum Pribadi
 Nama
 Usia
 Alamat
 Pekerjaan Ibu/Suami
 Lamanya menikah
 Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
 Keluhan Saat Ini
 Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
 Lamanya mengalami gangguan tersebut
 Riwayat Haid
 Hari Pertama Hari Terakhir (HPHT)
 Usia kehamilan dan taksiran persalinan (Rumus Naegele : tanggal
HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya
 Cara persalinan
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
 Berat badan lahir
 Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
 Riwayat Kehamilan saat ini
 Identifikasi kehamilan
 Identifikasi penyulit
 Penyakit lain yang diderita
 Gerakan bayi dalam kandungan
 Riwayat penyakit dalam keluarga
 Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan Hamil Kembar
 Kelainan bawaan
 Riwayat Penyakit Ibu
 Penyakit yang pernah diderita
 DM, HDK, Infeksi SaluranKemih
 Penyakit Jantung
 Infeksi virus berbahaya
 Alergi obat atau makanan tertentu
 Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tidakan tersebut
 Inkompabilitas Rhesus
 Paparan sinar-X/Rotgen
 Riwayat Penyakit yang memerlukan tidakan pembedahan
 Dilatasi dan kuratse
 Reparasi vagina
 Seksio sesarea
 Serviks Inkompeten
 Operasi non-ginekologi
 Riwayat Mengikuti Program Keluarga Berencana
 Riwayat Imunisasi
 Riwayat Menyusui
b. Pemeriksaan
 Keadaan Umum
 Tanda vital
 Pemeriksaan jantung dan paru
 Pemeriksaan payudara
 Kelainan otot dan rangka serta neurologik
 Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi
- Bentuk dan ukuran abdomen
- Parut bekas operasi
- Tanda-tanda kehamilan
- Gerakan janin
- Varises atau pelebaran vena
- Hernia
- Edema
 Palpasi
- Tinggi Fundus
- Punggung bayi
- Presentasi
- Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas
panggul

 Auskultasi
- 10 minggu dengan Doppler
- 20 minggu dengan fetoskop Pinard
 Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis padaTrimester I/II

c. Laboratorium
 Pemeriksaan
 Analisis urin rutin
 Analisis tinja rutin
 Hb, MCV
 Golongan darah
 Hitung jenis seldarah
 Gula darah
 Antigen Hepatitis B Virus
 AntibodiRubela
 HIV/VDRL
 Ultrasonografi : rutin pada kehamilan 18 – 22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin

Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan 4 kali, yaitu :


1) Pemeriksaan kehamilan pertama
Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 0 – 3 bulan (Trimester I).
Biasanya ibu tidak menyadari kehamilannya, usahakan dilakukan pemeriksaan saat
usia kehamilannya < 12 minggu. Pemeriksaan kehamian ini cukup dilakukan sekali,
untuk menilai :
 Riwayat kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kehamilan
sebelumnya dan keadaan psikososial.
 Penentuan usia kehamilan sebenarnya, lebih pasti dengan menggunakan
USG dan memastikan adanya janin, kelainan pada janin serta dengan
menanyakan HPHT.
 Pemeriksaan fisik secara umum (tekanan darah, berat badan dan pemeriksaan
obstetric)
 Pemeriksaan dalam atau ginekologik secara in spekulo yaitu untuk menilai
keadaan vagina dan cervix.
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar Hb darah, urinalisis,
golongan darah serta rhesus. Adanya infeksi bakteri atau virus (TORCH)
juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
2) Pemeriksaan kehamilan kedua
Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan 4-6 bulan (Trimester II), sebelum usia
kehamilan mencapai 26 minggu. Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah :
 Anamnesis kondisi umum selama kehamilan dan keluhan yang muncul serta
tanda-tanda gerakan janin.
 Pemeriksaan fisik berupa tekanan darah, tinggi fundus uteri, detak denyut
janin dan pemeriksaan fisik menyeluruh serta pemeriksaan dalam bila pada
kunjungan pertama tidak dilakukan.
 Pemeriksaan laboratorium, urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan
darah tinggi, gula darah, dan Hb. Ada juga pemeriksaan lain yang berguna
mendeteksi kelainan dalam janin yaitu pemeriksaan alpha feto protein (AFP),
chorion vilus sample (CVS) dan amniosintesis (bila ada indikasi).

3) Pemeriksaan kehamilan ke-3


Saat usia kehamilan mencapai 32 minggu (Trimester ke 3). Tahapan pemeriksaan
sama seperti pemeriksaaan ke-2. Hanya saja pemeriksaan fisiknya berupa
pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, detak denyut janin,
pemeriksaan leopold dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

4) Pemeriksaan kehamilan ke empat, yaitu saat usia kehamilan antara 32 – 36 minggu.


Pada pemeriksaan ini dilakukan :
 Anamnesa, mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan yang muncul,
pergerakan janin dan tanda kontraksi rahim.
 Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan TD, BB, tinggi fundus uteri, detak
denyut janin, pemeriksaan leopold, dan pemeriksaaan fisik menyeluruh.
 Pemeriksaan laboratorium dilakukan bila terdapat kelainan yang ditemukan
pada pemeriksaan sebelumnya.
 Pemeriksaan panggul untuk menentukan jenis persalinan.
Saat pemeriksaan kehamilan keempat inilah akan didiskusikan pilihan
persalinan yang aman sesuai dengan kondisi kehamilan.
WHO : Pelaksanaan ANC setiap bulan sekali dari usia kehamilan pertama hingga usia
kehamilan 28 minggu. Dan setiap 2 minggu sekali hingga usia kehamilan 36 minggu.
Lalu setiap minggu dari usia kehamilan 36 minggu hingga waktunya melahirkan tiba.
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010.

Anda mungkin juga menyukai