MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN
PANGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
-4-
11. Penjerap Enzim adalah bahan yang dapat menjerap enzim dengan
metode adsorpsi fisik, ikatan kimia, pemerangkapan (entrapment), dan
pengikatan pada membran (membrane confinement) untuk
menghasilkan enzim terjerap yang stabil (stabilized enzyme
immobillitation) dan mempunyai aktifitas katalitik yang dikehendaki.
12. Resin Penukar Ion adalah polimer tidak larut yang mengandung ion dan
mampu mempertukarkan ionnya dengan ion dari cairan yang kontak
dengan polimer tersebut.
13. Bahan Tambahan Pangan, yang selanjutnya disingkat BTP, adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk Pangan.
14. Batas Maksimal Penggunaan Cara Produksi Pangan yang Baik atau
Good Manufacturing Practice, selanjutnya disebut Batas Maksimal
Penggunaan CPPB, adalah konsentrasi Bahan Penolong secukupnya
yang digunakan dalam Pangan untuk menghasilkan efek teknologi yang
diinginkan.
15. Batas Maksimal Residu adalah konsentrasi maksimal residu Bahan
Penolong yang diizinkan tertinggal pada Pangan dalam satuan yang
ditetapkan.
16. Batas Maksimal Residu Cara Produksi Pangan yang Baik, yang
selanjutnya disebut Batas Maksimal Residu CPPB, adalah jumlah
residu yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah seminimal
mungkin sebagai konsekuensi dari penggunaan bahan penolong
menurut cara produksi
pangan yang baik.
17. Kategori Pangan adalah pengelompokan Pangan berdasarkan jenis
Pangan yang bersangkutan.
18. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
19. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pasal 2
(1) Setiap Orang yang menggunakan Bahan Penolong dalam Pangan olahan
di wilayah Indonesia wajib menjamin Pangan olahan telah memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu.
(2) Persyaratan keamanan dan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
-6-
BAB II
BAHAN PENOLONG DALAM PROSES PENGOLAHAN PANGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Bahan Penolong yang diizinkan untuk digunakan dalam proses pengolahan
Pangan meliputi:
a. golongan;
b. jenis;
c. batas maksimal penggunaan; dan/atau
d. batas maksimal residu pada produk akhir.
Bagian Kedua
Golongan Bahan Penolong
Pasal 4
(1) Golongan Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada pasal 3 huruf
a meliputi:
a. Bahan Pemutih, Pencuci, dan/atau Pengupas;
b. Bahan Penjernih;
c. Bahan Tambahan untuk Air pada Ketel Uap (boiler water additives);
d. Enzim;
e. Flokulan (flocculating agent);
f. Katalis;
g. Nutrisi untuk Mikroba;
h. Pengontrol Pertumbuhan Mikroorganisme;
i. Penjerap Enzim;
j. Resin Penukar Ion;
k. Bahan Penolong Lainnya.
(2) Kepala Badan dapat menetapkan golongan Bahan Penolong selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Ketiga
Penggunaan Bahan Penolong
Pasal 5
(1) Bahan Penolong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 digunakan
seminimal mungkin untuk mencapai efek yang diinginkan.
-7-
(2) Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
pada semua Kategori Pangan sesuai dengan Batas Maksimal
Penggunaan CPPB.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dalam hal Dimetildialkilamonium Klorida, Nikel, Natrium Metoksida,
Natrium Benzoat, dan Asam Sitrat digunakan kategori pangan/jenis
pangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, VI, VIII, dan XI.
(4) Penggunaan Bahan Penolong dalam produksi pangan wajib memenuhi
ketentuan Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (Good
Manufacturing Practices).
(5) Dalam hal bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh
industri rumah tangga maka proses pengolahannya wajib memenuhi
Ketentuan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah
Tangga.
Pasal 6
Setiap Orang dilarang menggunakan Bahan Penolong untuk tujuan
menyembunyikan:
a. penggunaan bahan yang tidak memenuhi persyaratan;
b. cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi Pangan yang baik
untuk Pangan; dan/atau
c. kerusakan Pangan.
Pasal 7
Jenis dan Batas Maksimal Residu Bahan Penolong golongan Bahan Pemutih,
Pencuci, dan/atau Pengupas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a yang diizinkan dalam proses pengolahan Pangan tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan
ini.
Pasal 8
Jenis dan Batas Maksimal Residu Bahan Penolong golongan Bahan
Penjernih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b yang
diizinkan dalam proses pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
-8-
Pasal 9
(1) Jenis Bahan Penolong golongan Bahan Tambahan untuk Air pada Ketel
Uap (boiler water additives) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf c yang diizinkan digunakan dalam proses pengolahan Pangan
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Bahan Tambahan untuk Air pada Ketel Uap
(boiler water additives) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
dengan Batas Maksimal Residu CPPB.
Pasal 10
(1) Jenis Bahan Penolong golongan Enzim sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf d yang diizinkan digunakan dalam proses
pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Enzim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan dengan Batas Maksimal Residu CPPB.
(3) Bahan Penolong golongan Enzim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang diperoleh melalui proses rekayasa genetik wajib dilakukan
pengkajian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Jenis Bahan Penolong golongan Flokulan (flocculating agent)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e yang diizinkan
digunakan dalam proses pengolahan Pangan tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Flokulan (flocculating agent) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan dengan Batas Maksimal Residu
CPPB.
Pasal 12
Jenis dan Batas Maksimal Residu Bahan Penolong golongan Katalis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f yang diizinkan dalam
proses pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
-9-
Pasal 13
(1) Jenis Bahan Penolong golongan Nutrisi untuk Mikroba sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g yang diizinkan digunakan
dalam proses pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Nutrisi untuk Mikroba sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan dengan Batas Maksimal Residu
CPPB.
Pasal 14
(1) Jenis Bahan Penolong golongan Pengontrol Pertumbuhan
Mikroorganisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h
yang diizinkan digunakan dalam proses pengolahan Pangan tercantum
dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Pengontrol Pertumbuhan Mikroorganisme
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan dengan Batas
Maksimal Residu CPPB.
Pasal 15
(1) Jenis Bahan Penolong golongan Penjerap Enzim sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf i yang diizinkan digunakan
dalam proses pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Penjerap Enzim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan dengan Batas Maksimal Residu CPPB.
Pasal 16
(1) Bahan Penolong golongan Resin Penukar Ion sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf j yang diizinkan digunakan dalam proses
pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran X yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Bahan Penolong golongan Resin Penukar Ion sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan dengan Batas Maksimal Residu CPPB.
-10-
Pasal 17
Jenis dan Batas Maksimal Residu Bahan Penolong golongan Bahan Penolong
Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k yang
diizinkan dalam proses pengolahan Pangan tercantum dalam Lampiran XI
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Bagian Keempat
Permohonan dan Keputusan
Pasal 18
(1) Dalam hal Jenis dan Golongan Bahan Penolong dimaksud dalam Pasal
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 tidak tercantum pada
Lampiran I sampai Lampiran XI, maka terlebih dahulu harus
mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan.
(2) Permohonan tertulis kepada Kepala Badan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus disertai kelengkapan data dengan menggunakan
formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
(3) Terhadap permohonan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan evaluasi oleh Badan POM.
(4) Keputusan terhadap hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) berupa persetujuan atau penolakan.
BAB III
PERSYARATAN KEAMANAN DAN MUTU
Pasal 19
Pasal 20
(1) Penggunaan Bahan Penolong dalam proses pengolahan Pangan harus
diikuti dengan upaya penghilangan residu/inaktivasi pada Pangan.
(2) Upaya penghilangan residu/inaktivasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara tertentu agar tersisa residu sekecil
mungkin, sehingga tidak berfungsi lagi secara teknologi dan tidak
menimbulkan risiko kesehatan.
(3) Cara tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat berupa:
a. Pemanasan;
b. Pengaturan pH menggunakan BTP pengatur keasaman yang
dizinkan dan diikuti dengan penyaringan atau sentrifugasi;
c. Penyaringan;
d. Pengangkatan; dan/atau
e. Cara lain yang sesuai.
-12-
Pasal 21
Jenis BTP yang penggunaannya sebagai Bahan Penolong pada pengolahan
Pangan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. tidak ditambahkan langsung pada produk pangan akhir;
b. hasil analisis tidak terdeteksi atau tidak melebihi batas maksimal residu
yang diizinkan di produk pangan akhir; dan
c. dapat dibuktikan secara teknologi berfungsi sebagai bahan penolong
dalam proses pembuatan pangan.
BAB IV
LABEL
Pasal 22
Pelabelan Bahan Penolong yang diperdagangkan kepada konsumen akhir
harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Ketentuan mengenai pelabelan Pangan yang menggunakan Bahan
Penolong wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Persyaratan label untuk jenis Bahan Penolong yang telah diatur
penggunaannya sebagai BTP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
PRODUKSI, PEMASUKAN, DAN PEREDARAN BAHAN PENOLONG
Pasal 24
(1) Setiap Orang wajib menjamin Bahan Penolong yang diproduksi,
dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia telah memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu.
(2) Ketentuan mengenai produksi, pemasukan, dan peredaran Bahan
Penolong sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
-13-
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 25
Pengawasan terhadap penggunaan Bahan Penolong dan Pangan yang
menggunakan Bahan Penolong dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
BAB VII
SANKSI
Pasal 26
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 (1), Pasal 5 (4), Pasal 5 (5), Pasal 10 (3), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18 ayat (2)
dan Pasal 19 ayat (1), Pasal 19 (3), Pasal 19 (4), Pasal 20 (1), Pasal 21, Pasal
22, Pasal 23, dan Pasal 24 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Bahan Penolong dan Pangan yang menggunakan Bahan Penolong yang telah
memiliki persetujuan pendaftaran sebelum berlakunya Peraturan Badan ini
harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini paling
lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Peraturan Badan ini diundangkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pasal 29
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
ttd.
PENNY K. LUKITO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
-15-
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR
-16-
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN
PANGAN
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN
PANGAN
142-72-3
(anhydrous)
17. Montmorilonit Acid clays of 1318-93-0 - CPPB
montmorillonite
18. Natrium kaseinat Sodium caseinate 9005-46-3 - CPPB
19. Perlite Perlite 93763-70-3 - CPPB
20. Polietilen Polyethylene 9002-88-4 - CPPB
21. Polipropilen Polypropylene 9003-07-0 - CPPB
22. Kalium tartrat Potassium tartrate - - CPPB
23. Sekam Rice hull - - CPPB
24. Selulosa Cellulose - - CPPB
25. Silika (koloid/sol) Silica - - CPPB
(Colloidal/sol)
26. Tanah diatom Diatomaceous 68855-54-9 - CPPB
earth
-18-
LAMPIRAN III
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
LAMPIRAN IV
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
(1→4)-α-D-glucan:(1→4)-α-D-glucan 4-α-D-
glycosyltransferase
10. Karboksilesterase 3.1.1.1 Ali-esterase; B-esterase; monobutyrase; cocaine Rhizomucor miehei;
(Carboxylesterase) esterase; procaine esterase; methylbutyrase; vitamin A Aspergillus niger;
esterase; butyryl esterase; carboxyesterase; Trichoderma longibrachiatum
carboxylate esterase; carboxylic esterase;
methylbutyrate esterase; triacetin esterase; carboxyl
ester hydrolase; butyrate esterase; methylbutyrase; α-
carboxylesterase; propionyl esterase; nonspecific
carboxylesterase; esterase D; esterase B; esterase A;
serine esterase; carboxylic acid esterase; cocaine
esterase; carboxylic-ester hydrolase
11. Lipase Triasilgliserol 3.1.1.3 lipase; butyrinase; tributyrinase; Tween hydrolase; Lambung sapi (Bovine
(Triacylglycerol Lipase) steapsin; triacetinase; tributyrinesterase; Tweenase; stomach);
amno N-AP; Takedo 1969-4-9; Meito MY 30; Kelenjar air liur atau
Tweenesterase; capalase L; triglyceride hydrolase; lambung bagian atas dari
triolein hydrolase; tween-hydrolyzing esterase; amino anak sapi, anak lembu atau
CE; cacordase; triglyceridase; triacyl glycerolester domba (salivary glands or
hydrolase; amano P; amano AP; PPL; glycerol-ester forestomach of calf, kid or
hydrolase; GEH; meito Sangyo OF lipase; hepatic lamb);
lipase; lipazin; post-heparin plasma protamine-
-24-
Aspergillus niger;
Streptomyces violaceoruber;
Streptomyces chromofuscus
13. Lisofosfolipase 3.1.1.5 Lecithinase B; lysolecithinase; phospholipase B; Aspergillus niger
(Lysophospholipase) lysophosphatidase; lecitholipase; phosphatidase B;
lysophosphatidylcholine hydrolase; lysophospholipase
A1; lysophopholipase L2; lysophospholipase
transacylase; neuropathy target esterase; NTE; NTE-
LysoPLA; NTE-lysophospholipase; 2-
lysophosphatidylcholine acylhydrolase
14. Pektinesterase 3.1.1.11 Pectin demethoxylase; pectin methoxylase; pectin Aspergillus niger;
(Pectinesterase) methylesterase; pectase; pectin methylesterase; Aspergillus oryzae;
pectinoesterase; pectin pectylhydrolase Aspergillus sojae;
Penicillium funiculosum;
Rhizopus orzyae
15. Tannase (Tannase) 3.1.1.20 Tannase S; tannin acetylhydrolase; tannin Aspergillus niger
Acylhydrolase
16. Asilgliserol lipase 3.1.1.23 Monoacylglycerol lipase; monoacylglycerolipase; Penicillium camembertii
(Acylglycerol lipase) monoglyceride lipase; monoglyceride hydrolase; fatty
acyl monoester lipase; monoacylglycerol hydrolase;
-26-
Aspergillus oryzae;
Bacillus amyloliquefaciens;
Bacillus licheniformis;
Bacillus subtilis;
Bacillus stearothermophilus
(Geobacillus
stearothermophilus);
Rhizopus oryzae;
Trichoderma reesei
Microbacterium imperiale
α-amilase (tahan panas) - - Bacillus licheniformis
(Alpha-amylase
(thermostable))
α-amilase dan - - Aspergillus oryzae
glukoamilase (Alpha-
amylase and
Glucoamylase)
23. β-amilase (Beta-amylase) 3.2.1.2 Saccharogen amylase; glycogenase; β amylase, β- Serealia yang
amylase; 1,4-α-D-glucan maltohydrolase; 4-α-D-glucan dikecambahkan (malted
maltohydrolase cereals);
-28-
Aspergillus oryzae;
Disporotrichum
dimorphosporum;
Humicola insolens;
Rhizopus delemar;
Rhizopus oryzae;
Streptomyces Lividans;
Talaromyces Emersonii;
Thielavia terrestris
26. Endo-1,3(4)-β-glukanase 3.2.1.6 β-Glucanase; endo-1,3-β-D-glucanase; laminarinase; Aspergillus niger;
(Endo-1,3(4)-Beta- laminaranase; β-1,3-glucanase; β-1,3-1,4-glucanase; Aspergillus oryzae;
glucanase) endo-1,3-β-glucanase; endo-β-1,3(4)-glucanase; endo- Bacillus amyloliquefaciens;
β-1,3-1,4-glucanase; endo-β-(1→3)-D-glucanase; endo- Bacillus subtilis;
1,3-1,4-β-D-glucanase; endo-β-(1-3)-D-glucanase; endo- Disporotrichum
β-1,3-glucanase IV; endo-1,3-β-D-glucanase; 1,3- dimorphosporum; Humicola
(1,3;1,4)-β-D-glucan3(4)-glucanohydrolase; 3(or 4)-β-D- insolens;
glucan 3(4)-glucanohydrolase Talaromyces emersonii
(Geosmithia
emersonii/Penicillium
emersonii);
-30-
Trichoderma reesei
(Trichoderma
longibrachiatum);
Trichoderma harzianum;
Bacillus circulans;
Cellulosimicrobium cellulans
(Brevibacterium fermentas,
Brevibacterium lyticum,
Cellulomonas cartae,
Celllulomonas cellulans,
Nocardia cellulans, Oerskovia
xnthineolytica);
Leuconostoc mesenteroides;
Penicillium funiculosum;
Penicillium multicolour;
Rhizopus delemar;
Rhizopus oryzae
27. Inulinase (Inulinase) 3.2.1.7 Inulase; indoinulinase; endo-inulinase; exoinulinase; Aspergillus niger;
2,1-β-D-fructan fructanohydrolase; 1-β-D-fructan Disporotrichum
fructanohydrolase dimorphorsporum;
Kluyvercmyces fragilis
-31-
Saccharomyces
carlsbergensis
36. Hemiselulase endo-1,3-β- 3.2.1.32 Endo-1,3-β-xylanase; xylanase; endo-1,3-β-xylosidase; Humicola insolens
xilanase (Hemicellulase 1,3-β-xylanase; 1,3-xylanase; β-1,3-xylanase; endo-β-
endo-1,3-Beta-xylanase) 1,3-xylanase; 1,3-β-D-xylan xylanohydrolase; xylan
endo-1,3-β-xylosidase
37. Pululanase (Pullulanase) 3.2.1.41 Limit dextrinase (erroneous); amylopectin 6- Bacillus acidopullulyticus;
glucanohydrolase; bacterial debranching enzyme; Bacillus amyloliquefaciens;
debranching enzyme; α-dextrin endo-1,6-α- Bacillus licheniformis;
glucosidase; R-enzyme; pullulan α-1,6- Bacillus subtilis;
glucanohydrolase; pullulan 6-α-glucanohydrolase Bacillus brevis;
Bacillus circulans;
Bacillus naganoensis
38. α–arabinofuranosidase 3.2.1.55 α-N-Arabinofuranosidase; arabinosidase; α- Aspergillus niger
(Alpha– arabinosidase; α-Larabinosidase;
arabinofuranosidase) α-arabinofuranosidase; polysaccharide α-L-
arabinofuranosidase; α-L-arabinofuranoside
hydrolase; L-arabinosidase; α-L-arabinanase; α-L-
arabinofuranoside arabinofuranohydrolase
-35-
39. Glukan 1,3-β-glukosidase 3.2.1.58 Exo-1,3-β-glucosidase; β-1,3-glucan exo-hydrolase; exo Trichoderma harzianum;
(Glucan 1,3-Beta- (1→3)-glucanohydrolase; 1,3-β-glucan glucohydrolase; Penicillium funiculosum
glucosidase) 3-β-D-glucan glucohydrolase
40. Glukan 1,4-α- 3.2.1.60 Maltotetraohydrolase; exo-maltotetraohydrolase; 1,4-α- Bacillus licheniformis;
maltotetraohidrolase D-glucan maltotetraohydrolase; 4-α-D-glucan Pseudomonas stutzeri
(Glucan 1,4-Alpha- maltotetraohydrolase
maltotetraohydrolase)
41. Isoamilase (Isoamylase) 3.2.1.68 glycogen α-1,6-glucanohydrolase Pseudomonas
amyloderamosa
42. Mannan endo-1,4-β- 3.2.1.78 Hemicellulase multicomponent enzyme; endo-1,4-β- Aspergillus niger;
mannosidase (Mannan mannanase; endo-β-1,4-mannase; β-mannanase B; β- Bacillus amyloliquefaciens;
endo-1,4-Beta- 1, 4-mannan 4-mannanohydrolase; endo-β- Bacillus subtilis;
mannosidase) mannanase; β-D-mannanase; 1,4-β-D-mannan Trichoderma reesei
mannanohydrolase; 4-β-D-mannan mannanohydrolase (Trichoderma
longibrachiatum)
43. Endo-arabinase (Endo- 3.2.1.99 Arabinan endo-1,5-α-L-arabinanase; endo-1,5-α-L- Aspergillus niger
arabinase) arabinanase; endo-α-1,5-arabanase; 1,5-α-L-arabinan
1,5-α-L-arabinanohydrolase; arabinan endo-1,5-α-L-
arabinosidase; 5-α-L-arabinan 5-α-L-
arabinanohydrolase
-36-
49. Endo-protease (Endo- 3.4.21.26 Prolyl oligopeptidase; post-proline cleaving enzyme; Aspergillus niger
protease) proline-specific endopeptidase; post-proline
-37-
54. Stem Bromelain 3.4.22.32 Bromelain; pineapple stem bromelain Buah nanas (Pineapple fruit
(Ananas comosus, Ananas
bracteatus))
55. Fruit Bromelain 3.4.22.33 Juice bromelain; ananase; bromelase; bromelin; Buah nanas (Pineapple fruit
extranase; juice bromelain; pinase; pineapple enzyme; (Ananas comosus, Ananas
traumanase; fruit bromelain FA2 bracteatus))
56. Pepsin (Pepsin)
Pepsin A (Pepsin A) 3.4.23.1 Pepsin A; lactated pepsin; pepsin fortior; funduspepsin; Lambung babi hutan (hog
elixir lactate of pepsin; P I; lactated pepsin elixir; P II; stomach);
pepsin R; pepsin D Tembolok unggas
(Proventicum of poultry);
Pancreas babi (Porcine
pancreas)
Pepsin B (Pepsin B) 3.4.23.2 Pepsin B; lactated pepsin; pepsin fortior; funduspepsin; Lambung babi hutan (hog
elixir lactate of pepsin; P I; lactated pepsin elixir; P II; stomach);
pepsin R; pepsin D Tembolok unggas
(Proventicum of poultry);
Pancreas babi (Porcine
pancreas)
-39-
Pepsin C (Pepsin C) 3.4.23.3 Pepsin C; lactated pepsin; pepsin fortior; funduspepsin; Lambung babi hutan (hog
elixir lactate of pepsin; P I; lactated pepsin elixir; P II; stomach);
pepsin R; pepsin D Tembolok unggas
(Proventicum of poultry);
Pancreas babi (Porcine
pancreas)
57. Kimosin (Chymosin) 3.4.23.4 Renin (rennin); chymosin A; chymosin B Lambung anak sapi atau
anak lembu (Calf or Kid
stomach);
Lambung domba (lamb
stomach);
Lambung sapi (bovine
stomach); Aspergillus niger;
Kluyveromyces lactis
58. Karboksil proteinase 3.4.23.6 - Aspergillus melleus;
(Carboxyl proteinase) Aspergillus niger;
Aspergillus oryzae;
Rhizomucor miehei
59. Protease (Aspergillopepsin 3.4.23.18 Aspergillus acid protease; Aspergillus acid Aspergillus oryzae
I) proteinase; Aspergillus aspartic proteinase; Aspergillus
awamori acid proteinase; Aspergillus carboxyl
-40-
PENNY K. LUKITO
-43-
LAMPIRAN V
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN
PANGAN
3. Nigari - Tahu
-44-
LAMPIRAN VI
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
LAMPIRAN VII
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
4. Amonium Sulfat (ZA) (Ammonium Diammonium sulfate, Diammonium sulphate, Mascagnite Sulfuric acid ammonium 7783-20-2
Sulfate) salt (1:2), Sulfuric acid diammonium salt (8CI, 9CI), Sulfuric acid, diammonium salt,
Sulphuric acid ammonium salt (1:2), Sulphuric acid diammonium salt (8CI, 9CI),
Sulphuric acid, diammonium salt
5. Arginin (Arginine) 200-811-1; (S)-2-amino-5-((aminoiminomethyl)amino)pentanoic acid; L-arginine; Arg; 74-79-3
Arginine [inn]; Arginine [usp]; Arginine [ep]; Arginine [mart.]; L-arginine [fhfi];
Arginine [mi]; L-arginine [fcc]; Arginine [inci]; Arginine [ii]; Arginine [hsdb]; L-arginine
[usp-rs]; Arginine [who-dd]; Arginine [vandf]; (s)-2-amino-5-guanidinopentanoic acid
6. Asparagin (Asparagine) L-Asparagine; DL-Asparagine; 2,4-diamino-4-oxobutanoic acid; 2-amino-3- 70-47-3
carbamoylpropanoic acid; L-(+)-Asparagine; L-.beta.-Asparagine; (+/-)-2-
Aminosuccinic acid 4-amide; 2-amino-succinamic acid; 2,4-diamino-4-keto-butyric
acid; 2,4-bis(azanyl)-4-oxidanylidene-butanoic acid; ETHYL, 2-AMINO-1-
(AMINOCARBONYL)-2-CARBOXY-
7. Asam Aspartat (Aspartic acid)
DL-Asam Aspartat (DL-Aspartic Aspartic acid/DL-Aspartic acid : (.+-.)-Aspartic acid; (RS)-Aspartic acid; acid D,L- 617-45-8
acid) aspart; Acide D,L-aspartique; acido D,L-aspartico; Aminosuccinic acid; Aspartic acid;
ASPARTIC ACID, DL-; D,L-Aspartsaure; DL-Aminosuccinic acid; NSC 141379
L-Asam aspartat (L-Aspartic acid) L-Aspartic acid : (+)-Aspartic acid; (S)-Aminobutanedioic acid; (S)-Aspartic acid; 2- 56-84-8
Aminobutanedioic acid; 7: PN: US20050014160 SEQID: 7 claimed protein; 75: PN:
WO2005016244 PAGE: 71 claimed protein; Acide aspartique; acido aspartico;
Asparagic acid; Asparaginic acid; Asparaginsaure; aspartic acid; Aspartic acid, L-;
-47-
10. Tembaga(II) sulfat (Copper Copper(II) sulfate; CUPRIC SULFATE; Copper sulphate; Cupric sulfate anhydrous; 7758-98-7
sulphate) Copper(2+) sulfate; Copper(ii) sulfate, anhydrous; Blue stone; Hylinec; Trinagle;
Delcup; Cupric sulphate; Copper monosulfate; Monocopper sulfate; Incracide 10A;
Incracide E 51; BCS copper fungicide; Bonide Root Destroyer; Copper Sulfate
Powder; Copper (II) sulphate; Cupric sulfate standard; Copper sulfate (1:1); Copper(II)
sulfate solution; Sulfuric acid copper(2+) salt (1:1); Aqua Maid Permanent Algaecide;
Copper (II) sulfate (1:1); Copper(2+) sulfate (1:1); Fehling's reagent I for sugars;
kupfer(2+)sulfat; Chalcocyanite (mineral); Bluestone copper sulfate; Copper standard
solution
11. Sistein monohidroklorida L-Cysteine hydrochloride; l-Cysteine.HCl; L-Cysteine hydrochloride anhydrous; 52-89-1
(Cysteine monohydrochloride) Cystein chloride; (R)-Cysteine hydrochloride; (R)-2-Amino-3-mercaptopropanoic acid
hydrochloride; L-(+)-Cysteine hydrochloride; L-Cysteine monohydrochloride; Cysteine
HCl; Cysteine hydrochloride (anhydrous); L-Cysteine, hydrochloride; Cysteine HCl
(anhydrous); L-CYSTEINE HCl anhydrous; Cysteine, L-, hydrochloride; 3-
Mercaptoalanine hydrochloride; cysteine; L-2-Amino-3-mercaptopropanoic acid
monohydrochloride; L-Cysteine, hydrochloride (1:1); (2R)-2-amino-3-
sulfanylpropanoic acid hydrochloride; L-cysteinium chloride; L-Cysteinemethyl HCl;
L-Cysteine Ethylester HCl; (2R)-2-amino-3-mercapto-propionic acid; (1R)-1-carboxy-
-49-
Ferrous sulfate anhydrous; Sal chalybis; Iron monosulfate; Sorbifer durules; Ferro-
Theron; Green Salts; Quickfloc (salt); Iron(II) sulfate (1:1); Sulfuric acid, iron(2+) salt
(1:1); Ferrous sulfate solution; Ferrous sulfate (1:1); Exsiccated ferrous sulphate;
Iron(II) sulfate solution; Iron(2+) sulfate (1:1); Sulfuric acid, iron(2+) salt;
szomolnokite; iron(II)sulphate; ferrous sulfate (anh.)
15. Glutamic acid
Glutamic acid/ DL-Glutamic acid 2-aminopentanedioic acid; Glutamic acid, DL-; Glutaminsaeure; Glutamic acid DL- 617-65-2
form; glutamate; 2-Aminoglutaric acid; (+-)-Glutamic acid; l-(5-14c)glutamic acid;
Poly-L-Glutamic Acid (MW50,600); 2-azanylpentanedioic acid; L -2-
Aminopentanedioic acid; Glutamic acid, D-; .alpha.-Glutamic acid; .alpha.-
Aminoglutaric acid; Poly-L-glutamic acid; polyglutamicacid; gamma-poly(glutamic
acid); 2-Amino-pentanedioic acid; Pentanedioic acid, (S)-; (.+/-.)-Glutamic acid; D -
alpha-Aminoglutaric acid; D -2-Aminopentanedioic acid; 2-aminopentanedioic
acidglutamic acid
L-Glutamic acid (S)-2-Aminopentanedioic acid; (2S)-2-Aminopentanedioic acid; GLUTAMIC ACID; 56-86-0
glutacid; Glutamicol; Glutamidex; Glutaminol; Aciglut; Glusate; Glutaton; glutaminic
acid; L-glutamate; (S)-Glutamic acid; Acidum glutamicum; L-glu; L-(+)-glutamic acid;
D-Glutamiensuur; H-Glu-OH; Poly-L-glutamate; alpha-aminoglutaric acid; a-
Glutamic acid; (S)-(+)-Glutamic acid; 1-Aminopropane-1,3-dicarboxylic acid;
POLYGLUTAMIC ACID; alpha-Glutamic acid; a-Aminoglutaric acid; Glutamic acid
polymer; Acido glutamico; Acide glutamique; L-a-Aminoglutaric acid; L-2-
Aminoglutaric acid; 2-Aminoglutaric acid; Acidum glutaminicum
-51-
25. Niacin vitamin b3; nicotinic acid; 3-pyridinecarboxylic acid; niacor; niaspan; nicolar; 59-67-6
wampocap; nicotinic acid [inn]; niacin [usp]; nicotinic acid [ep]; niacin [orange book];
nicotinic acid [mart.]; simcor component niacin; niacin component of simcor; advicor
component niacin; niacin component of advicor; nicotinic acid [mi]; nicotinic acid
[ema epar]; niacin [inci]; niacin [hsdb]; niacin [usp-rs]; nicotinic acid [who-dd]; niacin
extended release; niacin [vandf]; nicotinic acid [vandf]; vitamin b3 [vandf]; vitamin b-
3; nicotinic acid [who-ip]; acidum nicotinicum [who-ip latin]; nsc-169454; niacin [fcc]
26. Nitric acid nitricum acidum; nitricum acidum [hpus]; nitric acid [ep]; nitric acid [mart.]; nitric 7697-37-2
acid [mi]; nitric acid [ii]; nitric acid [hsdb]; nitric acid [who-dd]; nitric acid 65%
27. Pantothenic acid vitamin b5; .beta.-alanine, n-(2,4-dihydroxy-3,3-dimethyl-1-oxobutyl)-, (r)-; n-((2r)- 79-83-4
2,4-dihydroxy-3,3-dimethyl-1-oxobutyl)-.beta.-alanine; chick antidermatitis factor;
pantothenic acid [orange book]; pantothenic acid [mart.]; pantothenic acid [mi];
vitamin b5 [green book]; pantothenic acid [inci]; pantothenic acid [hsdb];
pantothenate; pantothenic acid [who-dd]; pantothenic acid [vandf]; vitamin b5
[vandf]; d-pantothenic acid; pantothenic acid (d); vitamin b-5
28. Peptone
Peptone Meat primatone:peptone from meat; Soya petptone; Peptones, beef; Hy Soy 73049-73-7;
91079-38-8
Soybean meal peptone soy peptone ax;peptone;peptone, casein;peptone, casein acid hydrolysate;peptone 91079-46-8
(casein and other animal proteins);peptone, casein enzymatic;peptone (casein,
enzymatic digest)
-55-
lacto-flavin; c.i. food yellow 15; c.i. 50900; russupteridine yellow iii; nci-0033298;
nsc-33298; riboflavin [who-ip]; riboflavinum [who-ip latin]; riboflavin [usp-rs];
riboflavin [ii]
30. Sodium formate formic acid sodium salt (1:1); sodium formate [mi]; sodium formate [inci]; sodium 141-53-7
formate [hsdb]; sodium formate [who-dd]
31. Sodium molybdate monosodium molybdate(VI); sodium molybdate; sodium molybdate(VI); sodium 7631-95-0
molybdate(VI), 99Mo-labeled cpd; sodium molybdate(VI), dehydrate; sodium
molybdenum oxide
32. Thiamin thiamine [inn]; thiamine [orange book]; thiamine [mi]; vitamin b1 [green book]; 59-43-8
vitamin b1; thiamine [hsdb]; thiamine [who-dd]; thiazolium, 3-((4-amino-2-methyl-5-
pyrimidinyl)methyl)-5-(2-hydroxyethyl)-4-methyl- chloride (1:1); aneurine; apatate
drape; beivon; bethiamin; oryzanin; thiacoat; thiamin; thiamine monochloride;
vitaneurin; thiamine [vandf]; vitamin b1 [vandf]; vitamin b-1
33. Threonine
DL-Threonine 2-amino-3-hydroxybutanoic acid; Allo-DL-threonine; Threonine, DL-; threonine(L); 80-68-2
DL-2-Amino-3-hydroxybutanoic acid; H-DL-Thr-OH; DL-allo-Threonine;
Allothreonine, D-; DL-allothreonine; 2-amino-3-hydroxy-butanoic acid; Allothreonine,
L-; allothreonine; (+/-)-2-Amino-3-hydroxybutyric acid
L-Threonine threonine, l-; threonine [inn]; l-threonine; (2s,3r)-2-amino-3-hydroxybutyric acid; thr; 72-19-5
threonine [usp]; threonine [usan]; threonine [ep]; threonine [mart.]; threonine [mi]; l-
threonine [fcc]; threonine [inci]; threonine [ii]; threonine [hsdb]; l-threonine [usp-rs];
threonine [who-dd]; threonine [vandf]
-57-
37. Zinc chloride zincum muriaticum; zincum muriaticum [hpus]; zinc chloride [usp]; zinc chloride 7646-85-7
[ep]; zinc chloride [orange book]; zinc chloride [mart.]; zinc chloride [mi]; zinc chloride
[inci]; zinc chloride [ii]; zinc chloride [hsdb]; zinc chloride [who-dd]; zinc chloride
[vandf]
38. Zinc sulfate zinc sulfate, anhydrous; sulfuric acid, zinc salt (1:1); zinc sulphate anhydrous; zinc 7733-02-0
sulphate, anhydrous; zinc sulfate [mi]; zinc sulfate [hsdb]; zinc sulfate (anhydrous)
PENNY K. LUKITO
-59-
LAMPIRAN VIII
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN
PANGAN
LAMPIRAN IX
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
PENNY K. LUKITO
-61-
LAMPIRAN X
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
LAMPIRAN XI
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN
PANGAN
LAMPIRAN XII
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 20...
TENTANG
PENGGUNAAN BAHAN PENOLONG DALAM PENGOLAHAN PANGAN
FORMULIR 1
Nama Perusahaan/importir :
Alamat perusahaan/importir :
Nomor surat perusahaan/importir :
Perihal :
Lampiran :
Kepada Yth.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Cq. Direktur Standardisasi Produk Pangan
Dengan hormat,
Dalam rangka pendaftaran produk Pangan/importasi, dengan ini kami
mengajukan permohonan izin penggunaan Bahan Penolong sebagai berikut:
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terimakasih.
Nama Pemohon :
Contact Person :
Telp/Fax/E-mail :
FORMULIR 2
1. Nama Dagang :
2. Nama Jenis :
7 Nama Importir :
Alamat Importir :
Nomor Telepon :
FORMULIR 3
URAIKAN
FORMULIR 4
FORMULIR 5
FORMULIR 6
TANDA TERIMA
Nomor....../....../20....
Nama Perusahaan :
Alamat :
Perihal :
Nomor Surat :
Jakarta,...................20......
Penerima
.....................
PENNY K. LUKITO
-70-
FORMULIR 7
Menyatakan bahwa :
Enzim ………. (No. EC) yang bersumber dari ……….. bukan merupakan enzim
yang diperoleh dengan cara rekayasa genetik.
Pernyataan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya.
Jakarta, ….......…………
(materai Rp.6000)
(Nama terang)
PENNY K. LUKITO