Anda di halaman 1dari 23

Arah, Kecenderungan & Isu Pembelajaran Fisika

SURVEI KARAKTER DAN SURVEI LINGKUNGAN


BELAJAR ASESMEN NASIONAL

DISUSUN OLEH:

UTIA RAHMAH (8206175002)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Arah
Kecenderungan & Isu Pembelajaran Fisika. Terima kasih kepada bapak Dr.
Ridwan A. Sani, M.Si. yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Pada makalah ini terdapat beberapa bahasan mengenai survey karakter dan survey
lingkungan belajar dalam mendukung Asesmen Nasional. Namun, pada makalah
ini tidak membahasnya secara mendalam dan terperinci. Sehingga, untuk lebih
memahami materi tersebut lebih dalam lagi pembaca dianjurkan untuk membaca
buku-buku lain lagi sebagai referensi tambahan dari makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami penulis mengucapkan terimakasih karena
telah berkenan membaca makalah ini.

Medan, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3. Tujuan.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS.........................................................................4
2.1. Survei Karakter...................................................................................4
2.1.1. Pendidikan Karakter.................................................................4
2.1.2. Filosofi Survei Karakter...........................................................5
2.1.3. Indikator Penilaian Survei Karakter.........................................6
2.1.4. Contoh Instrumen Survei Karakter...........................................7
2.2. Survei Lingkungan Belajar.................................................................10
2.2.1. Pengertian Lingkungan Belajar................................................10
2.2.2. Filosofi Survei Lingkungan Belajar..........................................11
2.2.3. Nilai-Nilai Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.....................12
2.2.3. Pemanfaatan Lingkungan Meingkatkan Aktivitas Belajar .,…12
2.2.4. Implikasi Lingkungan Belajar Siswa........................................15
2.2.5. Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Memilih
Lingkungan Belajar..................................................................17
BAB III PENUTUP............................................................................................19
3.1. Kesimpulan.........................................................................................19
3.2. Saran...................................................................................................20
Daftar Pustaka...................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim resmi


mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut Asesmen Nasional
sebagai penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan dan menjadi bagian
dari kebijakan Merdeka Belajar yang juga didukung penuh oleh Presiden Joko
Widodo.

Tujuan utamanya adalah mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil


belajar peserta didik. Untuk itu, Kemendikbud mengundang para pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan terhadap rencana penerapan Asesmen
Nasional pada 2021.

Jika Ujian Nasional selama ini diperuntukkan bagi seluruh siswa yang berada
di tingkat akhir masa sekolah, seperti kelas 6, 9, dan 12, kini tidak lagi. Soalnya,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita, Bapak Nadiem Makarim, tidak lagi
ingin pendidikan Indonesia, hanya mengevaluasi capaian peserta didik secara
individu, yang membuat UN selalu menjadi momok mengerikan bagi para peserta
didik.

Dirancang khusus untuk mengevaluasi sistem, asesmen nasional tidak punya


beban untuk mengevaluasi penguasaan murid atas kurikulum. Karena itu, asesmen
nasional bisa difokuskan pada hasil belajar yang paling mendasar saja sebagai
ukuran dari keberhasilan sistem pendidikan. asesmen nasional sendiri terdiri
dari Asesmen Kompetensi Minimum (AMK), Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.

iii
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian survey karakter dan survey lingkungan belajar?
2. Apa indikator penilaian survey karakter?
3. Apa nilai-nilai lingkungan sebagai sumber belajar?
4. Bagaimana filosofi survey karakter dan survey lingkungan belajar?
5. Bagaimana contoh instrumen survey karakter?
6. Bagaimana pemanfaatan lingkungan meingkatkan aktivitas belajar?
7. Bagaimana implikasi lingkungan belajar siswa?
8. Bagaimana faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lingkungan
belajar?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian survey karakter dan survey lingkungan belajar?
2. Mengetahui indikator penilaian survey karakter?
3. Mengetahui nilai-nilai lingkungan sebagai sumber belajar?
4. Mengetahui filosofi survey karakter dan survey lingkungan belajar?
5. Mengetahui contoh instrumen survey karakter?
6. Mengetahui pemanfaatan lingkungan meingkatkan aktivitas belajar?
7. Mengetahui implikasi lingkungan belajar siswa?
8. Mengetahui faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lingkungan
belajar?

iv
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Survei Karakter

2.1.1. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan
karakter. Kita ketahui bahwa pengertian pendidikan begitu banyak versi yang
menyebutkan. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman
Siswa yang pertama tahun 1930 mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh
dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya. Sedangkan pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin


“charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku


yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Kertajaya (2010), karakter adalah ciri


khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli
dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan

v
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan
merespon sesuatu.

Maka pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan


dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-
nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). 

2.1.2. Filosofi Survei Karakter

Mulai tahun depan, Ujian Nasional (UN) akan diganti dengan Asesmen
Nasional (AN). asesmen nasional akan mengevaluasi sistem pendidikan kita,
bukan mengevaluasi murid. Hal pertama dan paling penting dipahami adalah
bahwa asesmen nasional murni merupakan evaluasi atas mutu sistem pendidikan.

Dirancang khusus untuk mengevaluasi sistem, asesmen nasional tidak punya


beban untuk mengevaluasi penguasaan murid atas kurikulum. Karena itu, asesmen
nasional bisa difokuskan pada hasil belajar yang paling mendasar saja sebagai
ukuran dari keberhasilan sistem pendidikan. asesmen nasional sendiri terdiri
dari Asesmen Kompetensi Minimum (AMK) dan Survei Karakter.

Asesmen Kompetensi Minimal dan Survei Karakter sebagai pengganti Ujian


Nasional menjadi salah satu kebijakan program Merdeka Belajar yang
dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Survei
karakter dilakukan untuk mengetahui data secara nasional mengenai penerapan
asas-asas Pancasila oleh siswa Indonesia. Survei karakter tersebut akan dijadikan
tolok ukur untuk bisa memberikan umpan balik atau feedback ke sekolah-sekolah
agar dapat menciptakan lingkungan sekolah yang membuat siswa lebih bahagia
dan lebih kuat dalam memahami dan menerapkan asas pancasila.

vi
Waktu pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter
akan dilakukan di tengah jenjang pendidikan, bukan di akhir jenjang seperti pada
pelaksanaan ujian nasional.

Ada 2 (dua) alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)


mengapa pelaksanaannya dilakukan di tengah jenjang. Pertama, kalau dilakukan
di tengah jenjang akan bisa memberikan waktu untuk sekolah dan guru dalam
melakukan perbaikan sebelum anak lulus di jenjang itu. Kedua, karena
dilaksanakan di tengah jenjang, jadi tidak bisa digunakan sebagai alat seleksi
siswa, sehingga tidak menimbulkan stres pada anak-anak dan orang tua akibat
ujian yang sifatnya formatif. Hasil survey ini tidak digunakan untuk menilai murid
sebagai individu, tetapi untuk menilai keberhasilan sekolah dalam pengembangan
karakter.

Survey tersebut akan diikuti oleh murid pada pertengahan level yakni murid
SD kelas IV, murid SMP kelas VIII, dan murid SMA/SMK kelas XI.
Murid kelas 6, 9, dan 12 cukup konsentrasi menghadapi ujian sekolah sebagai
penentu kelulusan, serta ujian lain yang menjadi bagian seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya.

Selama ini materi ujian nasional terlalu padat sehingga fokus siswa cenderung
menghafal materi dan bukan pada kompetensi belajar. Hal ini menimbulkan beban
stres pada siswa, guru, maupun orang tua, karena ujian nasional justru menjadi
indikator keberhasilan belajar siswa sebagai individu.

2.1.3. Indikator Penilaian Survei Karakter

Survey Karakter dilakukan sudah berdasar hasil survey dan diskusi dengan
berbagai pemangku bidang pendidikan yaitu guru, orang tua dan siswa. Penilaian
pada survei karakter, dirancang untuk mengukur capaian peserta didik
berdasarkan hasil belajar sosial emosional, yang berupa pilar karakter untuk
mencetak Profil Pelajar Pancasila.

vii
Ada 6 indikator:

 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,

 Berkebhinekaan global,

 Mandiri,

 Bergotong Royong,

 Bernalar kritis,

 Kreatif.

2.1.4. Contoh Instrumen Survei Karakter

Soal nomor 1

Budi diberi tugas untuk mengumpulkan sumbangan dalam rangka membantu


biaya perawatan teman sekelasnya yang sedang sakit. Akan tetapi, pada waktu
yang bersamaan, ibunya belum memiliki uang untuk membayar sewa rumah yang
hari itu juga harus dibayarkan. Tindakan yang sebaiknya yang dilakukan Budi
adalah ….

A. segera memberikan uang sumbangan tersebut kepada temannya yang sakit


B. memberikan semua uang untuk membayar sewa rumah ibunya
C. menggunakan sebagian uang untuk membayar sewa rumah ibunya.
D. meminta izin teman-temannya meminjam uang untuk membayar sewa rumah

Soal nomor 2

Dewi menemukan uang yang jatuh di halaman sekolah. Dia ingin


mengembalikan uang tersebut, tetapi tidak siapa pemiliknya. Tindakan yang
sebaiknya dilakukan Dewi adalah ….

A. menyerahkan uang tersebut kepada guru


B. membiarkan saja

viii
C. bertanya kepada beberapa teman
D. membawanya pulang

Soal nomor 3

Pada saat akan membuang botol plastik botol bekas minuman, Intan kesulitan
dalam mencari tempah sampah, Intan melihat ada beberapa orang yang
membuang sampah di pinggir jalan. Tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh
Intan adalah …

A. membuangnya pada tempat tersembunyi


B. membuang sampah di pinggir jalan
C. membawa pulang untuk digunakan kembali
D. memegangnya sampai mendapatkan tempat sampah

Soal nomor 4

Andi merupakan teman sebangku Danu. Andi sering diejek teman-teman


sekolahnya karena badannya yang gemuk dan pendek. Danu kasihan pada Andi,
tetapi dia takut dijauhi teman lainnya jika berteman dengan Andi. Tindakan yang
seharusnya dilakukan Danu adalah ….

A. berusaha membela Andi


B. menjaga jarak dengan Andi
C. tetap berteman jika tidak ada teman lain
D. tetap berteman dengan Andi

Soal nomor 5

Marlina berasal dari suku yang berbeda dengan Tiwi. Ketika sedang diskusi
mengenai kebudayaan, Tiwi sangat membanggakan suku asalnya, sehingga

ix
menyinggung perasaan Marlina. Tindakan yang sebaiknya dilakukan Marlina
adalah ….

A. mengabaikan perasaannya dan fokus pada topik diskusi


B, menyanggah apa yang dikatakan Tiwi nmengenai sukunya
C. menyampaikan bahwa semua suku memiliki keunikan masing-masing
D. membalas dengan memberi contoh negatif tentang suku asal Tiwi

Soal nomor 6

Bunga diajak temannya untuk datang pada acara jumpa fans artis idolanya,
tetapi waktunya bertepatan dengan jadwal bimbingan belajar. Bunya sudah
memiliki kesepakatan dengan orangtuanya untuk tidak bolos. Tindakan yang
sebaiknya dilakukan Bunga adalah ….

A. meminta izin kepada orangtua untuk sekali ini saja membolos bimbingan
belajar
B. tetap mengikuti bimbingan belajar, tetapi meminta izin pulang lebih awal
C. mengikuti ajakan temannya, karena acara tersebut sangat jarang diadakan
D. tetap bimbingan belajar dan meminta temannya untuk memvideokan acara
tersebut

Soal nomor 7

Semester baru sudah berjalan dua minggu di kelasnya Tegar tanpa ada ketua
kelas. Wali kelas sudah meminta untuk segera diangkat ketua kelas untuk
keperluan koordinasi kegiatan belajar, tetapi tidak ada satu pun siswa berani
mengajukan diri menjadi ketua kelas. Tindakan yang seharusnya dilakukan Tegar
dalam menghadapi situasi tersebut adalah ….

A. menunjuk teman lain dan mengajukannya kepada wali kelas


B. mendorong teman-teman sekelasnya untuk mengajukan diri menjadi ketua

x
kelas
C. mengajukan diri karena memang mampu menjadi ketua kelas
D. mengajukan diri menjadi ketua kelas jika diperbolehkan menujuk wakilnya
sendiri

Soal nomor 8

Sekolah sudah membuat tata tertib mengenai larangan siswa laki-laki untuk
memiliki rambut gondrong. Seorang guru menegur Dimas agar segera memotong
rambutnya yang sudah terlihat gondrong. Padahal Dimas sangat menyukai model
rambutnya sekarang ini. Tindakan yang sebaiknya dilakukan Dimas adalah ….

A. segera memotong rambutnya sepulang sekolah


B. menungga sampai ditegur kembali , baru kemudian memotong rambutnya
C. mempertahankan gaya rambutnya yang gondrong saat ini
D. membuat alasan agar dapat dimaklumi oleh guru

2.2. Survei Lingkungan Belajar

2.2.1. Pengertian Lingkungan Belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai


bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang
terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan
ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere,
domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan
keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.

Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan


ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari
unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.

xi
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan
pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisidan pengaruh dari luar
terhadap kegiatan pendidikan (Hadikusumo,1996:74). Sedangkan lingkungan
pendidikan menurut Tirtarahardjadan La Sulo (1994:168) adalah latar tempat
berlangsungnya pendidikan. 

Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus didalam dan diluar
diri individhu, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Setain
(seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan
lingkungan (environment) ialah meliputi kondisi-kondisi dalam dunia ini yang
dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat
pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi
gen yang lain.

Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa


yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar
yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan
tersebut.

2.2.2. Filosofi Survei Lingkungan Belajar Asesmen Nasional

Survei Lingkungan Pembelajaran adalah survei lingkungan belajar


psikososial yang dirancang khusus untuk mengukur lingkungan belajar
pendidikan.

Survei ini digunakan untuk mengevaluasi dan memetakan aspek-aspek


pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Jadi, tidak hanya peserta
didik saja nantinya yang akan dinilai, melainkan seluruh aspek yang mendukung
pembelajaran juga. Dengan begitu, dapat dengan mulai mengevaluasi apa yang
seharusnya dapat ditingkatkan, dan sejauh mana capaian yang sudah dilakukan.

xii
2.2.3. Nilai-Nilai Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas bagi anak usia dini. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat
dipelajari anak.

Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas,


sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan
pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan
dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding
kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara
langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk
berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.

Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih


bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan
situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar
sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia dini.

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada


penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan
pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa
tetap terpelihara.

2.2.4. Pemanfaatan Lingkungan Meingkatkan Aktivitas Belajar Anak

Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu
banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber
belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan
dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas
dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik

xiii
untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan
bagi anak-anak.

Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai
binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru
dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan
kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan
kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak
akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan
lingkungan.

Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk


mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan
kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan
emosional serta intelektual.

a.       Perkembangan Fisik

Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak,


untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami
untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan
menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat
alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.

Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak


menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya
pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui
sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.

b.      Perkembangan aspek keterampilan sosial

Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-


anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati

xiv
objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil
penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-
temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah
proses interaksi/hubungan yang harmonis.

Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka membuat


perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat
tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan
tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana
yang santai dan menyenangkan.

c.       Perkembangan aspek emosi

Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-


anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa
percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang
terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan
memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai
bagian dari pengembangan aspek emosinya.

Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang
lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri
menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang
nyata.

d.      Perkembangan intelektual

Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-


ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan
kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan
lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya
akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep
warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.

xv
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan
lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan
pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

2.2.5. Implikasi Lingkungan Belajar Siswa

Pada proses belajar anak dalam pengembangan Kegiatan Belajar Mengajar


(KBM), pembentukan dan peningkatan tidak hanya diorientasikan pada satu aspek
individu saja, melainkan seluruh aspek individu. Dalam hal ini, biasanya yang
dikembangkan yaitu kurikulumnya. Kurikulum yang dikembangkan diharapkan
untuk memberi kemungkinan yang seluas – luasnya dalam pengembangan
beberapa aspek seperti pengembangan fisik, emosi, sosial dan kognitif. Dalam
pengembangan kurikulum, hal terpenting yang juga harus tetap diperhatikan yaitu
kesesuaian antara isi kurikulum usia dan tingkat kemampuan anak.

Dalam mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum, dalam proses


pembelajaran di kelas guru harus dapat memanfaatkan hasil pengamatannya
terhadap anak didik dan mencatat kemampuan anak didik yang berbeda – beda.
Hal ini sangat penting, karena informasi yang demikian sangat dibutuhkan ketika
seorang guru menyusun rencana pembelajaran yang tentunya sesuai dengan
kemampuan anak didiknya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan menyenangkan.

Pengembangan anak memerlukan kebutuhan yang tidak hanya dibatasi pada


aspek akademik saja, melainkan aspek sosial dan emosional. Hal ini mendorong
guru untuk menjadikan belajar sebagai proses interaktif. Maksudnya, anak didik
tidak hanya dibatasi kontak dengan teman, orang dewasa, tetapi dengan
lingkungan sosial dan fisik secara luas. Kondisi dan situasi seperti itu akan
mendorong siswa lebih melibatkan semua aspek yang ada dalam dirinya secara
keseluruhan dalam interaksi sosial dan memecahkan suatu permasalahan.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, bidang–bidang studi yang


dikembangkan juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan seluruh aspek
individu serta kehidupan anak, khususnya latar belakang sosial dan ekonominya.

xvi
Perlu kita sadari di Indonesiaa, macam–macam perbedaan yang terdapat pada diri
anak merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu oleh
karena itu guru harus mampu menyatukan perbedaan – perbedaan tersebut agar
pembelajaran berjalan secara relevan, menyenangkan dan mencapai keberhasilan.

Pada siswa SD, guru hendaknya terus – menerus melakukan pemantauan


secara langsung baik di dalam maupun di luar kelas. Hasil pengamatan tersebut
sangat bermanfaat bagi pengembangan program belajar yang pada akhirnya dapat
memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu kehadiran guru di dalam kelas
hendaknya tidak menekankan perannya sebagai satu – satunya pihak yang
berkuasa di kelas, apalagi kalau guru bersifat otoriteruntuk itulah guru diharapkan
dapat memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan
belajar.

Kesempatan yang luas juga hendaknya diberikan kepada anak didik untuk
memilih kegiatan dan materi serta fasilitas yang tersedia agar dapat menciptakan
proses pembelajaran yang efektif. Kegiatan yang diciptakan juga hendaknya
melibatkan seluruh aspek mental, fisik, sosial, dan moral siswa. Dengan demikian,
hendaknya siap menyediakan materi yang kaya akan variasi kegiatannya.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih dalam mengembangkan


kegiatan pembelajaran. Sebenarnya tidak ada satu – satumya model pembelajaran
yang sangat efektif dapat dipilih untuk semua jenis pembelajaran. Karena pada
praktek yang dilakukan, model itu bersifat kontekstual. Namun dengan tidak
melupakan tujuan pendidikan nasional yang dapat membentuk manusia
seutuhnya, maka hendaknya memilih model pembelajaran yang benar – benar
mengarah pada pengakuan keberadaan individu sebagai manusia utuh dan arah
peningkatannya tidak dibatasi pada satu aspek individu saja, tetapi keseluruhan
semua aspek individu.

Apabila kita menginginkan anak memperoleh hail belajar yang banyak dan
bermakna dari sumber beajr lingkungan, maka kita perlu membuatan persiapan
ayang matang. Tanpa persiapan belajar anak tidak akan terkendali dngan baik

xvii
senhingga akan berpengaruh terhadap terjadinya tujuan pendidikan yang
diharapkan.

Perlu kita ketahui bahwa ada tiga langkah prosedur yang bisa ditempuh dalam
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia dini ini yaitu:
langkah perencanaan, langkah pelaksanaan, dan langkah tindak lanjut (follow up).

2.2.6. Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Memilih Lingkungan


Belajar

Pada tingkat yang menyeluruh dan umum, pemilihan lingkungan belajar


dalam teknologi pembelajaran dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor berikut ini:

1.      Objektivitas

Unsur subjektivitas guru di dalam memilih media pengajaran harus dihindari.


Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas kesenangan
pribadi. Untuk menghindari hal ini, alangkah baiknya guru meminta pandangan
atau saran dari teman sejawat atau melibatkan siswa di dalam memilih media
pengajaran.

2.      Program pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai
dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya maupun kedalamannya.
Terkecuali jika program itu hanya di maksudkan untuk mengisi waktu senggang
saja, daripada anak didik bermain tidak karuan.

3.      Sasaran program

Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang menerima informasi
pengajaran melalui media pembelajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam
kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara
berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam
belajarnya. Untuk itu maka media yang akan digunakan harus dilihat
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangananak didik.

xviii
4.      Situasi dan kondisi

Situasi dan kondisi yangdimaksud meliputi situasi dan kondisi sekolah serta
situasi dan kondisi peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.

5.      Kualitas teknik

Dari segi teknik media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan,
apakah sudah memenuhi syarat.

6.      Efektifitas dan efisiensi penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang ingin dicapai, sedangkan efisiensi


berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam
penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut
informasi pengajaran dapat diserap optimal oleh anak didik. Sedangkan efisiensi
meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu, tenaga, dan biaya
yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin.

xix
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

 Survey Karakter dilakukan sudah berdasar hasil survey dan diskusi dengan
berbagai pemangku bidang pendidikan yaitu guru, orang tua dan siswa.
Penilaian pada survei karakter, dirancang untuk mengukur capaian peserta
didik berdasarkan hasil belajar sosial emosional, yang berupa pilar karakter
untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila.

 Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar peserta didik
yang dapat membuat peserta didik merasa senang, aman, nyaman dan
termotivasi untuk belajar yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat.

 Lingkungan memiliki peran penting dalam pembelajaran. Lingkungan juga


mempengaruhi hubungan sosial peserta didik, prestasi belajar, dan psikologi.
Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan mendukung peningkatan prestasi
belajar siswa. 

 Dalam memanfaatkan lingkungan belajar itu harus mengetahui teknik-


tekniknya terlebih dahulu. Agar para guru yang menggunkannya dapat efektif
dan efisien. Dan ada beberapa cara dalam mempelajari lingkungan sebagai
media dan sumber belajar, yaitu survey, kamping atau berkemah, field trip
atau karyawisata, praktik lapangan, mengundang nara sumber dan proyek
pelayanan dan pengabdian pada masyarakat.

 Memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses


pengajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang matamg dari para

xx
guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa tidak bisa
terkendali, sehingga tujuan pengajaran tidak tercapai dan siswa tidak
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu ada
beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan
sumber belajar, yang terbagi menjadi langkah persiapan, langkah pelaksanaan
dan tindak lanjut.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Saran serta kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI

xxi
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta 

Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

http://lapazinaction.blogspot.com/2012/03/tujuan-dan-fungsi-pendidikan.html 

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/
 
http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-pendidikan-karakter-di.html

http://golden-student.blogspot.com/2013/04/tujuan-pendidikan-karakter.html 

http://ibnoeahmed.blogspot.com/2011/10/tinjauan-filosofis-tentang-
pendidikan.html 

https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/Obz9G1dN-steam-metode-belajar-
inovatif-untuk-mendorong-anak-berpikir-kritis

xxii

Anda mungkin juga menyukai